Isolasi DNA
Disusun oleh:
472018041
2019
BAB I
PENDAHULUAN
METODELOGI
Proses terakhir adalah proses pemurnian. Larutan ditambahkan etanol absolut sebanyak
500 μl, lalu dibolak balik selama 10 menit hingga terlihat lapisan benang-benang putih. Setelah
itu larutan di sentrifuge dengan kecepatan 13.000 rpm dengan suhu 40C selama 2 menit sampai
terlihat pelet kecil berwarna putih pada bagian bawah microtube. Supernatant yang terjadi pada
microtube dibuang secara hati-hati, kemudian ditambahkan etanol 70% sebanyak 500 μl.
Larutan dibolak balik secara perlahan untuk mencuci pelet DNA, lalu di sentrifuge dengan
kecepatan 13.000 rpm dengan suhu 40C selama 1 menit sampai terlihat pelet kecil berwarna
putih. Etanol dibuang secara hati-hati dan jangan sampai pelet terbuang. Kemudian larutan di
kering anginkan selama 2 menit, lalu ditambahkan buffer D sebanyak 100 μl. Sampel larutan
tersebut disimpan di temperature 200C dan siap untuk dianalisis berikutnya.
BAB III
HASIL
3.1 Tabel alat beserta fungsinya
No Nama Keterangan Gambar
PEMBAHASAN
Setiap tahapan pada isolasi DNA memiliki prinsip masing-masing. Prinsip dari tahap
lisis adalah untuk memecah darah untuk mendapatkan DNA yang berapa dalam sampel darah
manusia. Pada proses ini dilakukan perusakan atau penghancuran membrane dan dinding sel.
Tahap selanjutnya adalah presipitasi, tahap ini juga memiliki prinsip yaitu, menurunkan
kelarutan asam nukleat dalam air. Hal ini dikarenakan molekul air yang polar mengelilingi
molekul DNA di larutan. DNA yang terpresipitasi akan terpisah dari residu-residu RNA dan
protein yang masih tersisa. Selanjutnya adalah tahap pemurnian, pada taham ini prinisip yang
dilakukan adalah untuk menghilangkan residu etanol dari pelet DNA (Suhharsono, 2009).
Isolasi DNA yang dilakukan praktikan menggunakan 3 tahapan, yaitu lisis, presipitasi
dan pemurnian. Pada tahap lisis digunakan sodium dodecyl sulphate (SDS) atau sering disebut
dengan detergen untuk tahap lisis, namun SDS memiliki peran lain, yaitu dapat mengurangi
aktivitas enzim nuklease yang merupakan enzim pendegradasi DNA. SDS juga dapat merusak
membrane sel dan menyebabkan pecahnya kromosom. Pada praktikum ini digunakan buffer,
fungsinya adalah untuk menjaga struktur DNA selama proses penghancuran dan purifikasi
sehingga mudah dalam menghilangkan protein dan RNA serta mencegah aktivitas enzim
pendegradasi DNA dan mencegah perubahan pada molekul DNA (Ardiana, 2009). Selanjutnya
adalah tahap presipitasi atau bisa disebut dengan pemekatan DNA dilakukan dengan tujuan
agar DNA dalam darah mengendap sekaligus memisahkan dari garam-garam mineral. Pada
tahap presipitasi digunakan fenol-kloroform yang memiliki perbandingan 1:1. Fungsi dari
fenol sendiri adalah untuk mengikat air dan mendenaturasi protein. Setelah itu masuklah ke
tahap pemurnian. Digunakan etanol absolut (70%) untuk memurnikan larutan, kemudian etanol
dibuang dan pelet atau endapan yang terjadi dikeringkan. Perlakuan ini bertujuan untuk
menghilangkan residu etanol dari endapan DNA (Clark, 2010). Prinsip isolasi DNA pada
berbagai jenis sel atau jaringan pada berbagai organisme pada dasarnya sama namun memiliki
modifikasi dalam hal teknik dan bahan yang digunakan.
Keberhasilan dari isolasi DNA dipengaruhi beberapa faktor, pertama adalah senyawa
metabolit karena akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas DNA. Kedua adalah kadar air,
karena semakin banyak kadar air maka DNA yang terkandung lebih banyak. Ketiga adalah
jenis detergen yang digunakan, maksudnya adalah jika suatu bahan diberikan detergen maka
tidak semua proses isolasi akan sempurna. Terakhir adalah suhu yang dikandung etanol karena
akan menyebabkan adanya ruang untuk DNA menggumpal (Ediwirman, 2009). Namun ada
juga faktor yang mempengaruhi kegagalan isolasi DNA yaitu kesterilan. Hal ini sangat penting
dalam isolasi DNA karena jika sampel terkontaminasi sedikit saja akan berpengaruh besar
terhadap hasilnya.
Darah manusia dan hewan memiliki kesamaan yaitu sama-sama memiliki eritrosit,
leukosit dan trombosit. Pada sel darah hewan vertebrata memiliki perbedaan dalam hal bentuk,
ukuran dan jumlahnya. Kebanyakan hewan vertebrata memiliki sel darah merah berinti, tetapi
sel darah merah mamalia tidak berinti. Selain itu, biasanya vertebrata rendah cenderung
memiliki sel darah merah lebih sedikit tetapi lebih besar dari invertebrate yang lebih tinggi.
Pada manusia sel darah merah tidak memiliki inti. Bentuk dari sel darah merah manusia dan
hewan pun berbeda, manusia berbentuk bikonkaf sedangkan hewan berbentuk oval dan
memiliki ukuran yang lebih besar dari pada manusia. Selain itu, darah manusia selalu hangat,
tapi tidak pada hewan, kecuali mamalia dan burung. Presentase jenis sel pada manusia dan
hewan juga berbeda satu sama lain. Efisiensi fungsi dari darah manusia sangat tinggi
dibandingkan dengan hewan (Mediawati, 2009).
BAB V
KESIMPULAN
Agus, Rosana. Sjafaranaiin. 2014. Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Pustaka WIrausaha
Muda dan ESESE Foundation. Bogor.
Clark, D. P. 2010. Molecular Biology: Academic Cell Update. Elsevier Academic Press. San
Diego. USA.
Ediwirman. Mansya, Ellina. 2009. Optimasi Metode Isolasi DNA Genom pada Tanaman
Kapulasan. Jurnal Agroekotek 1 (1): 7-11, Juli 2009. Universitas Tamansiswa.
Padang.
Mediawati, Dina. Dkk. 2009. Fisiologi Darah Katak dan Manusia. Jurnal Hematologi Vol 2 No
10. FMIPA Universitas Negri Jakarta. Jakarta.
Siswanto, Jo Edy. Dkk. 2016. Isolasi DNA pada Sampel Darah Tepi dan Swab Buccal pada
Bayi Penderita ROP: Perbandingan Hasil Uji Konsentrasi dan Indeks Kemurnian.
Jurnal Sari Pediatri Vol 18 No 4, Desember 2016. Jakarta.
Suharsono. Widyastuti, Utut. 2009. Pelatihan Singkat Teknik Dasar Pengklonan Gen. IPB
Press. Bogor.
Yudianto, Ahmad. 2016. Isolasi DNA dari Bercak Urine Manusia sebagai Bahan Alternatif
Pemeriksaan Identifikasi Personal. Jurnal Media Pharmaceutica Indonesiana Vol
1 No 1 Juni 2016. Universitas Airlangga. Surabaya.