b. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, yaitu hukum yang meskipun tertulis,
tetapi tidak disusun secara sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah
sehingga masih sering memerlukan peraturan pelaksanaan dalam penerapannya.
Misalnya, Traktat, Konvenan, Perjanjian Bilateral, dan sebagainya.
2. Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang hidup dan diyakini oleh warga masyarakat
serta dipatuhi dan tidak dibentuk menurut prosedur formal, tetapi lahir dan tumbuh
dikalangan masyarakat itu sendiri, misalnya Hukum Adat.
3. Penggolongan Hukum Menurut Tempat Berlakunya, hukum dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah suatu negara tertentu.
2. Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antarnegara
dalam dunia internasional. Hukum internasional berlaku universal.
3. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah negara lain.
4. Hukum gereja, yaitu kumpulan-kumpulan norma yang ditetapkan oleh gereja
untuk para anggotanya.
4. Penggolongan Hukum Menurut Waktu Berlakunya, hukum dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Contohnya Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Ius Constituendum (hukum negatif/prospektif), yaitu hukum yang diharapkan
berlaku pada waktu yang akan datang. Contohnya, Rancangan Undang-Undang
(RUU).
3. Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam
segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tidak mengenal batas
waktu, melainkan berlaku untuk selama-lamanya terhadap siapapun dan diseluruh
tempat.
1. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak. Misalnya, jika melakukan pembunuhan
maka sanksinya secara paksa wajib dilaksanakan hukuman.
2. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-
pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
Dengan kata lain, hukum yang mengatur hubungan antarindividu yang baru
berlaku apabila yang bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang
dimungkinkan oleh hukum (undangundang). Contohnya, ketentuan dalam
pewarisan ab-intesto (pewarisan berdasarkan undang-undang), baru
memungkinkan untuk dilaksanakan jika tidak ada surat wasiat (testamen).
7. Penggolongan Hukum Menurut Wujudnya, hukum dapat dibagi sebagai berikut:
1. Hukum objektif, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang atau
lebih yang berlaku umum. Dengan pengertian, hukum dalam suatu negara yang
berlaku umum dan tidak mengenal orang atau golongan tertentu.
2. Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang atau lebih. Hukum subjektif sering juga disebut hak.
8. Penggolongan Hukum Menurut Isinya, hukum dapat dibagi sebagai berikut:
Hukum pada dasarnya merupakan hal yang paling penting di dalam suatu Negara. Coba anda
bayangkan bagaimana jadinya bila suatu Negara tidak mempunyai hukum, tentunya kehidupan
akan menjadi sangat kacau dan tidak teratur.
Oleh sebab itulah, dibutuhkan hukum sebagai alat untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
Lantas, bagaimana dengan sistem tata hukum di Indonesia sendiri ? Sebagai warga Negara yang
baik, tentunya kita harus memahami sistem tata hukum di Indonesia.
Pada dasarnya, hukum di Indonesia sendiri merupakan campuran dari sistem hukum di Eropa,
hukum agama dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik pada hukum pidana
maupun hukum perdata berbasis pada hukum Eropa, khususnya Belanda.
Hal ini karena pada masa lalunya Indonesia sendiri merupakan wilayah jajahan Belanda dengan
sebutan Hindia Belanda. Selain itu, seperti yang telah disebutkan tadi bahwa hukum Indonesia
berasal dari hukum agama.
Hal ini karena sebagian masyarakat Indonesia menganut agama Islam, maka dominasi hukum
atau syariat Islam lebih banyak terutama pada bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan.
Selain itu, di Indonesia juga berlaku hukum adat yang diserap dalam perundang undangan atau
yurisprudensi, yang meerupakan penerusan dari berbagai aturan setempat dari masyarakat dan
budaya yang ada di wilayah nusantara.
Untuk lebih jelas mengenai sistem tata hukum di Indonesia, simaklah uraian yang akan disajikan
berikut ini.
