Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

MENCEGAH KENAIKAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Darni 11194761920005 S1 Farmasi


2. Kiki Agustrianny 11194761920018 S1 Farmasi
3. Prichilia 11194761920027 S1 Farmasi
Anggelina Putri
4. Khairun Sa’adah 11194761920053 S1 Farmasi
5. Feby Susanti 11194441920090 D3 Kebidanan
6. Dewi Manggi 11194441920124 D3 Kebidanan
Rahmawati
7. Novita Sari 11194441920138 D3 Kebidanan
8. Made Adhitya 11194561920091 S1 Keperawatan
Affanda
9. Devi Cahyana 11194561920078 S1 Keperawatan

INTEGRATED COMMUNITY DEVELOPMENT WITH


INTERPROFESSIONAL EDUCATION
UNIVERSITAS SARI MULIA
2020

1
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

MENCEGAH KENAIKAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI

Topik : Mencegah Kenaikan Angka Hipertensi


Sasaran : Masyarakat penderita hipertensi dan masyarakat yang
berpotensi hipertensi
Hari/ Tanggal : Rabu, 05 Februari 2020
Waktu : 60 menit
Tempat : Balai Desa

1. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang
bahaya hipertensi .
2. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan, diharapkan :
1) Peserta dapat menjelaskan pengertian Hipertensi
2) Peserta dapat Menyebutkan Gejala Hipertensi
3) Peserta dapat menjelaskan Penyebab Hipertensi
4) Peserta dapat menjelaskan pengobatan Hipertensi
5) Peserta dapat menyuebutkan komplikasi yang ditimbulkan dari
Hipertensi
3. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
4. Media
1) LCD (Power Point)
2) SAP
5. Kegiatan penyuluhan
No. Kegiatan Metode Waktu
1. Pembukaan Paparan atau 15 menit
a. Mengucap salam Ceramah
b. Perkenalan
c. Pendekatan dengan pesarta

2
d. Menggali pengetahuan
masyarakat tentang hipertensi

2. Penyajian Paparan atau 30 menit


a. Menjelaskan tentang ceramah
pengertian Hipertesi, Gejala
Hipertensi, penyebab
Hipertensi, pengobatan dan
dampak Hipertensi
3. Penutup 15 menit
a. Mengadakan Tanya jawab
untuk mengetahui seberapa
jauh peserta paham tentang
materi yang disampaikan
b. Membagikan leaflet
c. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
d. Ucapan terima kasih dan
salam penutup

6. Evaluasi
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan seluruh warga RT : 04 Desa Gudang
Hirang dapat memahami dan mengerti serta menerapkan dengan baik tentang apa
yang telah disampaikan.
7. Referensi
Amirudin, Wahyuddin, 2014, Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap
Kejadian Hipertensi Ibu di Puskesmas Bantimurung Maros, Jurnal Medika
Nusantara. Vol. 25 No. 2.
Aryanti Wardiah, Sumini Setiawati, Riyani, Riska Wandiri, Lidya Aryanti. (2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Sekampung Kabupaten Lampung Timur tahun
2013.Bandarlampung: PSIK Universitas Malahayati.
Noverstiti, Elsy. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota Padang tahun 2012.
STIKES Peringsewu Lampung.

3
Nurjanah Siti., Siti Chadlilorul Qudsiah, Herry Suswanti Djarot. (2012). Hubungan
Antara Paritas dan Umur dengan Hipertensi Tahun 2012. Semarang:
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Salmariantity. (2012). Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Gajah Mada Tembilahan Kabupaten Indragiri
Hilir tahun 2012. Jakarta: FK UI.

