Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 PEMICU
Ny. P berusia 31 tahun, melahirkan seorang bayi perempuan dengan kondisi mengalami
hipotonia, adanya murmur pada jantung, wajah mongoloid dan strabismus. Riwayat
pemeriksaan USG pada saat usia kehamilan 18minggu tidak dijumpai kelainan. Dilakukan
pemeriksaan darah bayi untuk analisis kromosom, 1 minggu kemudian keluar hasil: 47XX,
+21.
Apakah yang terjadi pada bayi perempuan tersebut?

1.2 UNFAMILIAR TERMS


-

1.3 MASALAH
Bayi perempuan mengalami hipotonia, adanya murmur pada jantung, wajah mongoloid dan
strabismus.

1.4 ANALISIS MASALAH

1.5 HIPOTESIS
Sindrom Down

1.6 LEARNING ISSUE


1. Proses pembelahan sel
2. Proses embryogenesis
3. Proses organogenesis
4. Faktor resiko
5. Jenis kelainan kromosom
6. Prognosis
7. SKDI
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Proses pembelahan sel


A.PEMBELAHAN MITOSIS
Definisi mitosis, mitosis juga disebut kariokinesis, adalah proses pembelahan sel secara tidak
langsung, karena pembelahan inti didahului dengan pembentukan benang-benang kumparan sperma.
Cara ini biasa berlangsung pada sel somatic dan sel nutfah (germ cell). Mitosis didahului dengan
menghilangnya inti sebagian benda definitive (real) kemudian disusul dengan pembagian yang
sebenarnya dari bagian-bagian sel utamanya.

Mitoses terdiri dari 4 tahap (fase) tetapi seluruhnya harus dipikirkan sebagai satu proses yang
berkesinambungan yaitu didahului dengan sel istirahat dan diakhiri dengan terjadinya 2 sel anak
yang berdiri sendiri-sendiri. Empat fase itu adalah profase, metaphase, anaphase, dan telofase. Antara
satu mitosis ke mitosis berikutnya terdapat suatu tahap yang disebut tahap istirahat (interfase). Pada
saat itu nucleus “beristirahat” untuk siap mengadakan pembelahan berikutnya.
Pembelahan mitosis merupakan pembelahan sel yang melalui tahap-tahap pembelahan tertentu,
yaitu: profase, metafase, anafase, dan telofase (PMAT). Pembelahan ini memiliki ciri sebagai
berikut:
1) Terjadi pada pembelahan sel tubuh (somatis).
2) Bertujuan untuk pertumbuhan dan regenerasi.
3) Menghasilkan dua sel anak yang identik dengan sel induk semula (diploid menjadi
diploid/haploid menjadi haploid).
4) Berlangsung dalam satu kali PMAT.
Tahap-tahap yang berlangsung pada pembelahan mitosis adalah sebagai berikut:
➢ Profase : Tahap ini merupakan fase pembelahan mitosis yang paling lama dan paling banyak
memerlukan energi. Peristiwa yang berlangsung selama profase adalah sebagai berikut:
● benang kromatin menjadi kromosom, lalu kromosom mengganda menjadi dua kromatid
tetapi masih melekat dalam satu sentromer.
● membran inti dan nukleolus lenyap.
● sentrosom memisah menjadi dua sentriole, dan diantaranya terbentang benang spindel
➢ Metafase : Pada tahap ini kromosom terletak berjajar pada bidang ekuator. Bagian sentromer
kromosom berikatan dengan kinetokor yang berhubungan dengan benang spindel. Pada fase ini
kromosom tampak paling jelas terlihat sehingga jumlahnya mudah diidentifikasi. Metafase
adalah tahap yang memerlukan energi terkecil dan waktu yang paling singkat.
➢ Anafase : Saat anafase sentromer membelah, lalu benang spindel menarik kromosom menuju
kutub sel yang berlawanan. Pergerakan kromosom tersebut dipengaruhi oleh enzim dynein.
➢ Telofase : Pada tahap ini terjadi peristiwa sebagai berikut:
Kromosom berubah menjadi benang kromatin
Membran inti dan nukleolus terbentuk kembali
Terjadi sitokinesis (pembagian sitoplasma) sehingga dihasilkan dua sel yang identik dengan sel
semula

