Anda di halaman 1dari 12

Transport Demand Management

Ridesharing

Kelas A – Mata Kuliah PLA 305 Pengelolaan Perangkutan


Dosen: Ratna Agustina, S.T., M.T. DEA

Disusun oleh:

TB. Muhammad Naufal Rabbani 24 2017 005


Daffa Naufal Sumaji 24 2017 022

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2019
Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................................................................ 1


Daftar Gambar ...................................................................................................................................... 2
1. Transport Demand Management ................................................................................................ 3
2. Ridesharing.................................................................................................................................... 6
a. Mekanisme Pelaksanaan Ridesharing .................................................................................... 6
b. Kelebihan dan Kekurangan pelaksanaan Ridesharing ......................................................... 7
c. Best Practice Ridesharing ........................................................................................................ 8
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 11

1
Daftar Gambar

Gambar 1.1 : Penggunaan TDM ................................................................................................ 4


Gambar 1.2 : Portrait Pengaplikasian TDM .............................................................................. 4
Gambar 1.3 : Jenis-jenis TDM ................................................................................................... 5
Gambar 2.1 : Ridesharing .......................................................................................................... 6
Gambar 2.2 : Grabcar (ridesharing) ........................................................................................... 8
Gambar 2.3 : Perbedaan Ridesharing & Ridehailing ................................................................. 9

2
1. Transport Demand Management

Transport Demand Management atau manajemen permintaan perjalanan merupakan


bentuk umum dari sistem manajemen lalu lintas dengan menggunakan fasilitas dan sarana
transportasi yang sudah ada secara lebih efisien yaitu dengan cara meminimalisasi pemanfaatan
kendaraan bermotor dengan mempengaruhi perilaku perjalanan yang meliputi frekuensi,
tujuan, moda, dan waktu perjalanan (Tanariboon, 1992).

Konsep tersebut sejalan dengan Munawar (2005) yang menjelaskan bahwa Demand
Management atau modifikasi pemakaian jalan merupakan bagian dari manajemen lalu lintas
agar waktu perjalanan pemakai jalan dapat diubah, sehingga penggunaan jalan selama 24 jam
lebih merata dan efisien.

Munawar mendefinisikan bahwa Transportattion Demand Management adalah segala


tindakan yang dilaksanakan guna mempengaruhi sifat pelaku perjalanan atau dapat mengurangi
perjalanan. Lebih lanjutnya Munawar mengatakan Transportation Demand Management
merupakan suatu intervensi untuk memodifikasi pengambilan keputusan untuk melakukan
perjalanan sehingga dapat tercapai tujuan berupa pemilahan perjalanan dan penggunaan jenis
alat transportasi tertentu yang menimbulkan dampak positif dari segi sosial, ekonomi, dan
lingkungan serta mengurangi dampak negatif perjalanan. Transportation Demand
Management merupakan suatu alat berupa kebijakan, program, dan tindakan yang
diimplementasikan untuk mengurangi kebutuhan kendaraan pada suatu sistem transportasi.

Transport Demand Management (TDM) juga merupakan pengaplikasian peraturan-


peraturan dan strategi untuk meminimalisir kebutuhan akan kendaraan pribadi. Dalam
transportasi atau dalam hal lain, mengatur kebutuhan dapat menjadi alternatif yang low-cost
untuk meningkatkan kapasitas di area lain.

Mengatur kebutuhan dalam hal transportasi juga punya potensi untuk membuat lingkungan
yang lebih baik, meningkatkan kesehatan masyarakat, komunitas yang lebih kuat dan kota yang
lebih makmur. Sistem TDM sangat berkaitan dengan dukungan komunitas sekitar untuk
trasnportasi yang lebih berkesinambungan.

3
Gambar 1.1 : Penggunaan TDM

Transport Demand Management (TDM) bertujuan untuk memaksimalkan perjalanan pada lalu
lintas, dan TDM juga berguna untuk meminimalisir penggunaan ruas jalan lebih efektif.

Gambar 1.2 : Portrait Pengaplikasian TDM

Dilihat dari gambar 1.2 bagian kiri diasumsikan satu mobil membawa dua orang
penumpang. Terlihat semua ruas jalan habis terpakai oleh mobil yang hanya membawa dua
orang penumpang di masing-masingnya dan menyebabkan boros bahan bakar. Di gambar 1.2
bagian kiri ini juga menunjukan penggunaan ruas jalan yang sangat berlebihan dan tidak efisien

4
sehingga menimbulkan antrian yang sangat panjang yang disebabkan oleh perilaku setiap
individu yang menggunakan kendaraan mobil pribadi. Sedangkan pada gambar 1.3 bagian
kanan adalah gambaran hasil dari pengaplikasian metode TDM yang membuat antrian mobil
yang panjang tadi menjadi terurai. Terlihat bahwa orang-orang yang tadinya menggunakan
kendaraan mobil pribadi menjadi menggunakan kendaraan satu bus yang sama secara
bersamaan dan menjadikan banyak ruas jalan yang bisa digunakan kembali. Hasil dari
pengaplikasian metode TDM juga membuat penggunaan bahan bakar yang awalnya sangat
boros menjadi lebih sedikit dari sebelumnya

Jadi, penggunaan TDM dapat meminimalisir kemacetan dan penumpukan kendaraan


(volume berlebih) di jalan, karena masalah paling banyak pada jalanan yaitu kemacetan.

Jenis Transportation Demand Management

Terdapat beberapa definisi dan macam-macam strategi TDM yang dikeluarkan oleh berbagai
lembaga.

Gambar 1.3 : Jenis-jenis TDM

Gambar 1.4 diatas merupakan beberapa contoh dari jenis Transportation Demand Management
(TDM).

5
2. Ridesharing

Gambar 2.1 : Ridesharing

Real Time Ride Sharing ini merupakan eksistensi dari inovasi alternative pelayanan
angkutan yang dihadapi oleh masyarakat global. Sistem real time ride sharing atau disebut
juga dinamic ride sharing merupakan pelayanan angkutan dengan satu atau lebih perjalanan
yang di dalamnya terdapat aktivitas berbagi tumpangan antara pemilik kendaraan dengan
penumpang, tanpa jadwal tetap, dan adanya kesepakatan pelayanan sebelum
diselenggarakannya perjalanan (Andrew M. Amey, 2010: 27). Pemenuhan biaya angkutan
yang lebih rendah, usaha pelestarian lingkungan hidup, pengembangan teknologi, fleksibilitas
pemesanan layanan, dan pelayanan yang lebih memuaskan merupakan aspek yang diklaim
sebagai keunggulan dari sistem real time ride sharing (A Better City, 2015: 5).

a. Mekanisme Pelaksanaan Ridesharing

Sistem real time ride sharing dinilai berpotensi untuk mendukung aspek-aspek yang
dibutuhkan dalam perkembangan permintaan pasar terhadap pelayanan angkutan khususnya
pada kota-kota besar. Real time ride sharing merupakan gabungan dari dua unsur yang
membentuknya yakni ride sharing dan real time. Unsur ride sharing pada konsep real time ride
sharing merupakan pengembangan dari agenda globalisasi ekonomi mengenai sharing
economy. Terdapat kegiatan konsumsi secara kolaboratif dalam konsep sharing economy yang
memungkinkan para pihak dalam suatu komunitas yang terkoordinasi untuk memperoleh,
memberikan, ataupun berbagi akses antara pihak satu dengan pihak yang lain (Juho Hamari,
2015: 1). Berbagi akses dimungkinkan untuk properti, sumber daya, waktu, dan keterampilan
yang dimiliki sehingga dapat dilakukan pemaksimalan aset yang sebelumnya tidak atau kurang
terpakai menjadi suatu yang dapat mendatangkan manfaat ekonomi (Debbie Wosskow, 2014
:7).

6
Dalam hal konsep real time ride sharing, unsur ride sharing dalam pengembangan sharing
economy dapat dikorelasikan bahwa terdapat upaya konsumsi secara kolaboratif dengan cara
pemaksimalan aset berupa kendaraan pribadi yang dimungkinkan untuk berbagi
penggunaannya dengan pihak lain sehingga berdampak pada dimungkinkannya penghematan
biaya perjalanan dengan cara berbagi biaya perjalanan (Xing Wang, 2013: 8). Dengan adanya
pembagian penggunaan kendaraan pribadi, memberikan efek domino pula terhadap kelestarian
lingkungan karena dapat meminimalisir jumlah kendaraan dengan cara menggunakan
kendaraan secara bersama-sama atau kolaboratif.

Terdapat beberapa program dalam strategi TDM yang dapat menjadi solusi dalam
mengatasi persoalan kemacetan, yaitu: pengelolaan penggunaan lahan, layanan transit,
kendaraan pendukung tidak bermotor, pengelolaan kebijakan regulasi, pembiayaan dan berbagi
tumpangan. (Washington State Departement of Transportation, 1996).

Salah satu strategi dalam mengatasi permasalahan transportasi dengan waktu yang cepat
serta penggunaan dana yang minim adalah dengan mengelola pengguna jalan (demand) agar
tidak melampaui kapasitas jalan (supply). Salah satu pendekatan alternatif selain menambah
supply, yaitu dengan mengatur demand melalui upaya mendorong peralihan moda dari Single
Occupancy Vehicle (SOV) menjadi High Occupancy vehicle (HOV) berupa program
ridesharing. Ridesharing dapat diartikan sebagai proses dimana seorang pemilik atau
pengemudi kendaraan pribadi dapat menumpang atau memberikan tumpangan kepada pemilik
kendaraan lainnya. (Rohjan, 2003).

b. Kelebihan dan Kekurangan pelaksanaan Ridesharing

 Kelebihan

Dampak pada perjalanan dengan menggunakan program ridesharing berupa penurunan


arus lalulintas pada jam sibuk dan pergeseran perjalanan menggunakan kendaraan pribadi ke
moda altenatif lainya serta manfaat yang dapat dirasakan nantinya berupa penurunan
kemacetan, penghematan areal parkir dan jalan serta penghematan pada pengguna kendaraan
yang menjadikan penelitian ini cukup penting untuk dilakukan.

7
 Kekurangan

Kekurangan dari metode TDM Ridesharing yaitu dari aspek waktu dan rute. Pada kedua
aspek ini, ridesharing tidak bisa dilakukan pada setiap waktu dan rute yang diinginkan oleh
costumer, dalam arti harus menyesuaikan dengan waktu dan rute driver nya terlebih dahulu.

c. Best Practice Ridesharing

Gambar 2.2 : Grabcar (ridesharing)

Filipina dan China rupanya menjadi dua negara di kawasan Asia yang dikenal cukup
berhasil dalam memberlakukan sistem ride sharing. Awalnya bisnis GrabCar yang dirintis di
Filipina memang mendapatkan tantangan yang besar dari Filipina. Sebab layanan seperti ini
tentu dianggap berlawanan dengan keinginan pemerintah yang gencar menghimbau
penggunaan mode transportasi umum.

Namun rupanya GrabCar berhasil memperoleh izin dari pemerintah dengan 3 persyaratan
ketat yakni usia kendaraan kurang dari 7 tahun, penggunaan GPS pada kendaraan ride sharing
serta seleksi dan sertifikat keamanan dari pihak departemen transportasi pemerintah.

8
Lain halnya dengan strategi yang dilakukan oleh GrabCar di Filipina, layanan Didi Kuadi
di China menerapkan strategi yang tak kalah unik dan efisien. Didi Kuadi kala itu
menggandeng pemerintah saat melaksanakan proses peluncuran produk. Kontrol pemerintahan
yang sangat ketat membuat Didi Kuadi berupaya untuk berhati-hati dalam menjalani bisnis ride
sharing.

Membandingkan Ridesharing dengan Ridehailing

Gambar 2.3 : Perbedaan Ridesharing & Ridehailing

Secara konsep, ridesharing dan ridehailing memang tidak memiliki perbedaan yang cukup
besar. Hal ini dikarenakan memang pemilik kendaraan menawarkan kursi kosong pada orang
lain dan menerima imbalan darinya. Namun tetap ada perbedaan yang cukup mendasar. Kita
ambil studi kasus ojek online. Pertama, pada konsep ridehailing, driver menjadikan
kendaraannya sebagai mata pencaharian. Sehingga para pemilik kendaraan berlomba - lomba
untuk dapat mencari penumpang agar mendapatkan pendapatan dan menarik keuntungan.
Sebaliknya dalam konsep ridesharing, pemilik kendaraan tidak menjadikanya sebagai mata
pencaharian utama. Mereka menawarkan kursi kosong yang ada di kendaraanya untuk
menutupi sebagian biaya pemakaian seperti biaya parkir atau bensin. Selain itu, para driver
ridesharing hanya melakukan perjalanan di waktu tertentu saja. Sehingga mereka tidak
mengejar keuntungan dari kursi kosong yang mereka tawarkan.

Perbedaan kedua ada pada status on demand. Pada konsep ridehailing, terdapat status on
demand service untuk penumpang atau customer. Layanan ini memungkinkan customer untuk
dapat meminta (order) layanan secara langsung tanpa harus mencari atau menunggu. Sehingga

9
pemilik kendaraan harus siap sedia kapanpun ketika menerima order dari costumer. Dengan
kata lain, konsep ridehailing lebih berorientasi kepada penumpang, berbeda halnya dengan
ridesharing yang tidak memiliki sistem on demand service. Costumer tidak bisa melakukan
order secara langsung. Namun ia juga harus menyesuaikan waktu dengan pemilik kendaraan
yang menawarkan kursinya. Costumer juga harus terlebih dahulu mencari rute yang searah
dengannya sebelum melakukan order. Dengan demikian sistem ridesharing lebih berorientasi
pada driver atau pemilik kendaraan.

Perbedaan berikutnya adalah penentuan tarif. Dalam konsep ridehailing, tarif ditentukan
oleh operator aplikasi yang dihitung berdasarkan jarak tempuh. Kemudian operator akan
mengambil margin dari tarif dasar tersebut. Sehingga imbalan yang diterima oleh driver ketika
menyelesaikan perjalanannya akan berbeda dengan yang dibayarkan oleh ridernya. Sebaliknya
dalam konsep ridesharing, tarif bisa dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan driver dengan
rider. Namun pada banyak aplikasi ridesharing, driver bisa menentukan sendiri tarif untuk
perjalanannya. Tarif yang ditetapkan pun biasanya lebih murah dibandingkan tarif ridehailing.
Hal ini karena driver menarik tarif hanya untuk menutupi sebagian biaya perjalanan. Jika
dilihat sekilas, ridehailing dengan ridesharing memang terlihat mirip. Hanya saja,
konsep ridesharing terlihat lebih ekonomis.

10
Daftar Pustaka

https://eprints.uns.ac.id/30782/1/E0012260_pendahuluan.pdf

http://repository.unpas.ac.id/39126/1/BAB%201%20TUGAS%20AKHIR.pdf

https://blog.tebengan.id/yuk-mengenal-perbedaan-ridesharing-dan-ridehailing/

https://www.kompasiana.com/harris/5a0839cbc252fa6c754a1432/ridesharing-adalah-kunci-
untuk-membuka-kemacetan-di-jakarta?page=all

11

Anda mungkin juga menyukai