4
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI

1. Pengertian Hipertensi
 Hipertensi secara umum adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
darah sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya diatas
90 mmHg tetapi pada populsi lansia didefinisikan sebagai tekanan sistolik
160 mmHg dan diastoliknya 90 mmHg (Brunner and Suddarth, 2012).
 Menurut WHO yang dikutip oleh (Eulis, 2015). batas tekanan darah yang
masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama
dengan atau lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah
sistolik/diastolik 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg).
 Menurut Jan A. Staessen, et.al., Seseorang dikatakan hipertensi apabila
tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg atau tekanan darah diatolik
(TDD) ≥ 90 mmHg.
 Menurut Kaplan :
a. Pria usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darah pada waktu berbaring atau sama dengan 130/90 mmHg.
b. Pria usia lebih dari 45 tahun, dikatakan hipertensi apabila tekanan
darahnya diatas 145/95 mmHg.
c. Pada wanita tekanan darah diatas atau sama dengan 160/90 mmHg
dinyatakan hipertensi.
2. Tanda dan gejala Hipertensi
Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang
mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi
bertahun-tahun berupa:
 Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
tekanan darah intrakranium.
 Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.
 Ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan syaraf.
 Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.

5
 Edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. Peninggian tekanan
darah kadang merupakan satu-satunya gejala, terjadi komplikasi pada
ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain adalah sakit kepala, epistaksis,
marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang dan pusing.
3. Penyebab Hipertensi
a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol :
1) Umur
2) Jenis Kelamin
3) Riwayat Keluarga
4) Genetik
b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol
1) Kebiasaan Merokok
2) Konsumsi Asin/Garam
3) Konsumsi Lemak Jenuh
4) Penggunaan Jelantah
5) Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
6) Obesitas
7) Olahraga
8) Stres
9) Penggunaan Estrogen
4. Pengobatan dan Pencegahan Hipertensi
Pendekatan nonfarmakologis merupakan penanganan awal sebelum
penambahan obat-obatan hipertensi, disamping perlu diperhatikan oleh
seorang yang sedang dalam terapi obat. Sedangkan lansia hipertensi yang
terkontrol, pendekatan nonfarmakologis ini dapat membantu pengurangan
dosis obat pada sebagian penderita. Oleh karena itu, modifikasi gaya hidup
merupakan hal yang penting diperhatikan, karena berperan dalam
keberhasilan penanganan hipertensi. Menurut beberapa ahli, pengobatan
nonfarmakologis sama pentingnya dengan pengobatan farmakologis,
terutama pada pengobatan hipertensi derajat I. Pada hipertensi derajat I,
pengobatan secara nonfarmakologis kadang-kadang dapat mengendalikan

6
tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis tidak diperlukan atau
pemberiannya dapat ditunda. Jika obat antihipertensi diperlukan, Pengobatan
nonfarmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan hasil
pengobatan yang lebih baik. Pendekatan nonfarmakologis dibedakan menjadi
beberapa hal:
a. Menurunkan faktor risiko yang menyebabkan aterosklerosis.
Menurut Corwin berhenti merokok penting untuk mengurangi efek jangka
panjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah
ke berbagai organ dan dapat meningkatkan beban kerja jantung. Selain itu
pengurangan makanan berlemak dapat menurunkan risiko aterosklerosis.
Penderita hipertensi dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengurangi
asupan alkohol. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, sampai
pengurangan sekitar 10 kg berat badan berhubungan langsung dengan
penurunan tekanan darah rata-rata 2-3 mmHg per kg berat badan.
b. Olahraga dan aktifitas fisik
Selain untuk menjaga berat badan tetap normal, olahraga dan aktifitas fisik
teratur bermanfaat untuk mengatur tekanan darah, dan menjaga kebugaran
tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang baik dilakukan untuk penderita
hipertensi. Dianjurkan untuk olahraga teratur, minimal 3 kali seminggu,
dengan demikian dapat menurunkan tekanan darah walaupun berat badan
belum tentu turun. Olahraga yang teratur dibuktikan dapat menurunkan
tekanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga dapat
menimbulkan perasaan santai dan mengurangi berat badan sehingga dapat
menurunkan tekanan darah. Yang perlu diingatkan kepada kita adalah
bahwa olahraga saja tidak dapat digunakan sebagai pengobatan hipertensi.
Menurut Dede Kusmana, beberapa patokan berikut ini perlu dipenuhi
sebelum memutuskan berolahraga, antara lain:
1) Penderita hipertensi sebaiknya dikontrol atau dikendalikan tanpa atau
dengan obat terlebih dahulu tekanan darahnya, sehingga tekanan darah
sistolik tidak melebihi 160 mmHg dan tekanan darah diastolik tidak
melebihi 100 mmHg.

7
2) Alangkah tepat jika sebelum berolahraga terlebih dahulu mendapat
informasi mengenai penyebab hipertensi yang sedang diderita.
Sebelum melakukan latihan sebaiknya telah dilakukan uji latih jantung
dengan beban (treadmill/ergometer) agar dapat dinilai reaksi tekanan
darah serta perubahan aktifitas listrik jantung (EKG), sekaligus
menilai tingkat kapasitas fisik.
3) Pada saat uji latih sebaiknya obat yang sedang diminum tetap
diteruskan sehingga dapat diketahui efektifitas obat terhadap kenaikan
beban.
4) Latihan yang diberikan ditujukan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan tidak menambah peningkatan darah.
5) Olahraga yang bersifat kompetisi tidak diperbolehkan.
6) Olahraga peningkatan kekuatan tidak diperbolehkan.
7) Secara teratur memeriksakan tekanan darah sebelum dan sesudah
latihan.
8) Salah satu dari olahraga hipertensi adalah timbulnya penurunan
tekanan darah sehingga olahraga dapat menjadi salah satu obat
hipertensi.
9) Umumnya penderita hipertensi mempunyai kecenderungan ada
kaitannya dengan beban emosi (stres). Oleh karena itu disamping
olahraga yang bersifat fisik dilakukan pula olahraga pengendalian
emosi, artinya berusaha mengatasi ketegangan emosional yang ada.
10) Jika hasil latihan menunjukkan penurunan tekanan darah, maka
dosis/takaran obat yang sedang digunakan sebaiknya dilakukan
penyesuaian (pengurangan).
c. Perubahan pola makan
1) Mengurangi asupan garam
Pada hipertensi derajat I, pengurangan asupan garam dan upaya
penurunan berat badan dapat digunakan sebagai langkah awal
pengobatan hipertensi. Nasihat pengurangan asupan garam harus
memperhatikan kebiasaan makan lansia, dengan memperhitungkan
jenis makanan tertentu yang banyak mengandung garam. Pembatasan

8
asupan garam sampai 60 mmol per hari, berarti tidak menambahkan
garam pada waktu makan, memasak tanpa garam, menghindari
makanan yang sudah diasinkan, dan menggunakan mentega yang
bebas garam. Cara tersebut diatas akan sulit dilaksanakan karena akan
mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mengurangi
kebiasaan makan lansia secara drastis. Menurut Sheps, jika dokter
atau ahli gizi menyarankan agar kita mengurangi natrium demi
menurunkan tekanan darah, maka ikutilah saran itu. Bahkan sebelum
disarankan pun sebaiknya kurangi natrium, cobalah membatasi jumlah
natrium yang kita konsumsi setiap hari. Beberapa cara yang dapat
dilakukan:
 Perbanyak makanan segar, kurangi makan yang diproses.
 Pilihlah produk dengan natrium rendah.
 Jangan menambah garam pada makanan saat memasak.
 Jangan menambah garam saat di meja makan.
 Batasi penggunaan saus-sausan
 Bilaslah makanan dalam kaleng.
2) Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis
yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi
lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari
hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang
berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang
bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah.
3) Memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan dan susu rendah
lemak Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa mineral
bermanfaat mengatasi hipertensi. Kalium dibuktikan erat kaitannya
dengan penurunan tekanan darah arteri dan mengurangi risiko
terjadinya stroke. Selain itu, mengkonsumsi kalsium dan magnesium
bermanfaat dalam penurunan tekanan darah. Banyak konsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan mengandung banyak mineral, seperti
seledri, kol, jamur (banyak mengandung kalium), kacang-kacangan

