Anda di halaman 1dari 28

Makalah

Administrasi pendiidkan

Nama Kelompok 7 :

1. Annisa (E1E218011)
2. Aprilia (E1E218013)
3. Arlina (E1E218017)
4. Baiq Diah Wanasari (E1E218026)

Kelas : 1 A Reguler Sore

Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Mataram
2018/2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikumwr.wb

Alhamdulillah, segalapujisyukur kami ucapkan atas Rahmat, Taufik, Hidayah dan


Karunia Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh rasa
tanggung jawab. Shalawat serta salam tidak lupa curahkan kepada junjungan alam Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa manusia dari jalan kegelapan menuju jalan yang
terang benderang.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada Dosen pengajar mata kuliah Administrasi
Pendidikan serta semua pihak yang turut membantu hingga terselesaianya makalah ini. Dalam
makalah ini kami membahas mengenai Koordinasi, Komunikasi, dan Supervisi dalam
Manajemen Berbasis Sekolah. Kami sadar bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran
pembaca untuk lebih sempurnanya penulisan–penulisan selanjutnya. Mudah–mudahan
pembaca dapat mengambil hikmah atau manfaat dari makalah ini dan dapat menambah
wawasan pembaca. Demikian, semoga malkalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikumwr.wb.

Mataram, 14 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Koordinasi Dalam Manejement Berbasis Sekolah ...............................................
B. Komunikasi Dalam Manejemen Berbasis Sekolah ...............................................
C. Supervise Dalam Manejemen Berbasis Sekolah ...................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
MBS sebagai model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih
besar terhadap sekolah, memberikan fleksibilitas, dan mendorong partisipasi
stakeholder secara langsung untuk meningkatkan mutu sekolah yang akan
menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi
pendidikan. MBS dipahami sebagai salah satu alternative untuk mengelola struktur
penyelenggaraan pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai unit utama
peningkatan. MBS juga merupakan cara untuk meningkatkan motivasi kepala sekolah
agar tanggung jawab terhadap mutu peserta didik. Untuk itu, kepala sekolah sebagai
pemimpin sebaiknya mengembangkan program pendidikan secara menyeluruh dalam
melayani segala kebutuhan peserta didik. Kepemimpinan sekolah yang kuat adalah
kepemimpinan yang efektif, tangguh, mampu menggunakan fakta, menciptakan visi,
memotivasi orang, memberdayakan stafnya, mampu memimpin dan memiliki
keahlian dalam arti sebenarnya.
Dalam pelaksanaan MBS, tidak hanya factor kepemimpinan yang diperhatikan,
tetapi ada koordinasi dan komunikasi yang harus selalu terjalin di antara stakeholder
yang terkait dengan sekolah. Sekolah yang melaksanakan MBS juga perlu di evaluasi
dan di supervise untuk mengetahui seberapa besar peningkatan yang telah dicapai.
Partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan
MBS. Yang perlu di monitor dan dievaluasi dalam MBS adalah konteks atau eksternal
lsekolah yang berupa tuntutan dan dukungan, yang di dalamnya ada evaluasi
kebutuhan, input, proses, output, dan outcome. Indicator keberhasilan MBS
ditentukan oleh kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan, efektivitas dan efisiensi
pendidikan, dan tata pengelolaan sekolah yang baik.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai organisasi MBS dengan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud kepemimpinan dalam MBS ?
2. Bagaimana koordinasi dan komunikasi dalam MBS ?
3. Apa saja yang harus di supervisi dalam MBS ?
4. Apa yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam MBS ?
5. Bagaimana peran masyarakat dan komite dalam MBS ?
6. Apa saja yang menjadi indicator keberhasilan dalam MBS ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud kepemimpinan dalam MBS
2. Mengetahui bagaimana koordinasi dan komunikasi dalam MBS
3. Mengetahui apa saja yang harus di supervisi dalam MBS
4. Mengetahui apa yang perlu dimonitor dan dievaluasi dalam MBS
5. Mengetahui bagaimana peran masyarakat dan komite dalam MBS
6. Mengetahui apa saja yang menjadi indicator keberhasilan dalam MBS
BAB II
PEMBAHASAN

A. Koordinasi Dalam Manejement Berbasis Sekolah


Koordinasi atau dalam Bahasa Inggris coordination,berasal dari bahasa latin,
yakni cum yang berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau
penempatan pada sesuatu pada keharusannya (Westra,1983). Dalam MBS, koordinasi
berkaitan dengan penempatan berbagai kegiatan yang berbeda-beda pada keharusan
tertentu, sesuai dengan aturan yang berlaku untuk mencapai tujuan dengan sebaik-
baiknya melalui proses yang tidak membosankan.
Penggunaan istilah koordinasi sering dipertukarkan atau dilakukan secara
bergantian dengan istilah kerja sama (cooperation). Padahal koordinasi lebih dari pada
sekedar kerja sama karena dalam koordinasi yang terkandung sinkronisasi. Sementara
kerja sama merupakan suatu kegiatan kolektif dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama. Dengan demikian kerja sama dapat terjadi tanpa koordinasi, sedangkan dalam
koordinasi pasti ada upaya untuk menciptakan kerjasama.
Sedikitnya terdapat lima pokok pikiran yang merupakan intisari koordinasi yaitu,
kesatuan tindakan atau kesatuan usaha, penyesuaian antar bagian, keseimbangan antar
satuan, keselarasan, dan sinkronisasi. Pengkoordinasian merupakan upaya untuk
menyelaraskan satuan-satuan, pekerjaan-pekerjaan dan orang-orang agar dapat bekerja
secara tertib dan seirama menuju kearah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan
(chaos), penyimpangan, percekcokan, dana kekosongan kerja (vaccum). Jadi koordinasi
dapat dimaknai sebagai proses penyatupatuan sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan dari
unit-unit lembaga untuk mencapai tujuan lembaga secara efektif dan efesien.

Handayaningrat (1992) mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai berikut :


a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu,
koordinasi menjadi wewenang dan tanggunng jawab pimpinan sehingga
dapat dikatakan bahwa pimpinan bisa berhasil jika melakukan koordinasi.
b. Koordinasi adalah kerjasama. Hal ini disebabkan kerja sama merupakan
syarat mutlak terselenggaranya koordinasi.
c. Koordinasi merupan proses yang terus-menerus (continue process), dan
berkesinambungan dalam rangka mewujudkan tujuan lembaga.
d. Pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan koordinasi
adalah konsep yang diterapkan didalam kelompok, bukan usaha indiviru
melainkan sejumlah individu yang berkerjasama di dalam kelompok untuk
mencapai tujuan bersama.
e. Kesatuan tindakan merupaka inti koordinasi. Pimpinan merupakan
pengatur usaha-usaha dan tindakan-tindakan setiap individu sehingga di
peroleh keserasian dalam mencapai hasil bersama.
f. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common Purpose). Kesatuan
usaha yang meminta kesadaran semua pihak untuk berpartisipasi secara
aktif melaksanakan tujuan bersama sebagai kelompok tempat mereka
bekerja.

Agar koordinasi dapat berjalan lancer, perluh diperhatikan lima prinsip utama yaitu :
1. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal.
2. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam koordinasi adalah menciptakaniklim
yang konduktif bagi kepentingan bersama.
3. Koordinasi merupakan proses yang terus-menerus dan berkeesinambungan.
4. Koordinasi merupakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
5. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan
secara terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.

Koordinasi akan berlangsungmsecara efektif apabila dilaksanakan secara


terus-menerus dan berkesinambungan dari tahap awal sampai akhir pekerjaan :

1. Maanfaat koordinasi
Koordinasi sangat diperluhkan dalam MBS, terutama untuk menyatukan
kesamaan pandangan antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan kegiatan
dan tujuan sekolah, baik guru, kepala sekolah, personil sekolah, orang tua,
maupun masyarakat.
Maanfaat koordinasi antara lain, untuk melakukan gerak sentry-pental, yaitu
gerakan untuk mengembalikan kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah ke dalam
kesatuan kegiatan induknya.
Dengan demikian manfaat koordinasi dalam MBS dapat didefinisikansebagai berikut :
1. Menghilangkan dan menghindarkan peranan terpisahkan satu sama lain
antara pengawas, kepala sekolah, guru, dan para petugas atau personil
disekolah.
2. Menghindarkan perasaan atau pendapat bahwa dirinya atau jabatannya
merupakan yang paling penting,
3. Mengurangi dan menghindarkan kemungkinan timbulnya pertentangan
antara sekolah atau antara penjabat dan pelaksana,
4. Menghindarkan timbulnya rebutan fasilitas
5. Menghindarkan terjadinya peristiwa mengunggu yang memakan waktu
lama
6. Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekembaran pekerjaan sesuatu
kegiatan oleh sekolah
7. Menghindarkan kemungkinan terjadinya kekosongan pekerjaan sesuatu
program oleh sekolah-sekolah atau kekosongan pekerjaan tugas oleh para
kepala sekolah
8. Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling memberikan
bantuan satu sama lain terutama bagi mereka yang berada dalam wilayah
yang sama
9. Menumbuhkan kesadaran para kepala sekolah untuk saling memberi tahu
masalah yang dihadapi bersama dan berkerja sama dalam memecahkannya
10. Memberikan jaminan tentang kesatuan langkah diantara para kepala
sekolah atau para guru, (k) menjamin adanya kesatuan langkah dan
tindakan diantara kepala sekolah, (I) menjamin kesatuan sikap di antara
kepala sekolah , dan (m) menjamin kesatuan kebijaksanaan diantara kepala
sekolah dan wilayah tertentu.

Di samping itu, koordinasi dalam MBS, antara lain, dapat mencegah


pertengkaran antara lembaga karena berebut kekuasaan atau wewenang, dapat
menghindari saling lempar kewajiban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas,
dapat mencegah terjadinya kesimpangsiuran, dapat mengembangkan prakarsa dan
daya improvisasi para petugas.
Manfaat utama koordinasi dalam MBS adalah untuk menumbuhkan sikap
egaliter, sertan meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan di antara kepala sekolah
maupun guru0guru tetap menghargai kewajiban dan wewenang masing-masing.

2. Macam-macam koordinasi
Pada dasarnya koordinasi dapat dilakukan secara intern maupun exstern,
sesuai dengan tujuan dan fungsingnya. Koordinasi antara lembaga biasanya
berkenaan dengan fungsi dan bidang garapan tertentu, yang sering disebut dengan
koordinasi fungsional dan koordinasi lintas sektoral.
Secara teoretis dapat dikemukakan beberapa macam koordinasi sesuai dengan
ruang lingkup dan arah kegiatannya. Berdasarkan ruang lingkupnya, koordinasi
dapat diidentifikasikan kedalam koordinasi intern dan ekstern. Koordinasi intern
adalah koordinasi antar penjabat atau antar unit didalam suatu lembaga ;
sedangkan koordinasi ekstern adalah koordinasi antara penjabat dari berbagai
lembaga atau antar lembaga.
Berdasarkan arah kegiatannya, dapat diidentifikasikan adanya koordinasi
vertikal, horizontal, fungsional, dan diagonal. Koordinasi vertikal terjadi antara
para penjabat dengan bagian-bagian, sub-sub bagian dari berbagai staf lembaga
yang ada dibawahnya. Koordinasi horizontal yaitu koordinasi yang terjadi antara
penjabat yang memiliki tingkat hierarki yang sama dalam suatu lembaga, dan
antara penjabat dari berbagai lembaga yang sederajat atau satu level. Koordinasi
fungsional adalah koordinasi yang terjadi antara penjabat, antara unit atau antara
lembaga, atas dasar kesamaan fungsi dan dan kepentingan. Koordinasi diagonal
adalah kooordinasi antar penjabat atau unit yang memiliki perbedaan, baik dalam
fungsi maupun tingkat haerarkinya.