B. PEMBELAHAN MEIOSIS
Meiosis adalah proses pembelahan sel di mana jumlah kromosom per sel ,dibelah dua.
Sebelum dimulai, DNA dalam sel asli diduplikasi selama beberapa fase dari siklus sel. Meiosis
memisahkan kromosom kemudian direplikasi menjadi empat gamet haploid atau spora. Jika
menghasilkan gamet, sel-sel ini harus aman selama pembuahan untuk membuat sebuah sel diploid
baru atau zigo. Tahapan yang terlibat dalam meiosis adalah meiosis I, profase I, metafase I, anafase
aku, telofase I dan meiosis II. Meiosis diperlukan untuk reproduksi seksual dan oleh karena itu
terjadi di semua eukariota yang bereproduksi secara seksual. Meiosis tidak terjadi dalam archaea atau
bakteri karena mereka bereproduksi secara aseksual melalui proses pembelahan biner. Jenis
pembelahan sel melibatkan sel telur dan sperma, yang 'gamet', dengan masing-masing sel berisi dua
salinan dari setiap kromosom, satu dari ibu dan yang lainnya dari ayah, yang pada gilirannya
menghasilkan empat sel gamet, yang memiliki salinan masing-masing kromosom. Kromosom ini
memiliki campuran DNA ayah dan ibu, memastikan bahwa keturunan, berbeda dalam kerangka
genetik orang tua yang baik.
Seperti halnya mitosis, meiosis merupakan pembelahan sel secara tidak langsung melalui dua
tahapan meiosis I dan meiosis II, tanpa melalui interfase.
Secara ringkas ciri-ciri setiap tahapan dalam meiosis I dan meiosis II seperti dijelaskan dalam bentuk
table berikut.
Tabel Ciri-ciri tahapan dalam meiosis 1 dan meiosis 2
N Tahapan Sub tahap Ciri-ciri utama Ket
o
1 Meiosis 1 Profase I Benang-benang kromatin menebal menjadi
kromosom (= leptonema )
Setiap kromosom homolog ( bivalen )
bergandengan (=zigonema )
Tiap bagian kromosom homolog mengganda
membentuk tetrad (=pakinema)
Kromatid dari setiap belahan kromosom
memendek dan membesar (=diplonema )
Sentriol membelah dua, muncul benang
gelendong, membrane inti dan nucleolus
menghilang (=diakinesis )
Metaphase I Setiap tetrad berada pada bidang
metaphase/dataran metaphase
Anaphase I Masing-masing tetrad memisahkan diri dari
pasangannya, dan bergerak menuju kea rah
dua kutub yang berlawanan
Telofase I Masing-masing tetrad semakin mendekati
kutub
Membrane sel dan nucleolus mulai dapat
diindera
Terbentuk bidang pembelahan pada bagian
tengah-tengah sel
Kromatid meregang membentuk
benang-benang kromatin
Terbentuk 2 sel anak dengan jumlah
kromosom sama dengan induknya
Tanpa adanya interfase, 2 sel anak yang terbentuk akan melanjutkan ke tahap
meiosis II.
2 Meiosis Profase II Benang-benang kromatin menebal menjadi
II kromosom
Setiap kromosom homolog / bivalen
bergandengan
Kromosom tidak mengganda
Sentriol membelah dua, muncul benang
gelendong, membrane inti dan nucleolus
menghilang
Metaphase Setiap pasangan kromosom homolog berada
II pada bidang metaphase/dataran metaphase
Anaphase II Masing-masing kromosom memisahkan diri
dari pasangannya, dan bergerak menuju kea
rah dua kutub yang berlawanan
Telofase II Masing-masing kromosom semakin
mendekati kutub
Membrane sel dan nucleolus mulai dapat
diindera
Terbentuk bidang pembelahan pada bagian
tengah-tengah sel
kromosom meregang membentuk
benang-benang kromatin
Terbentuk 4 sel anak dengan jumlah
kromosom sama dengan induknya

2. Proses Embriomologi
1. Fertilisasi
adalah penyatuan antara gamet laki-laki dan gamet perempuan di ampula tuba uterina.
Dimana sperma berjalan dari serviks ke oviduktus yang membutuhkan waktu 2-7 jam lalu ke
istmus dan ke ampula tuba uterina.

Setelah spermatozoa sampai ke ampula, tidak dapat langsung membuahi karena harus
melewati:

a. Kapasitasi, adalah saat spermatozoa melepaskan selubung glikoprotein dan protein


plasma dari kepalanya.
b. Reaksi Akrosom, adalah bahan yang mirip akrosim dan tripsin dikeluarkan oleh
spermatzoa untuk menembus zona pelusida.

Fasa fertilasi terdiri atas 3:

A. Fase penetrasi krona radiata

Dari 200-300 juta sel sperma, hanya ada 300-500 ribu sel sperma yang dapat
mencapai ampula tuba uterina. Setelah salah satunya dapat menembus korona radiata,
oosit telah menuntaskan meiosis II, dan emmbentuk pronukleus wanita.

B. Fasa penetrasi zona radiata

Setelah spermatozoa yang mampu melewati zona radiata, enzim-enzim akan keluar
dan menjadikan kompenen daripada zona radiata mengeras sehingga spermatozoa lain
tidak mampu untuk menembus.

c. Fase membran sel sperma dan oosit

Kepala sperma terpish dari ekornya, membengkak dan membentuk pronukleus


laki-laki. Lalu kedua pronukleus mereplikasikan DNAnya masing-masing, yaitu
kromosom ayah dan ibu bercampur, memisah secara longitudinal, menjalani
pembelajhan mitotik, sehingga menghasilkan mitotik dua sel.
Hasil fertilisasi ialah:

a) Pemulihan jumlai diploid(2n)kromosom


b) Penentuan jenis kelamin
c) Inisiasipembelahan

2. Clevage (Pembelahan)

Adalah serangkaian pembelahan mitotik yang menyebabkan bertambahnya jumlah sel.


Sehingga sel yang membelah semakin banya dan kecil disebut dengan blastomer. Lalu
blastomer memadat sehinga membentuk gulungan sel yang terkemas rapat dengan lapisan
bagian dalam (yang akan menjadi mudigah sejati) dan lapisan bagian luar (yang akan menjadi
trofoblas lalu amnion). Dari stadium 2 sel yang membutuhkan waktu sekitar 30 jam setelah
pembuahan, lalu stadium 4 sel yang membutuhkan waktu 40 jam sampai terbentuknya
morula yang sel dalamnya berjumlah 16 sel yang membutuhkan waktu 4 hari lalu zona
pelusida akan mengjilang sehingga dapat terjadinya implantasi.

Minggu ke-II

Hari ke-8

● Blastokista setengahnya telah tertanam di endometrium uterus


● Trofoblas berdiferensiasi menjadi 2, yaitu

1. Sitotrofoblas yaitu lapisan dalam berupa sel mononukleus yang dapat mengalami mitotik
dan sel-selnya membela diri dna bermigrasi kesinsitiotrofoblas dimana tempat sel-sel ini
bertemu dan kehilangan membran masing-masing.

2. Sinsitiotrofoblas, yaitu zoa luar berinti banyak tanpa batas yang tegas dan yang dapat
mengikis sinusoid-sinusoid ibu.

