BATUAN PIROKLASTIK
2. Ash fall yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari tempat
semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami pembatuan/litifikasi
( Fisher, 1960 ).
a. Agglomerate diartikan sebagai batuan yang terbentukdari hasil konsolidasi material yang
mengandung bomb (tuff agglomerate merupakan batuan yang kandungan bomb sabending
atau lebih banyak dari abu vulkanik ) ( widiasmoro dkk,1977 ).
b. Agglutinate merupakan hasil akumulasi fragmen – fragmen pipih yang terelaskan, berasal
dari erupsi basaltic yang sangat encer ( tryrell, 1931 ).
c. Breksi piroklastik adalah batuan yang mengandung block lebih dari 50% ( macDonald,1972
dan Fisher 1958 ).
d. Tuff pyroclastic brecia adalah batuan yang mengandung block sebanding dengan abu
volkanik atau bias juga lebih dominant abu volkanik ( Norton 1917 dan MacDonald, 1972 ).
e. Lapilistone adalah batuan yang penyusun utamanya berukuran lapili yaitu 2 – 64 mm
( fisher, 1961 ).
f. Lapili tuff batuan yang kandungan lapili dan abu volkanik sebanding atau lebih dominant abu
volkanik ( Fisher, 1961 dan MacDonald, 1972 ).
3. Nama batuan tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi volkanik adalah batuan
yang terdiri dari penyusun utama fragmen volkanik yang runcing – runcing, dengan matriks
berukuran sekitar 2 mm dengan bermacam – macam komposisi dan tekstur (bisa berupa
endapan piroklastik, autoklastik,alloklastik dll), ( Fisher, i958 ).
4. Breksi volkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di dalam
lava atau akibat pergerakan lava sebelum mengalami pembatuan.
a. Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi lava aliran akibat pemadatan pada tepi kerak dan
gerakan mengalir setelah pendinginan ( Fisher 1960, Wright & owes, 1963, MacDonald,
1972 ).
b. Breksi letusan terbentuk akibat letusan gas yang terkandung didlam lava sehingga terjadi
fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku.
5. Breksi volkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi, batuan yang
telah ada sebelum mengalami pengerjaan oleh proses volkanisme.
a. Breksi intrusi yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos magma dalam
matriks batuan beku ( Harker, 1908 dan Bowes, 1960 ).
b. Explosion brecia terbentuk dari hancuran batuan karena adanya ledakan volkanik yang
terjadi dibawah permukaan ( Wright & bowes, 1960 ).
c. Tuffisite merupakan material klastik yang dihasilkan dari pelarutan material tufaan oleh gas
didalam pipa volkanik ( Fisher, 1961 ).
d. Tuffisite brecia merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang diintrusi magma
dengan tuff sebagai matriks dan mengandung bekas aliran gas didalamnya (Wright &
Bowes, 1960).
1. Tipe I
Batuan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik jatuh ke darat yang kering
dengan medium udara saja, kemudian mengalami litifikasi membentuk batuan fragmental.
Jadi batuan piroklastik ini belum mengalami pengangkutan.
2. Tipe II
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat volkanik ke tempat pengendapannya
di daratan yang kering dengan media gas yang dihasilkan dari magma sendiri yang
merupakan aliran abu yang merupakan onggokan aliran litifikasi dan membentuk batuan
fragmental.
3. Tipe III
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat erupsi yang jatuh ada suatu tubuh
perairan (baik darat maupun laut) yang tenang arusnya sangat kecil. Onggokan tersebut
belum tercampur dengan material lain dan tidak juga mengalami “re-warking”.
4. Tipe IV
Bahan piroklastik setelah dilemparkan dari pusat eruosi yang jatuh pada suatu tubuh
perairan (baik darat maupun laut) yang arusnya aktiv (begerak). Sebelum mengalami litifikasi
mengalami ‘re-warking’ dan dapat bercampur dengan batuan lain yang dihasilkan akan
mempunyai struktur sedimen biasa.
5. Tipe V
Bahan piroklastik yang telah jatuh sebelum mengalami pelapukan kemudian diangkut
dan diendapkan di tempat lain (bisa laut, bisa cekungan di daratan) dengan media air.
