Anda di halaman 1dari 8

INTERVENSI/ RENCANA KEPERAWATAN

2.1 DEFINISI

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan


keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
diagnosis eperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya
kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan
keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan

2.2 STRATEGI INTERVENSI DAN PENGORGANISASIAN


MASYARAKAT

Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah (1) kemitraan


(partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan kesehatan,
dan (4) proses kelompok (Hitchcock, Schubert, & Thomas 1999; Helvie,
1998). Strategi intervensi pendidikan kesehatan dalam pengelolaan diabetes
secara mandiri juga diuraikan pada bagian berikut:

2.2.1 KEMITRAAN

Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara


dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan
saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI,
2005). Perawat spesialis komunitas perlu membangun dukungan,
kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme peningkatan
peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi implementasi PKP. Anderson dan
McFarlane (2000) dalam hal ini mengembangkan model
keperawatan komunitas yang memandang masyarakat sebagai
mitra (community as partner model). Fokus dalam model tersebut
menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan
komunitas, yaitu (1) lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak
model yang menekankan anggota masyarakat sebagai pelaku
utama pembangunan kesehatan, dan (2) proses keperawatan.
Asumsi dasar mekanisme kolaborasi perawat spesialis
komunitas dengan masyarakat tersebut adalah hubungan kemitraan
yang dibangun memiliki dua manfaat sekaligus yaitu
meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dan keberhasilan
program kesehatan masyarakat (Kreuter, Lezin, & Young, 2000).
Mengikutsertakan masyarakat dan partisipasi aktif mereka dalam
pembangunan kesehatan dapat meningkatkan dukungan dan
penerimaan terhadap kolaborasi profesi kesehatan dengan

1|Page
masyarakat (Schlaff, 1991; Sienkiewicz, 2004). Dukungan dan
penerimaan tersebut dapat diwujudkan dengan meningkatnya
sumber daya masyarakat yang dapat dimanfaatkan, meningkatnya
kredibilitas program kesehatan, serta keberlanjutan kemitraan
perawat spesialis komunitas dengan masyarakat (Bracht, 1990).
Kemitraan dalam PKP dapat dilakukan perawat komunitas melalui
upaya membangun dan membina jejaring kemitraan dengan pihak-
pihak yang terkait (Robinson, 2005) dalam upaya penanganan pada
baik di level keluarga, kelompok, maupun komunitas. Pihak-pihak
tersebut adalah profesi kesehatan lainnya, stakes holder
(Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota, Departemen Kesehatan,
Departemen Sosial, Pemerintah Kota), donatur/sponsor, sektor
terkait, organisasi masyarakat (TP-PKK, Lembaga Indonesia/LLI,
Perkumpulan , atau Klub Jantung Sehat Yayasan Jantung
Indonesia), dan tokoh masyarakat setempat.

2.2.2 PEMBERDAYAAN

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai


proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk
interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya
dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Hitchcock, Scubert,
& Thomas, 1999). Pemberdayaan, kemitraan dan partisipasi
memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat spesialis
komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat
maka dirinya juga harus memberikan dorongan kepada
masyarakat. Kemitraan yang dijalin memiliki prinsip “bekerja
bersama” dengan masyarakat bukan “bekerja untuk” masyarakat,
oleh karena itu perawat spesialis komunitas perlu memberikan
dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul
partisipasi aktif masyarakat (Yoo et. al, 2004). Membangun
kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk
meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi
masyarakat (Nies & McEwan, 2001).
Kemandirian agregat dalam PKP berkembang melalui proses
pemberdayaan. Tahapan pemberdayaan yang dapat dilalui oleh
agregat (Sulistiyani, 2004), yaitu:
2.2.2.1 Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku
sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan kemampuan
dalam mengelola secara mandiri. Dalam tahap ini, perawat
komunitas berusaha mengkondisikan lingkungan yang
kondusif bagi efektifitas proses pemberdayaan agregat .

2|Page
2.2.2.2 Tahap transformasi kemampuan berupa pengetahuan dan
ketrampilan dalam pengelolaan secara mandiri agar dapat
mengambil peran aktif dalam lingkungannya. Pada tahap ini
agregat memerlukan pendampingan perawat komunitas.
2.2.2.3 Tahap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sehingga
terbentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian mengelola. Pada tahap ini
dapat melakukan apa yang diajarkan secara mandiri.

2.2.3 PENDIDIKAN KESEHATAN


Strategi utama upaya prevensi terhadap kejadian adalah
dilakukannya kegiatan pendidikan kesehatan. Pendidikan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
mengurangi disabilitas serta mengaktualisasikan potensi kesehatan
yang dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
(Swanson & Nies, 192011). Pendidikan kesehatan dapat dikatakan
efektif apabila dapat menghasilkan perubahan pengetahuan,
menyempurnakan sikap, meningkatkan ketrampilan, dan bahkan
mempengaruhi perubahan di dalam perilaku atau gaya hidup
individu, keluarga, dan kelompok (Pender, Murdaugh, & Parsons,
2002). Pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengubah perilaku
untuk patuh terhadap saran pengelolaan secara mandiri.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok,
maupun komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat
komunitas penting dilakukan dengan beberapa alasan, yaitu:
individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat apabila
mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama
dukungan keluarga, intervensi di tingkat komunitas dapat
mengubah struktur sosial yang kondusif terhadap program promosi
kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas dapat membentuk
sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Meillier, Lund, & Kok,
1996).
Intervensi keperawatan melalui pendidikan kesehatan untuk
menurunkan risik dan komplikasinya dapat dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: (1) pencegahan primer, (2) pencegahan sekunder,
dan (3) pencegahan tersier. Pendidikan kesehatan dalam tahap
pencegahan primer bertujuan untuk menurunkan risiko yang dapat
mengakibatkan . Pendidikan kesehatan dalam tahap pencegahan
sekunder bertujuan untuk memotivasi kelompok berisiko
melakukan uji skrining dan penatalaksanaan gejala yang muncul,
sedangkan pada tahap pencegahan tersier, perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang bersifat readaptasi,
pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi terulang dan
memelihara stabilitas kesehatan .

3|Page
2.2.4 PROSES KELOMPOK
Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi
keperawatan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui
pembentukan sebuah kelompok atau kelompok swabantu (self-help
group). Intervensi keperawatan di dalam tatanan komunitas menjadi
lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk melaksanakan perubahan
pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat komunitas
bekerja bersama dengan masyarakat. Berbagai kelompok di masyarakat
dapat dikembangkan sesuai dengan inisiatif dan kebutuhan masyarakat
setempat, misalnya Posbindu, Bina Keluarga , atau Karang . Kegiatan
pada kelompok ini disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin
dicapai oleh agar dapat mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif selama mungkin (Depkes RI,1992).
Menurut penelitian, yang mengikuti secara aktif sebuah kelompok sosial
dan menerima dukungan dari kelompok tersebut akan memperlihatkan
kondisi kesehatan fisik dan mental yang lebih baik daripada yang lebih
sedikit mendapatkan dukungan kelompok (Krause,2011). Bentuk
dukungan kelompok ini juga terkait dengan rendahnya risiko morbiditas
dan mortalitas (Berkman, Leo-Summers, & Horwitz, 1992). Meskipun
penjelasan risiko morbiditas dan mortalitas tersebut tidak lengkap
dikemukakan, beberapa laporan menekankan bahwa dukungan yang
diterimadapat meningkatkan pemanfaatan dan kepatuhan individu
terhadap pelayanan yang diinginkan dengan mengikuti informasi yang
diberikan, ikut serta dalam kelompok dan meningkatkan perilaku
mencari bantuan kesehatan (Cohen, 1988).
Berdasarkan strategi intervensi yang telah ditentukan oleh perawat
komunitas seperti tersebut di atas, selanjutnya dilakukan
pengorganisasian masyarakat. Pengorganisasian masyarakat sebagai
suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang
memberdayakan individu dan kelompok berisiko (agregat) dalam
menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan
bersama. Menurut Helvie (1998), terdapat tiga model pengorganisasian
masyarakat yaitu:
2.2.4.1 MODEL PENGEMBANGAN MASYARAKAT
(LOCALITY DEVELOPMENT),
Model pengembangan masyarakat didasarkan pada upaya
untuk memaksimalkan perubahan yang terjadi di komunitas,
di mana masyarakat dilibatkan dan berpartisipasi aktif dalam
menentukan tujuan dan pelaksanaan tindakan. Tujuan dari
model pengembangan masyarakat adalah (1) agar individu dan
kelompok-kelompok di masyarakat dapat berperan-serta aktif
dalam setiap tahapan proses keperawatan, dan (2) perubahan

4|Page
perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) dan kemandirian
masyarakat yang dibutuhkan dalam upaya peningkatan,
perlindungan dan pemulihan status kesehatannya di masa
mendatang (Nies & McEwan, 2001; Green & Kreuter, 1991).
Sejalan dengan Mapanga dan Mapanga (2004) tujuan dari
proses keperawatan komunitas pada adalah meningkatkan
kemampuan dan kemandirian fungsional agregat melalui
pengembangan kognisi dan kemampuan merawat dirinya
sendiri. Pengembangan kognisi dan kemampuan agregat
difokuskan pada dayaguna aktifitas kehidupan, pencapaian
tujuan, perawatan mandiri, dan adaptasi terhadap
permasalahan kesehatan sehingga akan berdampak pada
peningkatan partisipasi aktif .

2.2.4.2 MODEL PERENCANAAN SOSIAL (SOCIAL


PLANNING)
Model perencanaan sosial dalam pengelolaan agregat lebih
menekankan pada teknik menyelesaikan masalah kesehatan
agregat dari pengelola program di birokrasi, misalnya Dinas
Kesehatan atau Puskesmas. Kegiatan bersifat kegiatan top-
down planning. Tugas perencana program kesehatan adalah
menetapkan tujuan kegiatan, menyusun rencana kegiatan, dan
mensosialisasikan rencana tindakan kepada masyarakat.
Perencana program harus memiliki kemampuan dan
ketrampilan untuk menyelesaikan permasalahan yang
kompleks termasuk kemampuan untuk mengorganisasikan
lintas sektor terkait.
2.2.4.3 MODEL AKSI SOSIAL (SOCIAL ACTION)
Model aksi sosial menekankan pada pengorganisasian
masyarakat untuk memperjuangkan isu-isu tertentu terkait
dengan permasalahan yang sedang dihadapi agregat , misalnya
kampanye gaya hidup sehat untuk mencegah penyakit
diabetes. Tingkat dan bentuk intervensi keperawatan
komunitas

2.3 TINGKAT PENCEGAHAN INTERVENSI KEPERAWATAN


MELIPUTI:

Prevensi primer ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni
mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita . Perawat komunitas
harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya dan upaya yang
perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor tersebut. Sejak masa prasekolah
hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya latihan jasmani teratur,

5|Page
pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko
merokok bagi kesehatan.

2.3.1 Prevensi sekunder bertujuan untuk mencegah atau menghambat


timbulnya penyulit dengan tindakan deteksi dini dan memberikan
intervensi keperawatan sejak awal penyakit. Dalam mengelol,
sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin dicegah
kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan mengenai
dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan
sangat mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan
ujung tombak pengelolaan .
2.3.2 Prevensi tersier. Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka
perawat komunitas harus berusaha mencegah terjadinya
kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan merehabilitasi pasien sedini
mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pendidikan
kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu:
mendorong untuk patuh mengikuti program PKP , pendidikan
kesehatan kepada dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi
terulang dan melihara stabilitas klien (Allender & Spradley, 2005).

2.4 BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DAPAT


DILAKUKAN OLEH PERAWAT KOMUNITAS TERDIRI DARI:

2.4.1 Observasi.
Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan . Observasi
dilakukan sejak pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses
yang terus menerus selama melakukan kunjungan (Hitchcock,
Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang perlu diobservasi yaitu
keadaan, kondisi rumah, interaksi antar keluarga, tetangga dan
komunitas. Observasi diperlukan untuk menyusun dan
mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada .
2.4.2 Terapi modalitas.
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan
pada dengan tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa
energi sehingga mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004).
Terapi modalitas yang diterapkan pada, yaitu: manajemen nyeri,
perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan luka kronis,
latihan peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.
2.4.3 Terapi komplementer (complementary and alternative
medicine/CAM).
Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk
melengkapi atau memperkuat pengobatan konvensional maupun
biomedis (Cushman & Hoffman, 2004; Xu, 2004) agar bisa

6|Page
mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan konvensional
(kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit,
sedangkan pengobatan alami (komplementer) menangani penyebab
penyakit serta memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit
yang diderita (Sustrani, Alam & Hadibroto, 2005).
Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi komplementer
(Cushman & Hoffman, 2004):
2.4.3.1 Pengobatan alternative : Terapi herbal, akupunktur,
pengobatan herbal Cina
2.4.3.2 Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi
perilaku, relaksasi Benson, relaksasi progresif, guided
imagery, pengobatan mental dan spiritual
2.4.3.3 Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus,
pengobatan orthomolekuler (terapi megavitamin), bee pollen,
terapi lintah, terapi larva
2.4.3.4 Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh :
Pijat refleksi, akupresur, perawatan kaki, latihan kaki, senam
2.4.3.5 Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni
pernafasan tenaga dalam, Tai Chi
2.4.3.6 Bioelektromagnetik : Terapi magnet
Bentuk intervensi terapi modalitas dan komplementer
memerlukan kajian dan pengembangan yang disesuaikan
dengan peran dan fungsi perawat, terutama pada agregat .

DAFTAR PUSTAKA

Anderson dan McFarlane .2000 .Buku ajar kepeawatan komunitas .Jakarta:EGC

Achjar,komang ayu henny .2011.Asuhan keperawatan komunitas teori dan praktik


.Jakarta:EGC

Stanhope dan Lancaster.2000.Keperawatan komunitas .Jakarta:EGC

Mubarak,wahid iqbal dan nurul chayatin. 2009 . Ilmu kesehatan masyarakat:teori


dan aplikasi.Jakarta :Salemba medika

7|Page
8|Page

Anda mungkin juga menyukai