Handayaningrat (1982) mengemukakan koordinasi berdasarkan hubungan


antara penjabat yang mengkoordinasikan dan penjabat yang dikoordinasikan
sebagai berikut :
a. Koordinasi intern, terbagi menjadi tiga berikut :
1. Kordinasi vertical atau struktuala antaranyang mengkoordinasiikan
dengan yang dikoordinasikan secara structural terdapat hubungan
hierarkis. Hal ini dapat juga di katakana koordinasi yang bersifat
hierarkis, karena satu dengan yang lainnya berada pada satu garis
komando (line 0f command).
2. Koordinasi horizontal, yaitu koordinasi fungsional, kedudukan
antara yang mengkoordinasikan dan yang dikoordinasikan
setingkat eselonnya. Menurut tugas dan fungsinya mempunyai
kaitan satu sama lain sehingga perluh dilakukan koordinasi
3. Koordinasi diagonal yaitu koordinasi fungsional, yang
mengkoordinasikan mempunyai kedudukan lebih tinggi eselonnya
dibandingkan yang dikoordinasikan, tetapi satu dengan yang
lainnya tidak berada pada satu garis komando (line of command)
b. Kooordinasi ekstern, termaksukmkoordinasi fungsional. Dalam koordinasi
ekstern yang bersifat fungsional, koordinasi itu hanya bersifat horizontal
dan diagonal

Siagian (1979) mengelompokkan koordinasi menjadi sebagai berikut :


1) Koordinasi menjadi atasan dan bawahan, yang disebut koordinasi vertical
2) Koordinasi diantara sesama penjabat yang setingkat dalam suatu instansi,
disebut koordinasi horizontal;
3) Koordinasi fungsional, koordinasi antar instansi, tiap-tiap instansi
mempunyai tugas dan fungsi dalam suatu bidang tertentu.

3. Cara Melakukan Koordinasi


Koordinasi dapat dilakukan secara formal dan informal, melalui konferensi
lengkap pertemuan berkala, pembentukan panitia gabungan, pembentukan badan
koordinasi staff, wawancara dengan bawahan, memorandum berantai, buku peduman
lembaga, tata kerja, dan sebagainya.
Pendapat Sutarto (1983) yang mengemukakan cara-cara koordinasi berikut :
a. Mengadaka pertemuan informal diantara para penjabat,
b. Mengadalkan pertemuan folmal antara penjabat (rapat)
c. Membuat edaran berantai kepada para penjabat yang diperluhkan
d. Membuat penyebaran kartu kepada para penjabat yang di perluhkan
e. Mengangkat coordinator
f. Membuat buku pedoman lembaga, buku pedoman tata kerja, dan buku
pedoman peraturan
g. Berhubungan melalui alat perhubungan (telepon)
h. Membuat tanda-tanda
i. Membuat symbol
j. Membuat kode, dan
k. Bernyanyi bersama

Dalam koordinasi, setiap unit lembaga mengadakan hubunga untuk saling tukar
pikiran mengenai kegiatan dan hasil yang telah dicapai pada saat tertentu, serta saling
mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi dan mencari jalan pemecahannya,
sekaligus saling membantu memecahkan masalah.dengan demi kian setiap pekerjaan
dapat dilaksanakan dengan lancar dan terarah pada pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
Manejement berbasis sekolah dapat ditinjau dari pendekatan proses dan
pendekatan tugas. Oleh karena itu, dalam MBS kedinasan dapat dilakukan dalam
setiap tahan dari proses dan tahap dari bidang garapan manejemen tersebut.
Koordinasi dalam MBS mencangkup seluruh program pengelolaan terhadap setiap
subjek, objek dan bidang garapan sekolah.

B. Komunikasi dalam manejemen berbasis sekolah


Sebagaimana halnya koordinasi, komunikasi dalam MBS, meliputi
komunikasi intern dan ekstern. Kedua komunikasi tersebut sangat berpengaruh
terhadap kelancaran, kemudahan, dan kenyamanan dalam melaksanakan MBS :
1. Komunikasi intern
Komunikasi intern yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan
dan keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan pekerjaan sekolah yang
menjadi tugas bersama.
a. Dasar, tujuan, dan manfaat komunikasi intern
Manejemen dilihat dari kegiatan orang-orangnya berarti kerjasamanya
dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Di sekolah memang
tidak banyak personil, kalau dipandang dari personil dewasa yaitu guru
dan pegawai, namun, jika peserta didik dipandang juga sebagai personil
sekolah, jumlahnya akan menjadi banyak. Oleh karena itu, komunikasi
yang baik antara berbagai personil tersebut harus dikembangkan
sedemikian rupa untuk mencapai hasil seoptimal mungkin.
Dalam suatu sekolah yang hubungan antara personilnya kurang
harmonis, acuh tidak acuh satu sama lain, sukar mencari titik temu dan
jalan keluar dalam berbagai masalah pendidikan karena setiap personil
menghadapi masalah pekerjaannya masing-masing dan mencari alternatif
pemecahan masalah tersebut sendiri-sendiri.
Upaya membina komunikasi tidak sekedar untuk menciptakan kondisi
yang menarik dan hangat, tetapi akan mendapatkan makna yang mendalam
dan berarti bagi pendidikan dalam suatu sekolah.
Komunikasi intern sangat dirasakan manfaatnya, terutama oleh
seorang pemula yang baru memasuki dunia barunya, ia akan menelusuri
satu demi satu pekerjaannya dengan hati bertanya-tanya bagaimana
seharusnya mulai bekerja agar tidak dikatakan tidak mengkuti suasana
didalam dunia yang baru itu.
Komunikasi intern ini tidak saja perluh bagi pemula, tetapi bagai
pegawai ayng sudah menjadi penghuni lama pun akan merasa bahwa ia
selalu perluh berkomunikasi dengan teman-temannya untuk megetahui
pendapat orang lain tentang suatu masalah, atau sebaliknya jika ia ingin
tahu bagaimaina teman lain melihat dan memecahkan sesuatu masalah.
Bantuan teman-teman atau orang lainsenantiasa diperluhkan dalam
menyelesaikan pekerjaan dan memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi, misalnya bagaimana cara menghadapi peserta didik yang pandai,
nakal atau bodoh

2. Prinsip Komunikasi
Hubungan yang harus digalang dalam suatu sekolah dapat didasarkan atasn
kepentingan diri sendiri, yang sering menjadi “instrumental” (memperalat); yang
sifatnya pribadi karena kepentingan pribadi, bukan dinas. Hubungan dapat pula
bersifat kedinasan, yang sudah tentu ada disekolah. Barang kali perluh ditambahkan
satu hubungan lagi yaitu, hubungann atas kepentingan pendidikan dan pekerjaan, atau
hubungan kedinasan yang sifatnya professional.
Hubungan profesionan dan hubungan dinas dapat dipersatukan dalam suatu
komunikasi lain, yakni berhubungan pribadi sehingga kedua jenis komunikasi tersebut
berlangsung dengan lancar tanpa ada hambatan yang berarti. Sebaliknya bila
hubungan itu tidak dijaga dapat menimbulkan komunikasi yang tidak mapan dan
terasa tidak hangat, bahkan kurang atau tidak efektif.
Komunikasi intern dapat saja diikat oleh ikatan professional, yakni “tata
krama” sesuai dengan kode etik guru. Jadi, hubungan pribadi dalam arti satu jajaran
(korps) akan menjaga stabilitas komunitas intern juga. Bahkan jika hubungan yang
berlandaskan “tata krama” profesional itu kuat, hubungan pribadi akan hadir dengan
sendirinya dalam bentuk komunikasi professional.

Untuk kepentingan tersebut kepala sekolah perluh memperhatikan perinsip-


prinsip sebagai berikut :
1. Bersikap terbuka, tidak memaksa khendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator
yang mendorong suasana demokratis dan kekeluargaan;
2. Mendorong para guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya
dalam memecahkan suatu masalah, serta harus dapat mendorong aktifitas dan
kreatifitas guru;
3. Mengembangkan kebuasaan untuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik
guru-guru untuk mau mendengarkan pendapat orang lain secara objektif (hal
demikian dapat dilakukan dengan jalan menengahi pembicaraan dan
menterjemahkan pembicaraan orang lain untuk dapat di pahami.
4. Mendorong para guru dan pegawai lainnya untuk mengambil keputusan yang
paling baik dan mentaati keputusan itu
5. Berlaku sebagai pengara, pengatur pembicaraan, perantaran dan pengambilan
kesimpulan secara redaksional.

3. Memecahkan masalah bersama di sekolah


Disetiap sekolah selalu mendapat masalah yang perluh mendapat
pemecahan secara proposional. Dalam setiap pertemuan berfungsi sebagai
pemimpin dan guur-guru perluh di dorong secara bergilir an untuk
mengemukakan pendapat tentang kegiatan kurikuler pada bulan tertentu sehingga
akan didapat sejumlah masalalu yang mereka hadapi.
Peningkatan pengetahuan dan kemampuan professional seing harus
dilakukan melalui pertemuan yang sifatnya bukan rapat, tetapi lebih mirip suatu
ceramah atau diskusi. Kadang-kadang ada seseorang guru yang telah lebih dahulu
mengetahui sesuatu yang baru, baik dari bacaan maupun telah kembali dari
penataran. Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
professional pekerja sekolah, dengan cara meminta guru tersebut untuk
memberikan sekaedar oleh-olehnya atau pengetahuannya yang telah diperoleh
kepada guru-guru lain, yang kemudian kalau mungkin dilanjutkan, dengan diskusi
dan Tanya jawab. Hal ini bila dipertahankan secara berkesinambungan akan terasa
dampak positifnya bagi oengembangan guru dan pegawai lainnya.

2. Komunikasi Ekstern
Komunikasi ekstern merupakan bentuk hubungan sekolah dengan
lingkungan ekstern di sekitarnya, untuk mendapatkan masukan-masuka dari
lingkungannya berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan disekolah.
Komunikasi ekstern juga bisa dilakukan dalam rangka memperkaya kegiatan
belajar-mengajar, misalnya dengan menggunakan masyarakat atau dua orang
sebagai manusia sumber. Komunikasi ekstern ini meliputi hubungan sekolah
dengan orang tua siswa dan hubungan sekolah dengan masyarakat, baik secara
individu maupun melembaga.
a. Hubungan Sekolah Dengan Orang Tua
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang secara formal dan potensial
memiliki peranan penting dalam strategi bagi pembinaan generasi muda, khususnya
bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar.
Hubungan sekolah denganorang tua peserta diidk dapat dijalin melalui
berbagai cara, misalnya dengan mendatangkan orang tua siswa atau tenaga khusus
yang kebetulan ada dimasyarakat, seperti seorang dokter atau perawat untuk
memberikan ceramah masalah kesehatan sekolah. Ha ini merupakan bentuk kerja
sama antara guru dan orang tua siswa yang di dasari hal-hal berikut :
a) Adanya kesamaan tangung jawab; dalam undang-undang di kemukakan
pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua dan
masyarakat ;
b) Adanya kesamaan tujuan ; orang tua menghendaki putra-putrinya menjadi
warga Negara dan manusia yang baik serta berguna bagi Negara dan bangsa;
demikian pula guru menghendaki agar peserta didiknya menjadi manusia sehat
jasmani-rohaninya, yang trampil kreatif, demokratis, serta berguna bagi
bangsa dan Negara.

1) Tujuan hubungan sekolah dengan orang tua


Dalam buku petunjuk “peningkatan mutu pendidikan disekolah” antara lain
dikemukakan bahwa hubungan sekolah dengan orang tua peserta didik dimaksudkan:
a). agar orang tua mengetahui berbagai kegiatan yang di rencanakan dan
dilaksanakan disekolah untuk kepentingan peserta didik
b). agar orang tua murit mau memberi perhatian yang besar dalam menunjang
program-program sekolah.
Sehubung dengan itu, hubungan kerja sama antara sekolah dan orang tua
peserta didik antara lain bertujuan sebagai berikut:
a. Saling membantu dan saling isi mengisi; anak hidup dirumah mulai jam
14.00-17.00 pagi, sedangkan di sekolah mulai jam 7.00-14.00 siang. Jam
anak lebih banyak dirumah daripada di sekolah karena itu pembelajaran di
rumah dan disekolah harus seirama, jangan sampai disekolah sudah
ditertibkan tetapi di rumah selama 17 jam dibiarkan, atau sebaliknya 17
jam dibina, tetapi selamat 7 jam di sekolah ditelantarkan.
b. Bantuan keuangan dan barang-barang; orang tua peserta didik yang
mengetahui adanya kekurangan-kekurangan disekolah dapat memberikan
bantuan keuangan atau barang-barang, baik secara perorangan mau pun
melalui lembaga yang dimsebut BP3 (Badan Pembantu Penyelengaraan
Pendidikan).
c. Untuk mencegah perbuatan-perbuatan yang kurang baik; akhir-akhir ini
sering terjadi perkelahian antar pelajar, yang berlangsung biasanya pada
waktu pulang sekolah. Dalam hal ini orang tua dan guru bersama-sama
mencegah usaha tidak baik tersebut dengan memberi petunjuk-petunjuk
dan bimbingan pada anak.
d. Bersama-sama membuat rencana yang baik untuk sang anak; dengan
mengetahui kelebihan-kelebihan, guru bersama orang tua peserta didik
membuat rencana bersama untuk mengembangkannya, misalnya bersama-
sam mengembangkanbakat olahraga, kesenangan dalam bidang seni
tari,musik, seni lukis, dsebagainya.

2) Cara Menjalani Hubungan Sekolah Dengan Orang Tua Siswa Untuk Menjallani
Hubungan Sekolah Dengan Orang Tua Siswa Dapat Di Lakukan Melalui Dewan
Sekolah, BP3, Pertemuan Penyerahan Buku Laporan Pendidikan, Dan Cerama
Ilmiah.
a. Melalui dewan sekolah; dewan sekolah merupakan suatu lembaga yang perluh
dibentuk dalam rangka pelaksanaan MBS. Anggota dewan sekolah terdiri dari
kepala sekolah, guru dan beberapa tokoh masyarakat serta orang tua yang
memiliki potensi dan perharian besar terhadap pendidikan disekolah.
b. Melalui BP3; BP3 merupakaan organisasi orang tua peserta didik, yang
bertugas dan berfungsi untuk memberikan bantuan penyelengaraan pendidikan
di sekolah . bantuan ini terutama berkaitan dengan masalah sarana dan
prasarana penunjang kegiatan belajar-mengajar.
c. Melalui pertemuan penyerahan buku laporan pendidikan; pembagian buku
laporan pendidikan yang dilakukan tiap semester, di selenggarakan melalui
pertemuan antra orang tua dan para guru.
d. Melalui ceramah ilmiah; ceramah ilmiah dapat di hadiri bersama oleh orang
tua siswa dengan para guru. Ceramah yang dilakukan dapat membahas
berbagai masalah yang berkaitan dengan peningkatan prestasi peserta didik.

Kerjasama dalam bidang proses belajar mengajar dimaksudkan untuk


memberikan bantuan dan kemudahan belajar kepada peserta didik, misalnya dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, orang tua harus membantu menjelaskan hala-hal yang
belim diketahui oleh sang anak.
Kerja sama dalam bidang pengembangan bakat dimaksudkan untuk
mengembangkan bakat peserta didik agar dapat berkembang secara optimal. Hal ini
penting Karena pada dasarnya para waktu belajar peserta didik disekolah sangat
terbatas sehingga pengembangan bakat ini tidak dapat dilakukan secara optimal.
Kerja sama dalam bidang pendidikan mental dilakukan terutama untuk
menghadapi masalah kesulitan belajar peserta didik karena kondisi rumah tangga
yang kacau, misalnya peserta didik tinggal dengan ibu tiri.
Kerja sama dalam bidang kebudayaan, terutama dala penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Anak disekolah diberi pelajaran pelajaran bahasa
Indonesia yang baik , tetapi kalau dirumah iklimnya tidak baik, perkembangan
bahasanya akan jelek. Oleh sebab itu orang tua harus berbahasa Indonesia yang baik
dan benar, sehingga baik disituasi rumah maupun disekolah menunjang pembentukan
kemampuan bahasa Indonesia.

3) Memecahkan masalah bersama


Banyak masalah yang timbul sebagai akibat dari prilaku, perbuatan, dan
ucapan peserta didik, misalnya, kirang pendengaran, kurang penglihatan, cacat
tubuh, pemberang, pemalas, pemboros, pemurung, gagab dan lambat belajar.
Berikut ini masalah-masalah tersebut secara umum dapat di klasifikasikan
yaitu :
a. Masalah yang berhubungan dengan keadaan tubuhnya
b. Masalah yang berhubungan dengan keadaan mentalnya
c. Masalah yang berhubungan dengan keadaan belajarnya.

Apabila masalah-masalah yang dimiliki peserta didik tersebut tidak dapat di


selesaikan atau dilayani disekolah, guru perluh menyarankan orang tua untuk
menyekolahkan anaknya kesekolah yang luar biasa yaitu :
a. SLB/A = untuk anak tuna netral;
b. SLB/B = untuk anak tuna rungu- bicara;
c. SLB/C = untuk anak tuna mental
d. SLB/D = untuk anak cacat tubuh;
e. SLB/A = untuk anak tuna laras.

Meskipun demikian tidak semua orang tua bisa menyekolahkan anak yang
berkelainan ke sekolah luar biasa karena disamping jumlahnya yang masih langka,
bahkan jarang ada dikampung atau di desa, jiga biaya untuk menyekolahkan anak
tersebut cukup mahal, jarang bisa dijangkau oleh orang tua yang berekonomi
menengah ke bawah. Sehubungan dengan itu jika kelemahan anak sedang atau
ringan, cukup diberi perhatian khusus sesuai dengan perkembangan pribadinya.
Dalam hal ini, perluh bantuan secara individual terhadap peserta didik yang
mengalami hambatan-hambatan disekolah agar mereka dapat mengembangkan
potensi secara optimal.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, guru perluh menanamkan
pengertian kepada seluruh siswa disekolah tersebut agar anak yang memiliki
kelainan tidak menjadi cemoohan. Hal ini perluh di lakukan Karena banyak orang
tua yang sukar menerima dan tidak mau mengerti bahwa anaknya memiliki kelainan.

b. Hubungan sekolah dengan masyarakat


Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat liingkungan nya, sebaiknya masyarakat pun tidak dapat di pisahkan dari
sekolah.
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bentuk komunikasi ekstern
yang dilakukan atas dasar kesamaan tanggung jawab dan tujuan. Masyarakat
merupakan kelompok dan individu-individu yang berusaha yang menyelengarakan
pendidikan atau membantu usaha pendidikan. Dalam masyarakatt terdapat lembaga-
lembaga penyelengaraan pendidikan, lembaga keagamaan, kepramukaan,politik,
sosial, olahraga, kesnian yang bergerak dalam usaha pendidikan. Dalammasyarakat
juga terdapat individu-individu atau pribadi-pribadi yang bersimpati terhadap
pendidikan disekolah.

Masyarakat menghendaki tenaga-tenaga yang trampil dan demokratis.


Individu terampil yang demikrasi ini diharapkan dating dari sekolah. Karena itu,
antara sekolah dan masyarakat mempunyai kesamaan tujuan yakni :
1. Tujuan hubungan antara sekolah dengan masyarakat
Dapat ditinjau dari dua dimensi yaitu kepentingan sekolah dan kebutuhan
masyarakat.
Berdasarkan dimensi kepentingan sekolah dan kebutuhan masyarakat dengan
masyarakat bertujuan untuk :
a. Memelihara kelangsungan hidup seklah,
b. Meningkatkan mutu pendidikan disekolah,
c. Memperlancar kegiatan belajar-mengajar, dan
d. Memperoleh bantuan dan dukungan dari masyarakat dalam
rangka pengembangannya dan pelaksanaan program-
program sekolah.

Berdasarkan dimensi kebutuhan masyarakat yaitu :


a. Memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
b. Memperoleh kemajuan sekolah dalam memecahkan
berbagai masalah yang dihadapin masyarakat
c. Menjamin relevansi program seolah dengan
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, dan
d. Memperoleh kembali anggota-anggota masyarakat yang
terampil dan maki meningkat kemampuannya.

Disamping itu, hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk saling


membantu, serta mengisi dan menggakang bantuan keuangan, bangunan serta barang.
Hal ini penting dilakukan agar apa yang diselenggarakan dimasyarakan sesuai
dan sejalan, serta menunjang kegiatan pendidikan disekolah. Program kegiatan di luar
sekolah ini di antaranya adalah mengisi waaktu liburan, serta mengisi waktu luang
pada sore dan malam hari.
Belajar Al-Quran, shalat, bermain sandiwara, menyanyi, pidato,
menulis/mengarang, bermain piano, bermain kereta, judo, sepak bola dan sebagainya
merupakan pengisian waktu yang baik. Pelajaran-pelajaran sudah diberikan di sekolah
tetapi karena waktinya sangat terbatas yang diberikan hanya dasar-dasarnya saja. Pada
hakikatnya pendidikan yang baik membutuhkan biaya yang banyak, ruang belajar
yang cukup dan alat bantu pendidikan yan memindai.

2. Bidang kerja sama sekolah dengan masyarakat


Banyak orang mnegartikan hubungan sekolah masyarakat dalam arti sempit
dan terbatas pada kepentingan belajar anak. Dengan begitu apa bila orang tua dan
guru di sekolah telah bersama-sama melakukan pendidikan, hubungan sudah dianggap
baik.
Pengembangn bakat seni peserta didik disekolah waktunya sangat terbatas.
Oleh karena itu, adanya perkumpulan-perkumpulan kesenian dimasyarakat sangat
membantu proses pembinaan bakat dan jiwa seni peserta didik, misalnya
perkumpulan seni musik, tari,drama,lukis, dan pahat.
Hubungan kerjasama dalam bidang pendidikan olahraga juga merupakan hal
yang sangat baik karena manusia berkualitas yang dicita-citakan adalah sehat jasmani
dan rohani. Pembidaan olahraga disekolah setiap minggu hanya berlangsung beberapa
jam saja sehingga waktu latihan sangat terbatas. Kerna itu, hal ini harus dilengkapi
oleh masyarakat.
Hubungan kerja sama dalam bidang pendidikan keterampilan antara lain
diperluhkan karena peserta didik di seklah dituntut untuk memperoleh keterampilan,
misalnya computer, bahasa inggris, pertania, teknik, dan jasa.
Dalam bidang pendidikan anak berkelainan, kerja sama dapat dilakukan untuk
menghadapi peserta didik , baik di atas normal, seperti yang luar biasa pandainya,
maupun anak dibawah normal, bahkan anak normal yang mengalami hambatan-
hambatan dalam pembelajaran.
Dalam rangka MBS, hubunggan sekolah dengan masyarakat dapat di jalin
mem=lalui dewan sekolah,bBP3, rapat bersama,konsultasi, radio, dan televise, surat
dan telpon, pameran seklah serta ceramah.
Melalui dewan sekolah ; dewan sekolah merupakan suatu lembaga yang
perluh di bentik dalam rangka pelaksanaan MBS.
Melalui lembaga BP3; anggota BP3 terdiri dari atas orang tua peserta didik
dan anggota masyarakat yang mempunyai minat dan perhatian terhadap sekolah.
Melalui rapat bersama, sekolah dapat mengndang lembaga yayasan, atau
seseorang yang bersimpati terhadap pendidikan untuk mengadakan rapat bersama
guna membahas suatu masalah.
Melalui konsultasi; sekolah dapat melakukan konsultasi mengenai peserta
didiknya dengan seseorang ahli yang ada dimasyarakat, misalnya seseorang peserta
didik yang mengalami gangguan penglihatan/pendengaran, guru dapat berkonsultasi
dengan dokter ahli, yang hasilnya dapat digunakan untuk mencari solusi yang tepat.
Melalui radio dan televisi; pada umumnya masyarakat sekarang sudag sangat
terbiasa dengan radia dan televisi. Kebiasaan ini dapat digunakan untuk menjalin
kerja sama antara masyarakat dan sekolah, artinya sekolah dapat menyampaikan
masalah-masalah yang dihadapin disekolah melalui program radio dan televisi.
Melalui surat dan telepon; apabila sulit berhubungan langsung dengan para
ahli, selain melalui radio dan televise, dapat di lakukan lewat surat atau telepon.
Pameran sekolah dapat dilakukan diakhir tahun ajaran, sekolah dapat
memprogramkannya secara kontinu untuk memamerkan hasil-hasil karya peserta
didik termaksuk pementasan karya,tulis, seni, keterampilan dan sebagainnya.
Melalui ceramah; guru dapat minta seseorang ahli dalam masyarakat untuk
memberikan ceramah disekolah, misalnya mengenai keagamaan,kesehatan,
pendayagunaan lingkungan dan mengenai pokok bahasa lain yang di perluhkan.

C. Supervise dalam manejemen berbasis sekolah


Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berlangsung begitu
pesat tidak dapat lagi diikuti dengan kasar mata sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan yang sangat rumit dan kompleks, serta memerluhkan pemecahan secara
proposional.
Dalam bidang pendidikan misalnya diperluhkan berbagai teknologi dan
inovasi untuk memecahkan berbagai permasalahan yang menyangkut proses belajar
megajar,baik yang berkaitan dengan kebijakan, manajemen, pendekatan, strategi, isi
maupun sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran.
Pada dasarnya guru memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi dan
meningkatkan kinerja, namun banyak faktor yang memperhambat mereka dalam
mengembangkan berbagai potensi secara optimal. Oleh karena itu, sangat dirasakan
perluhnya pembinaan yang kontinu dan berkesinambungan dengan program yang
terarah dan sistematis terhadap para guru dan personil pendidikan lain di sekolah.
Dalam hal ini supervise pendidikan dapat dimaknai sebagai kegiatan
pemantauan oleh Pembina dan kepala sekolah terhadap implementasi MBS termaksuk
pelaksanaan kurikulum, penilaian kegiatan belajar-mengajar dikelas, pelurusan
penyimpangan, peningkatan keadaan, perbaikan program, dan pengembangan
kemampuan professional guru.

1. Hakikat Supervisi
Supervise secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi yang
mengandung arti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas
yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja
bawahan.
Terdapat beberapa istilah-istilah yang hamper sama. Istilah-istilah tersebut
antara lain, pengawasan, pemeriksaan, dan inspeksi. Pengawsan mengandung arti
suatu kegiatan untuk melakukan pengamatan agar pekrjaan dilakukan sesuai
dengan ketentuan.
Dalam kaitannya dengan MBS supervise lebih ditekankan pada pembinaan
dan peningkatan kemampuan dan kinerja tenaga kependidikan disekolah dalam
melaksanakan tugas. Untuk memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih
luas tentang supervise ini, berikut dikemukakan beberapa pengertian dari para ahli
.
Dalam carter good’s dictionary of education, dikemukakan difinisi supervise
sebagai berikut :
Segala usaha penjabat sekolah dalam pimpinana guru-guru dan tenaga
kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran; termaksuk menstimulasi,
menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, dan
merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode
mangajar serta evakulasi pengajaran.
1. Pidarta (1988) mengutip pendapat jones, mengungkapkan bahwa
supervise merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses
administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk
mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang
berhubungan dengan tugas-tugas pendidikan.
2. Sutisna (1985) mendeskripsikan supervise sebagai bantuan dalam
pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik . dengan
perkataan lain, supervise adalah suatu kejadian pembelajaran yang
disediakan untuk membantu para guru dalam menjalankan
pekerjaannya agar lebih baik.
3. Sahertian (1990) mengemukakan bahwa supervise merupakan usaha
mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing usaha
kontinu pertumbuhan guru-guru disekolah, baik secara individual
maupun secara kolegtif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam
mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi
dan membimbing pertumbuhan tiap murid secara kontinyu sehinga
dapat lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern.

Beberapa definisi diatas secara implisit memiliki wawasan dan pandangan


baru tentang supervise yang mengandung ide-ide pokok, seperti mengalakkan
pertumbuhan professional guru, mengembangkan kepemimpinan demokratis,
melepaskan energi dan memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan
efektivitas proses belajar mengajar.
Pada hakikatnya supervise mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu
pembinaan yang kontinu, pengembangan kemampuan professional personil,
perbaikan situasi belajar-mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan
pendidikan dan pertumbuhan perkembangan peserta didik. Dengan kata lain
supervise ada proses pelayanan untuk membantu atau mebina guru-guru,
pembinaan ini menyebabkan perbaikan atau peningkatan kemampuan professional
guru.

2. Tujuan dan fungsi supervise


Superfisi bertujuan untuk mengembangkan iklim yang kondusif dan lebih baik
dalam kegiatan belajar-mengajar, melalui pembinaan dan peningkatan profesi
mengajar.dengan kata lain tujuan supervise pengajaran adalah membantu dan
memberikan kemudahan kepada para gur untuk belajar bagaimana meninfkatkan
kemampuan mereka guna mewujudkan tujuan belajar peserta didik.

Secara khusus Ametembun (1981) mengupas tujuan supervise pendidikan


sebagai berikut :
1. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan
pendidikan yang sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan
tersebut;
2. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk
mempersiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang lebih
efektif;
3. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara krisis
terhadap aktifitas-aktifitasnya dan kesulitan-kesulitan belajar-mengajar, serta
menolong mereka merencanakan perbaikan-perbaikan;
4. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru serta warga sekolah lain
terhadap cara kerja yang demokratis dan komprehensif, serta memperbesar
kesediaan untuk tolong-menolong;
5. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi
untuk mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya;
6. Meembantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program
pendidikan disekolah kepada masyarakat;
7. Melindungi orang-orang yang disupervisi terhadap tuntutan-tuntutan yang
tidak wajar dan kritik-kritk yang sehat dari masyarakat;
8. Membantu kepala sekolah dan guru-guru dalam mengevaluasi aktifitasnya
untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik;
9. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegiatas) di antara guru.

Setiap supervisor pendidikan harus memahami dan mampu melaksanakan


supervise sesuai dengan fungsi dan tugas pokoknya,baik yang menyangkut
penelitian, penilaian, perbaikan maupun pengembangan.
Dalam supervise, penelitian merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh
gambaran yang jelas dan objektif tentang situasi pendidikan.
Penilaian merupakan tindakan lanjud untuk mengetahui hasil penelitian lebih
jauh, yaitu untuk mengetahui factor-faktor yang memengaruhinsituasi pendiidkan
dan pengajaran yang telah diteliti sebelumnya.
Dalam hal ini supervisor telah mengetahui dan memahami kondisi pendidikan
pada umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya, serta keadaan
berbagai fasilitas pendukung, dana, dan daya upaya yang di pergunakan; apakah
baik atau buruk, memuaskan atau tidak, mengalami kemajuan atau tidak, apakah
telah mencapai target yang ditetapkan atau tidak, mengalami kemajuan atau tidak,
apakah baik atau tidak, apakah telah mencapai target ysng ditetapkan atau tidak,
dan sebagainya.
Pengembangan merupakan upaya untuk senantiasa mempertahankan dan
meningkatkan kondisi-kondisi yang sudah baik dan ditemukan dari hasil
penelitian dan penilaian.
Dalam pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut harus dilakukan secara simultan,
konsisten dan kontinu dalam suatu program supervise. Sebagai inti dari kegiatan
supervise adalah bagaimana mengintegrasikan fungsi-fungsi tersebut kedala tugas
pembimbingan terhadap pribadi guru dan tenaga kependidikan lainnya, yang
disuperrvisi.

Supervise pendidikan dilakukan atas dasar kerja sama, pastisipasi dan


kolaborasi; tidak berdasarkan atas paksaan dan kepatuhan. Dengan begitu,
diharapkan timbul kesadaran dan serta perkembangan inisiatif dan imajinasi dari
pihak guru, bukan komformitas.

Untuk merealisasikan prekripsi diatas, sahertian mengutip pendapat Gwyn dan


merumuskan sepuluh tugas utama superviror, yaitu :
a. Membantu guru mengerti dan memahami para peserta didik;
b. Membantu mengembangkan dan memperbaiki, baik secara individual
maupun secara bersama-sama;
c. Membantu seluruh staf sekolah agar lebih efektif dalam melaksanakan
proses belajar mengajar;
d. Membantu guru meningkatkan cara mengajar yang efektif;
e. Membantu guru secara indifidual;
f. Membantu guru agar dapat menilai para peserta didik lebih baik;
g. Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya;
h. Membantu guru agar merasa bergairah dalam pekerjaannya dengan penuh
rasa aman;
i. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum disekolah;
j. Membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-luasnya
kepada masyarakat tentang kemajuan sekolah.

3. Teknik- Teknik Supervisi


Teknik-teknik supervisi antara lain:
a. Kunjungan dan Observasi
Kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan
informasi tentang proses belajar mengajar secara langsung. Melalui teknik ini
kepala sekolah dapat mengamati secara langsung kegiatan guru dalam
melakukan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik
mengajar secara keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.
Kunjungan dan observasi kelas dapat dilakukan dengan tiga pola, kunjungan
kelas dan observasi tanpa memberi tahu guru yang akan dikunjungi,
kunjungan dan observasi dengan terlebih dahulu memberi tahu, serta
kunjungan atas undangan guru.

b. Pembicaraan Individual
Pembicaraa individual dapat dlakukan tanpa harus melakukan
kunjungan kelas terlebih dahulu jika kepala sekolah merasa bahwa guru
memerlukan bantuan atau guru itu sendiri yang merasa perlu bantuan.
Pembicaraan individual merupakan salah satu alat supervisi penting karena
dalam kesempatan tersebut supervisor dapat bekerja secara individual dengan
guru dalam memecahkan masalah pribadi yang berhubungan dengan proses
belajar-mengajar.

c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok atau pertemuan kelompok adalah suatu kegiatan
mengumpulkansekelompok orang dalam situasi tatap muka dan interaksi lisan
untuk bertukar informasi atau berusaha mencapai suatu keputusan tentang
masalah-masalah bersama. Kegiatan diskusi ini dapat mengambil beberapa
bentuk pertemuan, seperti panel seminar, lokakarya, konperensi, kelompok
studi, kelompok komisi, dan kegiatan lain yang bertujuan bersama-sama
membicarakan dan menilai masalah-masalah tentang pendidikan dan
pengajaran. Kegitan diskusi kelompok di sekkolah dapat dikembangkan
melalui rapat sekolah untuk membahas bersama-sama masalah pendidikan dan
pengajarn di sekolah itu.

d. Demonstrasi Mengajar
Ialah proses mengajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru
yang memiliki kemampuan dalam hal mengajar sehingga guru lain dapat
mengambil hikmah dan manfaatnya. Demonstrasi mengajar bertujuan untuk
m,emberi contoh bagaimana cara melaksanakan proses belajar-mengajar yang
baik dalam menyajikan materi, menggunakan pendekantan, metode, media
pembelajaran. Demonstrasi mengajar merupakan teknik supervisi yang besar
manfaanya bagi guru-guru. Perlu dipahami oleh supervisor bahwa tidak ada
cara mengajar yang paling baik untuk setiap tujuan. Oleh karena itu,
supervisor perlu menjelaskan kesempatan demonstrasi mengajar tersebut
sebagai salah satu alternatif penampilan dengan maksud tertentu. Guru-guru
hendaknya mendapat kesempatan untuk menganalisispenampilan mengajar
yang diamatinya itu.

e. Perpustakaan Profesional
Ciri profesinal seorang guru antar lain tercermin dalam kemauan dan
kemampuannya untuk belajar secara terus dalam rangka meningkatkan dan
memperbaiki tugas utamanya, yaitu mengajar. Guru hendaknya merupakan
kelompok “reding people” dan menjadi bagian dari masyarakat belajar, yang
menjadikan belajar sebagai kebutuhan hidupnya. Untuk kepentingan tersebut
diperlukan berbagai sumber belajar yang dapat memenuhi kebutuhan guru,
terutama dalam kaitannya dengan sumber-sumber belajar berupa buku.
Dikatakan demikian karena buku merupakan gudang ilmu dan sebagai salah
satu sumber pengetahuan yang utama. Sehubungan dengan itu, diperlukan
sejumlah buku perpustakaan sesuai dengan bidang ilmu atau bidang kajian
setiap guru. Dalam hal ini kehadiran perpustakaan di sekolah sangat dirsakan
manfaatnya dan sangat penting bagi peningkatan dan pertumbuhan jabatan
guru.
BAB II
PENUTUP

A. Kesimpulan
Koordinasi atau dalam Bahasa Inggris coordination,berasal dari bahasa latin,
yakni cum yang berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau
penempatan pada sesuatu pada keharusannya. terdapat lima pokok pikiran yang
merupakan intisari koordinasi yaitu, kesatuan tindakan atau kesatuan usaha,
penyesuaian antar bagian, keseimbangan antar satuan, keselarasan, dan
sinkronisasi
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang berlangsung begitu
pesat tidak dapat lagi diikuti dengan kasar mata sehingga menimbulkan berbagai
permasalahan yang sangat rumit dan kompleks, serta memerluhkan pemecahan
secara proposional.
Dalam bidang pendidikan misalnya diperluhkan berbagai teknologi dan inovasi
untuk memecahkan berbagai permasalahan yang menyangkut proses belajar
megajar,baik yang berkaitan dengan kebijakan, manajemen, pendekatan, strategi,
isi maupun sumber-sumber pendidikan dan pembelajaran.
Pada dasarnya guru memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi dan
meningkatkan kinerja, namun banyak faktor yang memperhambat mereka dalam
mengembangkan berbagai potensi secara optimal. Oleh karena itu, sangat
dirasakan perluhnya pembinaan yang kontinu dan berkesinambungan dengan
program yang terarah dan sistematis terhadap para guru dan personil pendidikan
lain di sekolah.

B. Saran
Dari makalah kami,kami berharap para pembaca mampu memanfaatkannya sebagai
sumber belajar untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dan tak lupa
kritik,masukan,saran,dalam bentuk apapun sangat kami hargai agar kedepannya
penulisan makalah kami menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan.


Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah.
Mulyasa. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya
Rokhmaniyah. 2008. Kompetensi Supervisi Manajerial. Direktorat Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai