Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

(Studi Pada Manajemen Pelayanan Penanggulangan Penyakit DBD)

(Analisis Jurnal)

Oleh:

DANNI PANGARIBOWO

ZENIT

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
A. Pendahuluan

Pembangunan kesehatan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Hal ini ditandai dengan adanya perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
(Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006)

Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia saat ini
bersamaan dengan mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Salah satu penyakit
menular yang menjadi masalah utama di Indonesia dan menimbulkan dampak sosial maupun
ekonomi adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD sudah berulang kali
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) disertai kematian yang banyak. Penyakit yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
lingkungan, iklim, demografi, sosial ekonomi, dan perilaku. (Direktorat Kesehatan dan Gizi
Masyarakat, 2006)

Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD
pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang
terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke
seluruh Indonesia.

Terdapat permasalahan dalam mengatasi DBD, yaitu sampai saat ini belum ditemukan obat
atau vaksin untuk menanggulangi DBD. Penyakit DBD saat ini hanya dapat dicegah.
Pemerintah telah berusaha membina peran serta masyarakat melalui berbagai kelompok kerja
dalam pemberantasan DBD berupa gerakan pemberantasan sarang nyamuk yang diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 tahun 1992 dengan instrumen 3M (menguras,
menutup, dan mengubur) tetapi tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. (Depkes RI,
2010). Oleh sebab itu, diperlukan suatu manajemen DBD untuk mencegah dan
mengendalikan sumber penularan, agar tidak menjadi sumber infeksi dan mencegah
terjadinya KLB.
B. Manajemen Kesehatan

Menurut Notoatmodjo, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan
masyarakat. Dengan kata lain, manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi
objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Herlambang,
2012) Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang
berkaitan dengan, (Herlambang, 2012) :

a. Manajemen sumber daya manusia.


b. Manajemen keuangan (mengurusi arus kas keuangan).
c. Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan).
d. Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manajemen (mengurusi pelayanan
kesehatan).

C. Manajemen Kesehatan Pada DBD

Manajemen Kesehatan pada Demam Berdarah Kebijakan dalam rangka penanggulangan


menyebarnya DBD adalah (1) peningkatan perilaku dalam hidup sehat dan kemandiriian
masyarakat terhadap penyakit DBD, (2) meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat
terhadap penyakit DBD, (3) meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program
pemberantasan DBD, dan (4) memantapkan kerjasama lintas sektor/lintas program.
(Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat, 2006).

Strategi dalam pelaksanaan kebijakan di atas dilakukan melalui, (Direktorat Kesehatan dan
Gizi Masyarakat, 2006):

1. Pemberdayaan masyarakat Meningkatnya peran aktif masyarakat dalam pencegahan dan


penanggulangan penyakit DBD merupakan salah satu kunci keberhasilan upaya
pemberantasan penyakit DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif masyarakat,
maka upaya-upaya KIE (komunikasi, informasi, edukasi), social marketing, advokasi,
dan berbagai upaya penyuluhan kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif dan
berkesinambungan melalui berbagai media massa dan sarana.
2. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD Upaya pemberantasan
penyakit DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sector kesehatan saja, peran sektor terkait
pemberantasan penyakit DBD sangat menentukan. Oleh sebab itu, maka identifikasi
stakeholders baik sebagai mitra maupun pelaku potensial, merupakan langkah awal
dalam menggalang, meningkatkan dan mewujudkan kemitraan. Jaringan kemitraan
diselenggarakan melalui pertemuan berkala, guna memadukan berbagai sumber daya
yang tersedia di masing-masing mitra. Pertemuan berkala sejak dari tahap perencanaan
sampai tahap pelaksanaan, pemantauan dan penilaian.

3. Peningkatan profesionalisme pengelola program SDM yang terampil dan menguasai


IPTEK merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan program pemberantasan
penyakit DBD. Pengetahuan mengenai Bionomik vektor, virologi dan faktor-faktor
perubahan iklim, tata laksana kasus harus dikuasai karena hal-hal tersebut merupakan
landasan dalam penyususnan kebijaksanaan program pemberantasan penyakit DBD.

4. Desentralisasi Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelola kepada kabupaten/kota.


Penyakit DBD hampir tersebar luas di seluruh Indonesia kecuali di daerah yang di atas
1000 m diatas permukaan air laut. Angka kesakitan penyakit ini bervariasi antara satu
wilayah dengan wilayah lain, dikarenakan perbedaan situasi dan kondisi wilayah.

5. Pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan Meningkatnya mutu lingkungan hidup


dapat mengurangi angka kesakitan penyakit DBD karena di tempat-tempat penampungan
air bersih dapat dibersihkan setiap minggu secara berkesinambungan, sehingga populasi
vector sebagai penular penyakit DBD dapat berkurang. Orientasi, sosialisasi, dan
berbagai kegiatan KIE kepada semua pihak yang terkait perlu dilaksanakan agar
semuanya dapat memahami peran lingkungan dalam pemberantasan penyakit DBD.

D. Analisis

Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang cukup besar di
Indonesia, karena walaupun jumlah angka kematian sudah dapat ditekan, tetapi jumlah kasus
secara keseluruhan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kunci pencegahan penyakit
DBD adalah pengawasan yang ketat untuk pelaporan dini hasil pemantauan kepadatan vektor
sehingga pengambilan tindakan tidak terlambat saat menerima laporan kasus dari lokasi
wabah. Keberadaan jumantik memiliki peran vital dalam pemberantasan DBD karena
bertugas memantau populasi nyamuk penular DBD dan jentiknya. Pemeriksaan jentik berkala
dilakukan oleh jumantik yang bertugas melakukan kunjungan rumah setiap 3 bulan. Hasil
yang didapat jumantik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu rasio antara
jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik dengan jumlah rumah/ bangunan yang
diperiksa dikali 100%. ABJ merupakan indikator penyebaran Aedes aegypti.

Kegiatan pengawasan kualitas lingkungan adalah kegiatan yang memerlukan pemantauan


yang terus menerus dari petugas kesehatan, sehingga kegiatan terasa sulit, karena
memerlukan tenaga dan waktu yang tidak sedikit, mengingat luas wilayah kerja yang
dijangkau oleh petugas kesehatan sangat luas per kecamatan.

Pencegahan DBD juga dapat dilakukan dengan Penyuluhan kesehatan, yang merupakan
saluran penyampaian informasi dari para pelaksana program di lapangan kepada warga
masyarakat, dapat berjalan dengan baik oleh apabila didukung oleh saran dan prasaran yang
memadai. Ketidak berhasilan program pencegahan dan pemberantasan DBD dalam mencegah
dan menurunkan tingginya angka kejadian penyakit DBD berhubungan erat dengan belum
adanya peranserta warga masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas-aktivitas
program. Warga masyarakat tidak memiliki akses langsung kepada informasi dan
pengetahuan mengenai program, yang merupakan prakondisi bagi berperan sertanya warga
masyarakat dalam suatu program.

Penyuluhan kesehatan tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menambah
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik belajar atau instruksi dengan tujuan
mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun
masyarakat. Tujuan penyuluhan kesehatan tentang DBD adalah menginformasikan kepada
masyarakat tentang penyakit tersebut. Dengan demikian, masyarakat akan menggunakan
pengetahuan dari hasil penyuluhan tersebut untuk mengubah sikap dan praktik agar mencapai
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tentang DBD meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang masalah yang terjadi di masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pencegahan
DBD.
E. Kesimpulan

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia. Pengendalian DBD yang utama adalah dengan memutus rantai penularan yaitu
dengan pengendalian vektornya, karena sampai saat ini vaksin dan obatnya belum ada.
Vektor DBD yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus pengendaliannya tidak
mungkin berhasil dengan baik kalau hanya dilakukan oleh sektor kesehatan, karena berbasis
lingkungan dan nyamuk berkembang biak di wilayah permukiman penduduk.

Untuk mencegah resistensi dan efektifitas, maka penggunaan insektisida harus selektif, tepat
sasaran, tepat dosis, tepat waktu, tepat cakupan. Peran serta masyarakat dan lintas sektor
terkait harus ditingkatkan secara berkesinambungan melalui penyuluhan, promosi kesehatan
dan pengawasan. Untuk meningkatkan daya ungkit pengendalian DBD akan terlaksana
dengan baik kalau digerakkan oleh Kementrian Dalam Negeri termasuk pemerintah daerah di
semua tingkat administrasi dan dukungan dukungan teknik dari sektor kesehatan.
Daftar Pustaka

Arifin, Syamsul. Dkk. 2016. Dasar – Dasar Manajemen Kesehatan. Banjarmasin. Pustaka
Benua.

Nurwana Sinaga, Siti. 2015. Jurnal Kebijakan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah
di Indonesia. Vol. 1.

Tairas, Steva. Artiker Penelitian Analisis Pelaksanaan Pengendalian Demam Berdarah


Denguue di Kabupaten Minahasa Utara.

https://radartegal.com/berita-lokal/demam-berdarah-belum-ada-obatnya.29389.html

http://lipi.go.id/berita/dengue-permasalahan-dan-solusinya/392

Anda mungkin juga menyukai