Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu masalah yang
sangat penting. Kecelakaan kerja secara langsung maupun tidak langsung dapat
menimbulkan kerugian bagi perusahaan antara lain, terlambatnya penyelesaian
pekerjaan, penurunan produktivitas, serta biaya penyembuhan bagi karyawan
Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) diatur dalam Permenaker RI Nomor 5 Tahun 1996
pasal 3 ayat 1 dan 2 yang menyatakan bahwa ”Setiap perusahaan yang
mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih dan atau
mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja wajib
menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)”
( Djatmiko, 2016).
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan yang bergerak dibidang
pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai beragam persoalan tenaga kerja yang
rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat kerja bahkan kecelakaan
akibat kerja sesuai jenis pekerjaannya sehingga berkewajiban menerapkan upaya
pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). Upaya ini
dijalankan agar terhidar dari adanya risiko kecelakaan kerja (Astono, 2010).
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(SMK3RS) adalah upaya terpadu seluruh pengguna rumah sakit baik para
pekerja di rumah sakit, pasien maupun pengunjung untuk menciptakan
lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja, pasien,
pengunjung maupun masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit (DepKes RI
2009)
Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan

1
bahwa terjadinya kecelakaan di RS 41 % lebih besar dari pekerja di indistri lain.
Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,
tergores/terpotong, luka baker, dan penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah kasus
dilaporkan mendapatkan kompensasi pada pekerja RS, yaitu sprains, strains :
52%; contusion, crushing, bruising : 11%; cuts, laceration, punctures : 10,8%;
fractures : 5,6%; multiple injuries : 2,1%; thermal burns : 2%; scratches,
abrasions : 1,9%; infections : 1,3%; dermatitis : 1,2%; dan lain-lain : 12,4% (US
Department of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics, 1983 dalam
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit,
Depkes, 2006.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di sarana
umum kesehatan secara umum belum tercatat dengan baik, namun menurut
Departemen Kesehatan (Depkes) 2007, diketahui bahwa risiko bahaya yang
dialami oleh pekerja di rumah sakit adalah infeksi HIV (0,3%), risiko pajanan
membrane mukosa (1%), risiko pajanan kulit (<1%) dan sisanya tertusuk jarum,
terluka akibat pecahan gigi yang tajam dan bor metal ketika melakukan
pembersihan gigi, low back paint akibat mengangkat beban melebihi batas,
gangguan pernapasan, dermatitis dan hepatitis (Depkes, 2007).
Potensi bahaya pada petugas Rumah Sakit lebih besar risikonya bila
dibandingkan dengan tenaga kerja pada umumnya. Tenaga kerja Rumah Sakit
dan orang orang yang berada di lingkungan rumah sakit rentan terkena risiko
bahaya. Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi menjadi penyebab kerusakan. Ini
dapat mencakup substansi, proses kerja dan atau aspek lainnya dari lingkungan
kerja (Suardi,2005). Potensi bahaya yang timbul di Rumah Sakit selain penyakit-
penyakit infeksi juga ada potensi bahaya lainnya yang dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi Rumah Sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan
yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumber-sumber cidera lainnya),
radiasi, bahan-bahan kimia berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial,
dan ergonomi.
Berdasarkan hal inilah maka penting bagi kami untuk menyusun laporan
ini agar dapat dijadikan wacana atau pandangan awal untuk meminimalisir

2
penghambat pelaksanaan SMK3 di RS Bhayangkara Palembang. Dengan
adanya pelaksanaan/ penyelenggaraan SMK3 yang terkelola dengan baik,
diharapkan upaya- upaya kesehatan dan keselamatan kerja yang diselenggarakan
dapat mengendalikan, meminimalisasi, dan mungkin meniadakan potensi-
potensi bahaya yang mungkin timbul dan mengancam jiwa dan kehidupan para
karyawan RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan
rumah sakit.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Diketahuinya bahaya kerja (hazard) dan penilaian Patient Safety perawat
yang dinas di Ruangan Jananuraga 2 RS Bhayangkara Palembang.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengkaji kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terkait K3RS
di rumah sakit Bhayangkara Palembang.
2. Mengkaji cara meminimalisasi Hazard di RS Bhayangkara Palembang.

Anda mungkin juga menyukai