9
(banyak mengandung magnesium). Sedangkan susu dan produk susu
mengandung banyak kalsium.
d. Menghilangkan stres
Stres menjadi masalah bila tuntutan dari lingkungan hampir atau bahkan
sudah melebihi kemampuan kita untuk mengatasinya. Cara untuk
menghilangkan stres yaitu perubahan pola hidup dengan membuat
perubahan dalam kehidupan rutin sehari-hari dapat meringankan beban
stres.
Perubahan-perubahan itu ialah:
1) Rencanakan semua dengan baik. Buatlah jadwal tertulis untuk
kegiatan setiap hari sehingga tidak akan terjadi bentrokan acara atau
kita terpaksa harus terburu-buru untuk tepat waktu memenuhi suatu
janji atau aktifitas.
2) Sederhanakan jadwal. Cobalah bekerja dengan lebih santai.
3) Bebaskan diri dari stres yang berhubungan dengan pekerjaan.
4) Siapkan cadangan untuk keuangan
5) Berolahraga.
6) Makanlah yang benar.
7) Tidur yang cukup.
8) Ubahlah gaya. Amati sikap tubuh dan perilaku saat sedang dilanda
stres.
9) Sediakan waktu untuk keluar dari kegiatan rutin.
10) Binalah hubungan sosial yang baik.
11) Ubalah pola pikir. Perhatikan pola pikir agar dapat menekan perasaan
kritis atau negatif terhadap diri sendiri. Sediakan waktu untuk hal-hal
yang memerlukan perhatian khusus.
12) Carilah humor.
13) Berserah diri pada Yang Maha Kuasa.
Selain penatalaksanaan di atas, menurunkan hipertensi atau tekanan darah
tinggi juga dapat dilakukan dengan pengobatan herbal. Pengobatan herbal
ini dapat memanfaatkan beberapa tanaman di sekitar rumah dan
dimodifikasi sedemikian rupa. Berikut beberapa pilihan obat herbal yang
dapat digunakan untuk menurunkan hipertensi diantaranya:

10
1) Mengkudu.
2) Bunga Rosella
3) Timun
4) Seledri
5. Penatalaksanaan Farmakologis
Selain cara pengobatan nonfarmakologis,penatalaksanaan utama hipertensi
primer adalah dengan obat. Keputusan untuk mulai memberikan obat
antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan
darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifestasi klinis
penyakit kardiovaskuler atau faktor risiko lain. Terapi dengan pemberian obat
anti hipertensi terbukti dapat menurunkan sistole dan mencegah terjadinya
stroke pada lansia usia 70 tahun atau lebih. Menurut Arif Mansjoer,
penatalaksanaan dengan obat anti hipertensi bagi sebagian besar lansia dimulai
dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai umur dan
kebutuhan. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam dan lebih disukai
dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah dan dapat
mengontrol hipertensi terus menerus dan lancar, dan melindungi lansia
terhadap risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat
peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula
obat yang berisi kombinasi dosis rendah.
Kombinasi 2 obat dari golongan yang berbeda ini terbukti memberikan
efektifitas tambahan dan mengurangi efek samping. Setelah diputuskan untuk
untuk memakai obat anti hipertensi dan bila tidak terdapat indikasi untuk
memilih golongan obat tertentu, diberikan diuretik atau beta bloker. Jika respon
tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai dengan algoritma. Diuretik
biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain.
Jika tambahan obat yang kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik
minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui
penurunan dosis secara perlahan dan progresif.

6. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi dari penyakit hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik
dapat berdampak pada :

11
a. Stroke
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
darah otak (stroke). Stroke sendiri merupakan kematian jaringan otak yang
terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Biasanya
kasus ini terjadi secara mendadak dan menyebabkan kerusakan otak dalam
beberapa menit (complete stroke)
b. Gagal jantung
Tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih
berat untuk memompa darah dan menyebabkan pembesaran otot jantung
kiri sehingga jantung mengalami gagal fungsi. Pembesaran pada otot
jantung kiri disebabkan kerja keras jantung untuk memompa darah
c. Gagal ginjal
Tingginya tekanan darah membuat pembuluh darah dalam ginjal tertekan
dan akhirnya menyebabkan pembuluh darah rusak. Akibatnya fungsi ginjal
menurun hingga mengalami gagal ginjal. Ada dua jenis kelainan ginjal
akibat hipertensi, yaitu nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna.
Nefrosklerosis benigna terjadi pada hipertensi yang sudah berlangsung
lama sehingga terjadi pengendapan pada pembuluh darah akibat proses
menua. Hal ini menyebabkan permeabilitas (kelenturan) dinding pembuluh
darah berkurang. Sementara itu, nefrosklerosis maligna meruapakan
kelainan ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130
mmHg yang terganggunya fungsi ginjal
d. Kerusakan pada mata
Tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebakan kerusakan pembuluh
darah dan saraf pada mata.
7. Program Dalam Upaya Pencegahan Angka Kejadian Hipertensi
Meningkat
Pemantauan tekanan darah secara rutin merupakan bagian penting untuk
mendeteksi hipertensi (Purnomo, 2010). Apabila hipertensi tidak terdeteksi
secara dini, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan lebih mahal dan
dapat meningkatkan resiko berbagai macam penyakit seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung, dan penyakit ginjal (WHO, 2017). Pada dasarnya,

12
hipertensi bisa dicegah dengan berbagai macam kegiatan seperti menurunkan
berat badan bagi yang obesitas dan diet yang sehat (Obarzanek et al, 2011).
Berangkat dari permasalahan kurangnya pendidikan kesehatan tentang
hipertensi, kami menawarkan suatu program pelayanan kesehatan hipertensi
yang bertolak pada upaya preventif bagi masyarakat yang kami sebut
KAPTEN (Kader Anti Hipertensi). Bentuk upaya preventif tersebut yaitu
berupa pendidikan kesehatan kepada warga RT:04 Desa Gudang Hirang dan
pengontrolan tekanan darah secara rutin oleh para kader yang terlatih. Dengan
adanya KAPTEN, diharapkan jumlah pasien hipertensi di Desa Gudang
Hirang dapat ditekan sekecil mungkin.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertensi kepada
warga RT:04 Desa Gudang Hirang dapat juga dilakukan dengan pemberian
terapi nonfarmakologi, seperti mengkonsumsi es serut mentimun. Buah
mentimun tidak hanya memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan, tetapi
juga dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, buah mentimun juga
banyak dijumpai dipasaran serta memiliki harga jual yang murah, sehingga
masyarakat dengan mudah dapat membelinya. Selain pemberian minuman es
serut mentimun untuk mengatasi hipertensi, buah mentimun juga dapat
dibudidayakan dengan cara penanaman hidrofonik agar dapat meminimalkan
biaya pengeluaran untuk membeli buah mentimun dipasaran.
Pengobatan hipertensi juga dapat dilakukan dengan pemberian terapi
farmakologi. Pemberian terapi farmakologi dapat diberikan tergantung dari
berapa tekanan darah yang dimiliki oleh sesorang, serta tergantung dari faktor
usia dari orang tersebut. Adapun pengobatan hipertensi yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah

13
Tabel 2. Kategori Pengobatan Hipertensi

Pasien dengan tekanan darah >150/90 atau >140/90 mmHg yang memiliki
resiko tinggi terhadap penyakit diabetes dan gagal ginjal, pemberian terapi
dapat diberikan dengan merubah gaya hidup, seperti menurunkan berat badan,
mengurangi makanan beryodium tinggi, serta hentikan merokok apabila
pasien dengan riwayat perokok. Untuk pasien dengan tekanan darah 140-
159/90-99 mmHg dengan usia kurang dari 60 tahun merupakan pasien
dengan kategori stage 1, dimana terapi yang dapat diberikan berupa obat
golongan ACEI atau ARB. Contoh obat golongan ACEI seperti captopril,
sedangkan obat golongan ARB seperti candesartan. Jika diperlukan,
pemberian terapi juga dapat diberikan berupa obat golongan diuretik seperti
thiazide. Sedangkan pada pasien pasien dengan tekanan darah 140-159/90-

14
99mmHg dengan usia lebih dari 60 tahun, dapat diberikan terapi obat
golongan CCB atau thazide, contoh golongan obat CCB seperti amlodipine.
Pasien dengan tekanan darah >160/100 mmHg termasuk dalam pasien
hipertensi stage 2, yang dimana terapi yang dapat diberikan berupa kombinasi
antara obat CCB atau Thiazide dengan ACEI atau ARB. Adapun pasien
dengan kondisi kusus yang memiliki riwayat penyakit diabetes, jantung
koroner, stroke, dan gagal ginjal dapat diatasi dengan perawatan medis di
rumah sakit.

15

Anda mungkin juga menyukai