Pada umumnya, hukum merupakan sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan
yang dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya yang
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban yang disertai dengan sanksi
bagi pelanggarnya.
Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subjek hukum
dan hubungan antar subjek hukum adalah hukum perdata. Apabila hukum publik mengatur
segala hal yang berkaitan dengan Negara serta kepentingan umum, maka hukum perdata
mengatur hubungan antara penduduk atau warga Negara sehari hari.
Hukum perdata di Indonesia sendiri didasarkan pada hukum perdata yang berlaku di Belanda,
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan kitap KUHPer yang berlaku
di Indonesia adalah tidak lain terjemahan dari hukum yang berlaku di kerajaan Belanda.
Untuk Negara Indonesia yang pada saat itu masih bernama Hindia Belanda, hukum belanda
diberlakukan mulai pada tahun 1859. Hukum perdata sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Prancis dengan beberapa penyesuaian.
Salah satu sistem tata hukum di Indonesia adalah hukum pidana. Pada dasarnya, hukum pidana
ini merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu
hukum pidana materiil dan hukum pidana formal.
Hukum pidana materiil merupakan hukum yang mengatur tentang penentuan tindak pidana,
pelaku tindak pidana, dan pidana atau sanksi. Di Indonesia sendiri, pengaturan hukum pidana
materiil disahkan dalam KUHP.
Sementara hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil. Di
Indonesia, pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dalam UU nomor 8 tahun 1981
tentang hukum acara pidana (KUHAP).
Pada dasarnya, hukum tata Negara adalah hukum yang mengatur tentang Negara, yaitu antara
lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan berbagai lembaga Negara, hubungan
hukum antar lembaga Negara, wilayah dan Negara.
Hukum ini juga merupakan hukum yang mengatur mengenai Negara dalam keadaan diam artinya
bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu Negara tertentu tetapi lebih dari pada Negara
dalam arti luas. Dengan kata lain, hukum ini membicarakan Negara dalam arti yang abstrak.
Hukum tata usaha atau administrasi Negara merupakan hukum yang mengatur kegiatan
administrasi Negara atau dengan kata lain hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah
dalam menjalankan tugasnya.
Hukum ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan hukum tata Negara, dimana kesamaannya
terletak pada kebijakan pemerintah, sedangkan dalam hal perbedaan hukum tata Negara lebih
mengacu pada fungsi konstitusi yang digunakan oleh Negara.
Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang terorganisasi dan kompleks, suatu
himpunan atau perpaduan ha-hal atau bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan
yang kompleks. Terdapat komponen yang terhubung dan mempunyai fungsi masing-masing
terhubung menjadi sistem menurut pola. Sistem merupakan susunan pandangan, teori, asas yang
teratur.
Sistem Hukum di Indonesia
Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa sistem hukum. Sistem hukum
Indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum adat, dan hukum negara eropa
terutama Belandasebagai Bangsa yang pernah menjajah Indonesia. Belanda berada di Indonesia
sekitar 3,5 abad lamanya. Maka tidak heran apabila banyak peradaban mereka yang diwariskan
termasuk sistem hukum. Bangsa Indonesia sebelumnya juga merupakan bangsa yang telah
memiliki budaya atau adat yang sangat kaya. Bukti peninggalan atau fakta sejarah mengatakan
bahwa di Indonesia dahulu banyak berdiri kerajaan-kerajaan hindu-budha seperti Sriwijaya,
Kutai, Majapahit, dan lain-lain. Zaman kerajaan meninggalkan warisan-warisan budaya yang
hingga saat ini masih terasa. Salah satunya adalah peraturan-peraturan adat yang hidup dan
bertahan hingga kini. Nilai-nilai hukum adat merupakan salah satu sumber hukum di Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar maka tidak heran apabila bangsa
Indonesia juga menggunakan hukum agama terutama Islam sebagai pedoman dalam kehidupan
dan juga menjadi sumber hukum Indonesia.
Periode Kolonialisme
Periode kolonialisme dibedakan menjadi tiga era, yaitu: Era VOC, Liberal Belanda dan Politik
etis hingga pendudukan Jepang.
a. Era VOC
Pada era penjajahan VOC, sistem hukum yang digunakan bertujuan untuk:
1. Keperluan ekspolitasi ekonomi untuk membantu krisis ekonomi di negera Belanda;
2. Pendisiplinan rakyat asli Indonesia dengan sistem yang otoriter
3. Perlindungan untuk orang-orang VOC, serta keluarga, dan para imigran Eropa.
Hukum Belanda diterapkan terhadap bangsa Belanda atau Eropa. Sedangkan untuk rakyat
pribumi, yang berlaku ialah hukum-hukum yang dibuat oleh tiap-tiap komunitas secara mandiri.
Tata politik & pemerintahan pada zaman itu telah mengesampingkan hak-hak dasar rakyat di
nusantara & menjadikan penderitaan yang pedih terhadap bangsa pribumi di masa itu.
Masa penjajahan Jepang tidak banyak terjadi pembaruan hukum di semua peraturan perundang-
undangan yang tidak berlawanan dengan peraturan militer Jepang, tetap berlaku sambil
menghapus hak-hak istimewa orang-orang Belanda & Eropa lainnya. Sedikit perubahan
perundang-undangan yang dilakukan: i) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang awalnya
hanya berlaku untuk golongan Eropa & yang setara, diberlakukan juga untuk kaum Cina; ii)
Beberapa peraturan militer diselipkan dalam peraturan perundang-undangan pidana yang
berlaku. Di bidang peradilan, pembaharuan yang terjadi adalah: i) Penghapusan
pluralisme/dualisme tata peradilan; ii) Unifikasi kejaksaan; iii) Penghapusan pembedaan polisi
kota & lapangan/pedesaan; iv) Pembentukan lembaga pendidikan hukum; v) Pengisian secara
besar-besaran jabatan-jabatan administrasi pemerintahan & hukum dengan rakyat pribumi.
Semenjak kekuasaan eksekutif beralih ke Presiden Habibie sampai dengan sekarang, sudah
dilakukan 4 kali amandemen UUD RI 1945. Beberapa pembaruan formal yang terjadi antara
lain: 1) Pembaruan sistem politik & ketetanegaraan; 2) Pembaruan sistem hukum & HAM; dan
3) Pembaruan sistem ekonomi.
Tiap-tiap orang harus bertindak demikian untuk menjaga ketertiban dalam bermasyarakat. Oleh
karena itu, hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan orang yang lain yang dapat disebut juga kaedah hukum yakni
peraturan-peraturan kemasyarakatan.
Kaedah Hukum
Sumber-sumber yang menjadi kaedah hukum atau peraturan kemasyarakatan:
1. Norma Agama merupakan peraturan hidup yang berisi perintah dan larangan yang bersumber
dari Yang Maha Kuasa. Contoh: jangan membunuh, hormati orang tua, berdoa, dll
2. Norma Kesusilaan merupakan peraturan yang bersumber dari hati sanubari. contohnya:
melihat orang yang sedang kesulitan maka hendaknya kita tolong.
3. Norma Kesopanan merupakan peraturan yang hidup di masyarakat tertentu. contohnya:
menyapa orang yang lebih tua dengan bahasa yang lebih tinggi atau baik.
4. Norma Hukum merupakan peraturan yang dibuat oleh penguasa yang berisi perintah dan
larangan yang bersifat mengikat: contohnya: ttiap indakan pidana ada hukumannya.
Unsur-unsur Hukum
Di dalam sebuah sistem hukum terdapat unsur-unsur yang membangun sistem tersebut yaitu:
1. Peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
2. Peraturan yang ditetapkan oleh instansi resmi negara
3. Peraturan yang bersifat memaksa
4. Peraturan yang memiliki sanksi tegas.
Sifat Hukum
Agar peraturan hidup kemasyarakatan agar benar-benar dipatuhi dan di taati sehingga menjadi
kaidah hukum, peraturan hidup kemasyarakata itu harus memiliki sifat mengatur dan memaksa.
Bersifat memaksa agar orang menaati tata tertib dalam masyarakaty serta memberikan sanksi
yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh menaatinya.
Tujuan Hukum
Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum harus pula
bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu. Sementara itu, para ahli
hukum memberikan tujuan hukum menurut sudut pandangnya masing-masing.
1. Prof. Subekti, S.H. hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
2. Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup
manusia secara damai.
3. Geny, hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan sebagai unsur
daripada keadilan disebutkannya “kepentingan daya guna dan kemanfaatan”.
4. Jeremy Betham (teori utilitas), hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa
yang berfaedah bagi orang.
5. Prof. Mr. J. Van Kan, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya
kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.
Berdasarkan pada beberapa tujuan hukum yang dikemukakan para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan hukum itu memiliki dua hal, yaitu :
Sumber Hukum
Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan-kekutatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang jika dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi :
1. Sumber hukum material, sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang,
misalnya ekonomi, sejarah, sosiologi, dan filsafat. Seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan
menyatakan bahwa yang menjadi sumber hukum adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat. Demikian sudut pandang yang lainnya pun seterusnya akan bergantung pada
pandangannya masing-masing bila kita telusuri lebih jauh.
2. Sumber hukum formal, membagi sumber hukum menjadi :
Undang-undang (statue), yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa Negara.
a) Dalam arti material adalah setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang dilihat dari isinya mengikat secara umum seperti yang diatur dalam TAP MPRS No.
XX/MPRS/1966.
b) Dalam arti formal adalah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
karena bentuknya dan dilibatkan dalam pembuatannya disebut sebagai undang-undang
Sama seperti namanya, jenis pengadilan ini digunakan untuk mengadili masyarakat secara
umum. Mengenai peradilan umum bisa dilihat secara lebih lanjut pada UU Nomor 49 Tahun
2009 yang merupakan Perubahan Kedua Atas UU Nomor 2 Tahun 1986. Pengadilan negri dan
pengadilan tinggi adalah dua jenis lembaga peradilan yang berada di di dalam lingkup
pengadilan umum. Pengadilan negri biasanya berada di ibu kota kabupaten/kota.
Sedangkan, pengadilan tinggi berada di tingkat provinsi. Jenis pengadilan yang berada di lingkup
umum ini mengadili masyarakat yang melanggar hukum baik di bidang perdata maupun pidana.
Apabila proses peradilan dirasa tidak cukup pada tingkat pengadilan negri, maka masyarakat bisa
meminta naik banding di pengadilan tinggi. Dalam menjalankan fungsi peradilan, terdapat
beberapa susunan keanggotaan pengadilan umum yang meliputi Pimpinan (Ketua PN dan Wakil
Ketua PN), hakim anggota, panitera , sekretaris, dan jurusita. (baca juga: Dampak Ketimpangan
Sosial)
2. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Macam-macam lembaga peradilan ini digunakan untuk mengadili masyarakat maupun pejabat
yang memiliki permasalahan antara lain sengketa tata usaha yang meliputi kegiatan administrasi
tulis menulis, permasalahan mengenai status seseorang, dan permasalahan ekonomi.
Sebagaimana diatur dalam UU No. 9 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1991.
Pengadilan tata usaha negara berada di tingkat kabupaten atau kota, sedangkan pengadilan tata
usaha tinggi berada di tingkat provinsi. Pada pengadilan tinggi tata usaha negara susunan
keanggotaannya meliputi hakim anggota, panitera, dan sekretaris.
3. Pengadilan Agama
Jenis pengadilan ini digunakan untuk mengadili masyarakat yang memiliki kepentingan yang
berurusan dengan agama seperti hak waris, pembagian harta, ataupun perceraian. Sebagaimana
yang di atur di dalam UU No. 7 Tahun 1989. Sama seperti pengadilan umum, pengadilan agama
juga memiliki dua tingkatan yaitu, pengadilan agama tingkat pertama yang berada di kabupaten /
kota dan pengadilan agama tinggi yang berada di tingkat provinsi.
Pada pengadilan agama tingkat pertama susunan anggotanya adalah pimpinan, hakim anggota,
panitera, sekretaris dan juru sita. Sedangkan pada tingkat pengadilan agama tinggi, susunan
anggotanya adalah sebagai berikut pimpinan, hakim anggota, panitera, dan sekretaris. (baca
juga: Cara Merawat Kemajemukan Bangsa Indonesia)
4. Pengadilan Militer
Jenis pengadilan ini digunakan untuk mengadili para penegak hukum di lingkungan angkatan
bersenjata yaitu tentara, yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997. Untuk jenis pengadilan yang satu ini,
terdapat empat tingkatan pengadilan yaitu pengadilan militer, pengadilan militer tinggi,
pengadilan militer utama dan pengadilan militer pertempuran. Adanya empat jenis pengadilan ini
didasarkan pada pangkat militer yang dimiliki oleh tentara itu sendiri, sebagai berikut:
Untuk pengadilan militer tingkat pertama, tentara yang diadili adalah mereka yang memiliki
pangkat kapten ke bawah.
Untuk pengadilan militer tinggi digunakan untuk mengadili tentara yang memiliki pangkat
mayor ke atas.
Sedangkan, untuk pengadilan militer utama digunakan untuk memeriksa dan memutus perkara
tingkat banding pada pengadilan militer tingkat pertama yang diajukan oleh pengadilan militer
tinggi.
Dan yang terakhir, pengadilan militer pertempuran memiliki fungsi untuk mengadili dan
memutuskan perkara para tentara baik di tingkat pengadilan pertama maupun tinggi yang
berkaitan dengan perkara pidana yang mereka lakukan di pertempuran.
Susunan keanggotaan dalam pengadilan militer utama ini antara lain Hakim Ketua (pangkat
minimal Brigadir Jenderal/ Laksamana Pertama / Marsekal Pertama), dua orang Hakim Anggota
(pangkat minimal Kolonel yang dibantu satu Panitera (pangkat minimal Mayor dan maksimal
Kolonel). (baca juga: Tujuan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia)
Jenis pengadilan ini digunakan untuk mengadili masyarakat atau pejabat yang melakukan tindak
pidana korupsi. Yang diatur dalam 53 UU No. 30 tahun 2002 dan ditetapkan oleh Keputusan
Presiden No. 59 Tahun 2004. Pengadilan tipikor berkedudukan di tingkat provinsi dan bersatu
dengan pengadilan negri yang berada di tingkat provinsi (ibu kota provinsi). Hal ini adalah
dampak dari penerbitan Undang – Undang No. 49 Tahun 2009. Susunan keanggotaan dalam
pengadilan tipikor terdiri dari pimpinan (ketua dan wakil ketua) dan hakim (hakim karir dan
hakim ad hock)
Pemerintah membentuk berbagai macam jenis pengadilan di atas dengan tujuan untuk
memfokuskan suatu permasalahan pada bidangnya masing – masing dengan para ahli di
bidangnya masing – masing pula. Sehingga, para pelanggar hukum bisa diproses, ditindak, dan
dihukum sesuai dengan pelanggaran yang mereka buat.
Dengan kata lain, pembelajaran akan hukum bisa membuat kita lebih waspada dan tidak mudah
tertipu. Tetap belajar bersama kami untuk mengetahui perkembangan ilmu hukum yang bisa
semakin menambah wawasan kalian semua. Tetap semangat belajar dan semoga berhasil.
PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PERADILAN
INDONESIA SERTA ALAT KELENGKAPANYA
Di indonesi banyak sekali lembaga peradilan, inilah beberapa lembaga-lembaga peradilan yang
ada di indonesia dan fungsinya serta alat kelengkapanya
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
e. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perangkat atau Alat Kelengkapan Lembaga
Peradilan Antara Lain :
a. Polisi adalah aparat hukum yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang untuk
melaksanakan segala peraturan yang dikeluarkan oleh kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam rangka menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat dan tegaknya hukum.
b. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai
penuntut umum, serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
c. Hakim adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili. Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan
memutuskan perkara pidanma berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak disidang
pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
d. Penasihat Hukum adalah sesorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh dan
berdasarkan undang-undang untuk memberi bantuan hukum.
e. Komisi Yudisial adalah lembaga pengawas eksternal terhadap pent\yelenggaraan kekuasaan
kehakiman oleh badan peradilan dan hakim.
PERTEMUAN 3
Gambaran Umum
Singkatan KPK
Didirikan 2002
Sifat Independen
Struktur
1. Basaria Panjaitan
Wakil Ketua
merangkap Anggota 2. Alexander Marwata
3. Laode Muhammad
Syarif
4. Thony Saut
Situmorang
Kantor pusat
Situs web
kpk.go.id
l
b
s
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK) adalah lembaga
negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.[1] Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.[2] Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK
berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan
umum, dan proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK.[1]
KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua merangkap
anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota. Pimpinan KPK memegang jabatan
selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam
pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.[1] Pada periode 2011-2015
KPK dipimpin oleh Ketua KPK Abraham Samad, bersama 4 orang wakil ketuanya,
yakni Zulkarnaen, Bambang Widjojanto, Busyro Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja.[3]
Pada tanggal 17 Desember 2015, Komisi Hukum DPR RI yang diketuai oleh Azis Syamsuddin,
menetapkan Agus Rahardjo sebagai Ketua KPK terpilih periode 2015-2019 setelah sebelumnya
melakukan dua kali voting[4]. Agus berhasil mendapatkan 53 suara. Sedangkan calon pimpinan
KPK lainnya, Basaria Panjaitan mendapatkan 51 suara, Alexander Marwata 46 suara, Saut
Situmorang 37 suara, dan Laode Muhammad Syarif 37 suara.
Struktur Organisasi
Pimpinan
Pimpinan KPK adalah pejabat negara yang terdiri dari 5 (lima) anggota yakni Ketua yang
merangkap Anggota, serta Wakil Ketua yang terdiri atas 4 (empat) orang dan masing-masing
merangkap Anggota.
Ketua KPK[
Ketua KPK adalah salah satu dari lima pimpinan di KPK. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
juga merangkap sebagai anggota KPK.
Wakil Ketua KPK
Wakil Ketua KPK merupakan pimpinan KPK yang juga merangkap sebagai anggota KPK.
Wakil Ketua KPK terdiri dari:
10. Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi – Timtas Tipikor (2005)
E. SORAK ACEH
SoRAK adalah singkatan dari Solidaritas Gerakan Anti Korupsi. Sebuah Organisasi Non
Pemerintah (NGO) yang dibentuk pada tahun 2002 oleh beberapa anak muda yang merasa
prihatin dengan kondisi korupsi di Indonesia terutama Aceh. Pada saat itu tidak banyak orang
atau aktivis di Aceh yang bergerak langsung dan frontal dalam Isu anti korupsi di Aceh.
Saat ini, hasil kerja selama ini dalam melakukan perlawanan terhadap korupsi serta
pemberdayaan masyarakat, SoRAK Aceh telah mendorong terbentuknya lembaga serupa baik
langsung maupun tidak langsung dengan berbagai latar belakang pemikiran. Seperti JARAK,
Mataraja, GeRAK Aceh, SuAK, MaTA dan sebagainya. Lembaga maupun perkumpulan yang
terbentuk sampai saat ini tidak terlepas dari inspirasi dan semangat yang diusung oleh SoRAK.
Namun lembaga maupun perkumpulan tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan hirarkis,
melainkan hanya semangat atau ruh.
Pengertian dari korupsi!
Korupsi merupakan tindakan dan perbuatan yang bersifat ilegal dan menyalahi peraturan
serta amanah yang ada guna mendapatkan keuntungan sepihak serta merugikan orang lain.
1. Berkata bohong dengan cara mengambil sebagian uang kembalian belanja yang
diamanahkan oleh ibu.
2. Meminta uang kepada orangtua untuk membeli buku pelajaran melebihi dari harga buku
sebenarnya.
3. Pulang ke rumah tidak sesuai dengan jam yang telah ditentukan peraturan keluarga.
5. Membayar harga makanan kantin tidak sesuai dengan jumlah makanan yang diambil.
Contoh tindakan korupsi di lingkungan Masyarakat / Bangsa dan Negara, antara lain :
1. Korupsi dapat menghambat dan merusak perkembangan ekonomi suatu negara, sehingga
menjadikan cita-cita yang dituju lebih lebih sulit.
2. Korupsi dalam lingkup politik akan menjadikan ketidakstabilan sosial politik dan integrasi
sosial.
4. Korupsi dapat merusak kebudayaan baik suatu negara. Korupsi yang terjadi secara terus
menerus, lambat laun akan mengikis perilaku jujur suatu negara.
Faktor Penghambat :
2. Masih banyaknya tumpang tindih dan kurangnya kerjasama antar lembaga negara dalam
upaya pemberantasan korupsi.
4. Budaya antikorupsi yang belum tumbuh dengan baik dalam jiwa masyarakat Indonesia.
Faktor Pendorong :
5. Menjalankan segala sesuatu sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
HUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL
A. Pengertian Hukum Internasional
Prof Dr. Mochtar Kusumaatmaja mengatakan bahwa Hukum Internasional adalah keseluruhan
kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas
negara antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum internasional lainnya.
1. Asas Teritorial, Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan
semua barang yang berada dalam wilayahnya.
2. Asas Kebangsaan, menurut asas ini setap warganegara dimanapun dia berada, tetap
mendapat perlakuan hukum dari nearanya. asas ini memiliki kekuatan ekstrateritorial,
artinya hukum negara tetap berlaku bagi seorang warganegara walaupun ia berada di
negara lain.
3. Asa Kepentingan Umum, menurut asas ini negara dapat menyesuaikan diri dengan dengan
semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut paut dengan kepentingan umum. Jadi,
hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.
C. Subjek Hukum Internasional
Subjek hukum Internasional terdiri dari :
1. Negara
2. Individu
3. Tahta Suci / vatican
4. Palang Merah Internasional
5. Organisasi Internasional
Sebagian Ahli mengatakan bahwa pemberontak pun termasuk bagian dari subjek hukum
internasional.
1. Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang membahas dasar berlakunya hukum
suatu negara.
2. Sumber hukum formal, yaitu sumber darimana kita mendapatkan atau menemukan
ketentuan-ketentuan hukum internasional.
Menurut pasal 38 Piagam mahkamah Internasional, sumber hukum formal terdiri dari :
1. Korban pelanggaran HAM dapat mengadukan kepada komisi tinggi HAM PBB atau
melalui lembaga HAM internasional lainnya.
2. pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan dan penyidikan.
3. dengan bukti-bukti hasil penyelidikan dan penyidikan proses dilanjutkan pada tahap
peradilan, dan jika terbukti maka hakim MI akan menjatuhkan sanksi.
SUMBER : http://manalor.wordpress.com/2010/04/14/hukum-internasional/