● Embrioblas juga berdiferensiasi menjadi:

1. Lapisan hipoblas, yaitu lapisan sel kuboid kecil yang berada di samping rongga blastokista.
2. Lapisan epiblas, yaitu lapisan sel silindris tinggi yang berada di samping rongga amnion,
dimana rongga amnion tersebut akan menjadi amnionblas yang melapisi rongga amnion di
sebelah superior dan lapisan epiblas.

● Bersama-sama lapisan-lapisan tersebut membentuk diskus gepeng dan pada saat yang sama
terbentuk rongga kecil di dalam epiblas yang disebut rongga amnion.

Hari ke-9
● Terbentuknya lakuna sinsitiotrofoblas. Lalu sinusoid-sinusoid ibu terkikis oleh
sinsitiotrofoblas sehingga darah ibu masuk ke haringan lakuna lalu pada akhir minggu ke-II,
sirkulasi uteroplasenta primitifsudah dimulai.

Hari ke- 11 sampai 12

● Timbul populasi baru antara permukaan sinsitiotrofoblas dan permukaan eksoselom. Sel-sel
ini berasal Yolk sac, membentuk jaringan ikat longgar halus disebut mesoderm ekstra
embrional. Yang akhirnya mengisi semua ruang antara trofoblas eksternal dan amnion dan
membran ekstrosom internal.

Hari ke-13

● Sitotrofoblas membentuk kolom-kolom sel menembus ke dalam dan dikelilingi ileh sinsitium
(Vilus Primer). Pada akhir minggu II, blastokista sudah tertanam seluruhnya dan defek
mukosa permukaan telah membaik.

Pembentukan Sumbu Tubuh

1. Sumbu Anteroposterior
● Diatur oleh sel-sel di tepi anterior (kranial) diskus embrional
● Bagian endoderm viseral anterior (AVE) mengekspresikan gen-gen essensial untuk
pembentukan kepala, termasuk faktor transkripsi OTX2, HESX1, dan faktor yang
disekresikan cerberus.
● Gen-gen in menetap di ujung krabial sebelum gastrulasi.
2. Garis Primitif
● Dipicu pembentukan dan dipertahankan oleh radial expresion, anggota famili TFGβ
● Garis primitif terbentuk lalu gen mulai mengatur pembentukan mesoderm dorsal dan
ventral serta struktur kepala dan ekor.
3. Letak Kiri dan Kanan
● Garis primitif terbentuk, sel-sel di nodus primitif mengeluarkan FGF8 yang memicu
ekspresi nodal tapi hanya sisi sebelah kiri mudigah.
● Saat indukso lempeng saraf, FGF98 mempertahankan nodal di mesoderm lempeng
lateral, serta Lefty-2, maka kedua gen in meningkatkan PITX2, yaitu suatu faktor
transkripsi yang mengandung homebox yang bertanggungjawab mengatur kekirian.
Gen ini juga diekspresikan di sisi primordia jantung, lambung dan usus,
● Secara bersamaan Lefty-1 diekspresikan disisi kiri lempeng dasar tabung saraf dan
bekerja sebagai sawar untuk mencegah sinyal-sinyal sebe;ah kiri melintas.
● SHH memainkan peran dan berfungsi sebagai penekanan untuk ekspresi gen sisi kiri
dan kana.
● Gen Brachgury (T), mengkode suatu faktor transkripsi yang disekresikan oleh
notokord essensial untuk ekskresi nodal Lefty-1 dan Lefty-2, sehingga gen-gen ini
mengatur perkembangan sisi kanan.
Minggu ke-III hinga ke-8 “Periode Mudigah” disebut juga sebagai organogenesis.

Turunan Lapisan Germinativum Ektoderm

Awal minggu ke-III, ektoderm memiliki bentuk seperti cakram yang lebih besar dibagian sefalik
daripada kaudal. Ini menghasilkan organ dan struktur yang mempertahankan kontak dengan dunia
luar. Dimana ektoderm akan menghasiklam:

a. Sistem saraf pusat


b. Sistem saraf tepi
c. Epitel sensorik telinga, hidung, mata
d. Kulit terutama rambut dan kuku
e. Hipofisis, kelenjar mamaria, kelenjar keringat, email gigi.

Induksi lempeng saraf diatur oleh inaktivasi faktor pertumbuhan BMP4. Bagian kranial inaktivasi
disebabkan noggin, kordin, folistatin yang disekresikan oleh nodus, notokord, dan mesoderm
prekordal. Inaktivasi pada otak belakang dan korda spinalis WNT3a dan FGF.

3. Proses organogenesis
1. Histogenesis
Tahap awal dari Organogenesis adalah Histogenesis. Histogenesis adalah suatu proses
diferensiasi dari sel yang semula belum mempunyai fungsi menjadi sel yang mempunyai
fungsi khusus. Dengan kata lain, ​histogenesis adalah differensiasi kelompok sel menjadi
jaringan, organ, atau organ tambahan.

Setiap jaringan mengandung sekelompok sel yang sama. Sel jaringan ini sudah merupakan
sel khusus, kecuali sel epitel dan jaringan ikat dipertimbangkan sebagai sel kurang khusus
jika dibandingkan dengan sel saraf atau otot. Bentuk umum dan struktur dari sel dimodifikasi
selama perkembangan sehingga setiap jaringan mengandung sel dengan fungsi khusus.
Ketiga lapisan benih akan mengalami spesialisasi selama periode ini dan karena itu, setiap
lapis benih menghasilkan sel yang fungsional pada jaringan tempatnya berbeda.
(Puja ​et.al. ​2010)

2. Organogenesis (Morfogenesis)
Organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari bentuk
primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus). Fetus memiliki bentuk yang spesifik
bagi setiap famili hewan. Artinya tiap bentuk fetus hewan memiliki ciri khas tersendiri yang
mencerminkan spesiesnya.
Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan
berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk
yang selanjutnya embryo disebut fetus.

