MIXING PROCEDURE
1. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1 Mengenal material pembentuk lumpur dan fungsinya
1.2 Mengetahui bagaimana pembuatan lumpur dengan pencampuran bahan
additive
1.3 Mengetahui pengukuran massa menggunakan timbangan digital
1.4 Mengetahui standar operasi alat termasuk penggunaan Constant Speed Mixer.
2. DASAR TEORI
2.1 Tipe Lumpur
Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat
serpih pemboran. Lalu dengan berkembangnya teknologi pemboran, lumpur
mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia
ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk pemboran.
Sesuai dengan lithologi dan stratigrafi yang berbeda-beda untuk setiap
lapangan, serta tujuan pemboran yang berbeda-beda (eksplorasi,
pengembangan, kerja ulang) kita mengenal type/sistem lumpur yang berbeda-
beda pula seperti:
1. Sistem Lumpur Tak Terdispersi (Non Dispersed)
Termasuk diantaranya lumpur tajak untuk permukaan dan sumur
dangkal dengan tratment yang sangat terbatas.
2. Sistem Lumpur Terdispersi untuk sumur yang lebih dalam yang
membutuhkan berat jenis yang lebih tinggi atau kondisi lubang yang
problematis. Lumpur perlu didispersikan menggunakan dispersant
seperti senyawa Lignosulfonat, Lignite serta Tannin
3. Lime Mud (Calcium Treated Mud) , sistem lumpur yang mengandalkan
ion-ion Calcium untuk melindungi lapisan formasi shale yang mudah
runtuh karena menyerap air.
4. Sistem Lumpur Air Garam yang mengandalkan larutan garam (NaCl,
KCl) untuk mengurangi pembasahan formasi oleh air.
5. Sistem Lumpur polymer yang mengandalkan polymer-polymer seperti
Polyacrylate, Xanthan Gum, Cellulosa untuk melindungi formasi dan
mencega terlarutnya cuttings kedalam lumpur bor. Sistem ini dapat
ditingkatkan kemampuannya dengan menambahkan garam KCl atau
NaCl, sehingga sistem ini disebut Salt Polymer System.
6. Oil Base Mud. Untuk mengebor lapisan formasi yang sangat peka
terhadap air, digunakan sistem lumpur yang menggunakan minyak
sebagai medium pelarut. Bahan-bahan kimia yang dipakai haruslah
dapat larut atau kompatibel dengan minyak, berbeda dengan bahan
kimia yang larut dalam air. Sistem lumpur ini sistem lumpur sangat
handal melindungi desintefrasi formasi, tahan suhu tinggi, akan tetapi
kecuali mahal juga kurang ramah lingkungan (mencemari)
7. Sistem Lumpur Synthetis menggunakan fluida sintetis dar jeni ester,
ether, dan poly alha olefin, untuk menggantikan minyak sebagai
medium pelarut. Lumpur ini sekualitas dengan Oil Based Mud, ramah
lingkungan, akan tetapi dianggap terlalu mahal.
Komposisi Lumpur Pemboran
Secara umum lumpur pemboran mempunyai empat komponen atau
fasa:
a. Fasa Cairan : minyak atau air
b. Padatan reaktif solid (padatan yang bereaksi dengan air
membentuk koloid)
c. Padatan inert solid (zat padat yang bereaksi ) dan
d. Zat additif : Bahan-bahan kimia
Fasa Cairan Lumpur
Ini dapat berupa minyak atau air, air juga dapat dibagi dua, air tawar
dan air asin. Sekitar 75% lumpur pemboran menggunakan air. Sedang
pada air asin dapat dibagi lagi menjadi air asin jenuh dan air asin tak
jenuh. Istilah oil base digunakan bila minyaknya lebih dari 95%.
1. Water Base Mud
Banyak digunakan, mudah pembuatannya, murah
perawatannya, mudah diformulasikan untuk mengatasi
kebanyakan problem pemboran
Jangan mengoperasi mixer ini kosong atau tanpa wadahnya atau mixing cup
Power On/Off Button – Tekan tombol ini untuk menyalakan dan mematikan
mixer. Ketika unit ini menyala, pada LCD biru akan menerangi dan mesin siap
untuk beroperasi. Untuk mematikan mesin, tekan dan tahan tombol selama 3
detik atau lebih.
Start/Stop Button – Tekan tombol ini sekali dan mesin akan menyala. Tekan
tombol ini sekali lagi dan mesin akan berhenti.
Set Button – Tombol ini digunakan untuk memprogram profile dan pengaturan
mesin
Profile Buttons – Tekan salah satu tombol ini akan memulai mixing dan
menunjukkan profile program sebelumnya
API Button – Tombol ini adalah program persiapan dengan standar API, atur
12,000 rpm dan 35 sec. Aturan ini tidak dapat diganti oleh pengguna.
2.3.3 Untuk program profile, ikuti instruksi berikut:
1. Tekan SET
2. Pilih P1 atau P2 tergantung pada profil mana yang diprogram atau tekan
SET untuk keluar
3. Di profile mode editing, sudut kanan atas pada layar akan menampilkan
step number – S1 , S2 , etc. Dimana terbaca “SET RPM” tekan TIME +/-
untuk mengatur nilai untuk parameternya
4. Kemudian, tekan SPEED +/- untuk ke parameter berikutnya pada tahap
ini
5. Ketika ditampilkan terbaca “SET TIME” , tekan TIME +/- untuk
mengatur waktunya
6. Tekan SPEED +/- untuk ke parameter berikutnya.
7. Ketika ditampilkan terbaca “SET ACCEL” , tekan TIME +/- untuk
mengatur nilainya
8. Tekan SPEED +/- untuk ke tahap berikutnya
9. Ulangi instruksi 3-8 pada pengaturan nilai untuk parameter di tahap
selanjutnya.
3. LANGKAH KERJA
3.1 Persiapan
1. Menyiapkan dan memastikan seluruh peralatan dan perlengkapan yang
akan digunakan dapat digunakan dengan baik.
2. Menyiapkan baha-bahan (additives) yang digunakan.
3. Memasukan H2O dalam beaker glass sebanyak dosage yang dibutuhkan.
Alat untuk
menimbang
material
yang akan
Timbangan dimasukkan
1 1 ke dalam
Digital lumpur
Alat untuk
menstablikan
tegangan
pada mixer
Automatic
2 Voltage 1
Stabilizer
Alat untuk
pembuatan
lumpur.
Tempat
mencampur
air dengan
3 Mixer 1 additive
Alat untuk
mengukur
volume
water yang
akan
4 Gelas Ukur 1 digunakan
4.2. ADDITIVES
Tabel 4.2 Tabel Additives
NO ADDITIVES FUNGSI SG MASSA VOLUME WAKTU RPM WARNA
1 Water Sebagai pelarut 1 243.15 243.15 5’ 6000 Bening
bahan-bahan (liter)
additive pada
lumpur
2 Na2CO3 Untuk mengatur 2.2 0.3 (gr) 0.66 5’ 6000 Putih
keasaman atau mengkilap
alkalinitas dari
lumpur
3 Bentonite Untuk menaikkan 2.6 7 (gr) 18.2 10’ 6000 Coklat
viskositas dari
lumpur
4 PAC-LV Untuk 1.55 2 (gr) 3.1 3’ 6000 Putih
menurunkan kecoklatan
volume filtrat
yang melewati
media filtrasi
5 PAC-R Untuk 1.55 1 (gr) 1.55 3’ 6000 Putih
menurunkan kecoklatan
volume filtrat
yang melewati
media filtrasi
6 Barite Untuk menaikkan 4.2 20 (gr) 84 5’ 6000 Putih ke
densitas lumpur abu-abuan
5. ANALISA
Mixing merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk mencampurkan
beberapa jenis additive penyusun drilling fluids (mud). Prosedur mixing sangat
berpengaruh besar terhadap kualitas lumpur yang akan dipergunakan.
Dalam praktikum kali ini, kami akan membahas tentang mixing procedure
menggunakan bahan-bahan additive yang terdiri dari water, Na2CO3 ,
Bentonite, PAC-LV, PAC-R, dan Barite. Ke enam bahan additive ini memiliki
fungsi, tekstur, dan warna yang berbeda-beda. Water, memiliki fungsi sebagai
thiner. Na2CO3 berfungsi untuk mengurangi kadar Ca++ yang terkadung dalam
water. Jika, kandungan Ca++ melebihi standarnya, maka akan mempengaruhi
kesempurnaan dari mixing procedure. Oleh karena itu, kandungan Ca++ harus
diperhatikan. Additive lainnya seperti bentonite, berfungsi sebagai viscosifier,
PAC-R dan PAC-LV berfungsi sebagai filtration loss controller, dan yang
terakhir barite berfungsi sebagai weight material.
Berdasarkan Standart Operation Procedure Total Oil Company, telah
dipaparkan bahwa urutan pencampuran dalam pembuatan water basemud
dengan material additive adalah sebagai berikut : Water sebanyak 350 cc,
Na2CO3 dengan massa 2 gram, setelah itu Bentonite sebanyak 7 gram, PAC-
LV 2 gram, PAC-R 1 gram, dan Barite sebanyak 20 gram.
Kelima bahan additive ini, di mixing pada kecepatan rotasi yang sama yaitu
sebesar 6000 rpm (medium), agar bahan additive dapat tercampur secara
optimal. Karena, apabila kecepatan putar terlalu cepat, atau terlalu lambat akan
berpengaruh terhadap sifat lumpur yang akan dihasilkan. Tidak diharapkan,
hasil dari pencampuran akan kurang merata apabila kecepatan putar terlalu
lambat dan akan menimbulkan efek agitasi
(munculnya gelembung – gelembung gas pada lumpur) yang berlebih apabila
kecepatan putar terlalu lambat.
Waktu pencampuran yang dibutuhkan oleh masing-masing additive
berbeda-beda sesuai Standart Operation Procedure yang telah ditentukan oleh
masing- masing perusahaan.
Dalam hal ini, Total Oil Company menentukan SOP untuk masing- masing
additive sebagai berikut :
1. Water + Na2CO3 selama 300 detik
2. Bentonite selama 600 detik
3. PAC-LV selama 180 detik
4. PAC-R selama 180 detik
5. Barite selama 300 detik
Dalam proses pembuatan lumpur, sering dijumpai munculnya gelembung
gas saat proses mixing. Gelembung - gelembung yang terperangkap dalam
lumpur, tentu akan merubah sifat lumpur, yang akan mengakibatkan
menurunnya berat jenis atau densitas lumpur yang berpengaruh terhadap
pressure hydrostatic suatu sumur.