Anda di halaman 1dari 6

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 05 No. 02 Juni  2016 Halaman 67 - 72


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI


IBU BALITA UNTUK MENIMBANG BALITA KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2010

FACTORS ASSOCIATED WITH MOTHERS’ PARTICIPATION RATE TO WEIGHT THEIR


UNDER FIVE IN POSYANDU AT PANJANG HEALTH CENTER AREA,
BANDAR LAMPUNG BY 2010

Reihana1, Artha Budi Susila Duarsa2


1
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung
2
Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat STIKES Mitra Lampung

ABSTRACT  ABSTRAK
Background: It’s very difficult to find malnourished children in Latar Belakang: Kasus kurang gizi dan gizi buruk sulit
the community because not all mothers are willing to bring their ditemukan di masyarakat karena tidak semua ibu menimbang
children to integrated service center (Posyandu). Posyandu is balitanya ke Posyandu. Pos yandu merupakan sarana
one of public facilities in the community to monitor the under pelayanan kesehatan di masyarakat untuk memantau keadaan
five’nutritional status and prevent early nutritional problems. gizi balita dan membantu pencegahan secara dini masalah
The coverage of under five weighted (D/S) and under five gizi. Di Kota Bandar Lampung tahun 2009 cakupan D/S dan
gained weight (N/D) in Bandar Lampung city by 2009 are 79% Cakupan N/D pada balita baru mencapair 79% dan 84,90%.
and 84.90% respectively. Since 2006 until 2009, at Panjang Data cakupan D/S di puskesmas Panjang tahun 2006 – 2009
health center, the coverage of D/S show declined trend from menunjukkan trend yang menurun dari 89,2% menjadi 82,6%
89.2% to 82.6% and still find 2 cases of malnourished children. dan masih ditemukan 2 kasus gizi buruk. Tujuan Penelitian
The pupose of this research is to know the factors associated diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
with the mothers’ participation rate to weigh their under five in partisipasi ibu balita untuk menimbang Balita ke Posyandu di
Posyandu at Panjang Health Centers by 2010. wilayah kerja Puskesmas Panjang tahun 2010.
Methods: This is a quantitative research using cross-sectional Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif
study design. The population in this research are all mothers dengan menggunakan desain studi cross sectional. Populasi
having under five children who live in the area of Panjang adalah ibu yang memiliki balita dan tinggal di wilayah kerja
Health Centers. The number of sample are 407. The research Puskesmas Panjang. Besar sampel sebanyak 407. Variabel
variables are mothers’ participation to bring their under five to penelitian adalah partisipasi ibu yang membawa balita ke
Posyandu, mothers’ age, mother’s education, mother’s Posyandu, umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan
occupation, mother’s knowledge, the number of under five in ibu, jumlah balita dalam keluarga, paritas, umur anak balita,
the family, parity, age of under five, husbands’ education, pendidikan s uami, motivasi, dukungan keluarga, status
motivation, family support, immunization status, home distance imunisasi, jarak rumah ke Posyandu, kehadiran Petugas. Data
to Posyandu, servic e provider’s attendance. Data were dianalisis dengan metode Regresi Logistik Ganda model prediksi,
analyzed by Multiple Logistic Regression prediction model, terdiri dari analisis univariat, bivariat, dan multivariate.
consisting of univariate, bivariate, and multivariate analysis. Hasil: Hasil penelitian mendapatkan 54,8% ibu balita mempunyai
Results: The results of this research show that 54.8% mother partisipas i aktif menimbang balitanya. Hasil uji statistik
participate actively to bring their under five in Posyandu. menunjukkan faktor paling dominan pengaruhnya terhadap
Results of statistical tests reveal that the most dominant factor partisipasi ibu menimbang balita ke Posyandu adalah interaksi
to encourage mothers’ participation is the interaction among antara pengetahuan ibu dengan pendidikan ibu OR 4,614 (CI :
mothers’ knowledge and education OR 4.614 (CI: 3.249-6.551) 3,249 – 6,551) setelah dikontrol variabel, Pendidikan ibu OR
after controlled variables, mothers’ education OR 0.340 (CI: 0,340 (CI : 0,185 - 0,625), umur balita OR 1,851 (CI : 1,053-
0.185-0.625), under five age OR 1.851 (CI: 1.053-3.255), 3,255), motivasi OR 1,037 (CI : 1.037 - 2,780) dan dukungan
motivation OR 1.037 (CI: 1037-2.780) and family support OR keluarga OR 2,542 (CI : 3,249 - 4,680).
2.542 (CI: 3.249-4.680). Saran: Berdasarkan hasil tersebut, Peneliti menyarankan untuk
Suggestion: Based on the above research, res earcher dilakukan pendekatan konfrehensif dalam meningkatkan
suggest comprehensive approach to increase Posyandu visit kunjungan Posyandu, melalui pengaktifan pokjanal, penyuluhan
through engaging the team work in Posyandu, promotion and dan konseling pada ibu balita yang memiliki pengetahuan dan
couselling to the mothers who lack of knowledge and education, pendidikan rendah, tidak ada atau kurang dukungan keluarga,
lack of family support, having under five children and have memiliki anak balita dan memiliki motivasi yang rendah.
low motivation.
Kata Kunci: Posyandu, Partisipasi, Menimbang, Balita.
Key words: Integrated Servic e Center (Posyandu),
Participation, Weighing, Under five years.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016  67


Reihana, dkk.: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

PENGANTAR lebih awal terjadinya gangguan pertumbuhan pada


Balita yang kurang gizi mempunyai risiko individu balita sehingga dapat memberikan tindakan
meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang tidak penanggulangan segera pada anak yang mengalami
kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta dari gangguan pertumbuhan agar dapat dikembalikan ke
balita di seluruh dunia meninggal disebabkan penya- jalur pertumbuhan normalnya, memberikan konseling
kit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, cam- pada ibu/pengasuh anak dalam upaya memperta-
pak dan lain-lain. Ironisnya, 54% kematian tersebut hankan atau meningkatkan keadaan gizi dan kese-
berkaitan dengan adanya kurang gizi1. Kurang gizi hatan anak. Berdasarkan trend cakupan penim-
pada usia dini juga akan meningkatkan resiko bangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran
berbagai penyakit degeneratif (jantung, kanker) pada (D/S) dan jumlah balita yang ditimbang 2 bulan
saat dewasa. Masa balita menjadi lebih penting lagi berturut-turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik
karena merupakan masa yang kritis dalam upaya dibagi jumlah balita yang ditimbang (N/D) di Propvinsi
menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas. Lampung tahun 2006 s/d 2008, cakupan D/S 59,8%
Terlebih pada 6 bulan terakhir masa kehamilan dan pada tahun 2006, 60,24% pada tahun 2007 sebesar
dua tahun pertama setelah kelahiran merupakan 60,24% dan pada tahun 2008 sebesar 65,77% sela-
masa emas dimana sel-sel otak sedang mengalami ma 3 tahun menunjukan peningkatan walaupun be-
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. lum mencapai target yang telah ditetapkan dalam
Gagal tumbuh (growth faltering) yang terjadi Kewenangan Wajib Standar Pelayanan Minimal
akibat kurang gizi di masa-masa emas ini akan (KWSPM), sedangkan cakupan N/D pada tahun 2006
berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang sebesar 79,12% pada tahun 2007 sebesar 77,96%
akan sulit diperbaiki. Anak yang menderita kurang dan pada tahun 2008 sebesar 81,97%. Pada tahun
gizi (stunted) berat mempunyai rata-rata IQ 11 point 2008 cakupan D/S dan N/D Balita di Kota Bandar
lebih rendah dibandingkan rata-rata anak-anak yang Lampung, yaitu D/S sebesar 77,60% dan cakupan
tidak stunted2. Kurang gizi pada usia dini juga akan N/D sebesar 85,90 %, sedangkan pada tahun 2009
meningkatkan resiko berbagai penyakit degeneratif cakupan D/S dan Cakupan N/D pada balita tidak
(jantung, kanker) pada saat dewasa. Salah satu ben- mengalami perubahan yang signifikan, cakupan D/
tuk peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan S sebesar 79 % dan N/D sebesar 84,90 %6.
adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang Cakupan penimbangan balita di Posyandu (D/
dibentuk oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. S) merupakan indikator yang berkaitan dengan
Posyandu merupakan salah satu upaya pelayanan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pela-
kesehatan yang dikelola oleh masyarakat dengan yanan kesehatan dasar khusunya imunisasi serta
dukungan teknis petugas kesehatan. Kegiatan prevalensi gizi kurang. Semakin tinggi cakupan D/
Posyandu meliputi 5 program pelayanan kesehatan S, semakin tinggi cakupan vitamin A, semakin tinggi
dasar, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), imuni- cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi
sasi, Keluarga Berencana (KB), Perbaikan gizi dan gizi kurang. Program posyandu akan bermanfaat
Penanggulangan diare3. jika balita berkunjung ke posyandu secara teratur.
Prevalensi gizi kurang pada balita di Indonesia Keteraturan berkunjung ke Posyandu sangat diperlu-
13,0%, gizi buruk 5,4% dan gizi baik 77,2% sedang- kan partisipasi ibu untuk membawa balitanya berkun-
kan gizi lebihnya 4,3%4. Untuk Provinsi Lampung jung ke Posyandu. Tingkat partisipasi masyarakat
prevalensi gizi buruk mencapai 5,75 %, gizi kurang mau menimbang balitanya ke posyandu di Bandar
11,8 % dan gizi lebih 4,2% sedangkan gizi baik Lampung tahun 2009 masih rendah di bawah standar
baru mencapai 78,3% dari target 80%. Prevalensi pelayanan minimal yaitu 78,65%, Kota Bandar Lam-
gizi kurang (Skor Z Berat Badan menurut Umur) di pung mempunyai 13 Kecamatan, dilihat dari cakupan
Kota Bandar Lampung dalam tiga tahun terakhir D/S perkecamatan, Kecamatan Sukabumi cakupan
memperlihatkan tren yang terus meningkat yaitu D/S nya sudah mencapai target yaitu 86,4%,
11,72% tahun 2006, 12,97% di tahun 2007, dan sedangkan cakupan terendah ada pada Kecamatan
14,68% di tahun 2008. Prevalensi gizi buruk pun Tanjung Karang Pusat yaitu 75,9% 4. Dari 27
masih di atas 1 % (ambang batas bebas masalah) Puskesmas yang dimiliki oleh Kota Bandar Lampung,
yaitu 1,44% tahun 2006, 1,49% tahun 2007, dan puskesmas Panjang sejak tahun 2006 sampai tahun
1,8% di tahun 20085. 2008 menunjukkan trend yang menurun dari 89,2%
Menimbang berat badan setiap bulan bisa dike- pada tahun 2006, menjadi 75,8% tahun 2007, dan
tahui apakah anak tersebut tumbuh normal sesuai di tahun 2008 tingkat partisipasi hanya 70,71%. Pada
jalur pertumbuhannya atau tidak, mengetahui secara tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 82,6%

