Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

GAMBARAN IDENTIFIKASI DUKUNGAN PETUGAS KESEHATAN


DALAM PERSIAPAN MENYUSUI IBU HAMIL TRIMESTER 3 DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPUTAT
TAHUN 2019

Oleh:
IMTIYAS KUSUMA RAHARJA
160210048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN
TANGERANG SELATAN
2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama :
Tempat Tanggal Lahir :
Agama :
Alamat :
No. Handphone :
Email :

Riwayat Pendidikan Tahun


1.
2.
3.
4.
SURAT PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
ABSTRAK
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4
bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai
diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. Pada tahun 1999, setelah pengalaman
selama 9 tahun UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu
pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health
Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu
pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Utami Roesli, 2000).
Pada tahun 2012 telah diterbitkan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif (PP Nomor 33 Tahun 2012). Dalam PP tersebut diatur tugas dan
tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengembangan program ASI,
diantaranya menetapkan kebijakan nasional dan daerah, melaksanakan advokasi dan
sosialisasi serta melakukan pengawasan terkait program pemberian ASI eksklusif.
Menindaklanjuti PP tersebut, telah diterbitkan Permenkes Nomor 15 Tahun 2013 tanggal
18 Februari 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau
Memerah ASI dan Permenkes Nomor 39 Tahun 2013 tanggal 17 Mei 2013 tentang Susu
Formula Bayi dan Produk Lainnya. Dalam rangka mendukung keberhasilan menyusui,
sampai tahun 2013, telah dilatih sebanyak 4.313 orang konselor menyusui dan 415 orang
fasilitator pelatihan konseling menyusui. Cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6
bulan berfluktuatif. Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi 0-6 bulan sebesar 32% yang menunjukkan
kenaikan yang bermakna menjadi 42% pada tahun 2012 (Infodatin, 2014).
Berdasarkan Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017 mengenai status
pemberian ASI eksklusif pada tahun yang sama menunjukkan angka 61,33%. Angka ini
telah melampaui target Renstra tahun 2017 yaitu 44%. Persentase tertinggi cakupan
pemberian ASI eksklusif terdapat pada Nusa Tenggara Barat (87,35%), sedangkan
persentase terendah terdapat pada Papua (15,32%). Dari 34 provinsi ada 5 provinsi yang
belum mencapai target Renstra 2017 yaitu, Sulawesi Utara, Banten, Maluku, Papua
Barat, Papua (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).
Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018 yaitu sebesar
68,74%. Angka tersebut sudah melampaui target Renstra tahun 2018 yaitu 47%.
Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Jawa Barat
(90,79%), sedangkan perentase terendah terdapat di Provinsi Gorontalo (30,71%).
Sebanyak 6 provinsi belum mencapai target Renstra 2018 yaitu, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Riau, Gorontalo. Selain itu, terdapat 9 provinsi yang
belum mengumpulkan data yaitu, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Papua,
Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua
Barat (Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Persentase pemeberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Provinsi Banten
tahun 2016 sebesar 61,6%, sedikit meningkat dibandingkan persentase pemeberian ASI
eksklusif tahun 2015 yaitu 60,7%. Dari data tersebut persentase pemberian ASI eksklusif
di Kota Tangerang Selatan yaitu 67,91% (Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, 2016).
Dukungan dari para profesional di bidang kesehatan sangat diperlukan bagi ibu,
terutama primipara. Pendidikan tentang pentingnya menyusui sudah harus diberikan sejak
masa antenatal, yang dilakukan oleh semua tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter.
Bila semua petugas kesehatan menerapkan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan
menyusui, maka dijamin dapat menurunkanangka kesakitan dan kematian bayi dan anak,
sesuai dengan tujuan millennium development goals (MDGs). Peran tenaga kesehatan di
ruang perawatan ibu dan bayi sangat besar, agar setiap bayi yang dipulangkan harus
menyusu. Peran awal bidan: (1) yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan / ASI
dari payudara ibu, (2) bantu ibu sehingga ia mampu menyusui bayinya, (3) biarkan bayi
bersama ibunya, (4) KIE dan motivasi ibu tentang breast care post partum, (5) bantu ibu
saat pertama kali menyusui, (6) beri ASI sedini mungkin, (7) hanya beri ASI dan
kolostrum saja (Rahayu, Akhiriyanti, dan Asiyah, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Meiyana Dianning Rahmawati (2010) dengan
judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di
Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang dengan hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 41 ibu dari 74 ibu yang menyatakan petugas kesehatan
mendukung pemberian ASI eksklusif dan sebanyak 6 ibu yang menyatakan petugas
