Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI I
TEKNIK PENGENCERAN DAN TEKNIK BIAKAN MURNI

Disusun oleh :
Try Leny Wahyuni
F1D017015

Diketahui
Asisten dosen Praktikan

Cindy Margaret Hutasoit Try Leny Wahyuni


F1D016033 F1D017015

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di alam, populasi mikroba tidak memisahkan diri berdasarkan spesies,
tetapi berada dalam campuran berbagai macam tipe sel. Di laboratorium, populasi
dapat dipisahkan menjadi biakan murni. Biakan tersebut hanya mengandung satu
tipe organisme dan cocok untuk mempelajari sifat-sifat biakan, morfologi dan
biokimianya. Koloni merupakan masa pertumbuhan mikroba yang terlihat secara
makroskopis dan terpisah pada permukaan media padat, dan memperlihatkan hasil
pembelahan dari satu organisme tunggal (Cappuccino dan Sherman, 2009)
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri
yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi
sebagai medium pertumbuhan. Pada medium ini bakteri dapat tumbuh dan
berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini
adalah agar-agar. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan
yang digunakan disterilkan terlebih dahulu terdiri dari campuran berbagai macam
sel (Dwijoseputro, 1998).
Koloni bakteri mempunyai bermacam-macam bentuk, diantaranya adalah
berbentuk bundar, bundar dengan tepian kerang, bundar dengan tepian timbul,
keriput, konsentris, tak beraturan dan menyebar, berbenang-benang, bentuk L,
bundar dengan tepian menyebar, filliform, rizoid dan kompleks.Tepian koloni
bakteri ada yang licin, berombak, berlekuk, tak beraturan, sikat, bercabang, seperti
wol, seperti benang dan dan seperti ikat rambut. Sedangkan elevasinya ada yang
datar, timbul, cembung, seperti tombol, berbukit-bukit, tumbuh ke dalam medium
dan seperti kawah (Hadioetomo, 1990).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu diadakan praktikum tentang
teknik biakan murni mikrob ini guna untuk memberikan pemahaman tentang hal -
hal yang berkaitan dengan morfologi bakteri serta mengetahui teknik biakan
murni dengan menggunakan metode cawan gores.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang digunakan pada praktikum tentang teknik biakan murni
mikrob antara lain, sebagai berikut :
1. Untuk mengaplikasikan teknik pengenceran berseri.
2. Untuk mengaplikasikan metode-metode yang digunakan dalam biakan
murni.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biakan murni


