Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masa Nifas


2.1.1 Pengertian
Masa nifas atau masa puerperium adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat perhatian karena sekitar
60% Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atu penanganannya selama
kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

2.1.2 Tahapan masa nifas


Masa nifas dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
a. Puerperium dini
Merupakaan masa awal pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan. Ibu yang meahirkan per vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama
setelah kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera.
b. Puerperium intermedial
Suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-angsur
akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama kurang lebih 6
minggu atau 42 hari.
c. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna
terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

2.1.3 Perubahan psikologi masa nifas


Perubahan psikologi sebenarnya sudah terjadi pada saat kehamilan. Menjelang
persalinan, perasaan dan cemas bercampur menjadi satu. Perasaan senang timbul karena
akan berubah peran menjadi seorang ibu dan segera bertemu dengan bayi yang telah lama
dinanti-nantikan. Timbulnya perasaan cemas karena khawatir terhadap calon bayi yang
akan dilahirkan, apakah bayi akan lahir sempurna atau tidak.
Adanya perasaan kehilangan sesuatu secara fisik sesudah melahirkan akan menjurus
pada suatu reaksi perasaan sedih. Kemurungan dan kesedihan dapat semakin bertambah
oleh karena ketidaknyamannya
2.1.3.1 Adaptasi psikologi masa nifas
Perubahan peran dari wanita biasa menjadi seorang ibu memerlukan adaptasi
sehingga ibu dapat melakukan perannya dengan baik. Perubahan hormonal yang
sangat cepat setelah proses melahirkan juga ikut mempengaruhi keadaan emosi dan
proses adaptasi ibu pada masa nifas. Fas-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa
nifas antara lain adalah sebagai berikut :
a. Fase Taking In
Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari kedua setlah melahirkan. Rasa mules, nyeri pada jalan lahir, kurang
tidur atau kelelahan, merupakan hal yang sering dikeluhkan ibu. Pada fase ini,
kebutuhan istirahat, asupan nutrisi, dan komunikasi yang baik harus dapat
terpenuhi.
b. Fase Taking Hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu
merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah tersinggug. Hal
yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemberian
penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya.
c. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai dapat menyesaikan diri dengan ketergantungan bayinya dan siap menjadi
pelindung bagi bayinya.
2.1.3.2 Gangguan psikologi masa nifas
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental disorder (American
Psychiatric Association, 2000) tentang petunjuk resmi untuk pengkajian dan
diagnosis penyakit psikiater, bahwa gangguan yang dikenali selama postpartum
adalah :

2.1.3.2.1 Postpartum Blues


Postpartum blues adalah periode sementara depresi ringan, kestabilan suasana
hati, kurang konsentrasi, meningkatnya kekhawatiran terhadap diri sendiri dan
kesehatan bayi. Post partum blues terjadi pada 50% hingga 80% ibu yang baru saja
melahirkan.
Ibu postpartum yang mengalami postpartum blues mempunyai gejala antara lain
rasa marah, murung, cemas, kurang konsentrasi, mudah menangis (tearfulness), sedih
(sadness), nafsu makan menurun (appetite), sulit tidur. Gejala biasanya dimulai antara
2 hingga 4 hari setelah melahirkan, berlangsung sekitar 48 jam, dan umumnya mereda
sepuluh hari. Meskipun, kadang-kadang seorang ibu akan memiliki beberapa gejala
ringan selama beberapa bulan. Post partum blues dianggap sebagai perubahan emosi
normal yang berkaitan dengan masa nifas dan tidak memerlukan obat-obatan
psikotropika.
Namun, beberapa peneliti percaya semakin parah post partum blues semakin
besar insiden selanjutnya berkembang menjadi depresi pasca persalinan.
Penanganan gangguan mental pasca persalinan pada prinsipnya tdak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainnya. Para ibu yang
mengalami post partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para
ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang
harus juga di penuhi.
Cara untuk mengatasinya,antara lain : komunikasikan segala permasalahan atau
hal lain yang ingin di ungkapkan, bicarakan rasa cemas yang di alami, bersikap tulus
ikhlas dalam menerima aktifitas dan peran baru setelah melahirkan, bersikap fleksibel
dan tidak terlalu sempurna mengurus bayi dan rumah tangga, belajar tenang dan
menarik nafas panjang meditasi, kebutuhan istrahat yang cukup, tidurlah ketika
bayi sedng tidur, berolhraga ringan, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru,
dukungan tenaga kesehatan, dukungan suami, dan keluaraga, konsultasikan pada
dokter atau orang yang professional agar dapat meminimalisir factor risiko lainnya
dan melakukan pengwasan.

2.1.3.2.2 Depresi Postpartum


Depresi postpartum (DP) adalah gangguan kejiwaan yang beberapa karakteristik
diperburuk dari postpartum blues. Tingkat depresi pascapersalinan pada ibu bervariasi
dari 3% hingga 27%. Depresi post partum juga merupakan tekanan jiwa sesudah
melahirkan dimana seorang ibu baru akan merasa benar-benar tidak berdaya dan
merasa serba kurang mampu, tertindih oleh beban terhadap tanggung jawab terhadap
bayi dan keluarganya, tidak bisa melakukan apapun untuk menghilangakan perasaan
itu. Depresi post partum dapat berlangsung selama 3 bulan atau lebih dan
berkembang menjadi depresi lain lebih berat atau lebih ringan. Gejalanya sama saja
tetapi di samping itu, ibu mungkin terlalu memikirkan kesehatan bayinya dan
kemampuanya sebagai seorang ibu.
Gejala yang ditimbulkan antara lain kehilangan harapan (hopelessness),
kesedihan, mudah menangis, tersinggung, mudah marah, menyalahkan diri sendiri,
kehilangan energi, nafsu makan menurun (appetite), berat badan menurun, Universita
Sumatera Utara insomnia, selalu dalam keadaan cemas, sulit berkonsentrasi, sakit
kepala yang hebat, kehilangan minat untuk melakukan hubungan seksual dan ada ide
untuk bunuh diri.
Ada 3 tipe depresi post partum diantaranya yaitu :
 Depresi ringan (Kemurungan) : inilah tipe depresi yang paling umum. Biasanya
singkat dan tidak terlalu mengangu-mengangu kegiatan-kegiatan normal.
 Depresi sedang / moderat (perasaan tak berpengharapan: Gejalanya hampir sama
dengan depresi ringan tetapi lebih kuat dan lebih lama berakhir.
 Depresi berat (terpisah dari realita) : Kehilangan interes dari dunia luar dan
perubahan tingkah laku yang serius dan berkepanjangan merupakan
karakteristiknya.
Pengobatan yang tepat tergantung diagnosa, berkisar dari dukungan lingkungan,
termasuk peningkatan perawatan ayah dari bayi (suami). Intervensi farmakologi
dirancang untuk meningkatkan suasana hati menjadi lebih baik, mengurangi
kecemasan memperbaiki gangguan tidur. Faktor yang paling penting untuk mengobati
pasien dengan depresi post partum adalah menilai psikologi untuk mengidentifikasi
setiap kasus dan intervensi yang menangani kasus yang telah dirumuskan.
Pengobatan depresi post partum juga dapat ditangani dengan pemberian obat
antidepresan dan psikoterapi.

2.1.3.2.3 Psikosis Postpartum


Psikosis post partum (PP) jarang terjadi dan dimanifestasikan adalah gejala yang
paling parah yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan. Mereka yang
mengalami psikosis postpartum dapat mengalami halusinasi, delusi, gejala ekstrem
depresi dan kebingungan kognitif yang dapat mengancam dan membahayakan
keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga sangat memerlukan pertolongan dari
tenaga professional yaitu psikiater dan pemberian obat.
Psikosa terbagi dalam dua golongan besar, yaitu :
 Psikosa fungsional
Merupakan gangguan psikologis yang faktor penyebabnya terletak pada
aspek kejiwaan, disebabkan karena sesuatu yang berhubungan dengan bakat
keturunan, bisa juga disebabkan oleh perkembangan atau pengalaman yang
terjadi dalam kehidupan seseorang.
 Psikosa organic
Disebabkan oleh kelainan atau gangguan pada aspek tubuh, kalau jelas
sebab-sebab dari suatu psikosa fungsional adalah hal-hal yang berkembang
dalam jiwa seseorang.
Penanganan dari psikosis postpartum yaitu umumnya membutuhkan penggunaan
obat antipsikotik. Jika tidak ada perbaikan yang terlihat, maka pertimbangan
diberikan ECT yang sangat sering membantu dalam psikosis ini, baik mania psikotik
depresi, atau bahkan skizofrenia.
Perbandingan Jenis Gangguan Postpartum Blues, Depresi Postpartum dan Postpartum Psikosis

Postpartum
Postpartum Blues Depresi Postpartum
Psikosis
10-20% Cemas, rasa
kehilangan, sedih,
kehilangan harapan
(hopelessness),
60-80% Labilitas menyalahkan diri
3-5% Semua
mood, mudah sendiri, gangguan
gejala yang ada di
menangis, nafsu percaya diri,
depresi
makan menurun, kehilangan tenaga,
Insiden Gejala postpartum,
gangguan tidur, lemah, gangguan
ditambah gejala:
biasanya terjadi dalam nafsu makan
halusinasi, delusi
2 minggu atau kurang (appetite), BB
dan agitasi.
dari 2 minggu. menurun, insomnia,
rasa khawatir yang
berlebihan, perasaan
bersalah dan ada ide
bunuh diri.
Umumnya terjadi
1-10 hari setelah 1-12 bulan setelah pada bulan
Kejadian
melahirkan melahirkan pertama setelah
melahirkan
Ada riwayat
penyakit mental,
Perubahan hormonal Ada riwayat depresi,
perubahan
dan perubahan/adany respon hormonal,
Penyebab hormon, ada
a stressor dalam kurangnya dukungan
riwayat keluarga
hidup. sosial.
dengan penyakit
bipolar.
Psychotherapy
Tindakan Support dan empati Konseling
dan therapy obat

2.1.4 Proses Terjadinya Laktasi


Laktasi adalah proses produksi, sekresi dan pengeluaran asi. Proses
laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormone-hormon
yang berperan adalah:
1. Progesterone, berfungsi mempengaruhi pertumbah dan ukuran alveoli
2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran asi agar membesar
sehingga dapat menampung asi lebih banyak. Kadar estrogen menurun
saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui
3. Follicle stimulatin hormone (FSH)
4. Luteinizing hormone (LH)
5. Proklatin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan
6. Oksiton berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme, pasca
melahirkan oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli
untuk memeras asi menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses
turunnya susu let-down/milk ejection reflex.
7. Human placental lactogen (HPL). Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
putting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
kehamilan, payudara siap memproduksi asi.
DAFTAR PUSTAKA

(Maritalia, Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui, 2012)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan - perubahan pada organ reproduksi.
Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ibu, juga mengalami perubahan. Dari
yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini
mendampingi ibu. Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu
melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami akan mengalami gejala -
gejala psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh oleh seorang wanita
dalam dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau
bulan pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun fisik. Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tetapi ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan
diri dan mengalami gangguan – gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang
oleh yang oleh para peneliti dan klinisi disebut Depresi Post Partum.
B. Rumusan Masalah
1. Gangguan psikologi apa saja yang terjadi pada masa nifas ?
2. Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologi pada masa nifas ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja gangguan psikologi yang terjadi saat nifas
2. Mengetahui cara mengatasi gangguan psikologi pada masa nifas.

Anda mungkin juga menyukai