Hasilnya batuan sedimen dengan asal-usulnya adalah bahanbahan piroklastik, dengan struktur
sedimen biasa.
6. Tipe VI
Bahan piroklastik yang telah jatuh sudah mengalami proses-proses litifikasi,
kemudian diendapkan kembali ketempat yang lain. Batuan yang dihasilkan adalah batuan
sedimen dengan propenan piroklastik (Epiklastik).
c. Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang
berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam
skala besar atau singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan
adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3
yaitu:
- Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
- Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
- Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan endapan dari fragmen-fragmen
letusan gunung api.
d. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi mineral dalam batuan beku, terdiri atas 3 yaitu :
Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari keseluruhan mineral yang
membentuk kristal, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama
sehingga memungkinkan terbentuknya mineral - mineral dengan bentuk kristal yang relatif
sempurna.
Hipokristalin
Tekstur batuan yang yang kenampakannya terdiri dari sebagaian mineral membentuk kristal
dan sebagiannya membentuk gelas, hal ini menunjukkan proses kristalisasi berlangsung
relatif lama namun masih memingkinkan terbentuknya mineral dengan bentuk kristal yang
kurang.
Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang keseluruhannya berbentuk
gelas, hal ini menunjukkan bahwa proses kristalisasi magma berlangsung relatif singkat
sehingga tidak memungkinkan pembentukan mineral - mineral dengan bentuk yang
sempurna.
e. Ukuran Batuan
Ukuran batuan yang dihasilkan dari letusan gunung api terbagi menjadi 4, antara lain :
1. Bomb ( d > 64 mm)
Bomb adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran lebih besar dari 64 mm.
2. Block (d > 64 mm)
Block adalah batuan piroklastik yang dihasilkan oleh erupsi eksplosif dari fragmen batuan
yang sudah memadat lebih dulu dengan ukuran lebih besar dari 64 mm.
3. Lapili (d = 2 – 64 mm) Lapili berasal dari bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi
ekplosif gunung api yang berukuran 2 mm – 64 mm.
4. Debu / ash (d < 2 mm)
Debu adalah batuan piroklastik yanh berukuran 2 mm – 1/256 mm yang dihasilkan oleh
pelelmparan dari magma akibat erupsi ekplosif.
f. Bentuk Batuan Piroklastik
Bentuk batuan dalam batuan piroklastik sama halnya dengan teksturnya, antara lain :
1. Glassy
Glassy adalah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan tersebut ialah
glass.
2. Fragmental
Faragmental ialah bentuk tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada
batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.
3.5. Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur batuan beku, seperti
struktur skoria, vesikuler, massive maupun amikdoloidal maupun struktur batuan sedimen,
yaitu struktur perlapisan graded bedding atau cross bedding.
3.6.Tahap Penamaan Batuan Piroklastik
Klasifikasi penamaan batuan piroklastik secara umum dibedakan atas :
1. Klasifikasi berdasarkan fragmen piroklastiknya ( Fisher, 1966 dan Schimid, 1981 ) yaitu
:
Anglomerat, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa bom yang
berukuran > 64 mm.
Breksi piroklastik, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik dominan berupa blok yang
berukuran > 64 mm.
Breksi tufa, bila batuan disusun oleh percampuran fragmen piroklastik blok maupun ash.
Tufa, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa ash dan lapilli dimana ash lebih
dominan.
Tufa lapilli, bila batuan disusun oleh fragmen piroklastik berupa lapili dan ash dimana lapilli
lebih dominan. Oleh Schimid (1981), tufa lapili disebut juga lapilli.
2. Klasifikasi untuk tufa, berdasarkan pada material penyusun tufa ( W. T. G, 1954 ) dibedakan
atas :
Tufa gelas, tufa yang dominan disusun oleh material gelas.
Tufa kristal, tufa yang dominan disusun oleh material kristal.
Tufa litik, tufa yang dominan disusun oleh material litik.
Batuan Piroklastik yang terbentuk melalui ekstrusif mengalami pelapukan, kemudian tererosi
dan tertransportasi kedaerah cekungan dan terendapakan membentuk sedimen tufa yang
disebut dengan “ Batuan Epiklastik “.
Geologi
institut ( 197
5 ), Carrozzi
mengatakan
batuan
epiklastik
adalah :
Batuan yang
bahan
penyusunnya
berasal dari
pelapukan
batuan
Vulkanik,
termasuk juga batuan piroklastik serta bahan hasil jatuhan piroklastik yang terangkat
sebelum mengalami pelapukan.
Gambar 3.2 Klasifikasi Batuan Piroklastik Berdasarkan Fragmen Piroklastik
(Fisher, 1966)
3.7.Kesimpulan
1. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api (berasal dari
pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat klastik.
2. Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari agglomerates
terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu.
3. Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang berbeda.pengertian
struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau
singkapan dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas
b. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini dibagi lagi menjadi 3
yaitu:
Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal mau pun lubang gas.
c. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunder.
d. Berlapis : bila dalam batuan tersebut terdapat lapisan-lapisan
e. endapan dari fragmen-fragmen letusan gunung api
4. Scoria adalah jenis batuan tekstur dan bukan batu yang diklasifikasikan oleh mineralogi atau
kimia. Terbentuk dari lava yang kaya volatiles atau gas tetapi kurang kental dari lava
membentuk batu apung. Ketika batuan cair meningkat dalam pipa vulkanik, gas mulai
terbentuk dan mengumpulkan dan gas-gas yang membentuk gelembung besar dalam lava.
Batu dipadatkan yang dihasilkan adalah Scoria. Meskipun ruang terbuka di dapat Scoria batu
besar umumnya lebih berat daripada air yang tidak seperti kebanyakan batu apung bisa
mengapung di atas air.
5. Lapili stone yang memiliki kenampakan warna yaitu hitam, struktur batuannya massive, dan
derajat kristalisasinya hipokristalin dimana komposisi mineral penyusunnya mayoritas adalah
glass dan kristal, tekstur pada lapili stone ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah
lapili (d= 2 - 64 mm). Sedangkan bentuk dari lapili stone ialah fragmental. Petrogenesa dari
lapili stone ini ialah terbentuk didalam permukaan, tetapi mineral ada yang belum
membentuk kristal yang utuh. Lapili stone memilki komposisi mineral dalam batuannya,
mineralnya ialah plagioklas dan hornblende (amphibol). Masing-masin jumlah dalam %
dalam batuannya ialah plagioklase 30% dan amphibol 20%.
6. Mineral pagioklase kilapnya vitreous, warna yang tampak yaitu putih, kekerasan yang
dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 6 – 6,5, pecahannya concoidal to uneven, belahannya
ialah 2,1 - basal, system kristalnya yaitu monoclinic atau ortorombik, prosentase mineral
hornblende pada lapili stone saat pengamatan yaitu mencapai 30%.dari prosentase
plagioklase seperti itu dapat di asumsikan bahwa lapili stone tersebut tergolong lapili stone –
plagioklase. Mineral plagioklase pada lapilin stone kristalnya masih kurang begitu sempuna,
karena hal ini dipengaruhi oleh proses pembentukan dari kristal tersebut yang tidak
sempurna.
7. Mineral Hornblande kilapnya vitreous – dull, warna yang tampak yaitu hitam,kekerasan yang
dimiliki oleh mineral hornblande yaitu 5- 6,pecahannya uneven,belahannya hampir tidak
dapat terlihat,system kristalnya yaitu monoclinic atau ortorombik,prosentase mineral
hornblende pada andesit saat pengamatan yaitu mencapai 40%.dari prosentase hornblende
seperti itu dapat di asumsikan bahwa andesit tersebut tergolong andesit – hornblende. .
Sangat gelap coklat hornblendes hitam yang mengandung titanium yang biasa disebut
basaltik hornblende, dari kenyataan bahwa mereka biasanya merupakan konstituen dari basalt
dan batu yang terkait.Common Hornblende adalah konstituen dari banyak batuan beku dan
batuan metamorf seperti granit, syenite, diorite, gabbro, basal, andesit, gneiss, dan schist.Ini
adalah mineral utama dari amphibolites.