Organogenesis memiliki dua periode atau tahapan yaitu :


a) Periode pertumbuhan antara
Pada periode ini terjadi transformasi dan diferensiasi bagian – bagian tubuh embrio sehingga
menjadi bentuk yang definitif, yang khas bagi suatu spesies.
b) Periode Pertumbuhan akhir
Periode pertumbuhan akhir adalah periode penyelesaian bentuk definitif menjadi suatu
bentuk individu (pertumbuhan jenis kelamin, roman / wajah yang khas bagi suatu individu).
Namun pada aves, reptil dan mamalia batas antara periode antara dan akhir tidak jelas.
Sedangkan, organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh
embrio pada fase gastrula. Contohnya :
a. ​Lapisan Ektoderm​ akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf),
integumen (kulit), rambut dan alat indera.
b. ​Lapisan Mesoderm​ akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat
reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c. ​Lapisan Endoderm​ akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan,
dan alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh
embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan
mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam pembentukan
kelopak mata.
3. Transformasi Dan Differensiasi
Pada akhir dari proses gastrulasi, lapisan benih telah berdiferensiasi, tetapi belum dapat
berfungsi. Sel masih tidak berfungsi sampai pada proses diferensiasi khusus yang
disebut ​histological differentiation ​atau ​cytodifferentiation. H
​ asil dari proses diferensiasi
khusus ini adalah terbentuknya protein baru dalam sel. Protein khusus ini memungkinkan sel
tertentu mampu berfungsi untuk hanya satu fungsi.

Transformasi dan diferensiasi bagian-bagian embrio bentuk primitif berupa :


1. Ekstensi dan pertumbuhan bumbung-bumbung yang terbentuk pada tubulasi.
2. Evaginasi dan invaginasi daerah tertentu setiap bumbung.
3. Pertumbuhan yang tak merata pada berbagai daerah bumbung.
4. Perpindahan dari sel-sel dari setiap bumbung ke bumbung lain atau ke rongga antara
bumbung-bumbung.
5. Pertumbuhan alat yang terdiri dari berbagai macam jaringan, yang berasal dari berbagai
bumbung.
6. Pengorganisasian alat-alat menjadi sistem : sistem pencernaan, sistem peredaran darah,
sistem urogenitalia, dan seterusnya.
7. Penyelesaian bentuk luar (morfologi, roman) embrio secara terperinci, halus dan
individual.
4. Proses morfogenesis
Bentuk dari organisme tergantung dari dua faktor, yaitu bentuk sel dan posisi relative dari sel
tersebut. Jadi, morfogenesis terjadi pada beberapa tingkat, yaitu pada tingkat organisme,
organ tubuh, jaringan organ, dan tingkat seluler. Karena itu, morfogenesis terjadi tidak hanya
pada pembentukan organisme, tetapi juga pada pembentukan sel. Dengan kata lain,
morfogenesis merupakan proses yang menyangkut perubahan pada tingkat sel dan supra
seluler.

5. Lapisan Benih Ektoderm


Lapis benihektoderm menghasilkan atau menumbuhkan bagian epidermal, neural tube, dan
sel neural crest.
1. Epidermal ectoderm akan menumbuhkan organ antara lain : ( 1 ) lapisan epidermis kulit,
dengan derivatnya yang seperti sisik, bulu, kuku, tanduk, cula, taji, kelenjar minyak bulu,
kelenjar peluh, kelenjar lugak, kelenjar lendir, dan kelenjar mata., ( 2 ) organ perasa sepertai
lensa mata, alat telinga dalam, indra pembau, dan indra peraba, dan ( 3 ) epithelium dari
rongga mulut ( stomodium), rongga hidung, sinus paranasalis, kelenjar ludah, dan kelenjar
analis (proctodeum ).

2. Neural tube akan menumbuhkan organ antara lain : otak, spinal cord, saraf feriper, ganglia,
retina mata, beberapa reseptor pada kulit, reseptor pendengaran, dan perasa, neurohifofisis.

3. Neural crest akan menumbuhkan organ antara lain : neuron sensoris, neuron cholinergik,
sistem saraf parasimpapetik, neuron adrenergic, sel swann dan ginjal, sel medulla adrenal, sel
para folikuler kelenjar tyroid,sel pigmen tubuh, tulang dan yang lainnya.

Sistem saraf terdiri atas sistem sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (perifer), yaitu
system saraf kranial, spinal, dan autonom. SSP berasal dari bumbung neural yang dihasilkan
oleh proses neurulasi. Bumbung neural beserta salurannya (neurosoel) berdiferensiasi
menjadi otak dan medulla spinalis (sumsum tulang belakang: STB) Saluran di dalam otak
terdiri atas 4 ventrikel dan di dalam STB sebuah kanalis sentralis.
Otak embrio mula-mula terdiri atas 3 wilayah: 1) prosensefalon, 2) mesensefalon, 3)
rombensefalon. Kemudian, otak berkembang menjadi 5 wilayah yaitu prosensefalon
berkembang menjadi (1) telensefalon (bakal serebrum) dan (2) diensesefalon. Adapun
mesensefalon tetap sebagai mesensefalon (3) Sementara itu, rombensefalon berkembang
menjadi (4) metensefalon (bakal serebelum) dan (5) mielensefalon (bakal PonsVarolii dan
medula oblongata atau batang otak). Saluran di dalam telensefalon (telosoel) lateral kiri dan
kanan ialah ventrikel I dan ventrikel II. Ventrikel III adalah telosoel median dan diosoel.
Ventrikel IV ialah metasoel dan mielosoel. Mesosoel tidak membentuk ventrikel, dan disebut
duktus Sylvius. Dinding SSP awalnya ialah neuroepitelium yang merupakan sumber sel-sel
saraf dan neuroglia. Kemudian, neuroepitelium pada batang otak dan STB akan terdiri atas
lapisan ependum/ventricular (yang membatasi lumen), mantel (materi kelabu), dan marginal
(materi putih) Materi kelabu (mengandung banyak sel saraf dan neuroglia) dan materi putih
(berisi banyak akson bermielin) padaotak anterior dari batang otak, letak kedua materi itu
kebalikan dari kedudukannya di dalam STB.
Hipofisis dibentuk dari 2 komponen, yaitu kantung Rathke (dari stomodeum) dan
infundibulum (dari diensefalon), masing-masing menjadi lobus anterior dan lobus posterior
dari hipofisis. Lobus intermedia terletak pada perbatasan kantung Rathke bagian posterior
dengan infundibulum. Tiap lobus menghasilkan hormon yang berbeda. Pembentukan organ
indera ditandai dengan adanya penebalan (plakoda) pada ektoderm yang berhadapan dengan
otak. Plakoda nasal (olfaktorius), plakoda optik, dan plakoda otik (auditorius) masing-masing
berhadapan dengan telensefalon, diensefalon, dan mielensefalon. Selain berasal dari plakoda
optik (bakal lensa), mata berasal juga dari bagian diensefalon, yaitu vesikula optik (bakal
retina) Bakal telinga yang mulai dibentuk adalah bakal telinga dalam yang berasal dari
plakoda otik, baru kemudian bakal telinga tengah, dan terakhir bakal telinga luar (bagi hewan
yang memiliki daun telinga atau pina).

6. Lapisan Benih Mesoderm


Lapisan benih mesoderm akan menumbuhkan notochord, epimer, mesomer dan hypomer.
Notochord umumnya berkembang dengan baik pada amphioxus, sedangkan pada vertebrata
menumbuhkan sumsum tulang belakang. Epimer akan berkembang menjadi dermatome
(dermis kulit), sklerotome (sumsum tulang), dan myotom (otot kerangkang). Mesomer akan
berkembang menjadi organ pengeluaran seperti ginjal dan urethra, ovarium dan testis serta
saluran genital dan korteks adrenalis. Hypomere akan berkembang menjadi somatopleura
(peritoneum), splanchnopleura (masentrium, jantung, sel darah, sum – sum tulang, pembuluh
darah) dan coeclon (rongga tubuh).

6.1.Epimere
Bagian sclerotome memisahkan diri dari somit berupa sekelompok sel mesenkim, pindah ke
median mengelilingi notochord dan ke dorsal mengelilingi bumbung neural. Kelompok sel
mesenkim ini membentuk vertebrae yang menyelaputi notochord dan bumbung neural.
Somit kemudian kembali menyusun diri menjadi bumbung yang terdiri dari 2 bagian :
1. Dermatome, sebelah luar
2. Myotome, sebelah dalam
Rongganya disebut myocoel sekunder. Dermatome menghasilkan mesenkim yang akan
berpindah ke bawah epidermis membentuk lapisan dermis.

6.2.Mesomere
Dibedakan atas 2 daerah :
1. Genital ridge
2. Nephrotome
Genital ridge mengandung sel-sel untuk membina gonad. Nephrotome tumbuh menjadi ginjal
dan saluran-salurannya.

6.3.Hypomere
Somatic mesoderm dan splanchnic mesoderm akan menumbuhkan :
1. Kantung insang (branchial pouches) di daerah pharynx foregut. Kantung-kantung insang
itu berpasangan, dibina oleh endoderm sebelah dalam, ectoderm sebelah luar, dan mesoderm
di tengah.
2. Selaput rongga tubuh dan alat dalam : pericardium, pleura, peritonium, mesenterium.
Semua selaput ini terdiri dari sel sel epitel gepeng disebut mesothelium, serta jaringan
pengikat.
Splanchnic mesoderm sendiri di daerah jantung membina epimyocardium, serta mesocardium
yang merupaka selaput penggantung jantung. Somatic mesoderm sendiri menumbuhkan
lapisan dermis kulit di daerah lateral dan ventral embrio.(Yatim ​et al.1984)​

Turunan mesoderm dibagi menjadi 5 daerah:


a. Kordameseoderm : Membentuk notochord (sumbu tubuh)
b. Mesoderm Dorsal ( Paraksial ) : Membentuk jaringan ikat tubuh, tulang otot, tulang rawan,
dan dermis.
c. Mesoderm Intermediet : Membentuk system urogenital
d. Mesoderm Lateral : Membentuk system sirkulasi, permukaan rongga tubuh, dan komponen
anggota tubuh.
e. Mesoderm Kepala : Membentuk otot pada wajah/muka.

6.4. Organogenesis Urogenital


Organ-organ turunan mesoderm, di antaranya ialah ginjal dan gonad beserta
saluran-salurannya, jantung dan pembuluh darah, anggota badan, dan vertebra.Terdapat tiga
macam ginjal, berdasarkan kesempurnaan perkembangannya yaitu pronefros, mesonefros,
dan metanefros. Kepemilikan jenis-jenis ginjal ini sejalan dengan derajat tingginya hewan.
Selama perkembangan embrio suatu hewan, ginjal yang lebih primitif dari ginjal definitifnya
selalu atau pernah dimilikinya meskipun hanya sebentar dan mungkin tidak berfungsi,
melainkan akan berdegenerasi dan bersamaan dengan itu ginjal yang lebih maju terbentuk
posterior dari yang pertama. Komponen ginjal ialah jaringan nefrogenik yang berasal dari
mesoderm intermedier yang perkembangannya diinduksi oleh saluran nefros.
Ginjal yang paling sempurna adalah metanefros, terletak paling posterior. Ginjal ini dibentuk
sebagai hasil induksi resiprokal antara tunas metanefros (tunas ureter) dengan jaringan
metanefrogenik yang menghasilkan unit-unit nefron. Tunas metanefros awalnya merupakan
cabang dari saluran mesonefros, tetapi kemudian memisahkan diri. Gonad berasal dari
mesoderm splanknik dekat mesonefros (mesoderm intermedier) berupa pematang genital
(epitel germinal), yang akan terdiri dari korteks pada bagian luar dan medula di bagian dalam.
Terdapat tahap indiferen sebelum terdiferensiasi menjadi testis atau ovarium. Pada tahap ini
terdapat saluran Wolff, bakal vasa deferensia, dan juga saluran Muller, bakal oviduk. Dari
epitel germinal dibentuk pita-pita seks primer ke dalam medula.

Pada bakal testis, pita seks berkembang pesat di dalam medula sebagai pita medula (pita
testis) yang menjadi terpisah dari epitel germinal, dibatasi oleh tunika albuginea. Pita medula
adalah bakal tubulus seminiferus, terdiri atas sel-sel kelamin dan sel Sertoli. Sel-sel medula
lainnya menjadi sel Leydig. Korteks tetap tipis, sedangkan medula tebal. Saluran Müller
berdegenerasi, sedangkan saluran Wolff menjadi vasa deferensia.(Yohana ​et al.2​ 007).

7. Lapisan Benih Endoderm


Lapis benih ini akan menumbuhkan beberapa sel seperti, epithelium saluran pencernaan dan
derivatnya seperti hati, pancreas, vesika urinaria. Lapis benih juga menumbuhkan sel epitel
saluran pernapasan, saluran perkencingan, dan beberapa kelenjar endokrin seperti tyroid dan
parathyroid.

Organ-organ turunan endoderm yang utama adalah saluran pencernaan makanan (SPM) dan
kelenjar- kelenjarnya, serta paru-paru dan saluran respiratori (pernapasan) Selain itu,
beberapa kelenjar endokrin berasal dari endoderm juga. Pembentukan SPM diawali dengan
terbentuknya arkenteron, yang pada anamniota dari awal sudah berbentuk rongga yang akan
membentuk saluran. Pada amniota, saluran baru terbentuk melalui pelipatan-pelipatan
splanknopleura di bagian anterior, posterior, dan lateral. Di bagian tengah saluran, terdapat
bagian yang terbuka yaitu pada tangkai yolk yang menghubungkan saluran dengan kantung
yolk.

SPM terbagi menjadi wilayah usus depan, usus tengah, dan usus belakang. Usus depan akan
menjadi faring, esofagus, lambung, dan duodenum anterior. Usus tengah adalah bakal
duodenum posterior dan sebagian dari kolon. Usus belakang ialah bakal kolon dan rektum.
Lubang mulut terdapat di ujung anterior usus depan, dari pertemuan ektoderm stomodeum
dengan endoderm faring yang kemudian pecah membentuk lubang mulut Ektoderm
stomodeum masuk ke dalam rongga mulut. Oleh karena itu, epitel rongga mulut adalah
ektoderm. Hal yang sama terjadi di bagian kaudal, epitel rongga anus atau rongga kloaka
adalah ektoderm yang berasal dari ektoderm proktodeum.

Faring memperlihatkan banyak derivat yaitu evaginasi laterad berupa kantung faring yang
selengkapnya ada 6 pasang. Pada kantung faring bagian distal terdapat bakal tonsil, timus dan
paratiroid. Bakal tiroid berupa divertikulum, tampak medioventral dari faring. Kantung faring
nomor 2 adalah saluran timpani bagian telinga. Kantung faring bertemu dengan lekukan
ektoderm bermesoderm yaitu lekuk/celah faring (viseral), yang dibatasi oleh lengkung faring
ke arah anterior dan posterior. Lengkung faring 1 adalah lengkung mandibula, yang kedua
ialah lengkung hioid. Celah di antara kedua lengkung itu ialah celah hiomandibula. Lengkung
III dan seterusnya adalah lengkung insang. Derivat-derivat SPM lainnya keluar dari
medioventral usus depan ialah laringotrakea, hati, pankreas ventral dan pankreas dorsal. Dari
pangkal divertikulum hati, dibentuk kantung empedu dengan duktus sistikus. Divertikulum
hati bercabang-cabang membentuk pita-pita hati dan duktus hepatikus. Duktus hepatikus
bertemu dengan duktus sistikus membentuk saluran empedu (ductus choledochus) yang
bermuara di dalam duodenum. Kedua bakal pankreas (ventral dan dorsal) bergabung di
bagian dorsal dan berdiferensiasi, sampai terjadi sitodiferensiasi. Saluran pankreas bermuara
di dalam duodenum Pankreas berdiferensiasi membentuk bagian eksokrin dan bagian
endokrin (pulau Langerhans) Hasil sitodiferensiasi ialah terbentuknya berbagai sel khusus di
dalam pulau Langerhans. Masing-masing sel khusus (A, B, dan C) menghasilkan hormon
tertentu, misalnya hormon glukagon dan hormon insulin yang masing-masing dihasilkan oleh
sel A dan sel B.

Divertikulum laringotrakea tumbuh ventroposteriad dan bercabang dua (bifurkasi) menjadi


bronkus ekstrapulmonalis. Ujung percabangan selalu menggelembung yaitu bakal paru-paru.
Selanjutnya, percabangan berlangsung beberapa generasi menghasilkan bronkus
intrapulmonalis, bronkiolus, sampai ke terminal percabangan yaitu alveolus-alveolus. Semua
percabangan intrapulmonalis akan diselaputi oleh mesoderm yang mengisi ruang
antarcabang-cabang membentuk paru-paru. Paru-paru terdiri atas 3 lobus sebelah kanan dan 2
lobus sebelah kiri. Paru-paru merupakan organ yang paling akhir berfungsi, yaitu saat lahir/
menetas. Agar alveoli tidak lengket satu sama lain sehingga tidak collapse, dihasilkan
senyawa surfaktan oleh sel-sel alveoli, yang mengatur tegangan permukaan.

8. Organogenesis Pada Bumbung-Bumbung (Tubulasi)


Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga
dengan pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih
ectoderm, mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga.
Yang tidak mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses
tubulasi terjadi proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada
pertumbuhan berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif.

Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada
daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak) dan bagian
belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung endoderm
terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung
mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit
dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.

8.1.Bumbung Epidermis
Menumbuhkan :
1. Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertexture (susunan kimia) tanduk : sisik,
bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
2. Kelenjar-kelenjar kulit : kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar
lendir, dan kelenjar air mata.
3. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra raba.
4. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan enamel (email) gigi,
kelenjar ludah, dan indra kecap.
5. Proctodeum, menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.

8.2.Bumbung Endoderm (metenterom)


Menumbuhkan :
1. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan sejak pharynx sampai rectum.
2. Kelenjar-kelenjar pencernaan : hepar, pancreas, serta kelenjar lendir yang mengandung
enzim dalam oesophagus, gaster dan intestinum.
3. Lapisan epitel paru atau insang.
4. Cloaca yang menjadi muara ketiga saluran : pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan
kelamin (ductus genitalis).
5. Lapisan epitel vagina, uretra, vesica urinaria, dan kelenjar-kelenjarnya.

8.3.Bumbung Neuran (saraf)


Menumbuhkan :
1. Otak dan sumsum tulang belakang
2. Saraf tepi otak dan punggung
3. Bagian persarafan indra, seperti mata, hidung, dan raba
4. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigmen.
Berikut ini adalah tahapan pembentukan wajah pada manusia :

8.4.Bumbung mesoderm
Menumbuhkan banyak ragam alat :
1. Jaringan pengikat dan penunjang
2. Otot : lurik, polos, dan jantung
3. Mesenchyme yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan. (sedikit
ada juga mesenchyme sesungguhnya dari bumbung ectoderm epidermis)
4. Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya
5. Ginjal dan ureter
6. Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica muscularis
–mucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubuh, seperti pencernaan, kelamin, dan
pembuluh darah.
7. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat pleura, pericardium, peritonium,
dan mesenterium.

4. Faktor resiko
Cacat lahir,malfromasi kongenital dan anomali kongenital adalah istilah sinonim yang digunakan
untuk menjelaskan gangguan struktural,perilaku,fungsional dan metabolik yang ada sejak lahir.

Terdapat 4 teratogen yang berkaitan dengan malformasi pada manusia.

1. Agen Infeksi

Agen infeksi yang menyebabkan cacat lahir mencakup sejumlah virus setelah siibu terinfeksi
oleh virus.Contoh virus yang menginfeksi adalah Rubela virus yang dapat menyebabkan
katarak,glaukoma,cacat jantung,tuli dan kelainan gigi.Sitomegalovirus yang merupakan virus
menginfeksi yang tidak memperlihatkan gejala tetapi efek pada janin sangat parah yang dapat
menyebabkan retradasi mental,kematian janin.Lalu terdapat juga virus herpes simpleks,virus
varisela ,HIV (Human Immunodefiency Virus),Sifilis dan toksoplasma yang juga dapat
menyebabkan cacat lahir.

2. Agen Fisik
Sinar x merupakan salah satu bagian dari agen fisik.Sinar x atau radiasi dapat menyebabkan
kematian sel yang berproliferasi dimana dapat menimbulkan mikrosefalus,spina
bfida,langit-langit sumbing dan cacat ekstremitas.Lalu ada juga hipertermia dimana ini
merupakan peningkatan suhu tubuh yang dapat menyebabkan anensefalus,retradasi
mental,cacat ekstremitas.

3. Bahan Kimia
Peran bahan kimia dan obat dalam farmasi dalam pembentukan kelainan pada manusia sulit
dinilai karena dua alasan: 1) Sebagian besar penelitian retrospektif mengandalkan ingatan
siibu tentang riwayat pajanan dan 2) wanita hamil banyak mengkonsumsi obat
farmasi.Terdapat beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan cacat lahir:
Talidomid merupakan jenis obat antimual dan obat tidur.Talidomid dapat menyebabkan
meromelia (ketiadaan sebagian atau seluruh ekstremitas dan malformasi jantung.Obat lain
dengan potensi teratogenik adalah difenilhidantoin,asam valporat dan trimetadon yang
merupakan obat anti kejang yang dapat menyebabkan sindrom hindatoin,trimetadon sindrom
dan cacat tabung saraf.Terdapat juga litium,amfetamin,wafarin,inhibitor ACE,kokain dan
alkohol.

Lalu terdapat isotretonin(vitamin A) bila dikonsumsi sebanyak 25.000 IU atau lebih dapat
menyebabkan embriopati vitamin A.Lalu bahan kimia seperti pelarut industri,merkuri
organik,dan timbal ini dapat menyebakan abortus spontan,Berat Badan Lahir
Rendah(BBLR),dan cacat lahir.Usia ayah yang lanjut adalah faktor yang meningkatkan risiko
cacat ekstremitas,cacat tabung saraf dan sindrom down.

4. Hormon
Bahan androgenik (etisteron dan noretisteron) masing-masing dapat menyebabkan
maskulinisasi genitalia wanita,malformasi uterus,tuba uterina dan vagina bagian atas.Lalu
diabetes ibu dan obesitas ibu dapat menyebabkan berbagai malformasi.

5. Jenis kelainan kromosom


A. Kelainan Jumlah Kromosom
B. Kelainan Struktur Kromosom
a. Delesi
Delesi atau defisiensi merupakan peristiwa hilangnya sebagian kromosom karena kromosom
tersebut patah. Potongan kromosom yang tidak memiliki sentromer akan tertinggal dalam
anafase dan hancur dalam plasma. Kromosom dapat patah di satu tempat dekat ujung
kromosom sehingga bagian ujung kromosom terbuang (delesi terminal) atau dapat terjadi
kepatahan di dua tempat , dan mengakibatkan hilangnya suatu segmen di bagian tengah
kromosom (delesi interkalar).
b. Duplikasi
Duplikasi ialah peristiwa bahwa suatu bagian kromosom mempunyai gen berulang, akibat
pertambahan panjang suatu lengan kromosom. Adisi ditulis dengan tanda + (18q+). Adisi
dapat terjadi karena pertambahan materi yang sudah ada (berupa pengulangan).
c. Inversi
Kelainan ini jarang ditemukan.. Pada inversi, kromosom mempunyai urutan gen yang terbalik
karena terjadinya perputaran kromosom 180 r yang membentuk loop, keludian loop tersebut
putus dan bertaut kembali. Biasanya kelainan ini tifak menyebabkan perubahan fenotip.
Inversi dapat dikategorikan menjadi Inversi Parasentrik bila sentromer diluar loop ketika
inversi terbatas pada satulengan kromosom saja dan Inversi perisentrik bila sentromer di
dalam loop. Ada 2 macam, yaitu :
1. Inversi parasentris: sentromer terletak di samping bidang yang mengalami inversi
2. Inversi perisentris : sentromer terletak pada bidang yang mengalami inversi
d. Translokasi
Translokasi terjadi ketika sebagian segmen kromosom berpindah ke kromosom lain.

C. Kelainan Kromosom Seks


A. Klinefelter syndrome
Biasanya kariotip menunjukkan adanya penambahan kromosom X. Pada sebagian kasus
dapat ditemukan adanya keadaan mosaik (46, XY/47, XXY). Kasus ini dapat pula
dijumpai pada laki-laki (48, XXXY atau 49, XXXXY), namun jarang sekali terjadi. 1
B. Turner syndrome
Merupakan monosomi kromosom X. Terdapat beberapa variasi sindrom Turner ini,
sindrom Turner klasik (45, X), mosaik (46, XX/46, X), dan isokromosom X atau delesi
sebagian kecil lengan kromosom X. 1
C. XXX females
Survei menunjukkan bahwa 0,1% dari seluruh perempuan memiliki kariotipe 47, XXX.
Kasus ini biasanya terjadi karena kesalahan pada meiosis I. 1
D. XYY males
Penambahan kromosom Y dapat kebayakan dikarenakan non-disjunction meiosis II yang
bersifat paternal atau post-zygotic event. 1
D. Mutasi Gen
a. Penyakit Autosomal Dominan

No Penyakit Keterangan Tanda dan Gejala


1 Akondoplasia Mutasi terletak pada gen -Abnormalitas tulang
fibroblast growth factor menyebabkan perawakan
receptor-3 pada pendek, makrosefali
kromosom 4p16.3 -Seiring pertumbuhan,
Merupakan displasia sering mengalami
skeletal, yang disebabkan masalah medis dan
oleh defek pada tulang psikologis.
yang berasal dari -Hidrosefalus, apneu
kartilago. dapat terjadi, maloklusi
gigi, disfungsi telinga

2 Sindrom Marfan Mutasi gen FBN1 Jantung :


-Dilatasi progresif
pangkal aorta
Mata :
-Katarak
-Ectopia lentis
Skeletal :
-Pektus Kranium
-Skoliosis
-Pektus Ekskavatum
-Keregangan Sendi
3 Neurofibromatosis Tipe 1 Mutasi gen NF1 Ringan :
-Bintik-bintik pada aksila
atau inguinal
Berat :
-tumor otak
-hipertensi vaskular
-disfigurisasi kraniofasial.

b. Autosonal Resesif

No Penyakit Frekuensi Keterangan

1 Penyakit Bulan Sabit 1: 625 Suatu perubahan basa


tunggal yang
menyebabkan subsitusi
asam amino glutamat
dengan valin pada posisi 6
rantai hemoglobin
sehingga mengakibatkan
anemia hemolitik.
2 Fibrosis Kistik 1 : 2500, ras kulit putih Gen CFTR

3 Hiperplasia adrenal 1 : 5000 Menyebabkan virilisasi


kongenital I pada perempuan

c. X-Linked Resesif

N Penyakit Frekuensi Keterangan


o

1 Hemophilia A 1 : 5000 , laki-laki Gen terletak pada Xq28.


Defisiensi faktor VIII

2 Sindrome Fragile X 1 : 4000, laki-laki Gen terletak pada Xq27.3

3 Sindrome Rett 1: 10.000, perempuan Gen terletak pada lokus


Xq28. Kelainan ini adalah
subgrup autisme.

6. Prognosis
a. Trisomi 13, sindromPatau
Sangat buruk, Mayoritas bayi lahir mati, Beberapa dapat berhasil lahir namun hidup tidak lama.

b. Trisomi 18, sindrom Edward


Berakhir dengan keguguran atau kematian dalam kandungan, meninggal tahun pertama kehidupan.
Umur rata-rata kurang dari 2 bulan. 5-10% yang bertahan ditahun pertama sangat terbelakang
mental.

c. Trisomi 21, sindrom Down


44% hidup sampai 60 tahun. 14% hidup sampai 68 tahun. 80% kematian akibat penyakit jantung
pada tahun pertama kehidupan.

7. SKDI
SKDI 2

Kita sebagai dokter umum harus mampu untuk mendiagnosis dan merujuk berdasarkan hasil
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan tambahan ke dokter spesialis yang relevan.
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai