Makalah Administrasi Pendidikan
Makalah Administrasi Pendidikan
Administrasi pendiidkan
Nama Kelompok 7 :
1. Annisa (E1E218011)
2. Aprilia (E1E218013)
3. Arlina (E1E218017)
4. Baiq Diah Wanasari (E1E218026)
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikumwr.wb
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Dosen pengajar mata kuliah Administrasi
Pendidikan serta semua pihak yang turut membantu hingga terselesaianya makalah ini. Dalam
makalah ini kami membahas mengenai Koordinasi, Komunikasi, dan Supervisi dalam
Manajemen Berbasis Sekolah. Kami sadar bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca untuk lebih sempurnanya penulisan–penulisan selanjutnya. Mudah–mudahan
pembaca dapat mengambil hikmah atau manfaat dari makalah ini dan dapat menambah
wawasan pembaca. Demikian, semoga malkalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikumwr.wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Koordinasi Dalam Manejement Berbasis Sekolah ...............................................
B. Komunikasi Dalam Manejemen Berbasis Sekolah ...............................................
C. Supervise Dalam Manejemen Berbasis Sekolah ...................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
MBS sebagai model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih
besar terhadap sekolah, memberikan fleksibilitas, dan mendorong partisipasi
stakeholder secara langsung untuk meningkatkan mutu sekolah yang akan
menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi
pendidikan. MBS dipahami sebagai salah satu alternative untuk mengelola struktur
penyelenggaraan pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai unit utama
peningkatan. MBS juga merupakan cara untuk meningkatkan motivasi kepala sekolah
agar tanggung jawab terhadap mutu peserta didik. Untuk itu, kepala sekolah sebagai
pemimpin sebaiknya mengembangkan program pendidikan secara menyeluruh dalam
melayani segala kebutuhan peserta didik. Kepemimpinan sekolah yang kuat adalah
kepemimpinan yang efektif, tangguh, mampu menggunakan fakta, menciptakan visi,
memotivasi orang, memberdayakan stafnya, mampu memimpin dan memiliki
keahlian dalam arti sebenarnya.
Dalam pelaksanaan MBS, tidak hanya factor kepemimpinan yang diperhatikan,
tetapi ada koordinasi dan komunikasi yang harus selalu terjalin di antara stakeholder
yang terkait dengan sekolah. Sekolah yang melaksanakan MBS juga perlu di evaluasi
dan di supervise untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang telah dicapai.
Partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
MBS. Yang perlu di monitor dan dievaluasi dalam MBS adalah konteks atau eksternal
lsekolah yang berupa tuntutan dan dukungan, yang di dalamnya ada evaluasi
kebutuhan, input, proses, output, dan outcome. Indicator keberhasilan MBS
ditentukan oleh kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan, efektivitas dan efisiensi
pendidikan, dan tata pengelolaan sekolah yang baik.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai organisasi MBS dengan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud kepemimpinan dalam MBS ?
2. Bagaimana koordinasi dan komunikasi dalam MBS ?
3. Apa saja yang harus di supervisi dalam MBS ?
4. Apa yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam MBS ?
5. Bagaimana peran masyarakat dan komite dalam MBS ?
6. Apa saja yang menjadi indicator keberhasilan dalam MBS ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kepemimpinan dalam MBS
2. Mengetahui bagaimana koordinasi dan komunikasi dalam MBS
3. Mengetahui apa saja yang harus di supervisi dalam MBS
4. Mengetahui apa yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam MBS
5. Mengetahui bagaimana peran masyarakat dan komite dalam MBS
6. Mengetahui apa saja yang menjadi indicator keberhasilan dalam MBS
BAB II
PEMBAHASAN
Agar koordinasi dapat berjalan lancer, perluh diperhatikan lima prinsip utama yaitu :
1. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
2. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam koordinasi adalah menciptakaniklim
yang konduktif bagi kepentingan bersama.
3. Koordinasi merupakan proses yang terus-menerus dan berkeesinambungan.
4. Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
5. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan
secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.
1. Maanfaat koordinasi
Koordinasi sangat diperluhkan dalam MBS, terutama untuk menyatukan
kesamaan pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan
dan tujuan sekolah, baik guru, kepala sekolah, personil sekolah, orang tua,
maupun masyarakat.
Maanfaat koordinasi antara lain, untuk melakukan gerak sentry-pental, yaitu
gerakan untuk mengembalikan kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah ke dalam
kesatuan kegiatan induknya.
Dengan demikian manfaat koordinasi dalam MBS dapat didefinisikansebagai berikut :
1. Menghilangkan dan menghindarkan peranan terpisahkan satu sama lain
antara pengawas, kepala sekolah, guru, dan para petugas atau personil
disekolah.
2. Menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau jabatannya
merupakan yang paling penting,
3. Mengurangi dan menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan
antara sekolah atau antara penjabat dan pelaksana,
4. Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas
5. Menghindarkan terjadinya peristiwa mengunggu yang memakan waktu
lama
6. Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekembaran pekerjaan sesuatu
kegiatan oleh sekolah
7. Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan sesuatu
program oleh sekolah-sekolah atau kekosongan pekerjaan tugas oleh para
kepala sekolah
8. Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling memberikan
bantuan satu sama lain terutama bagi mereka yang berada dalam wilayah
yang sama
9. Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling memberi tahu
masalah yang dihadapi bersama dan berkerja sama dalam memecahkannya
10. Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah diantara para kepala
sekolah atau para guru, (k) menjamin adanya kesatuan langkah dan
tindakan diantara kepala sekolah, (I) menjamin kesatuan sikap di antara
kepala sekolah , dan (m) menjamin kesatuan kebijaksanaan diantara kepala
sekolah dan wilayah tertentu.
2. Macam-macam koordinasi
Pada dasarnya koordinasi dapat dilakukan secara intern maupun exstern,
sesuai dengan tujuan dan fungsingnya. Koordinasi antara lembaga biasanya
berkenaan dengan fungsi dan bidang garapan tertentu, yang sering disebut dengan
koordinasi fungsional dan koordinasi lintas sektoral.
Secara teoretis dapat dikemukakan beberapa macam koordinasi sesuai dengan
ruang lingkup dan arah kegiatannya. Berdasarkan ruang lingkupnya, koordinasi
dapat diidentifikasikan kedalam koordinasi intern dan ekstern. Koordinasi intern
adalah koordinasi antar penjabat atau antar unit didalam suatu lembaga ;
sedangkan koordinasi ekstern adalah koordinasi antara penjabat dari berbagai
lembaga atau antar lembaga.
Berdasarkan arah kegiatannya, dapat diidentifikasikan adanya koordinasi
vertikal, horizontal, fungsional, dan diagonal. Koordinasi vertikal terjadi antara
para penjabat dengan bagian-bagian, sub-sub bagian dari berbagai staf lembaga
yang ada dibawahnya. Koordinasi horizontal yaitu koordinasi yang terjadi antara
penjabat yang memiliki tingkat hierarki yang sama dalam suatu lembaga, dan
antara penjabat dari berbagai lembaga yang sederajat atau satu level. Koordinasi
fungsional adalah koordinasi yang terjadi antara penjabat, antara unit atau antara
lembaga, atas dasar kesamaan fungsi dan dan kepentingan. Koordinasi diagonal
adalah kooordinasi antar penjabat atau unit yang memiliki perbedaan, baik dalam
fungsi maupun tingkat haerarkinya.
Dalam koordinasi, setiap unit lembaga mengadakan hubunga untuk saling tukar
pikiran mengenai kegiatan dan hasil yang telah dicapai pada saat tertentu, serta saling
mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dan mencari jalan pemecahannya,
sekaligus saling membantu memecahkan masalah.dengan demi kian setiap pekerjaan
dapat dilaksanakan dengan lancar dan terarah pada pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Manejement berbasis sekolah dapat ditinjau dari pendekatan proses dan
pendekatan tugas. Oleh karena itu, dalam MBS kedinasan dapat dilakukan dalam
setiap tahan dari proses dan tahap dari bidang garapan manejemen tersebut.
Koordinasi dalam MBS mencangkup seluruh program pengelolaan terhadap setiap
subjek, objek dan bidang garapan sekolah.
2. Prinsip Komunikasi
Hubungan yang harus digalang dalam suatu sekolah dapat didasarkan atasn
kepentingan diri sendiri, yang sering menjadi “instrumental” (memperalat); yang
sifatnya pribadi karena kepentingan pribadi, bukan dinas. Hubungan dapat pula
bersifat kedinasan, yang sudah tentu ada disekolah. Barang kali perluh ditambahkan
satu hubungan lagi yaitu, hubungann atas kepentingan pendidikan dan pekerjaan, atau
hubungan kedinasan yang sifatnya professional.
Hubungan profesionan dan hubungan dinas dapat dipersatukan dalam suatu
komunikasi lain, yakni berhubungan pribadi sehingga kedua jenis komunikasi tersebut
berlangsung dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Sebaliknya bila
hubungan itu tidak dijaga dapat menimbulkan komunikasi yang tidak mapan dan
terasa tidak hangat, bahkan kurang atau tidak efektif.
Komunikasi intern dapat saja diikat oleh ikatan professional, yakni “tata
krama” sesuai dengan kode etik guru. Jadi, hubungan pribadi dalam arti satu jajaran
(korps) akan menjaga stabilitas komunitas intern juga. Bahkan jika hubungan yang
berlandaskan “tata krama” profesional itu kuat, hubungan pribadi akan hadir dengan
sendirinya dalam bentuk komunikasi professional.
2. Komunikasi Ekstern
Komunikasi ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan
lingkungan ekstern di sekitarnya, untuk mendapatkan masukan-masuka dari
lingkungannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan disekolah.
Komunikasi ekstern juga bisa dilakukan dalam rangka memperkaya kegiatan
belajar-mengajar, misalnya dengan menggunakan masyarakat atau dua orang
sebagai manusia sumber. Komunikasi ekstern ini meliputi hubungan sekolah
dengan orang tua siswa dan hubungan sekolah dengan masyarakat, baik secara
individu maupun melembaga.
a. Hubungan Sekolah Dengan Orang Tua
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara formal dan potensial
memiliki peranan penting dalam strategi bagi pembinaan generasi muda, khususnya
bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar.
Hubungan sekolah denganorang tua peserta diidk dapat dijalin melalui
berbagai cara, misalnya dengan mendatangkan orang tua siswa atau tenaga khusus
yang kebetulan ada dimasyarakat, seperti seorang dokter atau perawat untuk
memberikan ceramah masalah kesehatan sekolah. Ha ini merupakan bentuk kerja
sama antara guru dan orang tua siswa yang di dasari hal-hal berikut :
a) Adanya kesamaan tangung jawab; dalam undang-undang di kemukakan
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan
masyarakat ;
b) Adanya kesamaan tujuan ; orang tua menghendaki putra-putrinya menjadi
warga Negara dan manusia yang baik serta berguna bagi Negara dan bangsa;
demikian pula guru menghendaki agar peserta didiknya menjadi manusia sehat
jasmani-rohaninya, yang trampil kreatif, demokratis, serta berguna bagi
bangsa dan Negara.
2) Cara Menjalani Hubungan Sekolah Dengan Orang Tua Siswa Untuk Menjallani
Hubungan Sekolah Dengan Orang Tua Siswa Dapat Di Lakukan Melalui Dewan
Sekolah, BP3, Pertemuan Penyerahan Buku Laporan Pendidikan, Dan Cerama
Ilmiah.
a. Melalui dewan sekolah; dewan sekolah merupakan suatu lembaga yang perluh
dibentuk dalam rangka pelaksanaan MBS. Anggota dewan sekolah terdiri dari
kepala sekolah, guru dan beberapa tokoh masyarakat serta orang tua yang
memiliki potensi dan perharian besar terhadap pendidikan disekolah.
b. Melalui BP3; BP3 merupakaan organisasi orang tua peserta didik, yang
bertugas dan berfungsi untuk memberikan bantuan penyelengaraan pendidikan
di sekolah . bantuan ini terutama berkaitan dengan masalah sarana dan
prasarana penunjang kegiatan belajar-mengajar.
c. Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan; pembagian buku
laporan pendidikan yang dilakukan tiap semester, di selenggarakan melalui
pertemuan antra orang tua dan para guru.
d. Melalui ceramah ilmiah; ceramah ilmiah dapat di hadiri bersama oleh orang
tua siswa dengan para guru. Ceramah yang dilakukan dapat membahas
berbagai masalah yang berkaitan dengan peningkatan prestasi peserta didik.
Meskipun demikian tidak semua orang tua bisa menyekolahkan anak yang
berkelainan ke sekolah luar biasa karena disamping jumlahnya yang masih langka,
bahkan jarang ada dikampung atau di desa, jiga biaya untuk menyekolahkan anak
tersebut cukup mahal, jarang bisa dijangkau oleh orang tua yang berekonomi
menengah ke bawah. Sehubungan dengan itu jika kelemahan anak sedang atau
ringan, cukup diberi perhatian khusus sesuai dengan perkembangan pribadinya.
Dalam hal ini, perluh bantuan secara individual terhadap peserta didik yang
mengalami hambatan-hambatan disekolah agar mereka dapat mengembangkan
potensi secara optimal.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, guru perluh menanamkan
pengertian kepada seluruh siswa disekolah tersebut agar anak yang memiliki
kelainan tidak menjadi cemoohan. Hal ini perluh di lakukan Karena banyak orang
tua yang sukar menerima dan tidak mau mengerti bahwa anaknya memiliki kelainan.
1. Hakikat Supervisi
Supervise secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi yang
mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas
yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja
bawahan.
Terdapat beberapa istilah-istilah yang hamper sama. Istilah-istilah tersebut
antara lain, pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawsan mengandung arti
suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekrjaan dilakukan sesuai
dengan ketentuan.
Dalam kaitannya dengan MBS supervise lebih ditekankan pada pembinaan
dan peningkatan kemampuan dan kinerja tenaga kependidikan disekolah dalam
melaksanakan tugas. Untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih
luas tentang supervise ini, berikut dikemukakan beberapa pengertian dari para ahli
.
Dalam carter good’s dictionary of education, dikemukakan difinisi supervise
sebagai berikut :
Segala usaha penjabat sekolah dalam pimpinana guru-guru dan tenaga
kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran; termaksuk menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode
mangajar serta evakulasi pengajaran.
1. Pidarta (1988) mengutip pendapat jones, mengungkapkan bahwa
supervise merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses
administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk
mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang
berhubungan dengan tugas-tugas pendidikan.
2. Sutisna (1985) mendeskripsikan supervise sebagai bantuan dalam
pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik . dengan
perkataan lain, supervise adalah suatu kejadian pembelajaran yang
disediakan untuk membantu para guru dalam menjalankan
pekerjaannya agar lebih baik.
3. Sahertian (1990) mengemukakan bahwa supervise merupakan usaha
mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing usaha
kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah, baik secara individual
maupun secara kolegtif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi
dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu sehinga
dapat lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.
b. Pembicaraan Individual
Pembicaraa individual dapat dlakukan tanpa harus melakukan
kunjungan kelas terlebih dahulu jika kepala sekolah merasa bahwa guru
memerlukan bantuan atau guru itu sendiri yang merasa perlu bantuan.
Pembicaraan individual merupakan salah satu alat supervisi penting karena
dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individual dengan
guru dalam memecahkan masalah pribadi yang berhubungan dengan proses
belajar-mengajar.
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok atau pertemuan kelompok adalah suatu kegiatan
mengumpulkansekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan
untuk bertukar informasi atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang
masalah-masalah bersama. Kegiatan diskusi ini dapat mengambil beberapa
bentuk pertemuan, seperti panel seminar, lokakarya, konperensi, kelompok
studi, kelompok komisi, dan kegiatan lain yang bertujuan bersama-sama
membicarakan dan menilai masalah-masalah tentang pendidikan dan
pengajaran. Kegitan diskusi kelompok di sekkolah dapat dikembangkan
melalui rapat sekolah untuk membahas bersama-sama masalah pendidikan dan
pengajarn di sekolah itu.
d. Demonstrasi Mengajar
Ialah proses mengajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru
yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya. Demonstrasi mengajar bertujuan untuk
m,emberi contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar-mengajar yang
baik dalam menyajikan materi, menggunakan pendekantan, metode, media
pembelajaran. Demonstrasi mengajar merupakan teknik supervisi yang besar
manfaanya bagi guru-guru. Perlu dipahami oleh supervisor bahwa tidak ada
cara mengajar yang paling baik untuk setiap tujuan. Oleh karena itu,
supervisor perlu menjelaskan kesempatan demonstrasi mengajar tersebut
sebagai salah satu alternatif penampilan dengan maksud tertentu. Guru-guru
hendaknya mendapat kesempatan untuk menganalisispenampilan mengajar
yang diamatinya itu.
e. Perpustakaan Profesional
Ciri profesinal seorang guru antar lain tercermin dalam kemauan dan
kemampuannya untuk belajar secara terus dalam rangka meningkatkan dan
memperbaiki tugas utamanya, yaitu mengajar. Guru hendaknya merupakan
kelompok “reding people” dan menjadi bagian dari masyarakat belajar, yang
menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidupnya. Untuk kepentingan tersebut
diperlukan berbagai sumber belajar yang dapat memenuhi kebutuhan guru,
terutama dalam kaitannya dengan sumber-sumber belajar berupa buku.
Dikatakan demikian karena buku merupakan gudang ilmu dan sebagai salah
satu sumber pengetahuan yang utama. Sehubungan dengan itu, diperlukan
sejumlah buku perpustakaan sesuai dengan bidang ilmu atau bidang kajian
setiap guru. Dalam hal ini kehadiran perpustakaan di sekolah sangat dirsakan
manfaatnya dan sangat penting bagi peningkatan dan pertumbuhan jabatan
guru.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koordinasi atau dalam Bahasa Inggris coordination,berasal dari bahasa latin,
yakni cum yang berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau
penempatan pada sesuatu pada keharusannya. terdapat lima pokok pikiran yang
merupakan intisari koordinasi yaitu, kesatuan tindakan atau kesatuan usaha,
penyesuaian antar bagian, keseimbangan antar satuan, keselarasan, dan
sinkronisasi
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berlangsung begitu
pesat tidak dapat lagi diikuti dengan kasar mata sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan yang sangat rumit dan kompleks, serta memerluhkan pemecahan
secara proposional.
Dalam bidang pendidikan misalnya diperluhkan berbagai teknologi dan inovasi
untuk memecahkan berbagai permasalahan yang menyangkut proses belajar
megajar,baik yang berkaitan dengan kebijakan, manajemen, pendekatan, strategi,
isi maupun sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran.
Pada dasarnya guru memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi dan
meningkatkan kinerja, namun banyak faktor yang memperhambat mereka dalam
mengembangkan berbagai potensi secara optimal. Oleh karena itu, sangat
dirasakan perluhnya pembinaan yang kontinu dan berkesinambungan dengan
program yang terarah dan sistematis terhadap para guru dan personil pendidikan
lain di sekolah.
B. Saran
Dari makalah kami,kami berharap para pembaca mampu memanfaatkannya sebagai
sumber belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dan tak lupa
kritik,masukan,saran,dalam bentuk apapun sangat kami hargai agar kedepannya
penulisan makalah kami menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA