(Analisis Jurnal)
Oleh:
DANNI PANGARIBOWO
ZENIT
Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia saat ini
bersamaan dengan mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular. Salah satu penyakit
menular yang menjadi masalah utama di Indonesia dan menimbulkan dampak sosial maupun
ekonomi adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit DBD sudah berulang kali
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) disertai kematian yang banyak. Penyakit yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
lingkungan, iklim, demografi, sosial ekonomi, dan perilaku. (Direktorat Kesehatan dan Gizi
Masyarakat, 2006)
Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, DBD
pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun 1968, dimana sebanyak 58 orang
terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar luas ke
seluruh Indonesia.
Terdapat permasalahan dalam mengatasi DBD, yaitu sampai saat ini belum ditemukan obat
atau vaksin untuk menanggulangi DBD. Penyakit DBD saat ini hanya dapat dicegah.
Pemerintah telah berusaha membina peran serta masyarakat melalui berbagai kelompok kerja
dalam pemberantasan DBD berupa gerakan pemberantasan sarang nyamuk yang diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 581 tahun 1992 dengan instrumen 3M (menguras,
menutup, dan mengubur) tetapi tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. (Depkes RI,
2010). Oleh sebab itu, diperlukan suatu manajemen DBD untuk mencegah dan
mengendalikan sumber penularan, agar tidak menjadi sumber infeksi dan mencegah
terjadinya KLB.
B. Manajemen Kesehatan
Menurut Notoatmodjo, manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk
mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan
masyarakat. Dengan kata lain, manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi
objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Herlambang,
2012) Ruang lingkup manajemen kesehatan secara garis besar mengerjakan kegiatan yang
berkaitan dengan, (Herlambang, 2012) :
Strategi dalam pelaksanaan kebijakan di atas dilakukan melalui, (Direktorat Kesehatan dan
Gizi Masyarakat, 2006):
D. Analisis
Penyakit DBD sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang cukup besar di
Indonesia, karena walaupun jumlah angka kematian sudah dapat ditekan, tetapi jumlah kasus
secara keseluruhan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Kunci pencegahan penyakit
DBD adalah pengawasan yang ketat untuk pelaporan dini hasil pemantauan kepadatan vektor
sehingga pengambilan tindakan tidak terlambat saat menerima laporan kasus dari lokasi
wabah. Keberadaan jumantik memiliki peran vital dalam pemberantasan DBD karena
bertugas memantau populasi nyamuk penular DBD dan jentiknya. Pemeriksaan jentik berkala
dilakukan oleh jumantik yang bertugas melakukan kunjungan rumah setiap 3 bulan. Hasil
yang didapat jumantik dilaporkan dalam bentuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu rasio antara
jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik dengan jumlah rumah/ bangunan yang
diperiksa dikali 100%. ABJ merupakan indikator penyebaran Aedes aegypti.
Pencegahan DBD juga dapat dilakukan dengan Penyuluhan kesehatan, yang merupakan
saluran penyampaian informasi dari para pelaksana program di lapangan kepada warga
masyarakat, dapat berjalan dengan baik oleh apabila didukung oleh saran dan prasaran yang
memadai. Ketidak berhasilan program pencegahan dan pemberantasan DBD dalam mencegah
dan menurunkan tingginya angka kejadian penyakit DBD berhubungan erat dengan belum
adanya peranserta warga masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas-aktivitas
program. Warga masyarakat tidak memiliki akses langsung kepada informasi dan
pengetahuan mengenai program, yang merupakan prakondisi bagi berperan sertanya warga
masyarakat dalam suatu program.
Penyuluhan kesehatan tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menambah
pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui teknik belajar atau instruksi dengan tujuan
mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun
masyarakat. Tujuan penyuluhan kesehatan tentang DBD adalah menginformasikan kepada
masyarakat tentang penyakit tersebut. Dengan demikian, masyarakat akan menggunakan
pengetahuan dari hasil penyuluhan tersebut untuk mengubah sikap dan praktik agar mencapai
kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tentang DBD meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang masalah yang terjadi di masyarakat dan partisipasi masyarakat dalam pencegahan
DBD.
E. Kesimpulan
Untuk mencegah resistensi dan efektifitas, maka penggunaan insektisida harus selektif, tepat
sasaran, tepat dosis, tepat waktu, tepat cakupan. Peran serta masyarakat dan lintas sektor
terkait harus ditingkatkan secara berkesinambungan melalui penyuluhan, promosi kesehatan
dan pengawasan. Untuk meningkatkan daya ungkit pengendalian DBD akan terlaksana
dengan baik kalau digerakkan oleh Kementrian Dalam Negeri termasuk pemerintah daerah di
semua tingkat administrasi dan dukungan dukungan teknik dari sektor kesehatan.
Daftar Pustaka
Arifin, Syamsul. Dkk. 2016. Dasar – Dasar Manajemen Kesehatan. Banjarmasin. Pustaka
Benua.
Nurwana Sinaga, Siti. 2015. Jurnal Kebijakan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah
di Indonesia. Vol. 1.
https://radartegal.com/berita-lokal/demam-berdarah-belum-ada-obatnya.29389.html
http://lipi.go.id/berita/dengue-permasalahan-dan-solusinya/392