Pembimbing:
dr. RA Neilan Amroisa, Sp. S
Disusun oleh:
Amalia Widya Larasati
Charisatus Sidqotie
Maya Nadira Yasmine
Pertama kami ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat- Nya
laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan
Kami mengucapkan terima kasih kepada dr. RA Neilan Amroisa, Sp. S yang
telah meluangkan waktunya untuk kami dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga laporan
kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun
yang membacanya.
Penulis
BAB I
STATUS PASIEN
Nama : Tn.W
Umur : 45 tahun
No. MR : 623450
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
Dirawat yang ke :1
Anamnesis : Alloanamnesis
Keluhan Tambahan : Nyeri kepala hebat, lemas, mual dan muntah, sulit
berjalan
Riwayat Penyakit Sekarang
kepala yang hilang timbul yang semakin lama semakin memberat. Keluhan
nyeri kepala terjadi secara kronik, dirasakan seperti berdenyut dan progresif
Keluhan nyeri kepala diikuti adanya keluhan mual dan pandangan kabur.
Mitra Husada dan disarankan untuk melakukan CT-Scan kepala. Dari hasil
mengeluhkan adanya nyeri kepala hebat, mual diikuti muntah yang semakin
penciuman, pandangan ganda, bibir perot, bicara pelo, rasa kebas atau
kesemutan pada wajah dan anggota gerak, gangguan perasa pada lidah,
Riwayat Pribadi
Kesadaran : somnolen
GCS : E4 V2 M 4
RR : 23 x/menit
Suhu : 37,3 o C
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 169 cm
Leher
Trakhea : di tengah
Cor
Pulmo
ka=ki.
Inspeksi : datar
Perkusi : Timpani
Extremitas
Saraf Cranialis
1. N. Olfaktorius
2. N. Opticus
Kelopak Mata
Ptosis : (-/-)
Endofthalmus : (-/-)
Exopthalmus : (-/-)
Pupil
Diameter : 3 mm/3 mm
Isokor/anisokor : isokor
Posisi : ditengah
4. N. Trigeminus
Sensibilitas
Motorik
N. Maseter : (+)
5. N. Facialis
Alis : simetris
Sensoris
6. N. Vestibulocochlearis
7. N. Vestibularis
9. N. Accesorious
1. Gerakan
2. Kekuatan
3. Tonus
4. Atrofi
5. Klonus
Refleks Fisiologis
Bicep +meningkat/+meningkat
Trisep +meningkat/+meningkat
Pattela +normal/+normal
Achilles +normal/+normal
Refleks Patologis
Chaddock -/-
Babinsky -/-
Gordon -/-
Gonda -/-
Schaefer -/-
Oppenheim
1.7. Laboratorium :
Hemoglobin : 15,7 g/dL
Leukosit : 10,500/uL
Eritrosit : 44,9 juta/uL
Hematokrit : 45%
Basofil : 0%
Eosinofil : 0%
Batang : 0%
Segmen : 75%
Limfosit : 15%
Monosit : 10%
Ureum : 55 mg/dL
Creatinin : 0,90 mg/dL
15/6/2019
26/8/2019
11/2/2020
1.9. Resume
adanya keluhan kekakuan pada otot kaki sehingga menyebabkan pasien sulit
8 bulan yang lalu dan telah menjalani operasi sebanyak 2 kali untuk
pasif kesan simetris, lain-lain sulit dinilai. Pemeriksaan sensorik & motoric
atas, refleks patologis (-) dan tonus otot hipertonus spasitas pada keempat
ekstremitas.
1.10. Diagnosis
Assasement 1
Diagnosis klinis
Diagnosis topis
Diagnosis etiologi
Hidrosefalus
Assasement 2
Diagnosis klinis
Hipertensi Grade II
Diagnosis topis
Vaskular
Diagnosis etiologi
Hormonal
1.11. Tatalaksana
Tatalaksana Non-medikamentosa
Oksigenasi 3 lpm
Tatalaksana Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Mannitol hari I 4x125 mg, hari II 3x125 mg, hari III 3x125 mg,
Paracetamol 3x500 mg
Amlodipin 1x5 mg
Terapi Pembedahan
Edukasi
TINJAUAN PUSTAKA
A. NEOPLASMA INTRAKRANIAL
Suatu massa abnormal yang ada di dalam tengkorak yang disebabkan oleh
desak ruang.