kesehatan kurang endukung pemberian ASI eksklusif sehingga nilai tersebut
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara dukungan petugas kesehtan dengan
pemberian ASI eksklusif.
Penelitian yang dilakukan oleh Adila Prabasiwi, Sandra Fikawati, dan Ahmad
Syafiq dengan judul ASI Eksklusif dan Persepsi Ketidakcukupan ASI (2015)
menunjukkan peran tenaga kesehatan tampaknya harus menjadi perhatian khusus. Sistem
rawat gabung sudah diterapkan, dan sebagian besar ibu dan bayinya sudah dirawat dalam
ruangan yang sama pasca melahirkan. Namun demikian berdasarkan informasi dari ibu,
masih terdapat tenaga kesehatan yang menyarankan untuk memberikan susu formula
kepada bayi. Beberapa responden mengaku masih mendapatkan anjuran penggunaan susu
formula dari tenaga kesehatan. Dalam hal menyusui, peran tenaga kesehatan sangat
penting. Hal terkait kesehatan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan umumnya hamper
selalu dipercaya dan dianggap benar oleh ibu. Oleh karena itu, anjuran pemberian susu
formula kepada bayi dari tenaga kesehatan sangat fatal akibatnya karena dapat
menyebabkan ibu beranggapan bahwa ASI-nya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
bayinya dan kemudian memberikan susu formula kepada bayi. Penerapan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2014 tentang Tata Cara
Pengenaan Sanksi Administratif bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus Organisasi
Profesi di Bidang Kesehatan, serta Produsen dan Distributor Susu Formula Bayi dan/atau
Produk Bayi Lainnya yang dapat menghambat keberhasilan program pemberian ASI
eksklusif harus diterapkan agar memberikan efek jera kepada tenaga kesehatan yang
nakal dan merugikan ibu dan bayi.
Penelitian yang dilakukan oleh Maryasti Rambu Sabati dan Nuryanto (2015)
dengan judul Peran Petugas Kesehatan terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif Studi
Kualitatif di Wilayah Puskesmas Sekaran Kecamatan Gunung Pati Kota Semarang
menyatakan peran petugas kesehatan di wilaya Puskesmas Sekaran sudah begitu baik.
Para petugas kesehatan selalu meberikan penyuluhan baik pada ibu hamil maupun ibu
menyusui tentang ASI eksklusif. Petugas kesehatan bertanggung jawab dalam gizi bayi
dan perawatan kesehatan, petugas kesehatan mempunyai posisi unik yang dapat
mempengaruhi fungsi pelayanan kesehatan ibu baik sebelum, selama, maupun setelah
kehamilan dan persalinan. Responden mendapatkan informasi mengenai program ASI
eksklusif melalui bidan tempat mereka memperiksakan kehamilannya dan memeriksakan
bayi pasca persalinan. Bidan yang ada di wilayah Puskesmas Sekaran ini juga terdapat
pencatatan khusus mengenai bayi yang diberikan ASI eksklusif. Hal ini sesuai dengan
kebijakan pemerintah yang mendukung Inisiasi Menyusui Dini dan keberhasilan ASI
eksklusif dipengaruhi oleh peran petugas kesehtan yang dapat memberikan informasi
tentang pemberian ASI eksklusif. Selain memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif,
petugas kesehatan juga memberikan pendampingan lain seperti melakukan kunjungan
rumah, dan penyuluhan tentang program Keluarga Berencana (KB).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Data dan Informasi Profil Kesehatan Republik Indonesia 2017, status
pemberian ASI eksklusif di Indonesia pada tahun 2017 adalah 61,33%. Hasil ini
melampaui target Renstra 2017 yang hanya sebesar 44%. Pada tahun 2018, Data dan
Informasi Profil Kesehatan Indonesia menunjukkan status pemberian ASI eksklusif
secara nasional naik menjadi 68,74%. Angka ini juga melebihi target Renstra 2018 yaitu
47%. Kenaikan persentase ini tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Salah satu faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah dukungan dari petugas kesehatan yang
berperan meyakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan / ASI dari payudara ibu,
membantu ibu sehingga ia mampu menyusui bayinya, membiarkan bayi bersama ibunya,
memberi KIE dan mmotivasi ibu tentang breast care post partum, membantu ibu saat
pertama kali menyusui, memberi ASI sedini mungkin, hanya memberi ASI dan
kolostrum saja.
Berdasarkan data dan latar belakang yang telah dipaparkan maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Identifikasi Dukungan Petugas
Kesehatan dalam Persiapan Menyusui Ibu Hamil Trimester 3.”
1.3 Pertanyaan Penelitian

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum

1. Tujuan Umum Kuantitatif


Mengetahui gambaran dukungan petugas kesehatan dalam persiapan menyusui
ibu hamil trimester 3.
2. Tujuan Umum Kualitatif
Mengidentifikasi dukungan petugas kesehatan dalam persiapan menyusui ibu
hamil trimester 3.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui
2. Untuk mengetahui
3. Untuk mengetahui
4. Untuk mengetahui

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Ilmu Pengetahuan


Hasil Penelitian ini diharapkan dapat.

1.5.2 Bagi Profesi Keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan

1.5.3 Bagi Tempat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat

1.5.4 Bagi Penelitian Selanjutnya


Hasil penelitian ini diharapkan dapat

Anda mungkin juga menyukai