Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NAMA : MANTASIA
NIM : 17015
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
DIII KEPERAWATAN
YAYASAN PENDIDIKAN MAKASSAR
AKADEMI KEPERAWATAN MAKASSAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
BATU GINJAL
A. Definisi
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
(Purnomo, 2000)
Batu Ginjal merupakan keadaan tidak normal dalam ginjal, yang
mengandung komponen kristal dan matriks organik.(Suyono, 2001)
Batu ginjal adalah suatu penyakit dimana terjadi pembentukan batu dalam
kolises dan atau pelvis. Batu ginjal dapat terbentuk karena pengendapan garam
urat, oksalat atau kalsium.
B. Etiologi
Dalam banyak hal penyebab terjadinya batu ginjal secara pasti belum dapat
diketahui. Pada banyak kasus ditemukan kemungkinan karena adanya
hiperparatirodisme yang dapat meyebabkan terjadinya hiperkalsiuria. Kadang–
kadang dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri yang menguraikan ureum
(seperti proteus, beberapa pseudoenonas, staphylococcosa albus dan beberapa
jenis coli) yang mengakibatkan pembentukan batu.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu)
2. Iklim dan temperatur.
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
C. Epidemologi
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
zamanMesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu pada
kandung kemihseorang mumi yang diperkirakan sudah berumur sekitar 7000
tahun.Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di
Negaramaju seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak
dijumpai disaluran kemih bagian atas, sedang di Negara berkembang seperti India,
Thailand danIndonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Hal ini karena
adanya pengaruhstatus gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.Secara Epidemiologis
terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinyabatu saluran kemih pada
seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaanyang berasal dari
tubuh seseorang dan faktor ekstrinsikyaitu pengaruh yang berasal darilingkungan
sekitarnya.Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
F. Manifestasi Klinis
Obstruksi.
Peningkatan tekanan hidrostatik
Distensi pelvis ginjal.
Rasa panas dan terbakar di pinggang. Kolik
Peningkatan suhu (demam).
Hematuri.
Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare.Nyerihebat
1. Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan
genetalia kolik ureteral
b. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
d. retensi urined.
e. Obstruksi
G. Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan pada batu saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi,
infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur
medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endo-urologi, bedah
laparoskopi atau pembedahan terbuka.
a. ESWL/ LithotripsiAdalah prosedur non-invasif yang digunakan untuk
menghancurkan batu di khalik ginjal. Setelah batu tersebut pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir sisa-sisa batu tersebut dikeluarkan secara
spontan.
b. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk mengangkat batu
renal tanpa pembedahan mayor.
c. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam
pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari kateter
yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur.
d. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan
suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik, atau ultrasound lalu diangkat.
Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan dilakukan, dan cairan pengirigasi yang
hangat dialirkan secara terus-menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki
duktus kolekdiktus ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
e. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan jika batu
terletak di dalam ginjal.
f. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
Tindakan-tindakan khusus pada berbagai jenis batu yang berbentuk meliputi :
a. Batu Kalsium : Paratirodektomi untuk hiperparatiroidisme, menghilangkan
susu dan keju dari diit, kalium fosfat asam ( 3 – 6 gram tiap hari) mengurangi
kandungan kalsium di dalam urine, suatu dueretik ( misalnya 50 mg
hidroklorotiazid 2 kali sehari) atau sari buah cranberry ( 200ml, 4 kali sehari )
mengasamkan urin dan membuat kalsium lebih mudah larut dalam urin.
b. Batu Oksalat diet rendah oksalat dan rendah kalsium fosfat ( 3 – 5 gram kalium
fosfat asam setiap hari), piridoksin ( 100 mg, 3 kali sehari).
c. Batu metabolic : sistin dan asam urat mengendap di dalam urin asam (pH urine
harus dianikan menjadi lebih besar dari 7,5 dengan memberikan 4 – 8 ml asam
nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh pasien untuk diet mineral basa, batasi
purin dalam dit penderita batu asam urat ( berikan pulka 300mg alopurinal (
zyloprin ) sekali atau dua kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah
metionin dan penisilamin ( 4 gram tiap hari ).
d. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise batu
ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan pasien dalam
ruang dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap urine out put,
pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan perhatian terhadap lokasi
pemasangan drainase dan perawatannya
H. Komplikasi
1. Sumbatan atau obstruksi akibat adanya pecahan batu.
2. Infeksi, akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
3. Kerusakan fungsi ginjal akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan atau
pengangkatan batu ginja
4. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di
saluran kemih. Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi,
atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat
menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem
duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat
memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
5. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat
menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron
karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua
ginjal terserang.
6. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri
meningkat.
7. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin,
2009).
I. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopak atau radiolusen. Sifat radiopak ini
berbeda untuk berbagai jenis batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari
jenis apa yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu asam urat
murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk
menduga adanya batu ginjal bila diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu
terkadang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput dari
penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu ditambah foto pielografi
intravena (PIV/IVP). Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan
menyebabkan defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi
sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perludilakukan pielografi
retrograd. (1)
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-keadaan; alergi terhadap bahan kontras,
(3)
faal ginjal yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil . Pemeriksaan
USG dapat untuk melihat semua jenis batu, selain itu dapat ditentukan ruang/
lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu
selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu (1).
b. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan penyebab batu.
J. Asuhan Keperawatan.
Asuhan keperawatan pada klien dengan Urolitiasis dilaksanakan melalui
pendekatan proses perawatan terdiri dari : pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi (Doengoes, 2000. Hal 686-694).
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya.
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat
dan kemerahan ; pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan
berkemih. Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
d. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan /atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum
air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal ; penurunan/tak adanya bising usus. Muntah.
e. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada
lokasi batu. Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat
menyebar ke punggung, abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia. Nyeri
dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada
palpasi.
f. Keamanan
Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,
gout, ISK kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama
dirawat : 3,4 hari.
h. Pemeriksaan diagnostic
Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum
menunjukkan SDM, SDP, Kristal,
Urine : (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin
mungkin meningkat.
Hitung darah lengkap : SDP mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Perubahan pola eliminasi: urine berhubungan dengan obstruksi karena batu.
c. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
d. Ketidakefektifan management regiment terapeutik tentang perawatan post
operasi dan pencegahan berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan/informasi
3. Rencana Asuhan Keprawatan
No Dianosa Tujuan Interfensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan Tujuan :Setelah dilakukan tindakan 1. Catat lokasi, lamanya intensitas 1. membantu mengevaluasi tempat
peningkatan kontraksi ureteral, selama 3 x 24 jam maka nyeri dan penyebaran. obstruksi dan kemajuan gerakan
trauma jaringan, pembentukan hilang, keseimbangan cairan 2. Jelaskan penyebab nyeri dan kalkulus.
edema, ischemia seluler. dipertahankan. pentingnya melaporkan ke staf 2. memberikan kesempatan untuk
Kriteria hasil : terhadap perubahan pemberian analgesic sesuai
Pasien bebas dari rasa nyeri , kejadian/karakteristik nyeri. waktu dan mewaspadakan staf
Pasien tampak rileks, bisa tidur dan 3. Berikan tindakan nyaman, contoh akan kemungkinan lewatnya
istirahat. pijatan punggung, lingkungan batu/terjadi komplikasi.
istirahat. 3. meningkatkan relaksasi,
4. Bantu atau dorong penggunaan menurunkan tegangan otot, dan
napas berfokus, bimbingan meningktkan koping
imajinasi, dan aktivitas terapetik. 4. mengarahkan kembali perhatian
5. Berikan obat sesuai indikasi : dan membantu dalam relaksasi
narkotik, contoh meperidin otot.
(Demerol), morfin. 5. Biasanya diberikan selama akut
6. Berika kompres hangat pada untuk menurunkan kolik uretral
punggung. dan meningkatkan relaksasi
otot/mental.
6. menghilangkan tegangan otot
dan dapat menurunan reflex
spasme.
2. Perubahan pola eliminasi urine Tujuan : setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan dan 1. memberikan informasi tentang
berhubungan dengan stimulasi interfensi selama 3 x 24 jam maka pengeluaran dan karakteristik fungsi ginjal dan adanya
kandung kemih oleh batu, pasien mampu berkemih dengan urine. komplikasi, contoh infeksi dan
iritasi ginjal atau ureteral, normal. 2. Tentukan pola berkemih norml perdarahan.
obstruksi mekanik, inflamasi. Kriteria hasil : Pola eliminasi urine pasien dan perhatikan variasi. 2. kalkulus dapat menyebabkan
dan output dalam batas 3. Dorong meningkatkan eksitabilitas saraf, yang
normal,Tidak menunjukkan tanda- pemasukan cairan. menyebabkan sensasi kebutuhan
tanda obstruksi (tidak ada rasa sakit 4. Awasi pemeriksaan berkemih segera.
saat berkemih, pengeluaran urin laboratorium, contoh elektrolit, 3. peningkatan hidrasi membilas
lancar). BUN, kretainin. bakteri, darah, dan debris dan
5. Ambil urine untuk culture dan dapat membantu lewatnya batu.
sensifitas. 4. peniggian BUN, kreatinin dan
elektrolit mengindikasikan
disfungsi ginjal.
5. menetukan adanya ISK, yang
penyebab komplikasi.
3. Risiko tinggi kekurangan Tujuan : setelah dilakukan tindakan 1. Awasi pemasukan dan 1. membandingkan keluaran actual
volume cairan berhubungan 1 x 24 jam maka pasien pengeluaran. dan yang diantisipasi membantu
dengan mual dan muntah. mempertahankan keseimbangan 2. Catat insiden muntah, diare, dalam ealuasi adanya/derajat
cairan adekuat. perhatikan karakteristik muntah stasis/kerusakan
Kriteria hasil : membrane mukosa dan diare. 2. ginjal. mual/muntah dan diare
lembab, turgor kulit baik, berat 3. Tindakan pemasukan cairan secra umum berhubungan
badan normal. sampai 3-4 L/hari dalam toleransi dengan kolik ginjal.
jantung. 3. mempertahankan keseimbangan
4. Awasi tanda vital cairan untuk homeostasis juga
5. Kalau perlu berikan obat anti tindakan “mencuci”yang dapat
enemik. membilas batu keluar.
4. indicator hidrasi/volume
sirkulasi dan kebutuhan
intervensi.
4. Ketidakefektifan management Tujuan : setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan 1. mengetahui tingkat pengetahuan
regiment terapeutik tentang tindakan selama 1 x 24 jam maka pasien/tanyakan proses sakit dan pasien dan memimih cara untuk
perawatan post operasi dan managenen regiment trepuitik harapan pasien. komunikasi yang tepat.
pencegahan berhubungan tentang perawatan post operasi 2. Jelaskan pentingnya 2. dapat mengurangi stasis urine dan
dengan kurangnya efektif peningkatan cairan per oral 3 – mencagah terjadinya batu.
pengetahuan/informasi Keriteria hasil: Pasien 4 liter per hari. 3. kurang aktivitas mempengaruhi
mengungkapkan proses penyakit, 3. Jelaskan dan anjurkan pasien terjadinya batu.
faktor-faktor penyebab, Pasien untuk melakukan aktivitas 4. mendeteksi secara dini,
dapat berpartisipasi dalam secara teratur. komplikasi yang serius dan
perawatan. 4. Identifikasi tanda-tanda nyeri, berulangnya penyakit.
hematuri, oliguri. 5. membantu pasien merasakan,
5. Jelaskan prosedur pengobatan mengontrol melalui apa yang
dan perubahan gaya hidup. terjadi dengan dirinya.
DAFTAR PUSTAKA