(sel saraf dan sel glia) dan yang berasal dari mesenkim, dan neoplasma
1. Neoplasma supratentorial
glioma.
kraniofaringioma.
2. Neoplasma infratentorial
- Pada dewasa misalnya schanoma serebelar, tumor metastase,
ependimoma.
terjadi:
(SOL).
volume konsisten lainnya (darah dan CSS) secara seimbang. TIK akan
massa sendiri, namun juga memblok aliran CSS dari ventrikel atau
massa.
Konsekuensi SOL berupa:
lesi massa hanya dapat terjadi pada derajat yang sangat terbatas.
melalui BBB. Kerusakan BBB ini dapat dilihat pada CT Scan yang
ventrikel.
TIK dan pasien tetap baik dengan sedikit gejala. Bila massa terus
tidak responsif. Pupil tidak bereaksi dan terjadi dilatasi serta tidak ada
darah makin turun, nadi lambat, respirasi menjadi lambat dan tak
daerah otak yang tidak terlalu vital atau tidak memberikan gangguan
aliran CSS.
terlokalisir palsu.
hari/minggu.
disfungsi umum.
intrakranial.
lobus temporalis.
dwarfisme.
sendiri.
Gangguan mental
Gangguan endokrin
supratentorial.
batang otak.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih sensitif dalam
kranium, batang otak, dan fossa posterior. MRI juga lebih baik
kontras.
B. ADENOMA HIPOFISIS
1. Pengertian
relatif sering muncul, yaitu antara 10-20% dari semua kejadian tumor
lain. Tumor ini juga merupakan tumor tersering kedua secara histopatologi
Registry of the United States (CBTRUS). Sebagian besar dari tumor jinak
ini tumbuh perlahan, namun terdapat beberapa faktor yang terlibat dalam
agresivitas tumor.
2. Klasifikasi
adalah tumor besar > 10 mm yang bisa berada dalam intrasellar secara
tumor tersebut dapat meluas secara inferior ke dalam sinus sfenoid, namun
lebih sering ke arah superior yaitu ke dalam ruang suprasellar (karena tahanan
yang lebih rendah), menekan aparatus optik, atau secara lateral ke dalam sinus
skema, hal ini termasuk klasifikasi klinis dan endokrin, patologi, dan
radiologi.
Adenoma ini terjadi pada 5-10% adenoma hipofisis, namun > 35% pada
Adenoma non fungsional dilaporkan terjadi antara 25% dan 35% dari
secara klinis dan patologis dengan kategori yaitu asidofilik, basofilik, dan
ACTH. Tumor tumor yang gagal diwarnai didesain secara kormofobik dan
c. Klasifikasi Imaging
>1cm). Namun sistem ini gagal bertahan untuk jenis-jenis dan ukuran yang
destruksi fokal, dan destruksi perluasan dari sella mengarah kepada grade
II, grade III, dan grade IV. Pada sistem ini, makroadenoma juga
d. Klasifikasi WHO
Hardy)
4. Profil imunohistokemikal
5. Subtipe ultrastruktur
6. Biologimolekular
7. Genetik
saling melengkapi dan menyediakan sinopsis praktis untuk aspek klinis dan
3. Patogenesis
Sampai dekade terakhir, ada dua teori yang berlaku untuk asal tumor hipofisis.
Yang paling umum diterima adalah teori bahwa tumor ini merupakan kelainan
intrinsik dalam kelenjar itu sendiri. Teori lainnya disebabkan terutama oleh
hipotalamus. Menurut hipotesis kedua, tumor hipofisis merupakan hasil dari
adalah primer atau timbul sebagai akibat dari kelainan intrinsik dalam
kelenjar.
Gejala klinis awal dari efek endokrin dengan sekresi kelenjar hipofisis
penglihatan. Manifestasi klinis lain bisa dijumpai ialah nyeri kepala, pusing,
makroadenoma bila diameter lebih dari 1 cm. Pasien dengan tumor hipofisis
3. Tanda dan gejala dari kelemahan fungsi hipofisis normal. Hal ini hampir
utama yaitu ketika gangguan dari fungsi hipofisis yang diakibatkan oleh
efek dari sekresi hormon yang berlebihan. Contoh lazim selanjutnya yaitu
prolaktin.
Hormon Prolaktin
osteoporosis
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Prolaktinoma
yang lebih besar dari 2000 mg/l kemungkinan besar berasal dari
jam sebelumnya.
Penyakit Cushing
enam jam. Supresi normal adalah kadar kortisol serum <138 nmol/l
atau kadar kortisol urin <55 nmol/l. Jika kadar kortisol meningkat
melampaui baseline.
Pemeriksaan Neuroradiologi
untuk mendiagnosis dan melihat karakteristik lesi hipofisis saat ini. Protokol
standar untuk MRI hipofisis dan wilayah parasellar terdiri dari potongan
pars cavernosus, dan sangat membantu dalam diagnosis diferensial lesi sellar
7. Tatalaksana
Tatalaksana Farmakologis
penggantian hormon untuk kadar hormon yang menurun atau bahkan tidak
berguna sebagai lini pertama terapi untuk adenoma hipofisis fungsional atau
Perhatian khusus harus diberikan saat menggunakan terapi ini untuk periode
dapat menyebabkan tumor menjadi lebih padat dan lebih fibrotik, dengan
demikian secara teknis lebih menantang untuk direseksi pada saat dilakukan
untuk menghentikan kedua preparat ini 4-6 minggu sebelum tindakan bedah
Manajemen Bedah
Tujuan dari prosedur operasi adalah:
5. konfirmasi histologis.
banyak dipilih untuk terapi bedah pada adenoma hipofisis. Kelebihan dari
invasif minimal, secara anatomi lebih langsung mencapai sasaran, tidak ada
kraniotomi atau luka operasi pada wajah, sedikit trauma pada otak dan struktur
serta struktur anatomi yang relevan dapat tervisualisasi dengan baik. Selain itu
secara kosmetik pasien merasa lebih baik dan waktu pemulihan menjadi lebih
singkat. Untuk lesi yang besar dengan ekstensi ke lateral suprasellar, tindakan
penglihatan serta reseksi lesi suprasellar yang berada lateral dari garis tengah.
Hasil tindakan bedah dinilai secara radiologis dan melalui evaluasi fungsi
yang dapat berupa tersisa tumor pascareseksi adenoma yang besar, diabetes
insipidus (DI) yang bersifat sementara atau permanen, kebocoran cairan otak
mencapai remisi permanen terjadi pada setidaknya 5-15% dari seluruh kasus,
kedua.
yang tidak dapat direseksi. Kontrol dari tumor telah dilaporkan bervariasi
Komplikasi jangka panjang yang dapat timbul dari terapi radiasi fraksinasi (2-
sekitar tumor pada pasien tumor jinak, berpotensi menimbulkan efek kognitif
jangka panjang.
Stereotactic Radiosurgery
Tujuan radiosurgery tidak jauh berbeda dengan reseksi tumor pada tindakan
kontrol tumor secara permanen. Hal ini berarti tumor yang telah tumbuh
cedera serebrovaskular pada arteri karotis interna pada pasien yang menjalani
yang aman dan efektif dengan mengambil jarak 1-5 mm antara tumor dan
kiasma optikum. Untuk kontrol tumor yang aman, pada umumnya dosis
Khan oH, Zadeh G. Pituitary Tumors in Berstein M, Berger M (eds) Neurooncology: The
Essentials, Thieme, 2015
Aman, Renindra Ananda. Diagnosis dan Manajemen Tumor Hipofisis. Medicinus. 2019
(32): 2.