Anda di halaman 1dari 11

BAB III

BATUAN PIROKLASTIK

3.1 Tinjauan umum Batuan Piroklastik


3.1.1 Pengertian Batuan Piroklastik
Batuan piroklastik atau pyroclastics (berasal dari bahasa Yunani πῦρ, yang berarti api;
dan κλαστός, yang berarti rusak) adalah bebatuan clastic semata-mata atau terutama terdiri
dari material vulkanik. Mana materi vulkanik telah diangkut dan ulang melalui tindakan
mekanis, seperti oleh angin atau air, batu-batuan ini disebut volcaniclastic. Umumnya terkait
dengan aktivitas gunung berapi ledakan seperti Plinian atau letusan Krakatau gaya, atau
letusan phreatomagmatic piroklastik deposito yang umumnya terbentuk dari udara abu, dan
bom lapilli atau blok yang dikeluarkan dari gunung berapi itu sendiri, dicampur dengan
negara hancur batu.
Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari agglomerates
terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu. Pyroclasts dengan ukuran yang berbeda
diklasifikasikan sebagai bom vulkanik, lapilli dan abu vulkanik. Abu dianggap piroklastik
karena debu halus terbuat dari batu vulkanik. Salah satu bentuk yang paling spektakuler
adalah deposito piroklastik ignimbrites, deposito dibentuk oleh suhu tinggi gas dan abu
campuran dari aliran piroklastik acara.
Tiga jenis transportasi dapat dibedakan: aliran piroklastik, aliran piroklastik, dan
piroklastik jatuh. Selama letusan Plinian, batu apung dan abu yang terbentuk ketika magma
silicic terpecah dalam saluran vulkanik, karena dekompresi dan pertumbuhan gelembung.
Pyroclasts kemudian entrained dalam letusan apung membanggakan yang dapat naik
beberapa kilometer ke udara dan menyebabkan bahaya penerbangan. Partikel jatuh dari awan
letusan bentuk lapisan di tanah (ini jatuh atau tephra piroklastik). Piroklastik kerapatan arus,
yang disebut sebagai 'aliran' atau 'gelombang', tergantung pada konsentrasi partikel dan
tingkat turbulensi, kadang-kadang disebut bercahaya longsoran. Deposit batu apung yang
kaya aliran piroklastik dapat disebut ignimbrites.
Sebuah letusan piroklastik mensyaratkan meludah atau "fountaining" lava, di mana
lava akan dilemparkan ke udara bersama abu, bahan piroklastik, dan vulkanik produk
sampingan lainnya. Hawaii letusan seperti di Kilauea dapat mengeluarkan gumpalan magma
ditangguhkan menjadi gas; ini disebut 'api air mancur'. Pembekuan magma, jika cukup panas
mungkin menyatu atas arahan untuk membentuk aliran lahar. Terdiri dari endapan piroklastik
yang tidak pyroclasts disemen bersama-sama. Batuan piroklastik (tuff) adalah deposito
piroklastik yang telah lithified. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan
gunung api (berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat
klastik. Menurut william (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur
klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api,
dengan material asal yang berbeda, dimana material penyusun tersebut terendapkan dan
terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (“rewarking”) oleh air atau es.
3.2 Mineral Penyusun Batuan Piroklastik
Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklast dapat dibagi menjadi:
 Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan (fragmen
gelas, kristal pirojenik)
 Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari gunungapi yang sama).
 Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi berbeda)
Fragmen:
1. Gelas/ Amorf
2. Litik
3. Kristalin

3.2.1 Mineral – Mineral Alterasi


Alterasi = Metasomatisme
Merupakan perubahan komposisi mineralogy batuan (dalam keadaan padat) karena
pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan
mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam.
Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, tidak selayaknya metamorfisme yang
merupakan peristiwa primer. Alterasi terjadi pada intrusi batuan beku yang mengalami
pemanasan dan pada struktur tertentu yang memungkinkan masuknya air meteoric untuk
dapat mengubah komposisi mineralogy batuan.
` Gambar 3.1 Proses terbentuk nya Batu Piroklastik

Beberapa contoh mineral alterasi antara lain:


 Kalkopirit
 Pirit
 Limonit
 Garnierit
 Epidote
 Malakit
 Khlorit
 Orphiment
 Realgar
 Galena

1. Ash flow (tufls) – fragmental flow.


a. breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas fragmen runcing –
runcing hasil endapan piroklastik ( Fisher, 1960 ).
b. Ignimbrite adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas ( MacDonald, 1972).
c. Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terelaskan akibat deposisi pada saat
masih panas.

2. Ash fall yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari tempat
semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami pembatuan/litifikasi
( Fisher, 1960 ).
a. Agglomerate diartikan sebagai batuan yang terbentukdari hasil konsolidasi material yang
mengandung bomb (tuff agglomerate merupakan batuan yang kandungan bomb sabending
atau lebih banyak dari abu vulkanik ) ( widiasmoro dkk,1977 ).
b. Agglutinate merupakan hasil akumulasi fragmen – fragmen pipih yang terelaskan, berasal
dari erupsi basaltic yang sangat encer ( tryrell, 1931 ).
c. Breksi piroklastik adalah batuan yang mengandung block lebih dari 50% ( macDonald,1972
dan Fisher 1958 ).
d. Tuff pyroclastic brecia adalah batuan yang mengandung block sebanding dengan abu
volkanik atau bias juga lebih dominant abu volkanik ( Norton 1917 dan MacDonald, 1972 ).
e. Lapilistone adalah batuan yang penyusun utamanya berukuran lapili yaitu 2 – 64 mm
( fisher, 1961 ).
f. Lapili tuff batuan yang kandungan lapili dan abu volkanik sebanding atau lebih dominant abu
volkanik ( Fisher, 1961 dan MacDonald, 1972 ).

3. Nama batuan tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi volkanik adalah batuan
yang terdiri dari penyusun utama fragmen volkanik yang runcing – runcing, dengan matriks
berukuran sekitar 2 mm dengan bermacam – macam komposisi dan tekstur (bisa berupa
endapan piroklastik, autoklastik,alloklastik dll), ( Fisher, i958 ).

4. Breksi volkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di dalam
lava atau akibat pergerakan lava sebelum mengalami pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada tepi kerak dan
gerakan mengalir setelah pendinginan ( Fisher 1960, Wright & owes, 1963, MacDonald,
1972 ).
b. Breksi letusan terbentuk akibat letusan gas yang terkandung didlam lava sehingga terjadi
fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku.
5. Breksi volkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi, batuan yang
telah ada sebelum mengalami pengerjaan oleh proses volkanisme.
a. Breksi intrusi yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos magma dalam
matriks batuan beku ( Harker, 1908 dan Bowes, 1960 ).
b. Explosion brecia terbentuk dari hancuran batuan karena adanya ledakan volkanik yang
terjadi dibawah permukaan ( Wright & bowes, 1960 ).
c. Tuffisite merupakan material klastik yang dihasilkan dari pelarutan material tufaan oleh gas
didalam pipa volkanik ( Fisher, 1961 ).
d. Tuffisite brecia merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang diintrusi magma
dengan tuff sebagai matriks dan mengandung bekas aliran gas didalamnya (Wright &
Bowes, 1960).

6. Breksi volkanik epiklastik.


a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran Lumpur pekat, berupa
percampuran antara batuan volkanik berukurn beragam dengan bahan non volkanik (Fisher,
1960 ).
b. Batupasir tufaan/konglomerat tufaan merupakan batuan sedimen epiklastik yang terangkut
juga didalamnya komponen piroklastik misalnya pumis atau shard. 14 .
c. Batupasir/konglomerat volkanik merupakan batuan epiklastik yang tersusun atas fragmen –
fragmen berupa batuan volkanik yang telah mengalami erosi dan pengangkutan yang
kemudian terendapkan.

3.3 Endapan priklastik


Pada kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu hasil lelehan
yang merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifakasikan ke dalam batuan beku, serta
dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang bersifat fragmental dari semua bentuk
cair, gas atau padat yang dikeluarkan dengan jalan erupsi. Berdasarkan proses keterbentukan
yang dialaminya, batuan piroklastik dibedakan menjadi enam tipe, antara lain :

1. Tipe I
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yang kering
dengan medium udara saja, kemudian mengalami litifikasi membentuk batuan fragmental.
Jadi batuan piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
2. Tipe II
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik ke tempat pengendapannya
di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan dari magma sendiri yang
merupakan aliran abu yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan
fragmental.
3. Tipe III
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu tubuh
perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil. Onggokan tersebut
belum tercampur dengan material lain dan tidak juga mengalami “re-warking”.
4. Tipe IV
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat eruosi yang jatuh pada suatu tubuh
perairan (baik darat maupun laut) yang arusnya aktiv (begerak). Sebelum mengalami litifikasi
mengalami ‘re-warking’ dan dapat bercampur dengan batuan lain yang dihasilkan akan
mempunyai struktur sedimen biasa.
5. Tipe V
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudian diangkut
dan diendapkan di tempat lain (bisa laut, bisa cekungan di daratan) dengan media air.
Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahanbahan piroklastik, dengan struktur
sedimen biasa.
6. Tipe VI
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi,
kemudian diendapkan kembali ketempat yang lain. Batuan yang dihasilkan adalah batuan
sedimen dengan propenan piroklastik (Epiklastik).

3.4 Tektur Batuan Piroklastik


a. Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya.mineral
penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari
warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai
tekstur gelasan.
b. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir mineral
yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental. Pengamatan tekstur meliputi :
1. Glassy
Glassy adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut ialah
glass.
2. Fragmental
Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut
ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.

c. Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam
skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan
adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3
yaitu:
- Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
- Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
- Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan endapan dari fragmen-fragmen
letusan gunung api.

d. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :
 Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral yang
membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama
sehingga memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk kristal yang relatif
sempurna.

 Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk kristal
dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi berlangsung
relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang
kurang.
 Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya berbentuk
gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung relatif singkat
sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang
sempurna.

e. Ukuran Batuan
Ukuran batuan yang dihasilkan dari letusan gunung api terbagi menjadi 4, antara lain :
1. Bomb ( d > 64 mm)
Bomb adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64 mm.
2. Block (d > 64 mm)
Block adalah batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen batuan
yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
3. Lapili (d = 2 – 64 mm) Lapili berasal dari bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi
ekplosif gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm.
4. Debu / ash (d < 2 mm)
Debu adalah batuan piroklastik yanh berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan oleh
pelelmparan dari magma akibat erupsi ekplosif.
f. Bentuk Batuan Piroklastik
Bentuk batuan dalam batuan piroklastik sama halnya dengan teksturnya, antara lain :

1. Glassy
Glassy adalah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut ialah
glass.
2. Fragmental
Faragmental ialah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada
batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
3.5. Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan beku, seperti
struktur skoria, vesikuler, massive maupun amikdoloidal maupun struktur batuan sedimen,
yaitu struktur perlapisan graded bedding atau cross bedding.
3.6.Tahap Penamaan Batuan Piroklastik
Klasifikasi penamaan batuan piroklastik secara umum dibedakan atas :
1. Klasifikasi berdasarkan fragmen piroklastiknya ( Fisher, 1966 dan Schimid, 1981 ) yaitu
:
 Anglomerat, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa bom yang
berukuran > 64 mm.
 Breksi piroklastik, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa blok yang
berukuran > 64 mm.
 Breksi tufa, bila batuan disusun oleh percampuran fragmen piroklastik blok maupun ash.
 Tufa, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa ash dan lapilli dimana ash lebih
dominan.
 Tufa lapilli, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa lapili dan ash dimana lapilli
lebih dominan. Oleh Schimid (1981), tufa lapili disebut juga lapilli.

Size Wentworth William Twen Hofel Fisher


(mm) 1932 1950 1961
Blocks = Volcanik breccia Bombs
256 Coarse Blocks
Bomb = anglomerat
128 and
64
32 Lapili = Lapili tuff Lapili Fine Bomb
10
8
4 Coarse ash = Fine ash Lapili
2
0.5 Coarse ash
0.250 Coarse ash
0.125 Fine ash (Fine tuff) Tabel
0.0825 Fine ash 3.1. Kl
asifikasi
Fine ash batuan
piroklast
ik oleh Wentworth, william (1932), Twen Hofel (1950), Fisher (1961)

2. Klasifikasi untuk tufa, berdasarkan pada material penyusun tufa ( W. T. G, 1954 ) dibedakan
atas :
 Tufa gelas, tufa yang dominan disusun oleh material gelas.
 Tufa kristal, tufa yang dominan disusun oleh material kristal.
 Tufa litik, tufa yang dominan disusun oleh material litik.
Batuan Piroklastik yang terbentuk melalui ekstrusif mengalami pelapukan, kemudian tererosi
dan tertransportasi kedaerah cekungan dan terendapakan membentuk sedimen tufa yang
disebut dengan “ Batuan Epiklastik “.
Geologi
institut ( 197
5 ), Carrozzi
mengatakan
batuan
epiklastik
adalah :
Batuan yang
bahan
penyusunnya
berasal dari
pelapukan
batuan
Vulkanik,
termasuk juga batuan piroklastik serta bahan hasil jatuhan piroklastik yang terangkat
sebelum mengalami pelapukan.
Gambar 3.2 Klasifikasi Batuan Piroklastik Berdasarkan Fragmen Piroklastik
(Fisher, 1966)
3.7.Kesimpulan
1. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal dari
pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik.
2. Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari agglomerates
terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu.
3. Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.pengertian
struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau
singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3
yaitu:
 Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
 Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
 Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal mau pun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan
e. endapan dari fragmen-fragmen letusan gunung api
4. Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang diklasifikasikan oleh mineralogi atau
kimia. Terbentuk dari lava yang kaya volatiles atau gas tetapi kurang kental dari lava
membentuk batu apung. Ketika batuan cair meningkat dalam pipa vulkanik, gas mulai
terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk gelembung besar dalam lava.
Batu dipadatkan yang dihasilkan adalah Scoria. Meskipun ruang terbuka di dapat Scoria batu
besar umumnya lebih berat daripada air yang tidak seperti kebanyakan batu apung bisa
mengapung di atas air.
5. Lapili stone yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam, struktur batuannya massive, dan
derajat kristalisasinya hipokristalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah
glass dan kristal, tekstur pada lapili stone ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah
lapili (d= 2 - 64 mm). Sedangkan bentuk dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari
lapili stone ini ialah terbentuk didalam permukaan, tetapi mineral ada yang belum
membentuk kristal yang utuh. Lapili stone memilki komposisi mineral dalam batuannya,
mineralnya ialah plagioklas dan hornblende (amphibol). Masing-masin jumlah dalam %
dalam batuannya ialah plagioklase 30% dan amphibol 20%.
6. Mineral pagioklase kilapnya vitreous, warna yang tampak yaitu putih, kekerasan yang
dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 6 – 6,5, pecahannya concoidal to uneven, belahannya
ialah 2,1 - basal, system kristalnya yaitu monoclinic atau ortorombik, prosentase mineral
hornblende pada lapili stone saat pengamatan yaitu mencapai 30%.dari prosentase
plagioklase seperti itu dapat di asumsikan bahwa lapili stone tersebut tergolong lapili stone –
plagioklase. Mineral plagioklase pada lapilin stone kristalnya masih kurang begitu sempuna,
karena hal ini dipengaruhi oleh proses pembentukan dari kristal tersebut yang tidak
sempurna.
7. Mineral Hornblande kilapnya vitreous – dull, warna yang tampak yaitu hitam,kekerasan yang
dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 5- 6,pecahannya uneven,belahannya hampir tidak
dapat terlihat,system kristalnya yaitu monoclinic atau ortorombik,prosentase mineral
hornblende pada andesit saat pengamatan yaitu mencapai 40%.dari prosentase hornblende
seperti itu dapat di asumsikan bahwa andesit tersebut tergolong andesit – hornblende. .
Sangat gelap coklat hornblendes hitam yang mengandung titanium yang biasa disebut
basaltik hornblende, dari kenyataan bahwa mereka biasanya merupakan konstituen dari basalt
dan batu yang terkait.Common Hornblende adalah konstituen dari banyak batuan beku dan
batuan metamorf seperti granit, syenite, diorite, gabbro, basal, andesit, gneiss, dan schist.Ini
adalah mineral utama dari amphibolites.

Anda mungkin juga menyukai