Anda di halaman 1dari 18

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

LABORATORIUM EKSPLORASI DAN PRODUKSI


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
AKAMIGAS CEPU

MIXING PROCEDURE

NAMA : Angelina Mbuka Mere


KELAS : Teknik Produksi 2 B
NIM : 171410005

1. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Mengenal material pembentuk lumpur dan fungsinya
1.2 Mengetahui bagaimana pembuatan lumpur dengan pencampuran bahan
additive
1.3 Mengetahui pengukuran massa menggunakan timbangan digital
1.4 Mengetahui standar operasi alat termasuk penggunaan Constant Speed Mixer.

2. DASAR TEORI
2.1 Tipe Lumpur
Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat
serpih pemboran. Lalu dengan berkembangnya teknologi pemboran, lumpur
mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia
ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran.
Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap
lapangan, serta tujuan pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi,
pengembangan, kerja ulang) kita mengenal type/sistem lumpur yang berbeda-
beda pula seperti:
1. Sistem Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed)
Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk permukaan dan sumur
dangkal dengan tratment yang sangat terbatas.
2. Sistem Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang
membutuhkan berat jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubang yang
problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan dispersant
seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin
3. Lime Mud (Calcium Treated Mud) , sistem lumpur yang mengandalkan
ion-ion Calcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah
runtuh karena menyerap air.
4. Sistem Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl,
KCl) untuk mengurangi pembasahan formasi oleh air.
5. Sistem Lumpur polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti
Polyacrylate, Xanthan Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan
mencega terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistem ini dapat
ditingkatkan kemampuannya dengan menambahkan garam KCl atau
NaCl, sehingga sistem ini disebut Salt Polymer System.
6. Oil Base Mud. Untuk mengebor lapisan formasi yang sangat peka
terhadap air, digunakan sistem lumpur yang menggunakan minyak
sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang dipakai haruslah
dapat larut atau kompatibel dengan minyak, berbeda dengan bahan
kimia yang larut dalam air. Sistem lumpur ini sistem lumpur sangat
handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan tetapi
kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan (mencemari)
7. Sistem Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jeni ester,
ether, dan poly alha olefin, untuk menggantikan minyak sebagai
medium pelarut. Lumpur ini sekualitas dengan Oil Based Mud, ramah
lingkungan, akan tetapi dianggap terlalu mahal.
Komposisi Lumpur Pemboran
Secara umum lumpur pemboran mempunyai empat komponen atau
fasa:
a. Fasa Cairan : minyak atau air
b. Padatan reaktif solid (padatan yang bereaksi dengan air
membentuk koloid)
c. Padatan inert solid (zat padat yang bereaksi ) dan
d. Zat additif : Bahan-bahan kimia
Fasa Cairan Lumpur
Ini dapat berupa minyak atau air, air juga dapat dibagi dua, air tawar
dan air asin. Sekitar 75% lumpur pemboran menggunakan air. Sedang
pada air asin dapat dibagi lagi menjadi air asin jenuh dan air asin tak
jenuh. Istilah oil base digunakan bila minyaknya lebih dari 95%.
1. Water Base Mud
Banyak digunakan, mudah pembuatannya, murah
perawatannya, mudah diformulasikan untuk mengatasi
kebanyakan problem pemboran

Gambar 2.1 Water Based Fluids


a. Non Inhibited
Tidak cukup kuat menahan swelling dari clay, biasanya digunakan
sebagai Spud Mud
b. Inhibited
Lumayan dapat menahan swelling clay, biasa digunakan pada lapisan
clay yang mungkin dapat terjadi hidrasi
c. Polymer Fluid
Mengandalkan makro molekul, dengan atau tanpa pengaruh dari clay
2.2 Bahan Kimia Lumpur
Seperti kita ketahui, berbagai additive berupa bahan kimia (baik yang
diproduksi khusus untuk keperluan lumpur pemboran maupun bahan kimia
umum) dan mineral dibutuhkan untuk memberikan karakteristik pada lumpur
pemboran. Bahan-bahan tersebut dapat diklasifikasi sebagai berikut:
a. Viscosifiers (bahan pengental ) seperti:
 Bentonite
 CMC
 Attapulgite dan
 Polymer
b. Weighting Materials (Pemberat):
 Barite,
 Calcium Carbonate,
 Garam-garam terlarut
c. Thinners (Pengencer):
 Quobracho (sebagai dispesan)
 Phosphates
 Lignosulfonate
 Lignite
 Surfactant
 Poly Acrylate
d. Filtrat Reducers:
 Starch
 CMC
 PAC
 Acrylate
 Bentonite
 Dispersant
e. Loss Circulation Materials:
 Granular
 Flake
 Fibrous
 Slurries
f. Additive Khusus:
 Flocculant
 Corrosion Control
 Defoamer
 pH Control
 Lubricant
Berikut akan dijelaskan secara ringkas dari masing-masing
kelompok additive tersebut:
a. Viscosifier (pengental)
1. Bentonite (Montmorillonite)
Bentonite secara alamiah dapat berfungsi untuk menaikkan
viscositas dan menurunkan fluid loss dari lumpur dasar air tawar
(freshwater mud), dan jika dimodifikasi fungsinya juga sama jika
digunakan dalam air asin maupun oil base mud. Bentonite termasuk
anggota kelompok montmorillonite, yang meliputi montmorillonite,
beidellite, nontronite, hectorite dan saponite. Biasanya bentonite
yang digunakan dalam lumpur pemboran berasal dari Wyoming.
South Dakota dan jenis-jenis montmorillonite lainnya.
b. Material Pemberat (Weight Material)
1. Barite (barium Sulfate)
Barite (BaSO4) adalah bahan mineral alami yang mempunyai
specific gravity antara 4,2 sampai 4,6 dengan indeks kekerasan 3 ,
kualitasnya sangat dipengaruhi oleh kadar kontamin, berwarna
putih, abu-abu atau coklat. Barite digunakan untuk menaikkan
densitas dari semua jenis lumpur. Densitas lumpur yang tiggi sampai
20 lb/gal dapat diperoleh dengan menambahkan barite seperti yang
direkomendasikan dalam API Spesification.
Keuntungan dari penggunaan barite adalah dapat menaikkan
densitas lumpur sehingga cukup untuk mengontrol tekanan formasi,
sedangkan kerugiannya adalah suspensi barite memerlukan
viscositas yang lebih tinggi, dan barite dalam packer fluid yang
tinggi akan menyebabkan pengendapan, sehingga menyebabkan
kualitas dalam pekerjaan workover.
2. Galena
Galena atau lead sulfide (PbS) mempunyai Spesific Gravity
yang bervariasi antara 6.8 sampai 6.9 dengan indeks kekerasan 2.5
berwarna abu - abu sampai hitam. Bahan ini jarang digunakan,
kecuali dalam kondisi darurat jika diperlukan densitas lumppur yang
tinggi sampai 32 lb/gal. Pada umumnya galena tidak cocok dalam
operasi pemboran karena adanya problem suspensi.
3. Calcium Carbonate
Calcium carbonat atau limestone (CaCO3) mempunyai Spesific
gravity 2.7 dengan indeks kekerasan 3. Bahan ini digunakan
teruatama untuk mendapatkan densitas lumpur sampai 10.8 lb/gal
pada oil base mud dan fluida workover. Calcium carbonate dapat
dijumpai dalam tiga grade, yaitu: halus, sedang, dan kasar. Karena
bahan ini larut dalam asam, maka dapat digunakan sebagai lost
circulation material, calcium carbonate lebih ekonomis daripada
bahan-bahan lainnya. Calcium carbonate lebih mudah tersuspensi
dari barite, dan lebih mudah diambil dari formasi untuk mengurangi
kerusakan formasi.
c. Viscosity Reducer/Thinner (Pengencer)
Bahan pengencer (Thinner) lumpur pada prinsipnya digunakan
untuk menurunkan viscositas lumpur dengan cara memutus ikatan plat-
plat clay melalui tepi (edge) dan muka (face). Bahan pengencer tersebut
kemudian menyambungkan dirinya dengan plat-plat clay, sehingga
dapat menahan gaya tarik antar lembaran-lembaran clay.
1. Lignite
Lignite yang digunakan sebagai bahan pengencer berasal dari alam
atau dari produk tambang. Produk lignin dapat diperoleh dari humic
acid axtract, tetapi biasanya berbentuk kepingan lignite coal.
2. Air
Air lama digunakan sebagai pengencer yang efektif pada lumpur
pemboran. Efek pengencer diperoleh dengan mengurangi total
konsentrasi padatan lumpur pemboran.
Karena penambahan drilled solid pada sistem lumpur sudah menjadi
sifat yang umum, maka diperlukan pencairan dengan air atau
mengambil padatan-padatan tersebut secara mekanis.
d. Fluid Loss Control
Fluid Loss Control digunakan untuk menjaga integritas lubang,
melindungi shale yang sensitif terhadap air, dan meminimalkan hole
washout untuk mencapai casing cement job yang lebih baik. Selain itu
dengan meminimalkan fluid loss dalam formasi porduktif akan dapat
mengurangi problem analisa log dan meminimalkan kerusakan formasi
yang dapat menurunkan produksi
1. Sodium Carboxymethylcellulose-CMC
CMC paling terkenal dari CMC adalah harus menggunakan
thinner untuk mengatasi pengaruh vicositas additive
2. X-C Polymer
Dihasilkan dari polysaccaride gum X-C polymer stabil terhadap
kehadiran larutan gram.
e. Emulsifier
Emulsifier memungkinkan terjadinya dispersi mekanis dari dua
macam fluida yang saling tercampur, membentuk fasa internal dan
eksternal, dan secara kimiawi membentuk emulsi yang stabil.
Pada prinsipnya emulsifier adalah additive yang mempunyai sifat:
1. Heavy molecular weight soap
2. Menaikan tegangan permukaan
3. Menghasilkan emulsi yang stabil
4. Cairan emulsifier bekerja lebih cepat, tetapi tidak membentuk
emulsi yang ketat
5. Harus mempunyai stabilitas listrik 350-400 volt
f. Lost Circulation Material
Adalah merupakan material yang ditambahkan baik untuk
mendapatkan kembali sirkulasi setelah terjadi hilang sirkulasi. Pada
umumnya material-material ini digunakan tanpa banyak pertimbangan,
yang penting dapat menanggulangi problem hilang lumpur.
Problem lost circulation (hilang lumpur) secara umum dibagi
menjadi dua kategori yaitu:
a. Kategori pertama, adalah problem hilang lumpur kedalam
rongga-rongga seperti zona porous, vuggy limestone, shell reefs,
gravel beds, atau gua-gua alami.
b. Kategori kedua, adalah lost circulation yang terjadi karena
terlampauinya compressive stregth formasi. Kemungkinan
penanganan untuk kategori pertama akan tidak menyelesaikan
problem rekah formasi. Maka additive harus dibagi menjadi
kelompok-kelompok yang dapat diterapkan pada setiap jenis lost
circulation tersebut.(...7.1)
2.3 Fitur dan Spesifikasi Mixer(...7.2)
Peralatan ini berdasarkan pada standar, Mixing Blender yang diproduksi
oleh Fann.
Alat ini di desain khusus memenuhi standar API dan untuk mengizinkan
program otomatis dari beberapa prosedur pencampuran.

Tabel 2.1 Constant Speed Mixer, model 686C S Specifications


Category Specification
Speed Range 1,000 to 28,000
Container with Lid 32 oz (946 mL) stainless steel
container
Dimensions (Width x Depth x 11 x 10 x 16 inches
Height) 28 x 25 x41 centimeters
Weight 17 lb (7.7 kg)
Power Supply 120 V, frequemcy 50/60 Hz,
Current 13 amps

Gambar 2.2 Constant Speed Mixer, Model 686C S


2.3.1 Control
Model Mixer 686CS mempunyai sebuah liquid crystal display (LCD)
layar yang menampilkan pemberitahuan operasi pada sebuah sharp, layar
biru, yang membuat itu mudah dibaca.
Mixer ini mempunyai program fitur dimana dapat di atur menggunakan
tombol-tombol ini yaitu:
1. Set Button : untuk program profil dan pengaturan mixer
2. Profile Button : untuk menunjukan program profile sebelumnya
3. API Button : digunakan untuk mengatur standar program API
Mixer ini juga mempunyai tombol control fitur untuk operasi yang
mudah:
1. Power on/Off Button
2. Start/Stop Button
3. Speed Controls
4. Time Controls

Gambar 2.3 Control Panel Model 686C S


2.3.2 Fungsi Tombol

Jangan mengoperasi mixer ini kosong atau tanpa wadahnya atau mixing cup

Power On/Off Button – Tekan tombol ini untuk menyalakan dan mematikan
mixer. Ketika unit ini menyala, pada LCD biru akan menerangi dan mesin siap
untuk beroperasi. Untuk mematikan mesin, tekan dan tahan tombol selama 3
detik atau lebih.

Start/Stop Button – Tekan tombol ini sekali dan mesin akan menyala. Tekan
tombol ini sekali lagi dan mesin akan berhenti.

Speed Controls – Setiap tekan penambahan dan pengurangan mengatur


kecepatan mixing pada penambahan 100 rpm. Jarak kecepatan untuk mixer ini
adalah 1000 sampai 28.000 rpm

Time Controls – Secara bertahap penambahan dan pengurangan waktu tiap


second. Maximum waktu yang di gunakan adalah 240 second. Pada setting dari
999 second artinya bahwa mesin akan bekerja pada kecepatan terus menerus
sampai pengguna memberhentikan itu.

Set Button – Tombol ini digunakan untuk memprogram profile dan pengaturan
mesin

Profile Buttons – Tekan salah satu tombol ini akan memulai mixing dan
menunjukkan profile program sebelumnya

API Button – Tombol ini adalah program persiapan dengan standar API, atur
12,000 rpm dan 35 sec. Aturan ini tidak dapat diganti oleh pengguna.
2.3.3 Untuk program profile, ikuti instruksi berikut:
1. Tekan SET
2. Pilih P1 atau P2 tergantung pada profil mana yang diprogram atau tekan
SET untuk keluar
3. Di profile mode editing, sudut kanan atas pada layar akan menampilkan
step number – S1 , S2 , etc. Dimana terbaca “SET RPM” tekan TIME +/-
untuk mengatur nilai untuk parameternya
4. Kemudian, tekan SPEED +/- untuk ke parameter berikutnya pada tahap
ini
5. Ketika ditampilkan terbaca “SET TIME” , tekan TIME +/- untuk
mengatur waktunya
6. Tekan SPEED +/- untuk ke parameter berikutnya.
7. Ketika ditampilkan terbaca “SET ACCEL” , tekan TIME +/- untuk
mengatur nilainya
8. Tekan SPEED +/- untuk ke tahap berikutnya
9. Ulangi instruksi 3-8 pada pengaturan nilai untuk parameter di tahap
selanjutnya.

3. LANGKAH KERJA
3.1 Persiapan
1. Menyiapkan dan memastikan seluruh peralatan dan perlengkapan yang
akan digunakan dapat digunakan dengan baik.
2. Menyiapkan baha-bahan (additives) yang digunakan.
3. Memasukan H2O dalam beaker glass sebanyak dosage yang dibutuhkan.

3.2 Mengukur massa bahan additive menggunakan Timbangan Digital


1. Meletakkan kertas (diberi nama sesuai additive yang akan ditimbang) untuk
wadah additve diatas timbangan digital sebelum dikalibrasi.
2. Mengkalibrasi timbangan dengan menekan tombol “0”
3. Menimbang additive sesuai dosage yang tercantum.
4. Mengulangi langkah 2-3 untuk additve yang lainnya
3.3 Proses Mixing
1. Nyalakan automatic voltage stabilizer
2. Masukan air sebanyak 243.15 ml ke dalam cup mixer
3. Set waktu mixer pada 300 second dan kecepatan 6000 rpm
4. Tekan tombol start dan tuangkan Na2CO3 secara perlahan ke dalam cup
(mixer akan berhenti bekerja secara otomatis apabila telah memenuhi waktu
dan kecepatan yang telah disetting)
5. Set mixer pada 600 second dan kecepatan 6000 rpm, tekan tombol start dan
masukkan bentonite sebanyak 7 gram secara perlahan
6. Set mixer pada 180 second dengan kecepatan 6000 rpm, kemudian tekan
tombol start dan mesukkan PC-LV sebanyak 2 gram secara perlahan
7. Set mixer pada 180 second dengan kecepatan 6000 rpm, lalu tekan tombol
start dan masukan PAC-R sebanyak 1 gram secara perlahan
8. Selanjutnya merupakan langkah terakhir yakni masing-masing mensetting
mixer pada 600 second dengan kecepatan 6000 rpm, lalu tekan tombol start
dan masukkan barite sebanyak 20 gram secara perlahan
9. Mixer akan berhenti secara otomatis berdasarkan settingan waktu dan
kecepatan rotasi yang menandakan berakhirnya proses mixing procedure
3.4 Proses Akhir
1. Membersihkan alat-alat yang sudah digunakan
2. Membersihkan area sekitar proses mixing dan menempatkan alat-alat di
tempat yang benar sesuai dengan tempat sebelum melakukan praktikum
4. TABEL
4.1. Peralatan
Tabel 4.1 Peralatan Praktikum

NO PERALATAN GAMBAR JUMLAH FUNGSI

Alat untuk
menimbang
material
yang akan
Timbangan dimasukkan
1 1 ke dalam
Digital lumpur

Alat untuk
menstablikan
tegangan
pada mixer
Automatic
2 Voltage 1
Stabilizer

Alat untuk
pembuatan
lumpur.
Tempat
mencampur
air dengan
3 Mixer 1 additive
Alat untuk
mengukur
volume
water yang
akan
4 Gelas Ukur 1 digunakan

4.2. ADDITIVES
Tabel 4.2 Tabel Additives
NO ADDITIVES FUNGSI SG MASSA VOLUME WAKTU RPM WARNA
1 Water Sebagai pelarut 1 243.15 243.15 5’ 6000 Bening
bahan-bahan (liter)
additive pada
lumpur
2 Na2CO3 Untuk mengatur 2.2 0.3 (gr) 0.66 5’ 6000 Putih
keasaman atau mengkilap
alkalinitas dari
lumpur
3 Bentonite Untuk menaikkan 2.6 7 (gr) 18.2 10’ 6000 Coklat
viskositas dari
lumpur
4 PAC-LV Untuk 1.55 2 (gr) 3.1 3’ 6000 Putih
menurunkan kecoklatan
volume filtrat
yang melewati
media filtrasi
5 PAC-R Untuk 1.55 1 (gr) 1.55 3’ 6000 Putih
menurunkan kecoklatan
volume filtrat
yang melewati
media filtrasi
6 Barite Untuk menaikkan 4.2 20 (gr) 84 5’ 6000 Putih ke
densitas lumpur abu-abuan
5. ANALISA
Mixing merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk mencampurkan
beberapa jenis additive penyusun drilling fluids (mud). Prosedur mixing sangat
berpengaruh besar terhadap kualitas lumpur yang akan dipergunakan.
Dalam praktikum kali ini, kami akan membahas tentang mixing procedure
menggunakan bahan-bahan additive yang terdiri dari water, Na2CO3 ,
Bentonite, PAC-LV, PAC-R, dan Barite. Ke enam bahan additive ini memiliki
fungsi, tekstur, dan warna yang berbeda-beda. Water, memiliki fungsi sebagai
thiner. Na2CO3 berfungsi untuk mengurangi kadar Ca++ yang terkadung dalam
water. Jika, kandungan Ca++ melebihi standarnya, maka akan mempengaruhi
kesempurnaan dari mixing procedure. Oleh karena itu, kandungan Ca++ harus
diperhatikan. Additive lainnya seperti bentonite, berfungsi sebagai viscosifier,
PAC-R dan PAC-LV berfungsi sebagai filtration loss controller, dan yang
terakhir barite berfungsi sebagai weight material.
Berdasarkan Standart Operation Procedure Total Oil Company, telah
dipaparkan bahwa urutan pencampuran dalam pembuatan water basemud
dengan material additive adalah sebagai berikut : Water sebanyak 350 cc,
Na2CO3 dengan massa 2 gram, setelah itu Bentonite sebanyak 7 gram, PAC-
LV 2 gram, PAC-R 1 gram, dan Barite sebanyak 20 gram.
Kelima bahan additive ini, di mixing pada kecepatan rotasi yang sama yaitu
sebesar 6000 rpm (medium), agar bahan additive dapat tercampur secara
optimal. Karena, apabila kecepatan putar terlalu cepat, atau terlalu lambat akan
berpengaruh terhadap sifat lumpur yang akan dihasilkan. Tidak diharapkan,
hasil dari pencampuran akan kurang merata apabila kecepatan putar terlalu
lambat dan akan menimbulkan efek agitasi
(munculnya gelembung – gelembung gas pada lumpur) yang berlebih apabila
kecepatan putar terlalu lambat.
Waktu pencampuran yang dibutuhkan oleh masing-masing additive
berbeda-beda sesuai Standart Operation Procedure yang telah ditentukan oleh
masing- masing perusahaan.
Dalam hal ini, Total Oil Company menentukan SOP untuk masing- masing
additive sebagai berikut :
1. Water + Na2CO3 selama 300 detik
2. Bentonite selama 600 detik
3. PAC-LV selama 180 detik
4. PAC-R selama 180 detik
5. Barite selama 300 detik
Dalam proses pembuatan lumpur, sering dijumpai munculnya gelembung
gas saat proses mixing. Gelembung - gelembung yang terperangkap dalam
lumpur, tentu akan merubah sifat lumpur, yang akan mengakibatkan
menurunnya berat jenis atau densitas lumpur yang berpengaruh terhadap
pressure hydrostatic suatu sumur.

6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan
Dari hasil praktikum lumpur pemboran yang telah di lakukan dapat
disimpulkan bahwa lumpur hasil percobaan yang kami lakukan yakni water
base mud terbuat dari berbagai komposisi additive yakni:
a. Water = 243.15 cc
b. Na2CO3 = 2 gram
c. Bentonite = 7 gram
d. PAC-LV = 2 gram
e. PAC-R = 1 gram
f. Barite = 20 gram
Volume lumpur yang di dapat sebesar 350 cc.
6.2. Saran
1. Praktikum sebaiknya dilakukan oleh masing-masing kelompok, agar semua
anggota dapat memahami dan melakukan prosedur dengan baik.
2. Penggunaan mixer, seharusnya di tutup terlebih dahulu, sebelum menekan
tombol start, untuk meminimilizer muncratan lumpur yang keluar dari cup.
7. DAFTAR PUSTAKA
7.1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013 Lumpur
dan Hidrolika Lumpur Pengeboran Kelas 10 SMK
7.2 Fann Instument Company. 2016. Constant Speed Mixer , Model 686 CS
Instruction Manual

CEPU, … OKTOBER 2018


ASISTEN LABORATORIUM
EKSPLORASI DAN PRODUKSI

Maysita Ayu Larasati


NIM. 15412015

Anda mungkin juga menyukai