PENDAHULUAN
2.1 Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah retrovirus golongan RNA
yang spesifik menyerang sistem imun/kekebalan tubuh manusia. Penurunan
sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV memudahkan berbagai
infeksi, sehingga dapat menyebabkan timbulnya AIDS.5
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan
gejala/tanda klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik)
karena penurunan sistem imun. Penderita HIV mudah terinfeksi berbagai
penyakit karena imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal
melawan kuman yang biasanya tidak menimbulkan penyakit.5
2.2 Epidemiologi
Diseluruh dunia pada tahun 2013 terdapat 35 juta orang dengan HIV yang
meliputi 16 juta perempuan dan 3.2 juta anak berusia < 15 tahun. Jumlah infeksi
baru HIV pada tahun 2013 sebesar 2.1 juta yang terdiri dari 1.9 juta dewasa dan
240.000 anak berusia < 15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1.5
juta yang terdiri dari 1.3 juta dewasa dan 190.000 anak usia < 15 tahun. Di
Indonesia HIV sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh provinsi di
Indonesia.6
Dari bulan Oktober sampai dengan Desember jumlah kasus HIV yang
dilaporkan sebanyak 13.139 orang. b. Persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan
pada kelompok umur 25-49 tahun (69,6%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun
(15,6%), dan kelompok umur 2: 50 tahun (8,3%). c. Rasio HIV antara laki-laki
dan perempuan adalah 2:1. Dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2018
jumlah AIDS dilaporkan sebanyak 884 orang. b. Persentase AIDS tertinggi pada
kelompok umur 30-39 tahun (52,0%), diikuti kelompok umur 40-49 tahun
(41,7%) dan kelompok umur 50-59 tahun (19,2%).Jurrilah kasus HIV yarig
dilaporkan dari tahun 2005 sarripai dengan tahun 2018 rnenqalarni kenaikan tiap
tahunnya.Jurnlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sarnpai dengan
Desember 2018 sebanyak 327.282 (51., 1% dari estirnasi ODHA (Orang dengan
HIV/AIDS) tahun 2016 sebanyak 640.443).7
Kasus HIV/AIDS di Sulawesi Tengah dengan letak geografis yang sangat
strategis mempunyai potensi untuk terjadinya penularan kasus. Melalui hasil
survey surveilans (Sero Survey) ditahun 2002 pertama kalinya ditemukan kasus
HIV-AIDS di Kota Palu, sebanyak 3 kasus HIV dan 1 Kasus AIDS. Kasus
HIVAIDS di Sulawesi Tengah dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan.
Tercatat jumlah kumulatif kasus HIV sampai dengan Desember 2018 sebanyak
1442 orang, jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 761 orang dan yang
meninggal dunia sebanyak 326 orang.8
2.3 Etiologi
Etiologi HIV-AIDS adalah human Immunodefisiensi virus (HIV) yang
merupakan virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam family retroviridae,
subfamily lentiviridae, genus lentiviridae. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk
family retrovirus yang merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat
molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Masing-masing grup mempunyai berbagai subtype. Diantara kedua grup tersebut,
yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia
adalah grup HIV-1.4
Faktor yang utama adalah dari penularan HIV melalui: Agen yakni dilihat dari
seberapa banyak Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau virus itu di dalam
tubuh. Host yakni dilihat dari individu tersebut seperti umur, jenis kelamin, dan
perilaku seksualnya. Environment yakni dilihat dari faktor lingkungan yang
mempengaruhinya seperti faktor social, ekonomi, budaya dan agama. Setelah
seseorang terinfeksi HIV, virus HIV akan bergabung dengan DNA, sehingga
orang akan terinfeksi HIV seumur hidup akan tetap terinfeksi, cara penularan
virus ditinjau dari perilaku, dapat melalui: hubungan seksual secara vaginal, anal,
dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan. Selama berhubungan bisa
terjadi lesi mikro pada vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV
masuk ke aliran darah pasangan seksual. Ibu pada bayinya bisa terjadi pada saat
kehamilana (in utero), selama persalinan kontak antara kulit bayi dengan darah,
pemberian ASI ibu positif HIV pada bayinya. Transfuse darah dan produk darah
yang tercemar HIV-AIDS sangan cepat menularkan HIV karena virus langsung
masuk ke pembuluh darah dan menyebar keseluruh tubuh. Jarum suntik yang
digunakan di fasilitas kesehatan maupun digunakan oleh para pengguna narkoba
secara bergantian berpotensi menularkan HIV. Pemakaian alat yang tidak steril
seperti speculum yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang
terinfeksi HIV, alat tajam dan runcing seperti pisau, silet, alat tato dan memotong
rambut bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa
disterilkan.9
2.4 Patogenesis
Human Immunodeficiency Virus termasuk dalam golongan retrovirus dengan
subgrup lentivirus, yang dapat menyebabkan infeksi secara “lambat” dengan
masa inkubasi yang panjang. Virus tersebut akan menginfeksi dan membunuh
limfosit T-helper (CD4), dan menyebabkan host kehilangan imunitas seluler dan
memiliki probabilitas yang besar untuk terjadinya infeksi oportunistik. Sel-sel
lain, seperti makrofag dan monosit, yang memiliki protein CD4 pada
permukaannya juga dapat terinfeksi oleh HIV. Replikasi virus HIV yang terjadi
secara cepat berkaitan dengan mutasi yang berkontribusi dalam ketidakmampuan
antibodi tubuh untuk menetralisasi virus dalam satu waktu secara bersamaan. Hal
ini diduga disebabkan oleh replikasi virus yang persisten dan kelelahan respon
sel limfosit T sitotoksik.10
Limfosit CD4+ merupakan target utama infeksi HIV karena virus mempunyai
afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Limfosit CD4+ berfungsi
mengoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi
tersebut menyebabkan gangguan respons imun yang progresif. Kejadian infeksi
HIV primer dapat dipelajari pada model infeksi akut Simian Immunodeficiency
Virus (SIV). SIV dapat menginfeksi Iimfosit CD4+ dan monosit pada mukosa
vagina. Virus dibawa oleh antigen-presenting cells ke kelenjar getah bening
regional. Pada model ini, virus dideteksi pada kelenjar getah bening maka dalam
5 hari setelah inokulasi. Sel individual di kelenjar getah bening yang
mengekspresikan SIV dapat dideteksi dengan hibridisasi in situ dalam 7 sampai
14 hari setelah inokulasi. Viremia SIV dideteksi 7-21 hari setelah infeksi.
Puncak. 4
Jumlah sel yang mengekspresikan virus di jaringan Iimfoid kemudian
menurun secara cepat dan dihubungkan sementara dengan pembentukan respons
imun spesifik. Koinsiden dengan menghilangnya viremia adalah peningkatan sel
Iimfosit CD8. Walaupun demikian tidak dapat dikatakan bahwa respons sel
Iimfosit CD8+ menyebabkan kontrol optimal terhadap replikasi HIV. Replikasi
HIV berada pada keadaan ‘steady—state' beberapa bulan setelah infeksi. Kondisi
ini bertahan relatif stabil selama beberapa tahun, namun Iamanya sangat
bervariasi. Faktor yang mempengaruhi tingkat replikasi HIV tersebut, dengan
demikan juga perjalanan kekebalan tubuh pejamu, adalah heterogeneitas
kapasitas replikatif virus dan heterogenitas intrinsik pejamu. Antibodi muncul di
sirkulasi dalam beberapa minggu setelah infeksi, namun secara umum dapat
dideteksi pertama kali setelah replikasi virus telah menurun sampai ke level
‘steady- state’. Walaupun antibodi ini umumnya memiliki aktifitas netralisasi
yang kuat melawan infeksi virus, namun ternyata tidak dapat mematikan virus.
Virus dapat menghindar dari netralisasi oleh antibody dengan melakukan
adaptasi pada amplopnya, termasuk kemampuannya mengubah situs
glikosilasinya, akibatnya konfigurasi 3 dimensinya berubah sehingga netralisasi
yang diperantarai antibodi tidak dapat terjadi. 4
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
Riwayat penyakit pada pasien HIV dilihat dari faktor resiko bagi
infeksi HIV : berhubungan seks laki-laki atau perempuan, pengguna
napza suntik, laki-laki yang berhubungan seks dengan sesama laki-laki,
pernah berhubungan seks tanpa pelindungan dengan penjaja seks
komersial, pernah atau sedang mengidap penyakit infeksi menular seksual
(IMS), pernah mendapatkan transfusi darah atau resipient produk darah,
suntikan, tato, tindik dengan menggunakan alat non steril.11
Seseorang dengan infeksi HIV datang ke rumah sakit dengan berbagai
macam keluhan baik akibat virus HIVnya ataupun karena infeksi
oportunistik, keluhan dapat berupa : Pembesaran kelenjar getah bening,
penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan, infeksi saluran napas
yang berulang, kelainan kulit, keluhan di rongga mulut dan saluran
pencernaan atas, infeksi jamur dikuku, diare kronik yang lebih dari satu
bulan, demam berkepanjangan, gejala infeksi TB paru dan ekstra paru,
infeksi berat, infeksi menular seksual.3
Adapun anamnesis yang bisa ditanyakan :
- Kemungkinan sumber Infeksi HIV
- Gejala dan keluhan pasien saat ini, termasuk untuk mencari adanya
Infeksi oportunistik, antara lain demam, batuk, sakit kepala, diare
- Riwayat penyakit sebelumnya, diagnosis dan pengobatan yang
diterima termasuk Infeksi oportunistik
- Riwayat penyakit dan pengobatan tuberkulosis [TB] termasuk
kemungkinan kontak dengan TB sebelumnya
- Riwayat kemungkinan infeksi menular seksual [IMS}
- Riwayat dan kemungkinan adanya kehamilan
- Riwayat penggunaan terapi anti retroviral [Anti Retrovirai Therapy
[ART]] termasuk riwayat regimen untuk PMTCT [Prevention of
Mother to Child Transmission] sebelumnya
- Riwayat pengobatan dan penggunaan kontrasepsi oral pada perempuan
- Kebiasaan sehari-hari dan riwayat perilaku seksual
- Kebiasaan merokok
- Riwayat alergi
- Riwayat vaksinasi
- Riwayat penggunaan NAPZA suntik. 3