Bab V
Bab V
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nelly Indrasari
(2016) dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Dengan Pelaksanaan
Perawatan Payudara” dapat disimpulkan bahwa petugas kesehatan diharapkan
memberikan informasi lebih dini tentang pentingnya pelaksanaan perawatan
payudara selama masa kehamilan.
“Ada program untuk ibu hamil trimester III, Kita kan ada kelas ibu hamil, di
kelas ibu hamil itu kita ada 4, 4 kali pertemuan nih satu kelas itu ada kelas eee
pertama,pertemuan pertama kedua, ketiga, dan keempat, nah kita untuk
pertemuan ketiga biasanya untuk membahas tentang persiapan menyusui..… (R2)
“Ada kelas ibu hamil, kelas ibu hamil itu kan kita eh… apa dua arah ya?
Pendidikan dua arah, bukan kita kasih penyuluhan. Jadi, eh pendidikan orang
dewasa kan dua arah, jadi dari pengalaman mereka lalu berbagi kepada teman-
temannya. Terus ada senam hamil juga”(R3)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Noviati Fuada dan
Budi Setyawati (2015) dengan judul “Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Di
Indonesia”. Menunjukkan jumlah pelaksanaan KIH di suatu wilayah tidak diikuti
dengan capaian output yang diinginkan. Dimana adanya pelaksanaan KIH
diharapkan dapat meningkatkan kunjungan ibu hamil pada pemeriksaan ibu hamil
dan tingginya persalinan di fasilitas kesehatan. Keadaan ini menjadi suatu
dilemma bila kucuran dana atau anggaran dari pemerintah untuk kegiatan
pelaksanaan kelas ibu hamil dievaluasi dengan indikator keberhasilan tersebut.
Sementara untuk merubah perilaku ibu hamil tidak dapat dilakukan dalam waktu
singkat. Minimal diperlukan waktu dan paparan yang intensif untuk merubah
perilaku ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas kesehatan.
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disimpulkan bahwa petugas
kesehatan memiliki peranan yang sangat penting untuk mendukung ibu hamil
dalam persiapan menyusui khususnya dukungan instrumental. Dukungan
instrumental yang diberikan seperti bantuan perilaku dan bantuan fasilitas
merupakan hal yang dapat membantu ibu hamil agar dapat mempersiapkan proses
menyusui, sehingga nantinya ibu dapat menyusui dengan baik.
5.2.2 Bentuk Dukungan Petugas Kesehatan Secara Emosional
Dukungan emosional terdiri dari ketersediaan orang yang dapat
mendengarkan dengan simpatik ketika seseorang menghadapi kesulitan atau
masalah, dan yang dapat memberikan empati, perhatian, cinta dan kepercayaan.
(Poell & Woerkom, 2011). Berdasarkan hasil dari wawancara mendalam sebagian
besar petugas kesehatan memberikan dukungan secara emosional dengan
memberikan perhatian berupa konseling dan motivasi agar ibu hamil memiliki
sikap percaya diri untuk menyusui. Berikut merupakan pernyataan beberapa
responden mengenai sikap kepedulian, yaitu :
“Iya itu ajaa hanya mee mengajarkan perawatan payudara, terus suaminya eee
harus apa ikut mendukung biasanya suka dipanggil……” (R1)
“Ya kalau misalnya ada yang kalau saya kan bagian gizi ya kan itu berkaitan
dengan menyusui ASI ekskklusif ya? Itu biasanya kita kasih empati kita kasih
elusan ya terus kita kasih nomor telepon kalau dia membutuhkan. Kita kasih
motivasi supaya dia mau untuk menyusui sampai enam bulan.” (R3)
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nur Khasanah dan
Sukmawati (2019) dengan judul “Peran Suami Dan Petugas Kesehatan Dalam
Meningkatkan Produksi Asi Pada Ibu Menyusui Di kota Madya Yogyakarta”.
Mengatakan bahwa peran suami kurang berperan dalam meningkatkan produksi
ASI, dikarenakan banyak suami yang belum perduli untuk mencari sumber
informasi terkait ASI eksklusif sehingga masih banyak suami yang belum
mengetahu manfaat ASI eksklusif, sedangkan peran petugas kesehatan sudah
cukup berperan dalam meningkatkan produksi ASI. Petugas kesehatan selalu
memberikan konseling tentang ASI eksklusif, menyediakan ruang pojok ASI di
fasilitas kesehatan, menolak adanya susu formula, membina posyandu serta
melakukan penyuluhan, memberikan tablet pelancar ASI, menyarankan ibu untuk
sering menyusui bayinya, mengajarkan suami cara pijat oksitosin kepada istrinya,
membantu mengurus bayi, memenuhi nutrisi ibu menyusui.
“……kita udah mulai tadi ya perawatan payudara jadi disitu kan kita udah
ngejelasin juga bagaimana kalo mengatasi putting yang tenggelam ya terus
putting susunya yang suka lecet-lecet, jadi mereka juga ya eeeh bener, saya
hampir eee ya 50% lah ya berhasil ya karena dari awal kita udah ngajarin.” (R1)
“…….termasuk periksa payudara kalo memang ada payudaranya yang memang
datar kita kasih tau caranya gimana sih eee apa namanya bisa menyusui secara
eksklusif dan putting datar itu bukan suatu kendala sebenarnya bayi itu bukan
menghisap putting kan, menghisap aerola kan kita kasih tau kaya gitu gitu ajaa,
soalnya kan kalo menghisap putting juga bukan menyusui yang benar kan kaya
gitu, terkadang pasien banyak mengira aah gaada putting gabisa menyusui gitu
tapi kita kasihtau bahwa bayi itu bukan menyusui di putting tapi di aerola gitu,
jadi biar dia itu bisaa apa yaa bisa lebih pede gitu untuk menyusui kaya gituu pas
lahiran sama sering dibersihin kaya gitu……..”(R2)
“Kalau kita kan pernah ngasih ngasih pelatihan itu ya konselor menyusui kalau
yang masuk ke dalam kita tarik dengan spet gitu” (R3)
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Almayaripa, Cuti
Cahayani, Husnul Khatimah, Satriani G, Ashriady, Nurdiana (2010) dengan judul
“Pemanfaatan Vakum karumpuan Dalam Mengurangi Rasa Nyeri Dan
Penanganan Putting Tenggelam”. Menunjukkan bahwa putting tengelam yang
telah diberikan terapi fiston terdapat perubahan grade rata-rata sebesar 8,40
sedangkan yang menggunakan terapi vakum karampuan terdapat perubahan grade
rata-rata sebesar 12.60. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi tekanan pada
payudara ibu yang putingnya tenggelam. Dengan alat ini diharapkan dapat
mengurangi rasa nyeri dan dapat menangani putting ibu yang tenggelam sehingga
ibu dapat menyusui dengan baik.
Berdasarkan kesimpulan diatas, dapat disimpulkan bahwa petugas
kesehatan memiliki peranan yang sangat penting untuk mendukung ibu hamil
dalam persiapan menyusui khususnya dukungan informasi. Dukungan informasi
yang diberikan seperti saran dan nasehat, sehingga nantinya ibu dapat menyusui
dengan baik.
“……perawatan payudara yaaa kita kasih rujukan tuh ya, kalo ANC kan kita
biasanya udah seminggu sekali, nah disini kita puji coba sih gimana cara
memberikan asinya oh ibu mau memberikan asi setelah dijelaskan kepada bu
bidan oh saya ngerti kok cara pemberian asi, putingnya udah bagus terus
pelaksanaannya bagaimana sering dibersihin, oh iya bu udah perawatan oh udah
bagus ya ini udah siap gitu,….” (R1)
“Memberi pujiannya ya kita eeeee kasih reward eee kita gak ada ya hehehe,
cuman kita kasih apaya eeemmmm pujian ajaa yaaa, pujiannya dalam bentuk
misalkan ibu hebat sekali, ibu misalkan kan ibunya kerja bisa menyusui secara
eksklusif gituuu eeeum maksudnya udah ada niat gitu eeee pengen menyusui
secara eksklusif gitu berarti ibu itu ibu yang hebat ibu yang mauuu eeee apa
namanya hehehehe pokoknya kasih pujipujian kaya gitu aja iyaaa walaupun ibu
bekeja tapi ibuada niat untuk asi itu suatu kebanggaan sebagai seorang ibu gitu.”
(R2)
….”.yaa, nggak ada masalah, itu tetep, yang nggak masalah, nggak usah
khawatir tetep masih bisa menyusui, tetap kita kasih motivasi. Dengan menyusui
kanan kiri, jangan Cuma satu. Kan ada yang menyusui Cuma satu payudara aja.
Seperti kita arahkan, konselor menyusui kita ajarin memberikan ASI yang
benar.....” (R3)
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Maryasti Rambu Sabati
& Nuryanto yaitu peran petugas kesehatan benar-benar terlihat memberikan
dampak yang positif bagi ibu-ibu menyusui, sehingga ibu-ibu yang menyusui
anaknya dapat mengerti betul apa yang dimaksud ASI eksklusif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ibu-ibu sering mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan.
“…...jadi kita ke posyandu kadang kita ini kader eee kita telfon kader ibu ini
sebenarnya udah melahirkan apa belom sih soalnya tafsirannya tanggal sekian
sekian, nah jadi kita semangatin jugaa…..” (R2)
“…..yaa kalau misalnya kurang ya nanti kita suruh buat massage sendiri.” (R3)
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hotmaria Julia
Dolok Saribu dan Wasis Pujiati (2015) dengan judul “Pijat Oksitosin Dan
Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran Pengeluaran Asi Pada Ibu Nifas”.
Dapat disimpulkan bahwa perawatan payudara dapat meningkatkan kelancaran
pengeluaran ASI dengan baik. Setelah dilakukan pijat oksitosin rata-rata menjadi
meningkat. Pijat oksitosin yang dilakukan akan memberikan kenyamanan pada
ibu sehingga akan memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui.
Berdasarkan kesimpulan diatas bahwa dukungan emosional dapat
mempengaruhi kondisi perasaan ibu hamil, Hal tersebut dapat membuat ibu hamil
memiliki kepercayaan dan keoptimisan dalam menyusui.