Anda di halaman 1dari 2

BADAN EKSEKUTIF NASIONAL

Asosiasi Daerah Penghasil Panas Bumi Indonesia


(ADPPI)
Geothermal Regional Associations of Indonesia

SIARAN PERS Nomor. 014.Pers-AK/Mei/2017 Tanggal 15 Mei 2017

MENTERI ESDM MILIKI KEWENANGAN


MENYELESAIKAN SENGKETA ANTARA
PT. GEO DIPA ENERGI (Persero) DENGAN PT. BUMI GAS ENERGI
PADA WKP DIENG DAN PATUHA

Dalam pengusahaan panas bumi kepastian potensi adalah salah satu


persoalan bagi para pengembang, pada sisi ini pengembang dihadapkan
pada persoalan resiko yang cukup besar, namun dengan perkembangan
teknologi dan pengalaman para ahli kita, resiko ini dapat diatasi secara
profesional. Ada resiko lain dalam pengusahaan yang tidak dapat diatasi
secara teknis yaitu ketidakpastian sosial dan regulasi, yang tentu saja hal
ini menjadi tanggungjawab pemerintah sebagai pemegang otoritas dalam
penyelenggaraan pengusahaan panas bumi.

Salah satu persoalan penting dalam pengusahaan panas bumi kita, dan
menjadi sorotan berbagai pihak adalah terkait dengan sengketa antara PT.
Geo Dipa Energi (Persero) dengan PT. Bumi Gas Energi pada WKP Dieng
dan Patuha, yang telah berlangsung lama.

Apa yang terjadi antara para pihak yang bersengketa di WKP Dieng dan
Patuha adalah persoalan sengketa korporasi biasa yang dapat segera
terselesaikan, apabila para pihak memegang komitmen terhadap
pengembangan panas bumi dan saling menjaga etika bisnis.

Hal yang perlu digarisbawahi adalah :

1. PT. Geo Dipa Energi mendapatkan Kuasa Pengusahaan secara khusus


(setelah penyelesaian permasalahan antara Pemerintah RI, Pertamina,
PLN, Himpurna California Energi/HCE dan Patuha Power
Limited/PPL). Pemberian Kuasa Pengusahaan ini tidak mengacu
KEPPRES No. 22 Tahun 1981, sebagaimana diubah dengan KEPPRES
No. 45 Tahun 1991, dimana Kuasa Pengusahaan hanya diberikan
kepada PERTAMINA, melalui skema Joint Operation Contract/JOC
dan Izin Pengusahaan, namun izin ini hanya diberikan untuk
pengusahaan panas bumi skala kecil kepada badan usaha lainnya.
2. Pemerintah melalui Menteri Keuangan mengambil PLTP Dieng-Patuha
dari HCE dan PPL melalui Surat Nomor 436/MK 02 12-001 pada
tanggal 4 September 2001, dan menunjuk PT. PLN sebagai Pengelola
Proyek PLTP Dieng-Patuha. Sebagai tindak lanjut, PLN dan Pertamina
BADAN EKSEKUTIF NASIONAL
Asosiasi Daerah Penghasil Panas Bumi Indonesia
(ADPPI)
Geothermal Regional Associations of Indonesia
menandatangani Perjanjian Kerjasama pendirian perusahaan PT. Geo
Dipa Energi dan Joint Development Agreement (JDA) PLTP Dieng-
Patuha. 8 Oktober 2004, berdasarkan sesuai Surat Nomor
1074/D00000/2004-S0, PERTAMINA minta arahan dan pendapat
Pemerintah cq Dirjen GSDM mengenai status Area Kontrak Dieng dan
Patuha eks HCE dan PPL setelah diterrminasinya JOC, dan
ditindaklanjuti Rapat tanggal 18 Januari 2005 di Ditjen GSDM yang
dipimpin oien Dirjen GSDM dan dihadiri oleh Departemen ESDM dan
Departemen Keuangan, direkomendasikan agar Pertamina segera
menyerahkan (relinguishment) Area Kontrak HCE dan PPL di lapangan
Geothermal Dieng dan Patuha yang berada didalam WKP Pertamina
kepada Pemerintah cg Dirjen Mineral, Batubara dan Panas Bumi
untuk kemudian diserahkan kepada PT. Geo Dipa Energi yang
merupakan Joint Venture (JV) Pertamina (67%) dan PLN (33%).
3. Baru sekitar tahun 2005, pihak pemerintah menyelesaikan hal
berkaitan dengan Pendirian PT. Geo Dipa Energi dan proses
penyerahan WKP, namun manajemen PT. Geo Dipa Energi pada 5
Maret 2003 telah menunjuk PT. Bumi Gas Energi sebagai pemenang
tender dan Keputusan Pemegang Saham yang memberi persetujuan
kepada PT. Geo Dipa Energi baru terbit pada 17 Mei 2004. 1 Februari
2005 dibuat dan ditandatangani perjanjian Dieng and Patuha
Geothermal Project Development Agreement Nomor KTR.001/
GDE/11/2005. Hal inilah yang kemudian menjadi persoalan hingga
hari ini.

Asosiasi Daerah Penghasil Panas Bumi Indonesia (ADPPI) berpendapat


bahwa sudah saatnya Menteri ESDM menggunakan kewenangannya
selaku pemegang otoritas penyelenggaraan pengusahaan panas bumi
untuk memfasilitasi penyelesaian dan/atau keputusan penyelesaian
persengketaan sebagaimana diatur didalam Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 07
Tahun 2017 tentang Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung.

Kewenangan ini memperhatikan pasal 5, 6, 36, 37, 65, 78 dan 84 Undang-


Undang Nomor. 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi dan Pasal 2, 3, 79,
103, 113 dan 115 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 07 Tahun 2017
tentang Panas Bumi Untuk Pemanfaatan Tidak Langsung.

Jakarta, 15 Mei 2017

Ketua Umum

TTD

HASANUDDIN

Anda mungkin juga menyukai