Anda di halaman 1dari 6

EFIKASI OXYTETRACYCLINE TERHADAP KESEHATAN IKAN LELE (Clarias sp.

) YANG
DIINFEKSI BAKTERI Edwardsiella tarda
Qurrota A’yunina,*, Hartati Kartikaningsihb, Sri Andayanic, Mia Surantika D.c, Fariedah, Fanic,
Agoes Soeprijantoa, Nasrullah Bai A.c
a)
Bidang Bioteknologi Perikanan dan Kelautan,
b)
Bidang Mikrobiologi Pangan,
c)
Bidang Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang, Indonesia

*Koresponden penulis: qurrota_ayunin@ub.ac.id

Abstrak
Edwardsiellosis adalah penyakit yang biasa menginfeksi ikan air tawar termasuk ikan lele (Clarias sp).
Penyakit Edwardsiellosis disebabkan oleh infeksi bakteri Edwardsiella tarda dan dapat menyebabkan
kematian masal pada ikan air tawar yang dibudidayakan. Penanggulangan penyakit pada ikan air tawar
dapat menggunakan obat-obatan atau antibiotik yang tergolong aman dan penggunaannya sesuai aturan
pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis oxytetracycline yang tepat sebagai obat ikan
lele (Clarias sp.) yang terinfeksi bakteri Edwardsiella tarda melalui analisa histologi. Desain penelitian
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, 1 kontrol dan 3 kali ulangan pada
tiap perlakuan. Ikan lele yang digunakan berukuran ± 25 cm dan dosis oxytetracycline yang digunakan
yaitu 15, 30, dan 45 ppm. Hasil menunjukkan adanya kerusakan jaringan Nekrosis, Kongesti, Degenerasi
Hialin, dan Deskuamasi Epitel Integumen pada ikan yang terinfeksi bakteri Edwardsiella tarda dengan
scoring kerusakan terendah pada ikan yang diobati oxytetracycline dengan dosis 45 ppm. Hal ini
mengindikasikan bahwa pemberian oxytetracycline berpengaruh terhadap histologi otot dan pemulihan
kesehatan ikan.

Kata kunci: Edwardsiellosis, histologi, kesehatan ikan, pengobatan

Abstract
Edwardsielliosis is a disease that commonly infects freshwater fish including catfish (Clarias sp).
Edwardsiellosis is caused by Edwardsiella tarda infection and causes mass mortality in catfish farming.
Overcoming diseases in freshwater fish can use drugs or antibiotics that are classified as safe and their
use is in accordance with government regulations. This study aims to determine the appropriate dosage of
Oxytetracycline in catfish infected by E. tarda bacteria through histological analysis. The study design
used Completely Randomized Design with 3 treatments, 1 control and 3 replications in each treatment.
Catfish used were ± 25 cm in size and the dose of oxytetracycline used were 15, 30, and 45 ppm. The
results showed tissue damage namely necrosis, congestion, Hyaline degeneration, Integument
Desquamation, and haemorhage in fish infected with Edwardsiella tarda bacteria with the lowest damage
at 45 ppm of oxytetracycline treatment. The results indicate that oxytetracycline has an effect on muscle
histology and recovery of fish health.

Key words: Edwardsielliosis, fish health, histology, Medication

PENDAHULUAN adalah spesies ikan yang potensial untuk


dibudidayakan [1]. Jenis ikan lele merupakan
Ikan lele merupakan salah satu ikan air komoditas yang sangat rentan terhadap
tawar. Ikan lele tergolong ikan omnivora yang penyakit Edwardsiellosis yang disebabkan
mempunyai pertumbuhan cepat dan memiliki oleh bakteri Edwardsiella tarda [2].
kemampuan toleransi terhadap parameter Edwardsiella merupakan bakteri
lingkungan dalam batas yang luas. Ikan lele penyebab terjadinya penyakit bakterial
Article history: ©2019 at http://jfmr.ub.ac.id
Diterima / Received 30-10-2018
Disetujui / Accepted 02-04-2019
Diterbitkan / Published 22-04-2019
A’yunin, et.al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 105-110

sistemik Enteric Septicemia of Catfish (ESC) Isolasi Bakteri


[3]. Edwardsiella tarda adalah agen penyebab
penyakit yang kerap ditemukan menyebabkan Bakteri E. tarda diisolasi dari daerah
kegagalan pada budidaya catfish di Indonesia budidaya ikan di Jawa Timur, Indonesia dan
[4]. Edwardsiellosis dapat ditularkan secara dibiakkan menggunakan media MIE dan
horizontal antara ikan sakit dan ikan sehat, MacConkey (MAC). Masing-masing koloni
dapat bertahan di dalam air dan lumpur bakteri dikultur dalam medium cair TSB dan
sehingga air dan lumpur yang sudah bebas medium padat TSA, kemudian diinkubasi
dari ikan sakit pun dapat menjadi karier dan pada suhu 37ºC selama 18-24 jam.
menyebabkan penyakit pada ikan [5]. Pengamatan LD50 dilakukan untuk
Pengamatan histopatologi dilakukan menemukan kepadatan yang cepat terinfeksi
untuk memberikan gambaran perubahan ke ikan lele. Kepadatan E. tarda adalah 106
jaringan yang terinfeksi penyakit. Diagnosa CFU/ml, 107 CFU/ml dan 108 CFU/ml.
infeksi penyakit merupakan langkah awal Langkah selanjutnya yaitu dilakukan
yang perlu diterapkan, dalam penentuan pengamatan gejala klinis pada ikan yang
penyakit. Pada proses diagnosa infeksi disebabkan oleh infeksi E. tarda sehingga
penyakit, terdapat beberapa hal yang perlu ikan menunjukkan perilaku pasif hingga 50%
diperhatikan yaitu tanda-tanda klinis yang kematian pada ikan lele pada periode tertentu.
meliputi tingkah laku, ciri-ciri eksternal
maupun internal serta perubahan patologi. Infeksi Bakteri
Cara mengetahui perubahan patologi pada
jaringan yang terinfeksi penyakit, perlu Ikan lele diperoleh dari daerah Malang
dilakukan pemeriksaan histopatologi. dengan ukuran ±25 cm. Setiap akuarium diisi
Metode penanggulangan penyakit pada dengan 10 ekor ikan lele. Infeksi E. tarda
ikan air tawar adalah dengan penggunaan zat dilakukan dengan menggunakan metode
kimia atau antibiotika. Pada umumnya imersi dalam media pemeliharaan dengan
pembudidaya sering melakukan pemberian kepadatan bakteri 107 CFU/ml, kemudian
berbagai macam antibiotik seperti ampicillin, dilakukan pengamatan gejala klinis pada ikan
chloramphenicol, tetracycline dan disinfektan lele.
pada ikan. Antibiotik ini dipercaya oleh para
pembudidaya dapat mengobati ikan yang Pengambilan Organ
terinfeksi bakteri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dosis oxytetracycline yang Pengambilan sampel organ ikan lele
tepat sebagai obat ikan lele (Clarias sp.) yang dilakukan pada 48 jam untuk sampel ikan
terinfeksi bakteri Edwardsiella tarda melalui yang terinfeksi E. tarda dan pada 96 jam atau
analisa histologi. 24 jam setelah pemberian antibiotik,
kemudian dilakukan pembuatan preparat
METODE PENELITIAN histopatologi. Jaringan diambil kemudidan
direndam dalam 2 ml larutan NBF 10% dan
Desain penelitian menggunakan dibiarkan selama 24 jam. Setelah fiksasi,
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 dilanjutkan dengan proses embedding dalam
perlakuan, 1 kontrol dan 3 kali ulangan pada konsentrasi multilevel alkohol dan larutan
tiap perlakuan. Ikan lele yang digunakan xilol, dan ditanam dalam parafin. Semua
berukuran ± 25 cm dan dosis oxytetracycline proses ini dilakukan dengan prosesor jaringan.
yang digunakan yaitu 15, 30, dan 45 ppm. Blok-blok yang terbentuk dari proses
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium embedding kemudian dipotong menggunakan
Budidaya Ikan divisi Penyakit dan Kesehatan mikrotom dengan ketebalan irisan 5 µ. Hasil
Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, potongan yang tipis dan menyerupai pita
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas diletakkan di atas permukaan air di dalam
Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang waterbath (40⁰C) sampai jaringan
dan Balai Karantina Ikan dan Pengendali mengembang dengan baik. Jaringan kemudian
Mutu (BKIPM) Kelas I, Juanda, Surabaya diangkat menggunakan obyek glass dan
pada bulan Mei sampai dengan Juni 2018. dikeringkan menggunakan slide drying bench
selama 10 menit. Objek kaca diatur dalam

©2019 at http://jfmr.ub.ac.id
106
A’yunin, et.al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 105-110

kotak pewarna kemudian dilakukan Hal ini berbeda dengan ilustrasi


pewarnaan menggunakan Harri’s jaringan otot lele setelah infeksi bakteri E.
Hematoksilin dan Eosin. Pengamatan tarda yang tampak adanya kerusakan jaringan
histopatologi dilakukan menggunakan termasuk nekrosis, vakuolisasi, edema dan
mikroskop. hemoragi yang dapat dilihat pada gambar 2
dan 3.
Analisis Histopatologi Jumlah rata-rata kerusakan nekrosis
pada jaringan otot lele di setiap perlakuan A,
Hasil uji histopatologi otot pada ikan B, C dan kontrol adalah 3.200, 2.667, 2.300
lele dianalisis menggunakan statistik skoring dan 3.800. Rata-rata terendah diperoleh dalam
dengan metode semi kuantitatif untuk C (45 mg/L), ini diduga karena dosis
mengetahui tingkat kerusakan jaringan otot oxytetracycline dalam C diberikan untuk
ikan lele yang telah diberi perlakuan. Metode mengobati ikan lele yang telah terinfeksi oleh
semi-kuantitatif dilihat dari lima bidang E. tarda.
pandang yang luas sehingga memperoleh hasil
maksimal dalam tingkat kerusakan jaringan.
Setiap bidang pandang diamati tingkat
kerusakan jaringan dengan kriteria untuk
nekrosis, vakuolisasi, edema dan hemoragi.
Persentase kerusakan untuk setiap lapang
Nc
pandang dihitung berdasarkan jumlah sel yang DEI
telah rusak.

Pemberian Oxytetracycline

Setelah infeksi, antibiotik


oxytetracycline diberikan. Setelah 24 jam 2a
pengobatan dilakukan analisis histopatologi
sampel otot setelah treatment.
DH K
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, kondisi otot ikan


lele kontrol menunjukkan kondisi jaringan Nc
normal (dapat dilihat pada gambar 1), dengan
tampilan struktur jaringan yang ketat/kompak.
Posisi otot lurik dan otot polos juga muncul
secara teratur tanpa kerusakan.
2b
Gambar 2a dan 2b. Struktur Jaringan Otot Ikan
Lele (Nc). Nekrosis, (K) Kongesti, (DH)
Degenerasi Hialin, (DEI) Deskuamasi Epitel
Integumen. Perbesaran mikroskop 400x.

Gambar 1. Struktur jaringan otot normal pada


ikan lele. (1) otot halus, (2) otot lurik. Perbesaran
mikroskop 400x, potongan horizontal.

©2019 at http://jfmr.ub.ac.id
107
A’yunin, et.al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 105-110

Seperti yang dikemukakan oleh [7], bahwa


Skoring kerusakan jaringan otot dosis obat yang tinggi dapat menekan
5 mekanisme pertahanan dan dosis yang
4 terendah tidak efektif atau tidak cukup untuk
A mengobati ikan yang terinfeksi bakteri.
3
B Vakuolisasi terjadi akibat kerusakan sel
2 (nekrosis). Vakuolisasi adalah kerusakan pada
C
1 hepatosit yaitu inti sel dan sitoplasma yang
K sudah tidak tampak lagi [8]. Vakuolisis
0
Degenerasi Deskuamasi Kongesti Nekrosis mempunyai ciri-ciri seperti lubang kosong
Hialin Epitel yang berbentuk bulat yang terjadi karena
Gambar 3. Skoring kerusakan Jaringan Otot
adanya penimbunan lemak. Faktor penyebab
vakuolisis adalah penumpukan bahan toksik,
Nekrosis adalah bentuk sel mati yang kekurangan oksigen atau kelebihan konsumsi
biasanya terjadi bersamaan dengan pecahnya lemak. Bila vakuolisis ini tidak hilang maka
membran plasma. Sel yang mengalami dapat mengganggu proses metabolisme sel
nekrosis dapat dikenali dari bentuk intinya yang lebih parah dan berakibat pada lisisnya
yang mengecil (piknotik), membesar, kabur sel [9].
atau hilang (karyolisis) [2]. Karakteristik Berdasarkan hasil skoring kerusakan
jaringan nekrotik, yang memiliki warna lebih jaringan hemoragi dapat disimpulkan bahwa
pucat daripada warna normal, kehilangan daya semakin tinggi dosis pengobatan maka
rentang (jaringan menjadi rapuh dan mudah semakin kecil kerusakan degenerasi hialin
robek), atau memiliki konsistensi yang buruk pada histopatologi otot ikan lele (Clarias sp.).
atau pucat. Nekrosis sel disebabkan oleh agen Seperti pernyataan [10], adanya hemoragi
biologis seperti virus, bakteri, jamur, dan dapat disebabkan oleh kerusakan endotel
parasit atau agen kimia serta gangguan pada kapiler akibat agen infeksi yang beredar di
antigen fagosit juga menurun. pembuluh darah. Ketika terjadi kerusakan
Perbedaan penampang jaringan pada pembuluh darah akibat eksotoksin, maka
histopatologi otot yang berbeda pada tiap darah akan keluar dari pembuluh darah dan
perlakuan bisa dikatakan karena pemberian terjadilah hemoragi pada permukaan tubuh.
dosis yang berbeda, pada nilai skoring Efek eksotoksin yang berkelanjutan akan
menunjukkan bahwa perbedaan pemberian menyebabkan semakin banyak sel-sel pada
dosis yang berbeda mempengaruhi pemulihan jaringan otot mati, sehingga akan nampak
jaringan otot ikan lele yang terinfeksi gejala klinis berupa nekrosis pada permukaan
Edwardsiella tarda. Hal tersebut sesuai tubuh [11].
dengan pendapat [6], Oxytetracycline bersifat Hemoragi (pendarahan) adalah kondisi
bakteriostatik dengan jalan menghambat yang ditandai dengan keluarnya darah dari
sintesis protein. Sintesis protein berlangsung dalam vaskula akibat dari kerusakan dinding
dalam beberapa tahap, salah satunya adalah vaskula. Kebocoran dinding ada dua macam
tahap translasi. Translasi dibagi menjadi tiga melalui kerobekan (per reksis) dan melalui
tahap, yaitu inisiasi, elongasi, dan terminasi. perenggangan jarak antara sel-sel endotel
Penyebab dari edema adalah meningkatnya vaskula (per diapedisis). Hemoragi per
tekanan hidrostatik intra vaskula diapedisis umumnya tejadi pada pembuluh
menyebabkan perembesan cairan plasma kapiler. Adanya hemoragi dapat disebabkan
darah keluar dan masuk ke dalam ruang oleh kerusakan endotel kapiler akibat agen
interstisium. Kondisi tekanan hidrostatik infeksi yang beredar di pembuluh darah [10].
sering ditemukan pembendungan pada vena Ketika terjadi kerusakan pada pembuluh darah
(kongesti). akibat eksotoksin, maka darah akan keluar
Berdasarkan hasil skoring kerusakan dari pembuluh darah dan terjadilah hemoragi
jaringan vakuolisasi dapat disimpulkan bahwa pada permukaan tubuh. Efek eksotoksin yang
semakin tinggi dosis pengobatan maka berkelanjutan akan menyebabkan semakin
semakin kecil kerusakan vakuolisasi pada banyak sel-sel pada jaringan otot mati,
histopatologi otot ikan lele (Clarias sp.). sehingga akan nampak gejala klinis berupa
nekrosis pada permukaan tubuh [11].

©2019 at http://jfmr.ub.ac.id
108
A’yunin, et.al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 105-110

KESIMPULAN [3] Susanti W., A. Indrawati dan F.H.


Pasaribu, “Kajian patogenisitas bakteri
Berdasarkan hasil penelitian dapat Edwardsiella ictaluri pada ikan patin
disimpulkan bahwa hasil pengobatan dengan Pangasionodon hypophthalmus”, Jurnal
antibiotik oxytetracycline memberikan Akuakultur Indonesia. 15(2): 99–107,
pengaruh terhadap gambaran histopatologi 2016.
otot ikan lele (Clarias sp.). Dari hasil
penelitian menggunakan perbedaan dosis A [4] Fikar. M., S. Amanu, S.R.T. Simanjuntak
(15 ppm), B (30 ppm), dan C (45 ppm) yang dan M.A. Yudistra, “Deteksi
terbaik dalam pengobatan ikan lele dilihat dari Edwardsiella Ictaluri pada ikan dengan
perbaikan jaringan otot yakni pada dosis C metode co-agglutination test”, Jurnal
(45 ppm), karena pada dosis 45 ppm dapat Sain Veteriner. 33(2): 222-227, 2015.
mempercepat pemulihan jaringan otot ikan
lele, nilai skoring kerusakan paling kecil, dan [5] Narwiyani S. dan Kurniasih,
struktur mengarah pada jaringan normal. Dan “Phylogenetic tree dari empat isolat
bakteri Edwardsiella tarda kepadatan 107 Edwardsiella tarda di Indonesia”, Biota.
CFU/ml (K(+)) yang digunakan sebagai 16(2): 348−353, 2011.
pembanding hasil histopatologi otot
memberikan pengaruh terhadap histopatologi [6] Herawati, L., P.R. Noviyandri dan A.I.
otot ikan lele (Clarias sp.). Bentuk kerusakan Nasution, “Pengaruh Ekstrak Buah
jaringan otot ikan lele yang disebabkan oleh Timun Suri (Cucumis sativus L.) sebagai
infeksi bakteri E. tarda yang telah diamati Antibakteri Alami dalam Menghambat
yaitu edema, nekrosis, vakuolisasi dan Pertumbuhan Enterococcus faecalis”,
hemoragi. Journal Caninus Denstistry. 3(2): 111-
116. 2017.
UCAPAN TERIMA KASIH
[7] Jasmanidar, Y., “Penggunaan Ekstrak
Ucapan terima kasih kami sampaikan Gracilaria verrucosa untuk
kepada: Universitas Brawijaya dan Direktorat Meningkatkan Sistem Ketahanan Udang
Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direkrorat Vaname (Litopenaeus vannamei)”, Tesis.
Jendral Penguatan Riset dan Pengembangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor,
Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Indonesia, 2009.
Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian
Nomor: 054/SP2H/LT/DRPM/2018. [8] Putri A.M., S.B. Prayitno dan Sarjito,
“Perendaman berbagai dosis ekstrak daun
DAFTAR PUSTAKA bakau (Rhizophora apiculata) untuk
pengobatan kepiting bakau (Scylla
[1] Hastuti, S. dan Subandiyono, “Performa serrata) yang diinfeksi bakteri Vibrio
produksi lele dumbo (Clarias harveyi”, Journal of Aquaculture
Gariepinus, Burch) yang dipelihara Management and Technology. 4(4): 141
dengan tenologi biofloc”, Jurnal Saintek – 149, 2015.
Perikanan. 10(1): 37-42, 2014.
[9] Kartika, E, “Ektoparasit dan struktur
[2] Andayani, S., H. Suprastyani, G.D.A. jaringan kulit, hati, ginjal, dan insang
Gumala, U. Oktafa, N.M. Fatikah, M. pada ikan lele dumbo (C. gariepinus)
Wahyudi, A. Farida, dan R. Pratama, yang terserang penyakit kuning”,
“Pengaruh pemberian bakteri Universitas Diponegoro. Semarang. 50
Lactobacillus plantarum terhadap hlm, 2010.
histopatologi dan hematologi ikan patin
jambal (Pangasius djambal) yang [10] Susanti W., A. Indrawati dan F.H.
diinfeksi bakteri Edwarsiella tarda”, Pasaribu, “Kajian patogenisitas bakteri
Journal of Fisheries and Marine Science. Edwardsiella ictaluri pada ikan patin
1(4): 31-38, 2017. Pangasionodon hypophthalmus”, Jurnal

109 ©2019 at http://jfmr.ub.ac.id


A’yunin, et.al. / Journal of Fisheries and Marine Research Vol.3 No.1 (2019) 105-110

Akuakultur Indonesia. 15(2): 99-107, daun jeruju (Acanthus ilicifolius)


2016. terhadap infeksi bakteri Aeromonas
hydrophila”, Journal of Aquaculture
[11] Dianti L., S.B. Prayitno dan R.W. Management and Technology. 2(4): 63-
Ariyati, “Ketahanan nonspesifik ikan mas 71, 2013.
(Cyprinus carpio) yang direndam ekstrak

©2019 at http://jfmr.ub.ac.id
110

Anda mungkin juga menyukai