Anda di halaman 1dari 3

TUGAS REVIEW JURNAL

EDEMA PARU

Oleh :

Amalia Anisa

N 101 15 003

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
EDEMA PARU KARDIOGENIK AKUT

Starry H. Rampengan

Jurnal Biomedik . Vol 6(3)

Edema paru merupakan suatu keadaan dimana terjadi perpindahan cairan dari
vascular paru ke interstisial dan alveoli paru. Pada edema paru terdapat penimbunan
cairan serosa atau serosanguinosa yang berlebihan didalam ruang interstisial dan
alveoli paru. Edema paru diklasifikasikan sebagai edema paru kardiogenik dan edema
paru non-kardiogenik. Edema paru kardiogenik disebabkan oleh peningkatan tekanan
hidrostatik kapiler paru yang dapat terjadi akibat perfusi berlebihan baik dari infus
darah maupun produk darah dan cairan lainnya, sedangkan edema paru
nonkardiogenik disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler paru antara lain
pada pasca transplantasi paru dan reekspansi edema paru, termasuk cedera iskemia
reperfusi-dimediasi.

Patofiologi edema paru yaitu, pada keadaan normal di dalam paru terjadi aliran
yang kontinyu dari cairan dan protein intravaskular ke jaringan interstisial dan
kembali ke sistem aliran darah melalui saluran limfa. Edema paru terjadi bila cairan
yang difiltrasi oleh dinding mikrovaskuler lebih banyak daripada yang bisa
dikeluarkan yang berakibat alveoli penuh terisi cairan sehingga tidak memungkinkan
terjadinya pertukaran gas. Pada edema paru kardiogenik (volume overload edema)
terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik dalam kapiler paru menyebabkan
peningkatan filtrasi cairan transvaskular. Bila tekanan interstisial paru lebih besar
daripada tekanan intrapleural maka cairan bergerak menuju pleura viseral yang
menyebabkan efusi pleura. Bila permeabilitas kapiler endotel tetap normal, maka
cairan edema yang meninggalkan sirkulasi memiliki kandungan protein rendah.
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler paru biasanya disebabkan oleh meningkatnya
tekanan di vena pulmonalis yang terjadi akibat meningkatnya tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri dan tekanan atrium kiri (>25 mmHg). Dalam keadaan normal tekanan
kapiler paru berkisar 8-12 mmHg dan tekanan osmotik koloid plasma 28 mmHg.

Gambaran klinis edema paru yaitu pada anamnesis ditemukan adanya sesak
napas yang bersifat tiba-tiba yang dihubungkan dengan riwayat nyeri dada dan
riwayat sakit jantung. Gejala lain yaitu sputum yang banyak, berbusa dan berwarna
merah jambu, mudah lelah, cepat merasa sesak napas pada aktivitas ringan, napas
cepas dan tingkat oksigenasi rendah (hipoksia). Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan yaitu pemeriksaan foto toraks, EKG, Ekokardiografi, pemeriksaan
laboratorium enzim jantung, analisis gas darah (AGDA), kateterisasi jantung kanan :
pengukuran pulmonary capillary wedge pressure dan kadar protein cairan edema.

Penatalaksaan utama pada edema paru yaitu pengobatan suportif untuk


mempertahankan fungsi paru. Prinsip penatalaksanaan meliputi pemberian oksigen
yang adekuat, restriksi cairan, dan mempertahankan fungsi kardiovaskular.
Penatalaksanaan menggunakan obat-obatan ada dua yaitu obat untuk menurunkan
preload yaitu Nitrogliserin (NTG), Loop Diuretics (Furosemide), dan morfin Sulfat.
Sedangkan obat untuk menurunkan afterload yaitu angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACE inhibitor).

Anda mungkin juga menyukai