Anda di halaman 1dari 38

PERTEMUAN 2

Macam Macam Penggolongan Hukum

1. Penggolongan Hukum Menurut Sumbernya, hukum dapat dibagi sebagai berikut:

1. Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-


undangan.
2. Hukum kebiasaan, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan
kebiasaan.
3. Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu
perjanjian antarnegara.
4. Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

2. Penggolongan Hukum Menurut Bentuknya, hukum dapat dibagi sebagai berikut:

1. Hukum tertulis, yang dibedakan atas dua macam sebagai berikut.


a. Hukum tertulis yang dikodifikasikan, yaitu hukum yang disusun secara lengkap,
sistematis, teratur, dan dibukukan sehingga tidak perlu lagi peraturan pelaksanaan.
Misalnya UU Perkawinan, UU Dagang, KUHP, UU Perlindungan Anak, UU
Agraria, UU HAM, dan sebagainya.

b. Hukum tertulis yang tidak dikodifikasikan, yaitu hukum yang meskipun tertulis,
tetapi tidak disusun secara sistematis, tidak lengkap, dan masih terpisah-pisah
sehingga masih sering memerlukan peraturan pelaksanaan dalam penerapannya.
Misalnya, Traktat, Konvenan, Perjanjian Bilateral, dan sebagainya.
2. Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang hidup dan diyakini oleh warga masyarakat
serta dipatuhi dan tidak dibentuk menurut prosedur formal, tetapi lahir dan tumbuh
dikalangan masyarakat itu sendiri, misalnya Hukum Adat.
3. Penggolongan Hukum Menurut Tempat Berlakunya, hukum dapat dibagi sebagai
berikut:

1. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah suatu negara tertentu.
2. Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antarnegara
dalam dunia internasional. Hukum internasional berlaku universal.
3. Hukum asing, yaitu hukum yang berlaku dalam wilayah negara lain.
4. Hukum gereja, yaitu kumpulan-kumpulan norma yang ditetapkan oleh gereja
untuk para anggotanya.
4. Penggolongan Hukum Menurut Waktu Berlakunya, hukum dapat dibagi sebagai
berikut:

1. Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu
masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu. Contohnya Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Ius Constituendum (hukum negatif/prospektif), yaitu hukum yang diharapkan
berlaku pada waktu yang akan datang. Contohnya, Rancangan Undang-Undang
(RUU).
3. Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku dimana-mana dalam
segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tidak mengenal batas
waktu, melainkan berlaku untuk selama-lamanya terhadap siapapun dan diseluruh
tempat.

5. Penggolongan Hukum Menurut Cara Mempertahankanya, hukum dapat dibagi sebagai


berikut:

1. Hukum material, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara anggota


masyarakat yang berlaku umum tentang hal-hal yang dilarang dan dibolehkan
untuk dilakukan. Misalnya, hukum pidana, hukum perdata, hukum dagang dan
sebagainya.
2. Hukum formal, yaitu hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan dan
melaksanakan hukum material. Misalnya, Hukum Acara Pidana (KUHAP),
Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Hukum
Acara, dan sebagainya.

6. Penggolongan Hukum Menurut Sifatnya, hukum dapat dibagi sebagai berikut:

1. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimanapun juga
harus dan mempunyai paksaan mutlak. Misalnya, jika melakukan pembunuhan
maka sanksinya secara paksa wajib dilaksanakan hukuman.
2. Hukum yang mengatur, yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-
pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan sendiri dalam suatu perjanjian.
Dengan kata lain, hukum yang mengatur hubungan antarindividu yang baru
berlaku apabila yang bersangkutan tidak menggunakan alternatif lain yang
dimungkinkan oleh hukum (undangundang). Contohnya, ketentuan dalam
pewarisan ab-intesto (pewarisan berdasarkan undang-undang), baru
memungkinkan untuk dilaksanakan jika tidak ada surat wasiat (testamen).
7. Penggolongan Hukum Menurut Wujudnya, hukum dapat dibagi sebagai berikut:

1. Hukum objektif, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua orang atau
lebih yang berlaku umum. Dengan pengertian, hukum dalam suatu negara yang
berlaku umum dan tidak mengenal orang atau golongan tertentu.
2. Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan berlaku
terhadap seorang atau lebih. Hukum subjektif sering juga disebut hak.
8. Penggolongan Hukum Menurut Isinya, hukum dapat dibagi sebagai berikut:

1. Hukum privat, yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang


yang satu dengan orang yang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan
perseorangan.
2. Hukum publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-
alat perlengkapannya atau hubungan negara dengan perseorangan (warga negara)
Sistem Tata Hukum Di Indonesia

Hukum pada dasarnya merupakan hal yang paling penting di dalam suatu Negara. Coba anda
bayangkan bagaimana jadinya bila suatu Negara tidak mempunyai hukum, tentunya kehidupan
akan menjadi sangat kacau dan tidak teratur.

Oleh sebab itulah, dibutuhkan hukum sebagai alat untuk mencegah terjadinya hal tersebut.
Lantas, bagaimana dengan sistem tata hukum di Indonesia sendiri ? Sebagai warga Negara yang
baik, tentunya kita harus memahami sistem tata hukum di Indonesia.

Pada dasarnya, hukum di Indonesia sendiri merupakan campuran dari sistem hukum di Eropa,
hukum agama dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik pada hukum pidana
maupun hukum perdata berbasis pada hukum Eropa, khususnya Belanda.

Hal ini karena pada masa lalunya Indonesia sendiri merupakan wilayah jajahan Belanda dengan
sebutan Hindia Belanda. Selain itu, seperti yang telah disebutkan tadi bahwa hukum Indonesia
berasal dari hukum agama.

Hal ini karena sebagian masyarakat Indonesia menganut agama Islam, maka dominasi hukum
atau syariat Islam lebih banyak terutama pada bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan.
Selain itu, di Indonesia juga berlaku hukum adat yang diserap dalam perundang undangan atau
yurisprudensi, yang meerupakan penerusan dari berbagai aturan setempat dari masyarakat dan
budaya yang ada di wilayah nusantara.

Untuk lebih jelas mengenai sistem tata hukum di Indonesia, simaklah uraian yang akan disajikan
berikut ini.

 Hukum perdata di Indonesia

Pada umumnya, hukum merupakan sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan
yang dibuat oleh pihak yang berwenang, sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya yang
berfungsi untuk mengatur masyarakat demi terciptanya ketertiban yang disertai dengan sanksi
bagi pelanggarnya.

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subjek hukum
dan hubungan antar subjek hukum adalah hukum perdata. Apabila hukum publik mengatur
segala hal yang berkaitan dengan Negara serta kepentingan umum, maka hukum perdata
mengatur hubungan antara penduduk atau warga Negara sehari hari.

Hukum perdata di Indonesia sendiri didasarkan pada hukum perdata yang berlaku di Belanda,
khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan. Bahkan kitap KUHPer yang berlaku
di Indonesia adalah tidak lain terjemahan dari hukum yang berlaku di kerajaan Belanda.
Untuk Negara Indonesia yang pada saat itu masih bernama Hindia Belanda, hukum belanda
diberlakukan mulai pada tahun 1859. Hukum perdata sendiri disadur dari hukum perdata yang
berlaku di Prancis dengan beberapa penyesuaian.

 Hukum pidana di Indonesia

Salah satu sistem tata hukum di Indonesia adalah hukum pidana. Pada dasarnya, hukum pidana
ini merupakan bagian dari hukum publik. Hukum pidana juga dibagi menjadi dua bagian, yaitu
hukum pidana materiil dan hukum pidana formal.

Hukum pidana materiil merupakan hukum yang mengatur tentang penentuan tindak pidana,
pelaku tindak pidana, dan pidana atau sanksi. Di Indonesia sendiri, pengaturan hukum pidana
materiil disahkan dalam KUHP.

Sementara hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil. Di
Indonesia, pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dalam UU nomor 8 tahun 1981
tentang hukum acara pidana (KUHAP).

 Hukum tata Negara

Pada dasarnya, hukum tata Negara adalah hukum yang mengatur tentang Negara, yaitu antara
lain dasar pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan berbagai lembaga Negara, hubungan
hukum antar lembaga Negara, wilayah dan Negara.

Hukum ini juga merupakan hukum yang mengatur mengenai Negara dalam keadaan diam artinya
bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu Negara tertentu tetapi lebih dari pada Negara
dalam arti luas. Dengan kata lain, hukum ini membicarakan Negara dalam arti yang abstrak.

 Hukum tata usaha

Hukum tata usaha atau administrasi Negara merupakan hukum yang mengatur kegiatan
administrasi Negara atau dengan kata lain hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah
dalam menjalankan tugasnya.

Hukum ini sebenarnya memiliki kemiripan dengan hukum tata Negara, dimana kesamaannya
terletak pada kebijakan pemerintah, sedangkan dalam hal perbedaan hukum tata Negara lebih
mengacu pada fungsi konstitusi yang digunakan oleh Negara.

Inilah sekilas mengenai sistem tata hukum di Indonesia. Semoga bermanfaat


Pengertian Sistem Hukum

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang terorganisasi dan kompleks, suatu
himpunan atau perpaduan ha-hal atau bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan
yang kompleks. Terdapat komponen yang terhubung dan mempunyai fungsi masing-masing
terhubung menjadi sistem menurut pola. Sistem merupakan susunan pandangan, teori, asas yang
teratur.
Sistem Hukum di Indonesia
Sistem hukum Indonesia merupakan perpaduan beberapa sistem hukum. Sistem hukum
Indonesia merupakan perpaduan dari hukum agama, hukum adat, dan hukum negara eropa
terutama Belandasebagai Bangsa yang pernah menjajah Indonesia. Belanda berada di Indonesia
sekitar 3,5 abad lamanya. Maka tidak heran apabila banyak peradaban mereka yang diwariskan
termasuk sistem hukum. Bangsa Indonesia sebelumnya juga merupakan bangsa yang telah
memiliki budaya atau adat yang sangat kaya. Bukti peninggalan atau fakta sejarah mengatakan
bahwa di Indonesia dahulu banyak berdiri kerajaan-kerajaan hindu-budha seperti Sriwijaya,
Kutai, Majapahit, dan lain-lain. Zaman kerajaan meninggalkan warisan-warisan budaya yang
hingga saat ini masih terasa. Salah satunya adalah peraturan-peraturan adat yang hidup dan
bertahan hingga kini. Nilai-nilai hukum adat merupakan salah satu sumber hukum di Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar maka tidak heran apabila bangsa
Indonesia juga menggunakan hukum agama terutama Islam sebagai pedoman dalam kehidupan
dan juga menjadi sumber hukum Indonesia.

Sejarah Hukum di Indonesia

 Periode Kolonialisme

Periode kolonialisme dibedakan menjadi tiga era, yaitu: Era VOC, Liberal Belanda dan Politik
etis hingga pendudukan Jepang.
a. Era VOC
Pada era penjajahan VOC, sistem hukum yang digunakan bertujuan untuk:
1. Keperluan ekspolitasi ekonomi untuk membantu krisis ekonomi di negera Belanda;
2. Pendisiplinan rakyat asli Indonesia dengan sistem yang otoriter
3. Perlindungan untuk orang-orang VOC, serta keluarga, dan para imigran Eropa.

Hukum Belanda diterapkan terhadap bangsa Belanda atau Eropa. Sedangkan untuk rakyat
pribumi, yang berlaku ialah hukum-hukum yang dibuat oleh tiap-tiap komunitas secara mandiri.
Tata politik & pemerintahan pada zaman itu telah mengesampingkan hak-hak dasar rakyat di
nusantara & menjadikan penderitaan yang pedih terhadap bangsa pribumi di masa itu.

b. Era Liberal Belanda


Tahun 1854 di Hindia-Belanda dikeluarkan Regeringsreglement (kemudian dinamakan RR
1854) atau Peraturan mengenai Tata Pemerintahan (di Hindia-Belanda) yang tujuannya adalah
melindungi kepentingan usaha-usaha swasta di tanah jajahan & untuk yang pertama kalinya
mencantumkan perlindungan hukum untuk rakyat pribumi dari pemerintahan jajahan yang
sewenang-wenang. Hal ini bisa dilihat dalam (Regeringsreglement) RR 1854 yang mengatur soal
pembatasan terhadap eksekutif (paling utama Residen) & kepolisian, dan juga jaminan soal
proses peradilan yg bebas.
Otokratisme administrasi kolonial masih tetap terjadi pada era ini, meskipun tidak lagi sekejam
dahulu. Pembaharuan hukum yang didasari oleh politik liberalisasi ekonomi ini ternyata tidak
dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat pribumi, sebab eksploitasi masih terus terjadi.

c. Era Politik Etis Sampai Kolonialisme Jepang


Politik Etis diterapkan di awal abad ke-20. Kebijakan-kebijakan awal politik etis yang berkaitan
langsung dengan pembaharuan hukum antara lain:
1. Pendidikan bagi rakyat pribumi, termasuk juga pendidikan lanjutan hukum;
2. Pendirian Volksraad, yaitu lembaga perwakilan untuk kaum pribumi;
3. Manajemen organisasi pemerintahan, yang utama dari sisi efisiensi;
4. Manajemen lembaga peradilan, yang utama dalam hal profesionalitas;
5. Pembentukan peraturan perundang-undangan yg berorientasi pada kepastian hukum.
Sampai saat hancurnya kolonialisme Belanda, pembaruan hukum di Hindia Belanda
meninggalkan warisan: i) Pluralisme/dualisme hukum privat dan pluralisme/dualisme lembaga-
lembaga peradilan; ii) Pengelompokan rakyat ke menjadi tiga golongan; Eropa dan yang
disamakan, Timur Asing, Tionghoa & Non-Tionghoa, & Pribumi.

Masa penjajahan Jepang tidak banyak terjadi pembaruan hukum di semua peraturan perundang-
undangan yang tidak berlawanan dengan peraturan militer Jepang, tetap berlaku sambil
menghapus hak-hak istimewa orang-orang Belanda & Eropa lainnya. Sedikit perubahan
perundang-undangan yang dilakukan: i) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang awalnya
hanya berlaku untuk golongan Eropa & yang setara, diberlakukan juga untuk kaum Cina; ii)
Beberapa peraturan militer diselipkan dalam peraturan perundang-undangan pidana yang
berlaku. Di bidang peradilan, pembaharuan yang terjadi adalah: i) Penghapusan
pluralisme/dualisme tata peradilan; ii) Unifikasi kejaksaan; iii) Penghapusan pembedaan polisi
kota & lapangan/pedesaan; iv) Pembentukan lembaga pendidikan hukum; v) Pengisian secara
besar-besaran jabatan-jabatan administrasi pemerintahan & hukum dengan rakyat pribumi.

 Era Revolusi Fisik Sampai Demokrasi Liberal

a. Era Revolusi Fisik


i) Melanjutkan unfikasi badan-badan peradilan dengan melaksanakan penyederhanaan;
ii) Mengurangi serta membatasi peranan badan-badan pengadilan adat & swapraja, terkecuali
badan-badan pengadilan agama yg bahkan diperkuat dengan pembentukan Mahkamah Islam
Tinggi.

b. Era Demokrasi Liberal


Undang-undang Dasar Sementara 1950 yang sudah mengakui HAM. Namun pada era ini
pembaharuan hukum & tata peradilan tidak banyak terjadi, yang terjadi adalah dilema untuk
mempertahankan hukum & peradilan adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya menjadi
hukum nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan internasional.
Selajutnya yang terjadi hanyalah unifikasi peradilan dengan menghapuskan seluruh badan-badan
& mekanisme pengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara, yang ditetapkan
melalui UU No. 9/1950 tentang Mahkamah Agung dan UU Darurat No. 1/1951 tentang Susunan
& Kekuasaan Pengadilan.

 Era Demokrasi Terpimpin Sampai Orde Baru

a. Era Demokrasi Terpimpin


Perkembangan dan dinamika hukum di era ini
i) Menghapuskan doktrin pemisahan kekuasaan & mendudukan MA & badan-badan pengadilan
di bawah lembaga eksekutif;
ii) Mengubah lambang hukum "dewi keadilan" menjadi "pohon beringin" yang berarti
pengayoman;
iii) Memberikan kesempatan kepada eksekutif untuk ikut campur tangan secara langsung atas
proses peradilan sesuai UU No.19/1964 & UU No.13/1965;
iv) Menyatakan bahwa peraturan hukum perdata pada masa pendudukan tidak berlaku kecuali
hanya sebagai rujukan, maka dari itu hakim harus mengembangkan putusan-putusan yang lebih
situasional & kontekstual.

b. Era Orde Baru


Pembaruan hukum pada masa Orde Baru dimulai dari penyingkiran hukum dalam proses
pemerintahan dan politik, pembekuan UU Pokok Agraria, membentuk UU yang mempermudah
modal dari luar masuk dengan UU Penanaman modal Asing, UU Pertambangan, dan UU
Kehutanan. Selain itu, orde baru juga melancarkan: i) Pelemahan lembaga hukum di bawah
kekuasaan eksekutif; ii) Pengendalian sistem pendidikan & pembatasan pemikiran kritis,
termasuk dalam pemikiran hukum; Kesimpulannya, pada era orba tidak terjadi perkembangan
positif hukum Nasional.

 Periode Pasca Orde Baru (1998 – Sekarang)

Semenjak kekuasaan eksekutif beralih ke Presiden Habibie sampai dengan sekarang, sudah
dilakukan 4 kali amandemen UUD RI 1945. Beberapa pembaruan formal yang terjadi antara
lain: 1) Pembaruan sistem politik & ketetanegaraan; 2) Pembaruan sistem hukum & HAM; dan
3) Pembaruan sistem ekonomi.

Ciri-ciri Sistem Hukum

 terdapat perintah dan larangan


 terdapat sanksi tegas bagi yang melanggar
 perintah dan larangan harus ditaati untuk seluruh masyarakat

Tiap-tiap orang harus bertindak demikian untuk menjaga ketertiban dalam bermasyarakat. Oleh
karena itu, hukum meliputi berbagai peraturan yang menentukan dan mengatur hubungan antara
orang yang satu dengan orang yang lain yang dapat disebut juga kaedah hukum yakni
peraturan-peraturan kemasyarakatan.

Kaedah Hukum
Sumber-sumber yang menjadi kaedah hukum atau peraturan kemasyarakatan:
1. Norma Agama merupakan peraturan hidup yang berisi perintah dan larangan yang bersumber
dari Yang Maha Kuasa. Contoh: jangan membunuh, hormati orang tua, berdoa, dll
2. Norma Kesusilaan merupakan peraturan yang bersumber dari hati sanubari. contohnya:
melihat orang yang sedang kesulitan maka hendaknya kita tolong.
3. Norma Kesopanan merupakan peraturan yang hidup di masyarakat tertentu. contohnya:
menyapa orang yang lebih tua dengan bahasa yang lebih tinggi atau baik.
4. Norma Hukum merupakan peraturan yang dibuat oleh penguasa yang berisi perintah dan
larangan yang bersifat mengikat: contohnya: ttiap indakan pidana ada hukumannya.

Unsur-unsur Hukum
Di dalam sebuah sistem hukum terdapat unsur-unsur yang membangun sistem tersebut yaitu:
1. Peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat
2. Peraturan yang ditetapkan oleh instansi resmi negara
3. Peraturan yang bersifat memaksa
4. Peraturan yang memiliki sanksi tegas.

Sifat Hukum
Agar peraturan hidup kemasyarakatan agar benar-benar dipatuhi dan di taati sehingga menjadi
kaidah hukum, peraturan hidup kemasyarakata itu harus memiliki sifat mengatur dan memaksa.
Bersifat memaksa agar orang menaati tata tertib dalam masyarakaty serta memberikan sanksi
yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh menaatinya.

Tujuan Hukum
Hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum harus pula
bersendikan pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu. Sementara itu, para ahli
hukum memberikan tujuan hukum menurut sudut pandangnya masing-masing.

1. Prof. Subekti, S.H. hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.
2. Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup
manusia secara damai.
3. Geny, hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan sebagai unsur
daripada keadilan disebutkannya “kepentingan daya guna dan kemanfaatan”.
4. Jeremy Betham (teori utilitas), hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa
yang berfaedah bagi orang.
5. Prof. Mr. J. Van Kan, hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya
kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

Berdasarkan pada beberapa tujuan hukum yang dikemukakan para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan hukum itu memiliki dua hal, yaitu :

1. untuk mewujudkan keadilan


2. semata-mata untuk mencari faedah atau manfaat.

Selain tujuan hukum, ada juga tugas hukum, yaitu :

1. menjamin adanya kepastian hukum.


2. Menjamin keadilan, kebenaran, ketentraman dan perdamaian.
3. Menjaga jangan sampai terjadi perbuatan main hakim sendiri dalam pergaulan
masyarakat.

Sumber Hukum
Sumber hukum ialah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai
kekuatan-kekutatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang jika dilanggar
mengakibatkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber hukum dapat ditinjau dari segi :
1. Sumber hukum material, sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang,
misalnya ekonomi, sejarah, sosiologi, dan filsafat. Seorang ahli kemasyarakatan (sosiolog) akan
menyatakan bahwa yang menjadi sumber hukum adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat. Demikian sudut pandang yang lainnya pun seterusnya akan bergantung pada
pandangannya masing-masing bila kita telusuri lebih jauh.
2. Sumber hukum formal, membagi sumber hukum menjadi :

 Undang-undang (statue), yaitu suatu peraturan Negara yang mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa Negara.
a) Dalam arti material adalah setiap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang dilihat dari isinya mengikat secara umum seperti yang diatur dalam TAP MPRS No.
XX/MPRS/1966.
b) Dalam arti formal adalah keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
karena bentuknya dan dilibatkan dalam pembuatannya disebut sebagai undang-undang

 Kebiasaan (custom/adat), perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam


hal yang sama kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Apabila ada tindakan atau
perbuatan yang berlawanan dengan kebiasaan tersebut, hal ini dirasakan sebagai
pelanggaran.
 Keputusan Hakim (Jurisprudensi); adalah keputusan hakim terdahulu yang dijadikan
dasar keputusan oleh hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara yang sama.
 Traktat (treaty); atau perjanjian yang mengikat warga Negara dari Negara yang
bersangkutan. Traktat juga merupakan perjanjian formal antara dua Negara atau lebih.
Perjanjian ini khusus menyangkut bidang ekonomi dan politik.
 Pendapat Sarjana Hukum (doktrin); merupakan pendapat para ilmuwan atau para sarjana
hukum terkemuka yang mempunyai pengaruh atau kekuasaan dalam pengambilan
keputusan.
5 Macam-Macam Lembaga Peradilan
di Indonesia
Hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur dan mengikat hidup setiap orang yang harus
ditaati demi kesejahteraan dan kerukunan semua warga negara. Hukum sendiri tentunya sangat
dekat sekali dengan diri kita, mulai dari hal kecil seperti peraturan dalam keluarga dan sekolah,
sampai hal besar seperti hukum yang diatur oleh negara tentang ketatanegaraan.

Karena sebegitu pentingnya acam-macam lembaga peradilan dalam membantu mewujudkan


masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera, pemerintah dibantu dengan banyak elemen
masyarakat berjuang untuk menegakkan hukum. Dan, karenanya bagi para pelanggar hukum ada
sanksi dan hukuman yang harus diterima. Untuk membantu pemerintah memberikan sanksi dan
hukuman yang sesuai bagi para pelanggar hukum, ada beberapa jenis pengadilan sosial yang
digunakan pemerintah untuk mengadili para pelanggar hukum berdasarkan tingkatan strata
masyarakat itu sendiri.

Macam Lembaga Peradilan di Indonesia


Setelah penjabaran di atas mengenai macam-macam lembaga peradilan yang ada di Indonesia
beserta sistem peradilannya, harapan saya kita semua bisa menjadi warga negara Indonesia yang
baik dan taat hukum. Jangan sampai, kita sendiri buta hukum di negara hukum Indonesia ini.
Pengetahuan dasar tentang hukum dan peraturan – peraturan dalam negara kita tentunya perlu
dipelajari. Hal ini, bermanfaat bagi kita untuk mencegah perbuatan – perbuatan dari oknum –
oknum tidak bertanggung jawab yang berbicara seolah – olah mengetahui hukum secara luar dan
dalam.

1. Pengadilan Umum (Pengadilan Sipil)

Sama seperti namanya, jenis pengadilan ini digunakan untuk mengadili masyarakat secara
umum. Mengenai peradilan umum bisa dilihat secara lebih lanjut pada UU Nomor 49 Tahun
2009 yang merupakan Perubahan Kedua Atas UU Nomor 2 Tahun 1986. Pengadilan negri dan
pengadilan tinggi adalah dua jenis lembaga peradilan yang berada di di dalam lingkup
pengadilan umum. Pengadilan negri biasanya berada di ibu kota kabupaten/kota.

Sedangkan, pengadilan tinggi berada di tingkat provinsi. Jenis pengadilan yang berada di lingkup
umum ini mengadili masyarakat yang melanggar hukum baik di bidang perdata maupun pidana.
Apabila proses peradilan dirasa tidak cukup pada tingkat pengadilan negri, maka masyarakat bisa
meminta naik banding di pengadilan tinggi. Dalam menjalankan fungsi peradilan, terdapat
beberapa susunan keanggotaan pengadilan umum yang meliputi Pimpinan (Ketua PN dan Wakil
Ketua PN), hakim anggota, panitera , sekretaris, dan jurusita. (baca juga: Dampak Ketimpangan
Sosial)
2. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)

Macam-macam lembaga peradilan ini digunakan untuk mengadili masyarakat maupun pejabat
yang memiliki permasalahan antara lain sengketa tata usaha yang meliputi kegiatan administrasi
tulis menulis, permasalahan mengenai status seseorang, dan permasalahan ekonomi.
Sebagaimana diatur dalam UU No. 9 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1991.
Pengadilan tata usaha negara berada di tingkat kabupaten atau kota, sedangkan pengadilan tata
usaha tinggi berada di tingkat provinsi. Pada pengadilan tinggi tata usaha negara susunan
keanggotaannya meliputi hakim anggota, panitera, dan sekretaris.

3. Pengadilan Agama

Jenis pengadilan ini digunakan untuk mengadili masyarakat yang memiliki kepentingan yang
berurusan dengan agama seperti hak waris, pembagian harta, ataupun perceraian. Sebagaimana
yang di atur di dalam UU No. 7 Tahun 1989. Sama seperti pengadilan umum, pengadilan agama
juga memiliki dua tingkatan yaitu, pengadilan agama tingkat pertama yang berada di kabupaten /
kota dan pengadilan agama tinggi yang berada di tingkat provinsi.

Pada pengadilan agama tingkat pertama susunan anggotanya adalah pimpinan, hakim anggota,
panitera, sekretaris dan juru sita. Sedangkan pada tingkat pengadilan agama tinggi, susunan
anggotanya adalah sebagai berikut pimpinan, hakim anggota, panitera, dan sekretaris. (baca
juga: Cara Merawat Kemajemukan Bangsa Indonesia)

4. Pengadilan Militer

Jenis pengadilan ini digunakan untuk mengadili para penegak hukum di lingkungan angkatan
bersenjata yaitu tentara, yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997. Untuk jenis pengadilan yang satu ini,
terdapat empat tingkatan pengadilan yaitu pengadilan militer, pengadilan militer tinggi,
pengadilan militer utama dan pengadilan militer pertempuran. Adanya empat jenis pengadilan ini
didasarkan pada pangkat militer yang dimiliki oleh tentara itu sendiri, sebagai berikut:

 Untuk pengadilan militer tingkat pertama, tentara yang diadili adalah mereka yang memiliki
pangkat kapten ke bawah.
 Untuk pengadilan militer tinggi digunakan untuk mengadili tentara yang memiliki pangkat
mayor ke atas.
 Sedangkan, untuk pengadilan militer utama digunakan untuk memeriksa dan memutus perkara
tingkat banding pada pengadilan militer tingkat pertama yang diajukan oleh pengadilan militer
tinggi.
 Dan yang terakhir, pengadilan militer pertempuran memiliki fungsi untuk mengadili dan
memutuskan perkara para tentara baik di tingkat pengadilan pertama maupun tinggi yang
berkaitan dengan perkara pidana yang mereka lakukan di pertempuran.

Susunan keanggotaan dalam pengadilan militer utama ini antara lain Hakim Ketua (pangkat
minimal Brigadir Jenderal/ Laksamana Pertama / Marsekal Pertama), dua orang Hakim Anggota
(pangkat minimal Kolonel yang dibantu satu Panitera (pangkat minimal Mayor dan maksimal
Kolonel). (baca juga: Tujuan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia)

5. Pengadilan Tipikor (Tindak Pidana Korupsi)

Jenis pengadilan ini digunakan untuk mengadili masyarakat atau pejabat yang melakukan tindak
pidana korupsi. Yang diatur dalam 53 UU No. 30 tahun 2002 dan ditetapkan oleh Keputusan
Presiden No. 59 Tahun 2004. Pengadilan tipikor berkedudukan di tingkat provinsi dan bersatu
dengan pengadilan negri yang berada di tingkat provinsi (ibu kota provinsi). Hal ini adalah
dampak dari penerbitan Undang – Undang No. 49 Tahun 2009. Susunan keanggotaan dalam
pengadilan tipikor terdiri dari pimpinan (ketua dan wakil ketua) dan hakim (hakim karir dan
hakim ad hock)

Pemerintah membentuk berbagai macam jenis pengadilan di atas dengan tujuan untuk
memfokuskan suatu permasalahan pada bidangnya masing – masing dengan para ahli di
bidangnya masing – masing pula. Sehingga, para pelanggar hukum bisa diproses, ditindak, dan
dihukum sesuai dengan pelanggaran yang mereka buat.

Sistem Peradilan Hukum di Indonesia


Dalam sistem peradilan, Mahkamah Agung memiliki posisi atau kedudukan tertinggi dalam
susunan peradilan. Semua permasalahan baik yang di latar belakangi dari pengadilan umum,
pengadilan tata usaha, pengadilan agama, pengadilan militer, dan pengadilan tindak pidana
korupsi akan berujung pada pengadilan tingkat kasasi (MA) apabila ternyata kasus yang diadili
tak kunjung usai atau meminta naik banding, sesuai dengan perkara yang diajukan dan yang
didasarkan pada Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal 38 Undang-
undang Nomor 14 Tahun 1985

Dengan kata lain, pembelajaran akan hukum bisa membuat kita lebih waspada dan tidak mudah
tertipu. Tetap belajar bersama kami untuk mengetahui perkembangan ilmu hukum yang bisa
semakin menambah wawasan kalian semua. Tetap semangat belajar dan semoga berhasil.
PERANAN LEMBAGA-LEMBAGA PERADILAN
INDONESIA SERTA ALAT KELENGKAPANYA

Di indonesi banyak sekali lembaga peradilan, inilah beberapa lembaga-lembaga peradilan yang
ada di indonesia dan fungsinya serta alat kelengkapanya

1. lembaga peradilan indonesia


1. Mahkamah Agung (MA)
a. Melakasanakan tugas sebagai pengadilan tertinggi Negara.
b. Sebagai tingkat kasasi tertinggi dan terakhir
c. Memutuskan persengketaan antarperadilan dibawahnya tentang wewenang mengadili.
d. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap peradilan di tingkat bawahnya.
e. Memberikan nasihat hukum kepada Presiden untuk pemberian/penolakan grasi dan
rehabilitasi.
f. Memberikan pertimbangan dalam bidang hukum baik di minta atau tidak kepada lembaga
tinggi Negara lainnya.
g. Menguji secara material peraturan perundang-undangan.
2. Peradilan Umum
a. Peradilan Umum berwenang :
· Mengadili perkara pidanan dan perdata pada tingkat banding.
· Mengadili tingkat pertama dan terakhir atas persengkataan antarpengadilan Negeri tentang
kewenangan mengadili.
b. Pengadilan Negeri berwenang :
· Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata pada tingkat
pertama.
· Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum kepada instansi pemerintah di
wilayahnya jika diminta.
· Melalui ketuanya, wajib mengawasi pekerjaan penasihat hukum dan notaris di wilayah
hukumnyaserta melaporkan hasil pengawasannya kepada ketua Pengadilan Negeri, ketua
Mahkamah Agung, dan menteri yang tugas dan tanggung jawabnya mencakup jabatan
notaris.
c. Pengadilan Tinggi berwenang :
· Mengadili perkara pidana dan perdata pada tingkat kedua atau tingkat banding.
· Mengadili pada tingkat pertama dan terkahir sengketa kewenangan mengadili antar
Pengadilan Negeri di wilayah hukumnya.
· Memberikan keterangan, pertimbangan, dan nasihat hukum kepada instansi pemerintah di
wilayahnya jika diminta.
· Melalui ketuanya, wajib mengawasi jalannya peradilan, dilakukan dengan seksama dan
wajar.
3. Peradilan Agama
a. Pengadilan Agama berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara-perkara di
tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam dibidang : perkawinan, waris,
wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syariah.
b. Pengadilan Tinggi Agama berwenang :
· Pengadilan Tinggi Agama bertugas dan berwenang mengadili perkara yang menjadi
kewenangan Pengadilan Agama tingkat banding.
· Mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa menjadi antar Pengadilan Agama di
daerah hukumnya.
4. Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
a. Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan tugas sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama
(kotamadya/kabupaten).
b. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berwenang :
· Memeriksa dan memutus sengketa Tata Usaha Negara ditingkat banding.
· Berwenang memeriksa dan memutus di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan
mengadili antara Pengadilan Tata Usaha Negara di dalam daerah hukumnya.
5. Pengadilan Militer
a. Pengadilan Militer berwenang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama perkara pidana
yang terdakwanya adalah Prajurit, yang berpangkat Kapten ke bawah.
b. Pengadilan Militer Tinggi berwenang :
· Memeriksa dan memutus perkara pidana yang terdakwanya adalah Prajurit atau salah satu
prajuritnya berpangkat Mayor ke atas.
· Memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara angkatan
bersenjata.
· Memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana yang telah diputus oleh
Pengadilan Militer dalam daerah hukumnya yang dimintakan banding.
c. Pengadilan Militer Utama berwenang :
· Memeriksa dan memutus pada tingkat banding perkara pidana dan sengketa Tata Usaha
Angkatan Bersenjata yang telah diputus pada tingkat pertama oleh Pengadilan Militer
Tinggi yang diminta akan banding.
· Memutus pada tingkat pertama dan terakhir semua sengketa wewenang mengadili : antara
Pengadilan Militer yang berkedudukan di daerah hukum Pengadilan Militer Tinggi yang
berlainan ; antar Pengadilan Militer Tinggi ; dan antar Pengadilan Militer Tinggi dan
Pengadilan Militer.
· Memutus perbedaan pendapat antara Perwira Penyerah Perkara dan Oditur tentang
diajukan atau tidaknya suatu perkara kepada Pengadilan dalam lingkungan Peradilan
Militer atau Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum.
6. Mahkamah Konstitusi (MK)
a. Mennguji UU terhadap UUD.
b. Memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya di berikan oleh
UUD.
c. Memutus pembubaran Partai Politik.
d. Memutus perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum.
7. Komisi Yudisial (KY)
a. Tugas Komisi Yudisial = mengusulkan pengangkatan Hakim Agung, dengan tugas utama :
· Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung
· Melakukan seleksi terhadap calon Hakim Agung
· Menetapkan calon Hakim Agung
· Mengajukan calon Hakim Agung ke DPR
b. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku Hakim.
c. Memnuat laporan hasil pemeriksaan berupa rekomendasi yang disampaikan kepada
Mahkamah Agung dan tindasannya disampaikan kepada Presiden dan DPR.

TUGAS DAN WEWENANG BADAN PERADILAN DI


INDONESIA

A. Pengadilan Negeri (Pengadilan Tingkat Pertama)


1. Fungsi Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri berfungsi memeriksa tentang sah tidaknya suatu penangkapan atau penahanan yang
diajukan tersangka, keluarga atau kuasa hukumnya kepada ketua Pengadilan dengan menyebutkan
alasan-alasannya.

2. Wewenang Pengadilan Negeri


Pengadilan Negeri berwenang untuk memeriksa dan memutuskan sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam UU.

B. Pengadilan Tinggi (Pengadilan Tingkat Kedua/Banding)


1. Fungsi Pengadilan Tinggi:
a. Merupakan pimpinan bagi pengadilan-pengadilan negeri di dalam wilayah hukumnya.
b. Melakkan pengawasan terhadap jalannya peradilan di daerah hukumnya dan menjaga supaya
diselesaikan dengan seksama dan sewajarnya.
c. Mengawasi dan meneliti perbuatan para hakim pengadilan negeri di daerah hukumnya.
d. Untuk kepentingan negara dan keadilan. Pengadilan Tinggi dapat memberi peringatan, teguran dan
petunjuk yang dipandang perlu kepada pengadilan negeri dalam daerah hukumnya.
2. Wewenang Pengadilan Tinggi:
a. Mengadili perkara yang diputus oleh pengadilan negeri dalam daerah hukumnya yang dimintakan
bandinng.
b. Memerintahkan pengiriman berkas-berkas perkara dan surat-surat untuk diteliti dan memberi penilaian
tentang kecakapan para hakim.

C. Pengadilan Mahkamah Agung


1. Fungsi Mahkamah Agung:
a. Merupakan lembaga pengadilan tertinggi untuk semua lingkungan peradilan dan memberi pimpinan
kepada pengadilan-pengadilan yang bersangkutan.
b. Melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di semua lingkungan peradilan di
seluruh Indonesia dan menjaga upaya peradilan agar diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.
c. Mengawasi dengan cermat semua perbuatan-perbuatan para hakim di semua lingkungan pengadilan.
d. Untuk kepentingan negara dan keadilan MA memberi peringatan, teguran, dan petunjuk yang
dipandang perlu.
2. Wewenang Mahkamah Agung:
a. Mengadili semua perkara yang dimintakan kasasi.
b. Meminta keterangan dari semua pengadilan di lingkungan peradilan.
D. Mahakamah Konstisusi
1. Fungsi Mahkamah Konstitusi:
a. Sebagai penafsir konstitusi
KC Wheare menyatakan bahwa fungsi seorang hakim adalah memutus perkara apakah hukum itu.
Konstitusi tak lain merupakan sebuah aturan hukum. Sehingga konstitusi merupakan wilayah kerja
seorang hakim. Hakim MK dalam menjalankan kewenangannya dapat melakukan penafsiran terhadap
konstitusi. Hakim dapat menjelaskan makna kandungan kata atau kalimat, menyempurnakan atau
melengkapi, bahkan membatalkan sebuah undang-undang jika dianggap bertentangan dengan konstitusi.

b. Sebagai penjaga hak asasi manusia


Konstitusi sebagai dokumen yang berisi perlindungan hak asasi manusia merupakan dokumen yang
harus dihormati. Konstitusi menjamin hak-hak tertentu milik rakyat. Apabila legislatif maupun eksekutif
secara inkonstitusional telah mencederai konstitusi maka MK dapat berperan memecahkan masalah
tersebut.

c. Sebagai pengawal konstitusi


Istilah penjaga konstitusi tercatat dalam penjelasan Undang-Undang No 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi yang biasa disebut dengan the guardian of constitution. Menjaga konstitusi dengan
kesadaran hebat yang menggunakan kecerdasan, kreativitas, dan wawasan ilmu yang luas, serta
kearifan yang tinggi sebagai seorang negarawan.

d. Sebagai penegak demokrasi


Demokrasi ditegakkan melalui penyelenggaraan pemilu yang berlaku jujur dan adil. MK sebagai penegak
demokrasi bertugas menjaga agar tercitanya pemilu yang adil dan jujur melalui kewenangan mengadili
sengketa pemilihan umum. Sehingga peran MK tak hanya sebagai lembaga pengadil melainkan juga
sebagai lembaga yang mengawal tegaknya demokrasi di Indonesia.

2. Wewengan Mahkamah Konstitusi


Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan Wewenang Mahkamah Konstitusi adalah:
a. Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. Memutus pembubaran partai politik;

d. Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum;

e. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil
Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Perangkat atau Alat Kelengkapan Lembaga
Peradilan Antara Lain :
a. Polisi adalah aparat hukum yang berdasarkan undang-undang memiliki wewenang untuk
melaksanakan segala peraturan yang dikeluarkan oleh kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam rangka menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat dan tegaknya hukum.
b. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk bertindak sebagai
penuntut umum, serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
c. Hakim adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk
mengadili. Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa, dan
memutuskan perkara pidanma berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak disidang
pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.
d. Penasihat Hukum adalah sesorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh dan
berdasarkan undang-undang untuk memberi bantuan hukum.
e. Komisi Yudisial adalah lembaga pengawas eksternal terhadap pent\yelenggaraan kekuasaan
kehakiman oleh badan peradilan dan hakim.
PERTEMUAN 3

Komisi Pemberantasan Korupsi


Republik Indonesia

Gambaran Umum

Singkatan KPK

Didirikan 2002

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 30


pendirian Tahun 2002

Sifat Independen

Struktur

Ketua Agus Rahardjo

1. Basaria Panjaitan
Wakil Ketua
merangkap Anggota 2. Alexander Marwata
3. Laode Muhammad
Syarif
4. Thony Saut
Situmorang

Penasihat 1. Budi Santoso


2. Mohammad
Tsani Annafari
3. Sarwono Sutikno

Sekretaris R. Bimo Gunung Abdul


Jenderal Kadir

Deputi Bidang Pahala Nainggolan


Pencegahan

Deputi Bidang Heru Winarko


Penindakan

Deputi Bidang Hary Budiarto


Informasi dan
Data

Deputi Bidang Hary Budiarto (plt)


Pengawasan
Internal dan
Pengaduan
Masyarakat

Kantor pusat

Jalan Kuningan Persada Kav. K4, Jakarta,


12950, Indonesia

Situs web

kpk.go.id

 l
 b
 s
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK) adalah lembaga
negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.[1] Komisi ini didirikan
berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.[2] Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK
berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan
umum, dan proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan
laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK.[1]
KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua merangkap
anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota. Pimpinan KPK memegang jabatan
selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam
pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial.[1] Pada periode 2011-2015
KPK dipimpin oleh Ketua KPK Abraham Samad, bersama 4 orang wakil ketuanya,
yakni Zulkarnaen, Bambang Widjojanto, Busyro Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja.[3]
Pada tanggal 17 Desember 2015, Komisi Hukum DPR RI yang diketuai oleh Azis Syamsuddin,
menetapkan Agus Rahardjo sebagai Ketua KPK terpilih periode 2015-2019 setelah sebelumnya
melakukan dua kali voting[4]. Agus berhasil mendapatkan 53 suara. Sedangkan calon pimpinan
KPK lainnya, Basaria Panjaitan mendapatkan 51 suara, Alexander Marwata 46 suara, Saut
Situmorang 37 suara, dan Laode Muhammad Syarif 37 suara.

Tugas dan Fungsi Komisi Pemberantasan Korupsi[


Komisi Pemberantasan Korupsi mempunyai tugas:[5]

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang


melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
4. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak
pidana korupsi; dan
5. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan
pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas koordinasi, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang:[5]

1. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan


penuntutan tindak pidana korupsi;
2. Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
3. Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
4. Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan
instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi; dan
5. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan
tindak pidana korupsi.

Struktur Organisasi
Pimpinan

Pimpinan KPK adalah pejabat negara yang terdiri dari 5 (lima) anggota yakni Ketua yang
merangkap Anggota, serta Wakil Ketua yang terdiri atas 4 (empat) orang dan masing-masing
merangkap Anggota.
Ketua KPK[
Ketua KPK adalah salah satu dari lima pimpinan di KPK. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi
juga merangkap sebagai anggota KPK.
Wakil Ketua KPK
Wakil Ketua KPK merupakan pimpinan KPK yang juga merangkap sebagai anggota KPK.
Wakil Ketua KPK terdiri dari:

1. Wakil Ketua Bidang Pencegahan;


2. Wakil Ketua Bidang Penindakan;
3. Wakil Ketua Bidang Informasi dan Data; dan
4. Wakil Ketua Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan
Masyarakat
Tim Penasihat
Tim Penasihat berfungsi memberikan nasihat dan pertimbangan sesuai dengan kepakarannya
kepada Komisi Pernberantasan Korupsi dalam pelaksanaan tugas dan wewenang Komisi
Pemberantasan Korupsi. Tim Penasihat yang terdiri dari 4 (empat) anggota.
Pelaksana Tugas
Berdasarkan Lampiran Peraturan Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi No. PER-
08/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja KPK, pelaksana
tugas KPK terdiri dari:

1. Deputi Bidang Pencegahan


2. Deputi Bidang Penindakan
3. Deputi Bidang Informasi dan Data
4. Deputi Bidang Pengawasan Internal dan Pengaduan
Masyarakat
5. Sekretariat Jenderal
Kepemimpinan KPK
Taufiequrachman Ruki (2003-2007)
Antasari Azhar (2007-2009)
Tumpak Hatorangan Panggabean (Pelaksana Tugas) (2009-2010)
Busyro Muqoddas (2010-2011)
Abraham Samad (2011-2015)
Agus Rahardjo (2015-2019)
Dasar hukum KPK

 UU RI nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi
 Kepres RI No. 73 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Panitia
Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
 PP RI No. 19 Tahun 2000 Tentang Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang

 UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara


Yang Bersih dan Bebas Dari KKN
 UU RI No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi
 UU RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU No. 31
Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU RI No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas UU No. 15
Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
Peraturan Pemerintah

 PP RI No. 71 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran


Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 PP RI No. 109 Tahun 2000 Tentang Kedudukan Keuangan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
lembaga anti korupsi di Indonesia Sebelum
ada KPK
Berbagai lembaga anti korupsi di Indonesia yang pernah ada, antara lain :

1. Panitia Retooling Aparatur Negara (1960)

2. Operasi Budhi (1963)

3. Tim Pemberantasan Korupsi (1967)

4. Komisi Empat (1970)

5. Komite Anti Korupsi (1970)

6. Operasi Penertiban – OPSTIB (1977)

7. Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (1999)

8. Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (2000)

9. Komisi Pemberantasan Korupsi (2002)

10. Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi – Timtas Tipikor (2005)

ORGANISASI DAN GERAKAN ANTI KORUPSI DI INDONESIA

A. Transparency International Indonesia (TII)


1. Struktur Manajemen Transparency International
Sebagai sebuah organisasi, tentu Transparency International harus memiliki
struktur organisasi agar memudahkan organisasi tersebut mencapai visi mereka yaitu “A world in
whichgovernment, politics, business, civil society and the daily lives of people are free of
corruption”. Berdasarkan data dari situs resmi organisasi tersebut, Transparency International
yang sejak 2010 lalu mendapatkan status organisasi independen sehingga dapat membuat
pemerintahan tersendiri, dalam hal pemerintahannya organisasi ini diketuai oleh tiga Executive
Board yang telah ditetapkan dalam undang-undang organisasi tersebut, tiga posisi tersebut adalah
kedudukan sebagai presiden yang sekarang dipegang oleh Miklos Maschall yang juga menjabat
sebagaidirektur deputi bagian sekretariat, dan dua wakil presiden yang sekarang dipegang oleh
CaseyKelso yang menjabat juga sebagai direktur advokasi bagian sekretariat, dan Patrick
Mahassenyang juga menjabat sebagai direktur sumberdaya bagian sekretariat, tetapi lain halnya
dalam TI-EU (Transparency International European Union) yang diduduki oleh seorang direktur
yangsekarang diambil alih oleh Jana Mittermaier yang hanya memiliki satu jabatan yaitu direktur
TI-EU. Dalam hal keuangan organisasi ini mengandalkan donator sebagai pemasukan kas
sehingga tentu ada bagian yang menangani masalah keuangan ini, donatur terbesar TI adalah
antara lain the Directorate-General Justice of the European Commission (€ 250,000) dan the
DutchAdessium Foundation.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jabatan yang dimiliki aktor Transparency
International terutama para pemegang kekuasaan tertinggi memiliki jabatan rangkap, dalam
manajemen POAC.
Planning dilakukan oleh para top manager yaitu salah satunya
adalah presiden dan wakil presidennya dalam merencanakan agenda-agenda yang akan
dilakukanTransparency International dalam jangka waktu tertentu, dengan kata lain adalah
bahwa planning dirumuskan oleh Miklos Maschall, Casey Kelso, dan Patrick Mahassen, setelah
kerangkarencana dirumuskan oleh mereka maka tugas direktur (mediator) adalah
menterjemahkan kerangka rencana yang dirumuskan preisden agar dapat dilaksanakan oleh
kepala sub bagianyang langsung membawahi karyawan sehingga kerangka rencana tersebut
dapat direalisasikan oleh organisasi tersebut.

Transparency International Indonesia (TII) merupakan salah satu chapter Transparency


International, sebuah jaringan global NGO antikorupsi yang mempromosikan transparansi dan
akuntabilitas kepada lembaga-lembaga negara, partai politik, bisnis, dan masyarakat sipil.
Bersama lebih dari 90 chapter lainnya, TII berjuang membangun dunia yang bersih dari praktik
dan dampak korupsi di seluruh dunia.
TII memadukan kerja-kerja think-tank dan gerakan sosial. Sebagai think-tank TII
melakukan review kebijakan, mendorong reformasi lembaga penegak hukum, dan secara
konsisten melakukan pengukuran korupsi melalui Indeks Persepsi Korupsi, Crinis project, dan
berbagai publikasi riset lainnya. Di samping itu TII mengembangkan Pakta Integritas sebagai
sistem pencegahan korupsi di birokrasi pemerintah.
Sebagai gerakan sosial, TII aktif terlibat dalam berbagai koalisi dan inisiatif gerakan anti
korupsi di Indonesia. TII juga merangkul mitra lembaga lokal dalam melaksanakan berbagai
program di daerah. Jaringan kerja ini juga diperluas dengan advokasi bahaya korupsi kepada
anak-anak muda di Jakarta.
Setelah membahas planning dan organizing, maka tahapan selanjutnya adalah
actuatingyang berarti pelaksanaan, pelaksanaan yang dimaksud adalah pelaksanaan rencana-
rencana yang sudah ditentukan oleh top manager yang dilakukan oleh karyawan diatas perintah
lower manager yang secara langsung membawahi karyawan, dan terakhir adalah controlling,
controlling adalah perwujudan dari pengawasan atas pelaksanaan rencana yang dilakukan.

B. Indonesia Corruption Watch (ICW)


Indonesia Corruption Watch atau disingkat ICW adalah sebuah organisasi non-
pemerintah (NGO) yang mempunyai misi untuk mengawasi dan melaporkan kepada publik
mengenai aksi korupsi yang terjadi di Indonesia. Pada awal kelahirannya, ICW dipimpin
oleh Teten Masduki, bersama pengacara Todung Mulya Lubis, ekonom Faisal Basri dan lainnya.
ICW aktif mengumpulkan data-data korupsi para pejabat tinggi negara, mengumumkannya pada
masyarakat dan jika perlu, melakukan gugatan class-action terhadap para pejabat yang korup.
ICW adalah lembaga nirlaba yang terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki
komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk
terlibat/berpartisipasi aktif melakukan perlawanan terhadap praktik korupsi. ICW lahir
di Jakartapada tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki
pemerintahan pasca Soeharto yang demokratis, bersih dan bebas korupsi.
ICW lahir karena didorong oleh berbagai latar belakang yang ditulis dalam
bentuk manifesto, yang berjudul Manifesto Gerakan Antikorupsi Indonesia Corruption
Watch.
ICW memiliki 6 divisi pendukung, diantaranya:
Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan (Emerson Yuntho, Lalola Easter, Aradila Caesar)
Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran (Firdaus Ilyas, Mouna Wasef, Wana Alamsyah)
Divisi Korupsi Politik (Abdullah Dahlan, Donal Fariz, Almas Sjafrina)
Divisi Monitoring Pelayanan Publik (Febri Hendri, Siti Juliantari, Aisy Ilfiah, Nida Zidny)
Divisi Investigasi dan Publikasi (Tama S. Langkun, Christian Evert, Lais Abid, Sigit Wijaya,
Dewi Anggeraini, Ayu Rahmaningtias, Asri Tri Undari)
Divisi Fundraising (Tibiko Zabar Pradano)
Koordinatornya saat ini adalah Adnan Topan Husodo.
Wakil Koordinator adalah Ade Irawan dan Agus Sunaryanto
ICW memiliki Dewan Perkumpulan yang beranggotakan:
Ani Sutjipto
Yanuar Rizki
Dadang Trisasongko
Lucky Djani
Teten Masduki
Indonesia Corruption Watch (ICW) saat ini menjadi salah satu lembaga independen
paling lantang bersuara dalam gerakan antikorupsi. Eksistensi ICW dalam pemberantasan
korupsi sejak tahun 1998 telah diakui publik. Secara berturut-turut, tahun ini ICW mendapat
penghargaan UII Award dari Universitas Islam Indonesia, Soegeng Sarjadi Syndicate Award,
dan penghargaan dari Dewan Pers.
Selain award dari sejumlah institusi, ICW juga mendapat penghargaan yang jauh lebih
bernilai, yakni dukungan dari masyarakat luas. Sejak membuka Divisi Kampanye Publik dan
Penggalangan Dana pada 2010 lalu, ICW telah berhasil mengumpulkan dukungan nyata berupa
barisan supporter ICW yang kini berjumlah 560 orang. Para supporter ini secara rutin
memberikan donasi untuk mendukung kerja-kerja pemberantasan koru
Korupsi yang sudah sedemikian menggurita di Indonesia memang harus dilawan secara
bersama-sama. Bersama masyarakat, ICW berupaya meningkatkan kapasitas publik untuk
menuntut haknya mendapatkan fasilitas dasar yang dijamin oleh negara tanpa dikorupsi. Kontrol
masyarakat yang kuat sangat diperlukan untuk membuat perubahan. ICW juga berupaya
mendobrak kebuntuan hukum untuk lebih dapat diandalkan dalam upaya pemberantasan korupsi.
C. SAMAK [Solidaritas Masyarakat Anti-Korupsi]
SAMAK [Solidaritas Masyarakat Anti-Korupsi] -- adalah sebuah organisasi masyarakat
sipil yang independen, didirikan 3 November 1999, oleh aktivis Organisasi Non Pemerintah,
akademisi, tokoh-tokoh masyarakat dan mahasiswa; yang bertujuan untuk mewujudkan
transparansi serta memberantas praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Aceh. VISI SAMAK adalah Terbangunnya gerakan sosial yang kuat dan
berpengaruh untuk membebaskan Aceh dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Sedangkan MISI
SAMAK adalah: melakukan penguatan partisipasi rakyat untuk terbentuknya gerakan anti
korupsi, penguatan kapasitas organisasi SAMAK menjadi oranisasi yang kuat dan efektif, serta
mendorong terjadinya perubahan kebijakan yang transparan dan bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme

D. Spesialisasi Mahasiswa Anti Korupsi (SimaK)


Spesialisasi Mahasiswa Anti Korupsi (SimaK) Di dirikan Oleh Ariawan dkk. Diantaranya
adalah Suci Raharjo, Putri Novita sari dan Novita sari. didirikan Pada tanggal 29 Januari 2011 di
Jakarta. Dan Langsung dibawah Naungan Lembaga Tinggi Negara yang bergerak di Bidang
Pemberantasan Korupsi yakni Komisi Pemberantasan Korupsi republik Indonesia ( KPK RI )
dan bekerjasama dengan Organisasi anti korupsi di 9 Kampus lainya.

E. SORAK ACEH
SoRAK adalah singkatan dari Solidaritas Gerakan Anti Korupsi. Sebuah Organisasi Non
Pemerintah (NGO) yang dibentuk pada tahun 2002 oleh beberapa anak muda yang merasa
prihatin dengan kondisi korupsi di Indonesia terutama Aceh. Pada saat itu tidak banyak orang
atau aktivis di Aceh yang bergerak langsung dan frontal dalam Isu anti korupsi di Aceh.
Saat ini, hasil kerja selama ini dalam melakukan perlawanan terhadap korupsi serta
pemberdayaan masyarakat, SoRAK Aceh telah mendorong terbentuknya lembaga serupa baik
langsung maupun tidak langsung dengan berbagai latar belakang pemikiran. Seperti JARAK,
Mataraja, GeRAK Aceh, SuAK, MaTA dan sebagainya. Lembaga maupun perkumpulan yang
terbentuk sampai saat ini tidak terlepas dari inspirasi dan semangat yang diusung oleh SoRAK.
Namun lembaga maupun perkumpulan tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan hirarkis,
melainkan hanya semangat atau ruh.
Pengertian dari korupsi!

Korupsi merupakan tindakan dan perbuatan yang bersifat ilegal dan menyalahi peraturan
serta amanah yang ada guna mendapatkan keuntungan sepihak serta merugikan orang lain.

Sebutkan contoh tindakan korupsi di lingkungan Keluarga, lingkungan Sekolah, dan


lingkungan Masyarakat / Bangsa dan Negara!

Contoh tindakan korupsi di lingkungan Keluarga, antara lain :

1. Berkata bohong dengan cara mengambil sebagian uang kembalian belanja yang
diamanahkan oleh ibu.

2. Meminta uang kepada orangtua untuk membeli buku pelajaran melebihi dari harga buku
sebenarnya.

3. Pulang ke rumah tidak sesuai dengan jam yang telah ditentukan peraturan keluarga.

4. Kepala keluarga yang tidak memberikan hak-hak keluarganya.

5. Perbuatan berkata bohong.

Contoh tindakan korupsi di lingkungan Sekolah, antara lain :

1. Berangkat sekolah dengan sengaja terlambat.

2. Menitip absen temannya.

3. Penggelapan dana kas kelas.

4. Guru yang menikmati gaji buta tanpa melakukan kewajibannya.

5. Membayar harga makanan kantin tidak sesuai dengan jumlah makanan yang diambil.

Contoh tindakan korupsi di lingkungan Masyarakat / Bangsa dan Negara, antara lain :

1. Tidak mengikuti kegiatan Siskamling yang telah ditentukan masyarakat.

2. Menyalahgunakan kekuasaan yang diemban untuk memperkaya diri sendiri.

3. Melakukan Money Politics.

4. Melakukan penyuapan atau penyogokan terhadap polisi.

5. Datang kerja tidak tepat waktu.


Jelaskan dan sebutkan bahaya serta dampak dari korupsi!

Berbagai bahaya dan dampak dari perbuatan korupsi, antara lain :

1. Korupsi dapat menghambat dan merusak perkembangan ekonomi suatu negara, sehingga
menjadikan cita-cita yang dituju lebih lebih sulit.

2. Korupsi dalam lingkup politik akan menjadikan ketidakstabilan sosial politik dan integrasi
sosial.

3. Korupsi dapat menyebabkan kesenjangan perekonomian semakin besar, serta tingkat


pengangguran semakin tinggi, tentu hal ini dapat mengancam keamanan dan ketahanan
suatu negara.

4. Korupsi dapat merusak kebudayaan baik suatu negara. Korupsi yang terjadi secara terus
menerus, lambat laun akan mengikis perilaku jujur suatu negara.

5. Korupsi mampu menghilangkan kepercayaan suatu rakyat kepada pemimpin yang


dimandatkan untuk menjalankan tugas.

Sebutkan faktor pendorong dan faktor penghambat pencegahan korupsi!

Faktor Penghambat :

1. Penegakan hukum di dalam negeri yang masih lemah.

2. Masih banyaknya tumpang tindih dan kurangnya kerjasama antar lembaga negara dalam
upaya pemberantasan korupsi.

3. Banyaknya intervensi politik.

4. Budaya antikorupsi yang belum tumbuh dengan baik dalam jiwa masyarakat Indonesia.

Faktor Pendorong :

1. Lembaga anti korupsi yang independen.

2. Dukungan dari masyarakat yang besar.

3. Dukungan dana yang besar.

4. Kerangka hukum yang cukup jelas.


Berikan contoh perbuatan anti korupsi dan perbuatan guna mencegah tindakan korupsi!

1. Senantiasa berbuat jujur dan senantiasa takut kepada Allah.

2. Menjalankan amanah dengan penuh tanggung jawab.

3. Menolak segala perbuatan yang mengarah kepada perbuatan korupsi.

4. Selalu merasa malu apabila berbuat tidak benar.

5. Menjalankan segala sesuatu sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

HUKUM INTERNASIONAL
HUKUM INTERNASIONAL
A. Pengertian Hukum Internasional
Prof Dr. Mochtar Kusumaatmaja mengatakan bahwa Hukum Internasional adalah keseluruhan
kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas
negara antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum internasional lainnya.

Hukum internasional terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Hukum Perdata Internasional, adalah hukum internasional yang mengatur hubungan


hukum antara warga negara di suatu negara dengan warga negara dari negara lain (hukum
antar bangsa)
2. HUkum Publik Internasional, adalah hukum internasional yang mengatur negara yang satu
dengan lainnya dalam hubungan internasional (Hukum Antarnegara)
B. Asas-Asas Hukum Internasional
Asas-asas yang berlaku dalam hukum internasional, adalah :

1. Asas Teritorial, Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan
semua barang yang berada dalam wilayahnya.
2. Asas Kebangsaan, menurut asas ini setap warganegara dimanapun dia berada, tetap
mendapat perlakuan hukum dari nearanya. asas ini memiliki kekuatan ekstrateritorial,
artinya hukum negara tetap berlaku bagi seorang warganegara walaupun ia berada di
negara lain.
3. Asa Kepentingan Umum, menurut asas ini negara dapat menyesuaikan diri dengan dengan
semua keadaan dan peristiwa yang bersangkut paut dengan kepentingan umum. Jadi,
hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.
C. Subjek Hukum Internasional
Subjek hukum Internasional terdiri dari :

1. Negara
2. Individu
3. Tahta Suci / vatican
4. Palang Merah Internasional
5. Organisasi Internasional
Sebagian Ahli mengatakan bahwa pemberontak pun termasuk bagian dari subjek hukum
internasional.

D. Sumber Hukum Internasional


Sumber hukum dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Sumber hukum materil, yaitu segala sesuatu yang membahas dasar berlakunya hukum
suatu negara.
2. Sumber hukum formal, yaitu sumber darimana kita mendapatkan atau menemukan
ketentuan-ketentuan hukum internasional.
Menurut pasal 38 Piagam mahkamah Internasional, sumber hukum formal terdiri dari :

 Perjanjian Internasional, (traktat/Treaty)


 Kebiasaan-kebiasaan internasional yang terbukti dalam praktek umum dan diterima
sebagai hukum
 Asas-asas umum hukum yang diakui oleh negara-negara beradab
 Yurisprudency, yaitu keputusan hakim hukum internasional yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap
 Doktrin, yaitu pendapat para ahli hukum internasional.
SEBAB-SEBAB SENGKETA INTERNASIONAL
Secara garis besar sengketa internasional terjadi karena hal-hal berikut :

1. Sengketa terjadi karena masalah Politik


Hal ini terjadi karena adanya perang dingin antara blok barat (liberal membentuk pakta
pertahanan NATO) di bawah pimpinan Amerika dan blok Timur (Komunis membentuk pakta
pertahanan Warsawa) dibawah pimpinan Uni Sovyet/ Rusia. kedua blok ini saling memeperluas
pengaruh ideologi dan ekonominya di berbagai negara sehingga banyak negara yang kemudian
enjadi korban. contoh kore yang terpecah menjadi dua, yaitu Korea Utara dengan paham
komunis dan korea selatan dengan paham liberal

2. Karena batas wilayah


hal ini terjadi karena tidak adanya kejelasan batas wilayah suatu negara dengan negara lain
sehingga masing-masing negara akan mengklaim wilayah perbatan tertentu. contoh : Tahun 1976
Indonesia dan Malaysia yang memperebutkan pula sipadan dan ligitan dan diputuskan oleh MI
pada tahun 2003 dimenangkan oleh malaysia, perbatasan kasmir yang diperebutkan oleh india
dan pakistan.

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL


Penyelesaian sengketa internasional dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :

1. Dengan cara damai, terdiri dari :


 Arbitrasi. arbitrase biasanya dilakukan dengan cara menyerahkan sengketa kepada orang-
orang tertentu (arbitrator) yag dipilih secarea bebas oleh berbagai pihak untuk
memutuskannya tanpa terlalu terikat dengan prosedur hukum.
 Penyelesaian Yudisia, adalah suatu penyelesaian dihasilkan melalui suatu peradilan
yudicial internasional yang dibentuk sebagaimana mestinya dengan memberlakukan
kaidah-kaidah hukum. Contoh International Court of Justice, yang berkedudukan di
Denhag Belanda.
 Negosiasi (perundingan), jasa-jasa baik, mediasi, dan konsiliasi.
 penyelidikan
 Penyelesaian di bawah naungan PBB
2. Dengan cara paksa atau kekerasan, terdisi dari :

 perang dan tindakan bersenjata non perang


 Retorsi, yaitu istilah teknis untuk pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap negara
lain karena diperlakukan secara tidak pantas.
 Tindakan-tindakan pembalasan (Repraisal), yaitu suatu metode yang dipakai oleh suatu
negara untuk memperoleh ganti kerugian dari negara lain dengan melakukan tindakan-
tindakan pemalasan.
 Blokade secara damai
 intervensi
PERANAN MAHKAMAH INTERNASIONAL TERHADAP PELANGGARAN HAM
Mahkamah Internasional (MI) merupakan salah satu badan perlengkapan PBB yang
berkedudukan di Denhag (Belanda). MI memiliki 15 orang hakim yang dipilih dari 15 negara
dengan masa jabatan 9 tahun. Selain memberikan pertimbangan hukum kepada Majelis Umum
PBB dan Dewan Keamanan PBB MI pun bertugas untuk memeriksa dan menyelesaikan
perselisihan-perselisihan yang diserahkan kepadanya. dalam mengadili suatu perara MI
berpedoman pada Traktat-traktat dan kebiasaan -kebiasaan Internasional.

Prosedur Penyelesaian Kasus HAM Internasional


Penyelesaian kasus pelanggaran HAM oleh mahkamah internasional dapat dilakukan melalui
prosedur berikut :

1. Korban pelanggaran HAM dapat mengadukan kepada komisi tinggi HAM PBB atau
melalui lembaga HAM internasional lainnya.
2. pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan dan penyidikan.
3. dengan bukti-bukti hasil penyelidikan dan penyidikan proses dilanjutkan pada tahap
peradilan, dan jika terbukti maka hakim MI akan menjatuhkan sanksi.
SUMBER : http://manalor.wordpress.com/2010/04/14/hukum-internasional/

Anda mungkin juga menyukai