68  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

walaupun demikian untuk wilayah kerja Puskesmas tuhkan informasi terkait masalah yang diteliti. Data
Panjang masih ditemukan 2 kasus gizi buruk. Meng- yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
ingat pentingnya fungsi posyandu dalam deteksi dini primer yang dikumpulkan langsung melalui wawan-
balita untuk mengetahui tumbuh kembang balita cara terstruktur menggunakan kuesioner. petugas
dengan mudah dan cepat serta diketahui jika balita pelaksana pengumpul data dilakukan oleh Peneliti
tersebut mengalami gangguan tumbuh kembang dibantu Petugas TPG (Tenaga Pelaksana Gizi) Pus-
sehingga balita tidak jatuh dalam keadaan gizi kesmas Panjang dan tenaga kesehatan dari Dinas
buruk6. Kesehatan Kota Bandar Lampung sebanyak 5 or-
Masalah yang berkaitan dengan kunjungan Pos- ang, yang telah dilatih terlebih dahulu tentang tata
yandu antara lain tersedianya dana operasional cara pengumpulan data. Pengumpulan data dilaku-
untuk menggerakan kegiatan Posyandu, tersedianya kan dengn cara kunjungan langsung ke rumah res-
sarana dan prasarana, pengetahuan kader masih ren- ponden diluar jadwal Posyandu. Pengolahan data
dah dan perilaku ibu balita. Ada tiga faktor yang mem- terdiri dari pemeriksaan dan pembersihan data,
pengaruhi seseorang berprilaku dalam kesehatan pemberian kode, pemrosesan data. Analisis data
yaitu faktor predisposing, faktor enabling dan faktor berupa univariat, bivariat dengan chi square dan
reinforcing. Faktor predisposing juga berinteraksi multivariat dengan dengan metode Regresi Logistik
dengan faktor genetic, termasuk juga pengalaman Ganda.
masa kecil bias membentuk sikap, nilai dan persepsi
pertama kali, faktor enabling meliputi ketersediaan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sumber daya, ketrampilan, keterjangkuan, keterse-
diaan fasilitas, dapat dianggap sebagai pendukung Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan
pelayanan kesehatan. Faktor reinforcing adalah Partisipasi Ibu Menimbang Balita ke Posyandu di
Puskesmas Panjang Kota Bandar Lampung Tahun
faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan 2010
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, Partisipasi Ibu Jumlah Persentase
keluarga, teman, tokoh masyarakat, yang bekaitan Aktif 223 54,8
dengan umpan balik yang diterima oleh pemakai Tidak Aktif 184 45,2
Total 407 100
pelayanan dari orang lain yang hasilnya akan men-
dorong atau melemahkan perubahan prilaku dalam
Berdasarkan Tabel 5.1 diketahui, lebih dari se-
penggunaan pelayanan7. Berdasarkan hal tersebut
paruh (54,8%) ibu balita melakukan penimbangan
diatas maka penelitian ini mencoba mencari tahu
di posyandu. Hasil ini berbeda dengan hasil Ris-
faktor apakah yang berhubungan dengan partisipasi
kesdas 2010 dimana frekuensi penimbangan balita