Berbagai macam mikroorganisme atau bakteri tumbuh dengan baik di tanah.
Kompleksnya nutrisi untuk pertumbuhan bakteri yang terkandung dalam tanah
menyebabkan bakteri yang tumbuh sangat beragam. Dengan demikian banyak
bakteri yang dapat tumbuh di media tanah secara alami, yang akan sulit diisolasi
langsung yang kaya nutrisi seperti media NA yang biasa digunakan di lab
(Panagan, 2011).
Teknik biakan murni, populasi mikroba dialam sekitar kita besar lagi
kompleks. Beratus-ratus spesies berbagai mikroba besar menghuni bermacam-
macam tubuh kita. Mereka terdapat dalam jumlah yang luar biasa besarnya.
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu
biakan murni tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah pencemaran dari
luar. Medium untuk membiakan mikroba haruslah steril sebelum digunakan.
Pencemaran (kontaminasi) dari luar terutama berasal dari udara yang mengandung
banyak mikroorganisme (Dwidjoseputro, 1998).
Untuk memperoleh biakan murni dapat dilakukan pengenceran dengan
menggunakan bahan cair atau padat. Pada mulanya digunakan gelatin sebagai
bahan pemadat. Gelatin terdiri dari protein sehingga dapat dicerna ataupun
dicairkan oleh bakteri. Bahan pemadat yang kemudian ditemukan adalah agar
yang merupakan polisakarida dari rumput laut. Agar akan mencair pada suhu 100o
C sedangkan pada suhu 44oC masih dalam bentuk cair. Suhu ini masih
memungkinkan bakteri untuk tumbuh sehingga prinsip ini di pakai untuk
mengisolasi bakteri dengan cara agar tuang. Pada umumnya bakteri tidak dapat
mencerna atau mencairkan agar (Lay, 1994).
Konsistensi medium dapat dibuat bermacam-macam bergantung pada
keperluannya. Misalkan, medium cair seperti kaldu nutrien atau kaldu glukosa
dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti pembiakan organisme dalam
jumlah besar dan berbagai macam uji. Bila diinginkan medium padat, dapat
ditambahkan bahan pemadat ke dalam medium kaldu. Medium padat biasanya
digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni dan mengisolasi
biakan murni (Waluyo, 2008).
Di alam bebas tidak ada mikroba yang hidup tersendiri terlepas dari spesies
yang lain seringkali mikroba patogen kedapatan secara bersama-sama dengan
mikroba saprobe (saprobakteri). Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan
bagaimana memperoleh suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana memelihara
serta mencegah pencemaran dari luar. Karena medium untuk membiakan mikroba
haruslah steril sebelum digunakan. Pencermaran atau kontaminasi dari luar
berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme dan memiliki
berbagai karakterisasi (Suriawiria, 2007)
Isolasi biakan murni dapat juga dilakukan dalam media biak cair, asal
organisme yang diinginkan, menurut jumlahnya terdapat paling banyak dalam
bahan awal. Dengan mengencerkan suspensinya dalam larutan biak secara seri
akhirnya tercapai bahwa hanya terdapat satu sel saja dengan tahap pengenceran
terakhir, klonnya merupakan biak murni. Kebanyakan mikroorganisme dapat
diisolasi dalam biak murni dengan memisahkan suatu koloni secara cermat,
mensuspensikannya kembali dalam cairan dan mengoleskannya berulang kali atau
dengan mengencerkannya dalam agar (schlegel dan Schmidt, 1994).
Identifikasi dan determinasi biakan murni bakteri yang diperoleh dari hasil
isolasi dapat dilakukan meliputi pengamatan sifat morfologi dari koloni,
morfologi sel bakteri bentuk dan ukuran serta sifat hasil pengecetan gram,
pengujian sifat-sifat morfologi koloni dan selnya. Perlu dilakukan pengujian
patogenesis dan serologinya. Pertumbuhan bakteri di alam dipengaruhi oleh
beberapa faktor luar yaitu substrat pertumbuhan atau media, pH, temperatur dan
beberapa bahan kimia, maka bakteri yang nampak kemungkinan mempunyai
morfologi yang sama, tetapi keperluan nutrisi dan persyaratan ekologinya
berbeda (Dwijoseputro, 1998).
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh
suatu biakan murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah
pencemaran dari luar. Media untuk membiakan bakteri haruslah steril sebelum
digunakan. Pencemaran dari luar terutama berasal dari udara yang mengandung
banyak mikroorganisme. Karena mikroba dapat ditemukan di tanah, dasar laut,
jauh tinggi di atmosfer, dalam batu karang dan lapisan kerak bumi. Koloni sel
bakteri merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung.
Semua sel dalam koloni itu sama dan dianggap semua sel itu merupakan
keturunan koloni itu sama dan dianggap semua sel itu merupakan keturunan
(progeny) satu mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakan murni.
Penampakan koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan
ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan
koloni, tepi dan permukaan koloni. Dapat juga dilihat dari elevasi koloni bakteri
yang bisa berupa datar, timbul, cembung, seperti tetesan, seperti tombol, berbukit-
bukit, tumbuh ke dalam medium, dan sepertikawah (Waluyo, 2008).
Untuk mendapatkan koloni bakteri sebagai sumber biakan murni, terdapat
dua teknik yang dapat dipakai, yaitu :
1. Metode piringan goresan (streak-plate method).
Pada metode piringan goresan (streak-plate method) medium agar steril
dicairkan, didinginkan pada suhu 45C, dituangkan kedalam cawan petri steril dan
dibiarkan sampai menjadi padat. Jika dilakukan secara sempurna, goresan akhir
akan meninggalkan bakteri individual cukup terpisah satu sama lain, sehingga
setelah mengalami pertumbuhan, koloni yang berasal dari bakteri individual akan
benar-benar terpisah satu sama lain. Kemudian, koloni tunggal dapat dipindahkan
ke medium steril, dan akan tumbuhlah biakan murni.
2. Metode piringan tuangan (pour-plate method).
Pada Metode piringan tuangan (pour-plate method) terdiri atas pengisolasian
biakan campuran ke dalam tabung uji yang mengandung agar mencari yang telah
diinginkan pada suhu 45C. Campuran itu kemudian dituangkan ke dalam cawan
petri steril dan dibiarkan menjadi padat (Volk dan wheeler, 1988).
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh
suatu biakan yang murni, tetapi juga bagaimana memelihara serta mencegah
pencemarannya. Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan dan mendapatkan
populasi mikroba yang murni. Inokulasi adalah kegiatan memindahkan bakteri
dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang
sangat tinggi. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum
digunakan. Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat dengan
hati-hati dan mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi pada
media (Suriawiria, 2007).
Untuk memelihara bakteri dalam lempengan sampel bakteri diambil dengan
ujung kawat yang bengkok. Ujung yang bengkok ini kemudiaan digesekkan
dengan gerakan ke kanan dan ke kiri sampai meliputi seluruh permukaan agar-
agar. Dengan demikian akan diperoleh koloni-koloni yang mengggerombol dan
koloni-koloni yang memencil. Yang terakhir inilah yang menunjukkan sifat-sifat
yang harus diperhatikan.Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai
bentuk, permukaan, dan tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat,
yang berbenang, tak teratur, serupa akar, dan serupa kumparan. Permukaan koloni
dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul mencembung, timbul
membukit, timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada
yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang, dan ada
yang keriting (Dwidjoeputro, 1998).

2.2 Teknik pengenceran


Bakteri tersebar sangat luas baik ditanah, air dan udara, bila hendak
mengisolasi bakteri dari tanah/ benda padat yang mudah tersuspensi atau terlarut,
atau zat cair lain, maka dilakukan serangkaian pengenceran (dilution series)
terhadap zat tersebut. Sumber isolat dari bakteri benda yang liat atau padat,
misalnya daging maka zat tersebut dihancurkan terlebih dahulu. Maka dari itu
dilakukan Pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah
mikroba yang tersuspensi dalam cairan. Penentuan besarnya atau banyaknya
tingkat pengenceran tergantung kepada perkiraan jumlah mikroba dalam sampel.
Sehingga digunakan perbandingan 1:9 untuk sampel dan pengenceran pertama
dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya mengandung 1/10 sel
mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya (Buckle, 2007).
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu senyawa kimia
pekat yang di encerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini
terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan kedalam air,
tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan kedalam asam sulfat pekat, panas
yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Untuk mengetahui konsentrasi
yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan
dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relative besar disebut pelarut
((Dwidjoeputro, 1998)
Pengenceran dilakukan dengan mencampur larutan pekat dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu
senyawa kimia pekat yang di encerkan, kadang-kadang sejumlah panas
dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.
Dalam teknik biakan murni tidak saja diperlukan bagaimana memperoleh suatu
biakan murni, tetapi juga memahami serta mencega pencemaran udara luar.
Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama kemedium
baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tingggi. Media yang digunakan untuk
melakukan pratikum ini tentulah sangat steril. Pencemaran tentunya dari udara
yang banyak mengandung mikroorganisme (Suriawiria, 2007).
Tingkat pengenceran yang diperlukan didasarkan pada pendugaan populasi
bakteri yang ada dalam contoh. Hasil yang baik adalah jika pada pengenceran
yang lebih rendah contoh yang diduga lebih banyak menunjukkan hasil uji positif
(adanya pertumbuhan bakteri) dan pada pengenceran lebih tinggi contoh yang
diduga lebih sedikit menunjukkan hasil uji negatif (tidak ada pertumbuhan
bakteri). Metode pengenceran yang paling mudah dengan melakukan
pengenceran 10 kali lipat dengan menggunakan 3 atau 5 tabung pengenceran
sekaligus (Waluyo, 2008).
Pada metode perhitungan cawan dilakukan pengenceran yang bertingkat yang
mana ditujukan untuk membentuk konsentrasi dari suatu suspensi bakteri. Sampel
yang telah diencerkan ini dihitung ke dalam cawan baru kemudian dituang ke
mediumnya (metode tuang). Kemudian setelah diinkubasi selama 24-28 jam,
amati koloni yang tumbuh dan koloni yang diamati hanyalah koloni yang
berjumlah 30 - 300 (Hadioetomo, 1990).
Koloni sel bakteri merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan
mata langsung. Semua sel dalam koloni itu sama dan merupakan keturunan koloni
itu sama dan dianggap semua sel itu merupakan keturunan (progeny) satu
mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakan murni Penampakan
koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni
yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepi dan
permukaan koloni. Dapat juga dilihat dari elevasi koloni bakteri yang bisa berupa
datar, timbul, cembung, seperti tetesan, seperti tombol, berbukit-bukit, tumbuh ke
dalam medium, dan seperti kawah (Michael, 2008)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1.Waktu dan Tempat


Praktikum mikrobiologi I tentang teknik pembiakan murni ini dilaksanakan
pada Selasa, 26 Februari 2019 Pukul 13.00-14.30 WIB dan Kamis, 28 Februari
2019 Pukul 10.00-11.30 WIB di Laboratorium Mikrobiologi Gedung Basic
Science Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada pratikum ini yaitu cawan petri, pipet
hisap, tabung reaksi, gelas piala, jarum ose, neraca dan lampu spritus,
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah media NA, media PDA, alkohol,
larutan aquades, plastik, karet gelang, dan tanah sawah.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Teknik pengenceran
Tanah diambil sebanyak 1 gr dengan timbangan, kemudian dimasukkan
dalam tabung reaksi dan diberi aquades sebanyak 9 ml dan divortex hingga
membentuk suspensi. Hasil vortex berupa suspense tersebut diambil sebanyak 1
ml untuk kemudian diencerkan pada tabung reaksi yang berisi 9 ml aquades dan
divortex lagi hingga terbentuk pengenceran 10-1. Tahapan tersebut diulangi
dengan menambahkan 0.1 ml dari pengenceran 10-1 dengan 9.9 ml aquades hingga
didapatkan pengenceran 10-3. Setelah didapat pengenceran 10-3 diambil sebanyak
0.1 ml dan dimasukkan dalam tabung reaksi yang berisi 9.9 ml aquades dan
divortex lagi sehingga didapat hasil pengenceran 10-5.

3.3.2 Teknik biakan murni


a. Metode cawan gores
Media disiapkan, berupa cawan petri yang berisi media NA sebagai langkah
pertama. Pada cawan petri pertama dibagi menjadi empat bagian, sedangkan
cawan petri kedua dibagi menjadi 3 bagian membentuk huruf T dengan
menggunakan spidol. Setelahnya jarum ose dipijarkan pada pembakar spirtus
hingga memerah dan didinginkan setelahnya selama satu menit. Menggunakan
jarum ose, biakan mikrob diambil dan digoreskan secara zig-zag pada bagian satu
secara aseptis. Langkah berikutnya sama, yaitu jarum ose dipijarkan hingga
memerah dan ditarik garis terakhir pada bagian satu biakan mikrob dan
digoreskan pada bagian ke 2, jarum ose dipijarkan lagi dan ditarik dari garis
terakhir pada bagian ketiga secara zig-zag, setelah dipijarkan lagi jarum ose
ditarik dari bagian ketiga ke bagian empat secara zig-zag. Cawan petri yang telah
digoreskan biakan bakteri diinkubasi dengan posisi terbalik selama 48 jam pada
suhu 26º-30ºC, kemudian hasil inkubasi diamati koloni yang terpisah di bagian 4,
apabila bentuk morfologi sel mikrob masih tercampur dengan bentuk sel lainnya
maka mikrob tersebut masih belum murni. Langkah diulangi kembali hingga
diperoleh mikrob yang murni dengan bentuk morfologinya yang sama.
a. Metode cawan sebar
Media berupa NA disiapkan pada cawan petri, kemudian dilakukan
pengenceran pada biakan bakteri hingga pengenceran 10-5. Hasil pengenceran 10-3
dan 10-5 diambil dan masing-masing diletakkan pada media NA untuk kemudian
disebarkan dengan batang penyebar dan ditunggu sebentar untuk diinkubasi
selama 48 jam.
b. Metode cawan tuang
Pada teknik ini digunakan biakan bakteri dari tanah sawah yang kemudian
diencerkan hingga pengenceran 10-5. Hasil pengenceran yang diambil ialah
pengenceran 10-3 dan 10-5 untuk dituangkan pada media yang belum berisi
nutrien, setelah suspensi hasil pengenceran dituangkan dan diikuti dengan
penuangan NA cair pada media, setelahnya media dihomogenkan.
c. Metode cawan totol
Pada teknik ini dilakukan untuk mendapatkan biakan murni dari koloni
jamur pada media PDA. Pada media biak jamur diambil menggunakan jarum ose
yang sudah dipanasi api spirtus untuk dipindahkan pada media baru berisi PDA
yang dikerjakan dalam keadaan aseptis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapatkan dari pengamatan teknik pengenceran dan
teknik pemurnian mikrob adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Pengamatan Jumlah bakteri

No Media Pengenceran
10-3 10-5
1. Cawan Sebar TBUD 66
2. Cawan Tuang 31 3

Metode Cawan gores

(a) (b)
Gambar 1. Hasil pemurnian bakteri yang diisolasi dari udara WC dengan teknik
cawan gores pada media NA (a) metode gores kuadran (b) metode
gores T setelah diinkubasi selama ±48 jam.

Metode Totol

(a) (b)
Gambar 2. Hasil pemurniaan jamur yang diisolaasi dari udara WC dengan teknik
metode totol pada media PDA (a) metode totol dengan sp 1, (b)
metode totol sp 2, setelah inkubasi ±48 jam

Metode Cawan Sebar

(a) (b)
Gambar 3. Hasil pengenceran bakteri yang diisolasi dari tanah sawah dengan
teknik cawan sebar pada media NA dengan (a) pengenceran 10-3 dan
(b) pengenceran 10-5

Metode cawan tuang

(a) (b)
Gambar 3. Hasil pengenceran bakteri yang diisolasi dari tanah sawah dengan
teknik cawan tuang pada media NA dengan (a) pengenceran 10-3 dan
(b) pengenceran 10-5

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan pengenceran dan pembiakan murni
menggunakan isolat bakteri dari udara wc dan tanah sawah. Dalam pembuatan
biakan murni dilakukankan beberapa teknik yaitu cawan gores, cawan sebar,
cawan tuang, dan cawan totol.
Dalam pembuatan biakan murni, media yang biasa digunakan adalah
media PDA dan Media NA. Hal ini dikarenakan pada media NA terbuat dari
protein yang merupakan makanan bagi bakteri. Sedangkan media PDA terbuat
dari karbohidrat kentang yang merupakan nutrisi bagi khamir atau kapang.
Medium dapat dianggap sebagai kumpulan zat organik, maupun zat
anorganik yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri atau jamur dengan
syarat-syarat tertentu, seperti derajatkeasaman (pH), suhu, dan sterilisasi.
Hal ini sebanding dengan literatur, pengujian menggunakan media NA steril
dan PDA steril. NA merupakan media pertumbuhan mikroorganisme jenis bakteri.
Koloni yang tumbuh pada media ini adalah bakteri karena NA terbuat dari protein
yang merupakan makan bagi bakteri. Sedangkan PDA (Potato Dextrose Agar)
merupakan media tumbuhnya kapang atau khamir. Khamir atau kapang sangat
suka pati atau gula sebagai nutrisinya itulah sebabnya PDA terbuat dari
karbohidrat kentang (Gabriel, 1996).
Pada percobaan yang dilakukan menggunakan cawan petri dengan metode
cawan gores, dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik berbentuk huruf T dan
teknik kaundran. Berdasarkan percobaan pada media NA yang menggunakan
teknik kuadran tampak bakteri yang tumbuh pada media agar yang digores, dan
berwarna putih, tetapi bakteri tidak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan karena
pada saat penggoresan antara first streak, second streak, dan third streak tidak
benar melakukannya. Sedangkan pada media NA yang menggunakan teknik
berbentuk huruf T tampak bakteri yang tumbuh pada media ini berwarna putih
kekuningan tetapi hasilnya hasilnya tidak terdapat goresan atau biakan murni yang
di harapkan. Hal ini dikarenakan kesalahan pada saat pengoresan, misalnya
penggoresan yang terlalu dalam atau penggoresan yang membuat media rusak dan
berkemungkinan juga dikarenakan ketika jarum oce dipanaskan setelah
penggoresan pertama, sudah tidak terdapat isolat bakteri lagi, sehingga
pertumbuhan biakan murni tidak didapatkan. Dan membuat goresan - goresan
mikroba yang ditanam tidak jelas pertumbuhan mikrobanya.
Hal ini sebanding dengan literatur, faktor kesalahan pada pertumbuhan biakan
murni dengan metode cawan gores ialah pada saat penggoresan atau metode
streak pada NA, diusahakan tidak terlalu menekan media agar ketika inokulasi
supaya tidak terjadi kegagalan atau akan menyebabkan robeknya media, dan juga
pada saat inokulasi terjadi diusahakan petridish selalu didekatkan dengan lampu
Bunsen supaya tidak terjadi kontaminasi (Lay, 1994).
Pada percobaan dengan metode totol menggunakan media PDA dan jamur
dari isolat udara WC. Berdasarkan praktikum yang dilakukan percobaan ini
berhasil dilakukan karena setelah diinkubasi selama 48 jam jamur yang
didapatkan sama seperti spesies jamur yang telah di pindahkan berhasil
ditumbuhkan dalam medium lain. Medium lain ini berfungsi sebagai medium
pertumbuhan dan sebagai sumber nutrisi yang diperlukan oleh jamur untuk
tumbuh hidup dan berkembang biak.
Menurut (Dwidjoseputro, 1998) biakan murni yang terdiri atas satu spesies
bakteri yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut
berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Medium ini dapat berfungsi sebagai
sumber nutrisi yang diperlukan bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak.
Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar.
Untuk bakteri heterotrof medium dilengkapi dengan air molekul makanan (misal
gula) sumber nitrogen dan mineral. Untuk hasil lebih agar bakteri yang tumbuh,
alat dan bahan yang lebih agar bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan
disterilkan terlebih dahulu.
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan menggunakan metode tuang
dan sebar, dilakukan perhitungan jumlah koloni yang tumbuh pada sampel tanah
sawah. Pada metode cawan sebar dengan penegceran 10-3 koloni bakteri tidak
dapat untuk dihitung (TBUD) dan pada pengenceran 10-5 didapatkan koloni
bakteri sebanyak 66 koloni, sedangkan pada metode cawan tuang dengan
penegceran 10-3 didapatkan koloni sebanyak 31 koloni bakteri dan pengenceran
10-5 didapatkan sebanyak 3 koloni bakteri, dengan percobaan metode ini diketahui
bahwa semakin tinggi tingkat pengenceran makan koloni bakteri yang didapat
akan semakin sedikit.
Hal ini sebanding dengan literatur, prinsip pengenceran adalah menurunkan
jumlah koloni, sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan,
semakin sedikit jumlah mikroba yang didapatkan, dimana suatu saat didapat
hanya satu mikroba pada satu tabung. Inkubasi dilakukan selama 2x24jam karena
selama masa inkubasi, sel yang masih hidup akan membentuk koloni yang dapat
dilihat oleh mata (Waluyo, 2008).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum teknik pengenceran dan teknik biakan
murni adalah sebagai berikut :
1. Pengenceran berguna untuk menurunkan jumlah populasi bakteri pada
suspense. Dimana pada pengnceran 10-5 menghasilkan jumlah koloni yang
lebih sedkit dari pengenceran 10-3
2. Metode cawan gores tidak ditemukan biakan murni, pada metode cawan
totol ditemukan jamur yang sama seperti spesies jamur yang telah di
pindahkan serta pada cawan tuang dan cawan sebar berhasil membuktikan
bahwa semakin tinggi pengenceran semakin sedikit mikroba yang
didapatkan.

5.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya dapat digunakan teknik biakan lainnya seperti
metode cawan gores radian dan sinambung sehingga diperoleh variasi dan dapat
dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA

Buckle. 2007. Mikrobiologi Terapan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada..

Cappucino, James, G dan Sherman Natalie. 2009. Manual Laboratorium


Mikrobiologi Edisi kedelapan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.


s
Gabriel, J. F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.

Hadiotomo,R, S. 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: Pt Gramedia.

Lay, Bibiana, W. 1994. Analisis mikroba di laboratorium. Jakarta: PT Raja


Grafindo.

Michael. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Panagan, Almunady T. 2011. Isolasi Mikroba Penghasil Antibiotika dari Tanah


Kampus Unsi Indrlaya Menggunakan Media Ekstrak Tanah. Jurnal
Penelitian Sains. Vol 14(3).

Schlegel, Hans G dan Schmidt Karin. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam.
Yogyakarta: UGM Press.

Suriawiria. 2007. Pengantar Mikrobiologi. Yogyakarta: UGM Press.

Volk, Wesley A dan Wheeler Margaret F. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta:


Erlangga.

Waluyo, L.2008. Teknik Metode Dasar Mikrobiologi. Malang: UMM-Press.

Anda mungkin juga menyukai