ibu balita untuk melakukan penimbangan balita di
>4 di Indonesia berada diantara nilai 22% - 86,8%.
posyandu. Selain itu penelitian ini dilakukan dalam
Gambaran karakteristik responden ibu balita
rangka mendukung kebijakan tentang revitalisasi
yang ada wilayah kerja Puskesmas Panjang berda-
posyandu8.
sarkan tabel 5.2 sebagai berikut umur ibu balita di
wilayah kerja Puskesmas Panjang sebagian besar
BAHAN DAN CARA PENELITIAN
umur responden (68,1%) berumur muda (<36 tahun),
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
sebagian besar (60,7%) dengan pendidikan rendah
dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah
(SMP ke bawah, sebagian besar (81,6%) tidak beker-
ibu yang memiliki balita dan bertempat tinggal di
ja, sebagian besar (82,8%) tidak banyak memiliki
wilayah kerja Puskesmas Panjang Kota Bandar
balita dalam keluarga (hanya 1 balita dalam keluar-
Lampung sebanyak 3.680. Besar sampel sebanyak
ga), sebagian besar (63,1%) memiliki paritas baik,
407 yang dihitung berdasarkan rumus sampel untuk
sebagian besar (73,7%) berumur anak balita (> 1 -
estimasi. Teknik pengambilan sampel dilakukan de-
< 5 tahun), sebagian besar (63,6%) memiliki pendidik-
ngan cara simple random sampling. Variabel depen-
an rendah, sebagian besar (56,5%) memiliki motivasi
den penelitian: tingkat partisipasi ibu balita untuk
tinggi, sebagian besar (80,3%) memiliki dukungan
menimbang Balita ke Posyandu Variabel independen
keluarga, sebagian besar (80,1%) memiliki status
penelitian: umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,
imunisasi lengkap, sebagian besar (73,6%) memiliki
pengetahuan ibu, jumlah balita dalam keluarga,
jarak rumah dekat dengan posyandu, sebagian besar
paritas, umur anak balita, pendidikan suami, motivasi,
(71,5%) mendapatkan PMT di posyandu, sebagian
dukungan keluarga, status imunisasi, jarak rumah
besar (76,7%) ada tenaga kesehatan di posyandu.
ke Posyandu, Pemberian Makanan Tambahan
Hasil analisis bivariat ada 6 (enam) variabel yang
(PMT). Alat ukur/instrumen penelitian ini adalah lem-
berhubungan dengan partisipasi ibu untuk menim-
bar kuesioner memuat bagian-bagian yang membu-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016  69


Reihana, dkk.: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

bang balita ke posyandu yaitu pendidikan ibu menghasilkan kesinambungan social. Proses ini
(p=0,000; OR: 2), pengetahuan ibu (p=0,000, OR : melibatkan pengawasan dan perkembangan dari
9,4), umur balita (p=0,002 ; OR : 2), Motivasi ibu orang yang belum dewasa dan kelompok dimana
(p=0,000 ; OR : 1,7), dukungan keluarga (p=0,000 ; dia hidup. Pendidikan adalah suatu proses perubahan
OR : 3,3) dan kehadiran petugas kesehatan di sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok
Posyandu (p=0,000; OR : 2,4). orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

Tabel 2. Model Akhir Prediksi Terjadinya Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita
(Hasil Uji Interkasi tahap 4)
No Variabel Koef OR 95%CI Nilai p
1 Pendidikan ibu -1,079 0,340 0,185-0,625 0,001
2 Umur balita 0,616 1,851 1,053-3,255 0,032
3 Motivasi 0,529 1,698 1,037-2,780 0,035
4 Dukungan 0,933 2,542 1,381-4,680 0,003
5 Interaksi Pendidikan & pengetahuan 1,529 4,614 3,249-6,551 0,000
Konstan -4,687 0,009 0,000

Hasil penelitian ini diketahui urutan kekuatan upaya pengajaran dan latihan proses. Melalui pen-
hubungan dari variabel-variabel yang berhubungan didikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan
dengan partisipasi aktif ibu balita untuk menimbang seseorang12.
balita di posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi
Panjang Kota Bandar Lampung yaitu urutan yang setelah orang melakukan penginderaan (penglihatan,
paling dominan adalah interaksi pendidikan dan pendengaran, penciuman, rasa, dan raba) terhadap
pengetahuan (OR=4,619), dukungan keluarga suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
(OR=2,542), umur balita (OR=1,851), motivasi manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penge-
(OR=1,698) dan pendidikan ibu (OR=0,340). tahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempu-
Hasil penelitian ini diketahui urutan kekuatan nyai enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami
hubungan dari variabel-variabel yang berhubungan (comprehension), aplikasi (aplication), analisis
dengan partisipasi aktif ibu balita untuk menimbang (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation).
balita di posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Pan- Setiap wanita baik yang bahagia maupun yang tidak
jang Kota Bandar Lampung yaitu urutan yang paling bahagia apabila dirinya hamil dan punya anak pasti
dominan adalah interaksi pendidikan dan pengeta- dihinggapi campuran perasaan yaitu rasa kuat dan
huan (OR=4,619), dukungan keluarga (OR=2,542), berani menanggung cobaan dan rasa lemah hati,
umur balita (OR=1,851), motivasi (OR=1,698) dan takut, ngeri, cemas terlebih pada masa membesarkan
pendidikan ibu (OR=0,340). anak. Dalam kondisi seperti ini suami dapat menjadi
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sumber kekuatan, ketenangan dan dorongan yang
Masnuchadin9, dan teori yang dijelaskan oleh penting bagi ibu. Green dan Krueter (2005) menye-
Dusseldorp10 yang menyatakan bahwa ada beberapa butkan bahwa dukungan keluarga merupakan salah
tingkatan partisipasi seseoarang yaitu partisipasi satu elemen penguat (reinforcing) bagi terjadinya
terinduksi, yaitu peran serta yang tumbuh karena perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat.
terinduksi oleh adanya motivasi ekstrinsik (berupa Sejak masa hamil suami dapat berperan aktif dalam
bujukan, pengaruh, dorongan) dari luar meskipun memberikan dukungan moral pada istri, ia dapat ber-
yang bersangkutan tetap memilki kebebasan penuh sama mengunjungi Posyandu, turut mengetahui
untuk berpartisipasi. Program posyandu akan ber- pertumbuhan dan perkembangan balitanya, mem-
manfaat jika balita berkunjung ke posyandu secara bantu istri untuk berkunjung ke Posyandu dan du-
teratur. Keteraturan balita berkunjung ke posyandu kungan materil berupa dana, sarana dan sebagainya.
sangat tergantung dari partisipasi ibu untuk mem- Dalam struktur masyarakat Indonesia yang pater-
bawa balitanya berkunjung ke Posyandu. Pendidikan nalistik, peranan suami atau orang tua, keluarga
merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat dekat si ibu sangat menentukan dalam pemilihan
penting untuk mengembangkan diri. Menurut John tempat pelayanan kesehatan. Jika membesarkan
Weley11, pendidikan adalah suatu proses pembaha- balita dibebani oleh ide–ide negatif misalnya kesu-
ruan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi litan ekonomi, relasi perkawinan yang buruk, anak
di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang tidak dikehandaki dan konflik–konflik lain maka
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi dukungan dari keluarga sangat diperlukan bagi ibu.
secara sengaja dan dilembagakan untuk untuk Hasil Penelitian Penggunaan atau pemanfaatan

70  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

pelayanan kesehatan menunjukan bahwa pelayanan ply side) namun yang tidak kalah pentinnya adalah
kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang kebutuhan masyarakat (demand side). Penelitian ini
yang berusia sangat muda (anak-anak) dan berusia menunjukkan bahwa demand ibu balita untuk ke Pos-
tua13. yandu sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
Motivasi merupakan sikap manusia yang mem- dan pengetahuan ibu balita, umur balita, dukungan
berikan energi, mendorong kegiatan atgau moves keluarga ibu balita dan motivasi ibu balita. Adanya
dan menyalurkan secara langsung untuk pencapaian kesenjangan antara harapan konsumen/demand side
tujuan. Tetapi hal ini tergantung padakemampuan dengan pandangan manajemen/supply side (Gap
sesorang untuk memuaskan berbagai macam kebu- between the customer’s expectations and the mana-
tuhan yang bersangkutan agar termotivasi. Faktor jemen perceptions) yang membuat suatu pelayanan
lingkungan juga dapat memotivasi seseorang untuk kesehatan tidak berjalan optimal. Pihak manajemen
berprilaku sehat, sehingga apabila motivasi ibu serta tidak selalu memiliki pemahaman yang tepat tentang
keinginan ibu untuk datang ke Posyandu guna me- apa yang diinginkan oleh para pelanggan (ibu balita)
mantau pertumbuhan dan perkembangan balitanya atau bagaimana penilaian pelanggan atau ibu balita
serta ingin mengetahui kesehatan balita dan faktor terhadap usaha pelayanan Posyandu yang diberikan.
lingkungan mendukung maka akan tercipta keinginan Pihak manajemen seharusnya memahami karak-
ibu untuk memanfaatkan dan melakukan kunjungan teristik dari kebutuhan pelangganya (Ibu Balita) agar
balita ke Posyandu secara rutin setiap bulan. Motivasi produk yang dikeluarkannya dapat diterima dengan
juga dapat timbul dari faktor internal yaitu faktor yang baik oleh pelanggannya. Apakah pelanggan (Ibu
timbul dari dalam dari seperti keinginan untuk men- Balita) dan pihak manajemen ini memiliki pengeta-
capai keberhasilan untuk mendapatkan pengakuan huan yang sama tentang pentingnya penimbangan
dan rasa tanggung jawab. Selain faktor internal ada Balita di Posyandu, sementara dalam kenyataannya
juga peran dari faktor eksternal seperti lingkungan pelanggan memilihi hambatan dalam hal berbagai
sosial dalam menyikapi pola hidup sehat, dukungan hal seperti tingkat pendidikan, pengetahuan,
orang-orang terdekat, sarana prasarana yang disedia- keberadaan balita, dukungan keluarga dan motivasi.
kan dalam pelayanan kesehatan dan lain sebagainya.
Upaya preventif untuk meningkatkan partisipasi KESIMPULAN DAN SARAN
aktif ibu balita untuk menimbang balita secara rutin Kesimpulan
di posyandu adalah dengan memfokuskan pada Hasil penelitian mendapatkan 54,8% ibu balita
kelompok ibu balita yang tingkat pengetahuan dan mempunyai partisipasi aktif menimbang balitanya
pendidikan rendah melalui pendidikan kesehatan ke Posyandu. Hasil uji statistik faktor paling dominan
atau promosi kesehatan berupa penyuluhan dan pengaruhnya terhadap partisipasi ibu menimbang
melakukan konseling betapa pentingnya melakukan balita ke Posyandu adalah interaksi antara pengeta-
penimbangan balita dalam rangka memantau tumbuh huan ibu dengan pendidikan ibu OR 4,614 (CI: 3,249–
kembang balitanya. 6,551) setelah dikontrol variabel, Pendidikan ibu OR
Faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam 0,340 (CI: 0,185-0,625), umur balita OR 1,851 (CI:
rangka meningkatkan partisipasi aktif ibu balita untuk 1,053-3,255), motivasi OR 1,037 (CI: 1.037-2,780)
menimbang balita di Posyandu berdasarkan hasil dan dukungan keluarga OR 2,542 (CI: 3,249-4,680),
penelitian adalah motivasi ibu, dukungan keluarga yang berarti ibu yang mempunyai interaksi pengeta-
dan umur balita. Upaya yang dilakukan untuk me- huan dan pendidikan tinggi akan mempunyai partisi-
ningkatkan faktor tersebut diatas adalah dengan pasi aktif menimbang balita ke Posyandu 4 kali lebih
memberikan motivasi pada ibu balita melalui kegiatan tinggi dibanding interaksi pengetahuan dan pendidik-
di Posyandu. Dukungan keluarga juga perlu diting- an ibu yang rendah.
katkan dengan memberikan penyuluhan pada
keluarga khususnya pada suami tentang pentingnya Saran
penimbangan balita di Posyandu. Ibu balita juga perlu Demand Side: 1) Peningkatan akses ibu balita
dijelaskan pentingnya menimbang anak balita (>1- ke Posyandu untuk berpartisipasi aktif dalam penim-
<5 tahun) bukan hanya pada masa bayi (< 1 tahun) bangan balita dengan meningkatkan pengetahuan
karena masa balita (< 5 tahun) merupakan masa ibu melalui penyuluhan dan konseling tentang pen-
emas untuk pertumbuhan anak. tingnya penimbangan balita, dengan memfokuskan
Kebijakan revitalisasi Posyandu tidak akan pada ibu balita dengan pendidikan dan pengetahuan
berjalan dengan optimal bila hanya memperhatikan yang rendah, memiliki bayi (usia > dari 1 tahun, anak
penyediaan sarana pelayanan kesehatan saja (sup- balita), ibu balita yang tidak atau kurang mendapat

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016  71


Reihana, dkk.: Faktor-faktor yang Berhubungan dengan

dukungan dari keluarga dan tidak ada atau kurang Lampung.


motivasi, 2) Melakukan survei kepuasan konsumen 6. Dinkes Kota Bandar Lampung, 2009, Profil
pada Posyandu. Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung.
Supply Side: 1) Kolaborasi antara posyandu dan Lampung.
PAUD khususnya untuk meningkatkan motivasi ibu 7. Dinkes Provinsi Lampung, 2009, Profil Dinas
balita yang memiliki anak balita, sehingga anak balita Kesehatan Provinsi Lampung. Lampung.
ini masih mendapatkan kegiatan lain (pendidikan 8. Green. L. W, et al, 1980, Perencanaan
usia dini, pemberian PMT penyuluhan) walaupun Pendidikan Kesehatan, sebuah Pendekatan
tidak lagi mendapatkan pelayanan imunisasi (sudah Diagnostic, diterjemahkan oleh: Zarfiel Tafal, dkk
selesai imunisasi dasarnya), 2) Peningkatan sweep- Proyek Pengembangan FKM UI, Depok.
ing mencari setiap balita yang tidak berkunjung ke 9. Green. L. W, Kreuter. MW, 2005. Health
posyandu, 3) Peningkatan kapasitas tenaga kese- Program planning An Educational and
hatan dalam hal konseling pada ibu balita, 4) Mema- Ecological Approach, Fourth edition, New York.
sukkan kriteria kunjungan balita ke Posyandu dalam 10. Depkes RI, 2001, Surat Edaran Menteri Dalam
mendapatkan bantuan sosial, indikator penilaian Negeri tentang Pedoman Umum Revitalisasi
desa/kelurahan terbaik dan lain-lain. Posyandu, Jakarta.
11. Masnuchaddin, Syah, (1992). Faktor-Faktor
REFERENSI yang Berhubungan dengan Ketidakhadiran
1. WHO, 2002, The world health report 2002 - Balita ke Posyandu Desa Tambaharjo
Reducing Risks, Promoting Healthy Life. Kecamatan Pati Kabupaten Dati II Pati, Thesis
2. Unicef,1998, The State Of the World’s Children. Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
3. Depkes RI, 2007, Pedoman Umum Pengelolaan 12. Feldstein, J.P, 1983, Health Care economic,
Posyandu. John Wiley and Son New York.
4. Balibangkes Kemenkes RI, 2007, Riskesdas. 13. Andersen. R. et al, 1975, Equity in Health
5. Dinkes Kota Bandar Lampung, 2008, Profil service: empirical Analyses in Social Policy,
Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung. Cambridge Mass, Ballinger Publishing Co.

72  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 05, No. 2 Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai