JAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan amanat UU SJSN Tahun 2004 dan UU BPJS Tahun 2009, UKP
diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial, dengan BPJS sebagai badan
penyelenggaranya. Sedang UKM dibiayai oleh Negara, melalui mekanisme APBN
dan APBD.
SPM adalah standar jenis dan mutu barang/jasa yang menjadi kewenangan daerah
yang wajib disediakan oleh penyelenggara pemerintahan daerah untuk memenuhi
kebutuhan dasar warga negara di daerah tersebut. Penyelenggaraan SPM adalah
bagian dari penyelenggaraan urusan pemerintahan yang sudah diserahkan dan
menjadi kewenangan daerah otonom.
SPM merupakan sebagian kecil dari urusan yang pelaksanaannya diserahkan
sepenuhnya kepada Kabupaten/Kota. Urusan kesehatan di luar SPM bidang
kesehatan dilaksanakan sebagai urusan yang dikerjakan bersama antara
Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (concurrent) seperti yang telah diamanahkan dalam PP No.38
Tahun 2007.
UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 14 ayat (1) yang menyatakan bahwa
“Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat”, dan pasal 16 yang menyatakan bahwa “Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil
dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya”.
Dana alokasi khusus (DAK) dapat digunakan untuk memenuhi pencapaian SPM
sepanjang sudah disediakan untuk itu. Bagi daerah yang sumber penerimaannya
dari dana DAU, bagi hasil dan PAD terbatas, maka sumber pendanaan seharusnya
dialokasikan melalui dana alokasi khusus (DAK). Mengingat pemenuhan SPM
adalah pemenuhan kebutuhan dasar warga negara untuk mempertahankan hidup
secara layak, maka penganggaran pendanaan SPM wajib dilakukan baik oleh
pemerintah daerah maupun oleh pemerintah pusat melalui mekanisme pendanaan
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang salah satunya dapat
melalui dana alokasi khusus pencapaian SPM.
SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam
penetapan jenis layanan dasar SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non
Kementerian agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan
dan/atau sasaran/lokus tertentu.
Jenis layanan SPM bidang kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut:
SPM Bidang kesehatan di Kabupaten/Kota mencakup 12 jenis layanan dasar,
yaitu:
B. Tujuan
SPM dianggap sebagai tindakan yang logis bagi pemerintah daerah karena
beberapa alasan:
1. Didasarkan kemampuan daerahnya masing-masing, maka sulit bagi Pemerintah
Daerah untuk melaksanakan semua kewenangan/fungsi yang ada. Keterbatasan
dana, sumberdaya aparatur, kelengkapan, dan faktor lainnya membuat
Pemerintah Daerah harus mampu menentukan jenis-jenis pelayanan yang
minimal harus disediakan bagi masyarakat.
2. Dengan munculnya SPM memungkinkan bagi Pemerintah Daerah untuk
melakukan kegiatannya secara “lebih terukur”.
3. Dengan SPM yang disertai tolok ukur pencapaian kinerja yang logis dan riil akan
memudahkan bagi masyarakat untuk memantau kinerja aparatnya, sebagai
salah satu unsur terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan issue yang paling
mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini.
Konsep SPM berubah dari Kinerja Program Kementerian menjadi Kinerja Pemda
yang memiliki konsekuensi reward dan punishment, sehingga Pemerintah Daerah
diharapkan untuk memastikan tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat,
tenaga dan uang/biaya) yang cukup agar proses penerapan SPM berjalan.
SPM merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara
secara minimal. Setiap warga negara sesuai dengan kodratnya berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan memanfaatkan seluruh potensi
manusiawi yang dimilikinya. Sebaliknya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
berkewajiban menjamin agar setiap warga negara dapat menggunakan haknya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa hambatan atau halangan dari pihak
manapun.
SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
untuk rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam
penetapan indikator SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non Kementerian
agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan tertentu.
Tabel 1.
JENIS LAYANAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN
DI KABUPATEN/KOTA
JENIS PENERIMA
MUTU LAYANAN PERNYATAAN
NO LAYANAN LAYANAN
DASAR STANDAR
DASAR DASAR
1.1. Pelayanan 2. Sesuai standar 3. Ibu hamil. Setiap ibu hamil
kesehatan ibu hamil pelayanan antenatal. mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar.
2.4. Pelayanan 5. Sesuai standar 6. Ibu bersalin. Setiap ibu bersalin
kesehatan ibu pelayanan mendapatkan pelayanan
bersalin persalinan. persalinan sesuai standar.
JENIS PENERIMA
MUTU LAYANAN PERNYATAAN
NO LAYANAN LAYANAN
DASAR STANDAR
DASAR DASAR
3. Pelayanan Sesuai standar 7. Bayi baru lahir. Setiap bayi baru lahir
kesehatan bayi baru pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan
lahir bayi baru lahir. kesehatan sesuai standar.
4. Pelayanan Sesuai standar 8. Balita. Setiap balita mendapatkan
kesehatan balita pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
balita. sesuai standar.
5. Pelayanan Sesuai standar 9. Anak pada usia Setiap anak pada usia
kesehatan pada skrining kesehatan pendidikan dasar. pendidikan dasar
usia pendidikan usia pendidikan mendapatkan skrining
dasar dasar. kesehatan sesuai standar.
6. Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga negara
kesehatan pada skrining kesehatan Indonesia usia 15 Indonesia usia 15 s.d. 59
usia produktif usia produktif. s.d. 59 tahun. tahun mendapatkan
skrining kesehatan sesuai
standar.
7. Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga negara
kesehatan pada skrining kesehatan Indonesia usia 60 Indonesia usia 60 tahun ke
usia lanjut usia lanjut. tahun ke atas. atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
8. Pelayanan Sesuai standar Penderita hipertensi. Setiap penderita hipertensi
kesehatan pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan
penderita hipertensi penderita hipertensi. kesehatan sesuai standar.
9. Pelayanan Sesuai standar Penderita Diabetes Setiap penderita Diabetes
kesehatan pelayanan kesehatan Melitus. Melitus mendapatkan
penderita Diabetes penderita Diabetes pelayanan kesehatan
Melitus Melitus. sesuai standar.
10. Pelayanan Sesuai standar Orang dengan Setiap orang dengan
kesehatan orang pelayanan kesehatan gangguan jiwa gangguan jiwa (ODGJ)
dengan gangguan jiwa. (ODGJ). mendapatkan pelayanan
jiwa kesehatan sesuai standar.
11. Pelayanan Sesuai standar Orang terduga TB. Setiap orang terduga TB
kesehatan orang pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan TB
terduga TB TB. sesuai standar.
12. Pelayanan Sesuai standar Orang berisiko Setiap orang berisiko
kesehatan orang mendapatkan terinfeksi HIV (ibu terinfeksi HIV (ibu hamil,
dengan risiko pemeriksaan HIV. hamil, pasien TB, pasien TB, pasien IMS,
terinfeksi HIV pasien IMS, waria/transgender,
waria/transgender, pengguna napza, dan
pengguna napza, warga binaan lembaga
dan warga binaan pemasyarakatan)
lembaga mendapatkan pemeriksaan
pemasyarakatan). HIV sesuai standar.
Telah dilakukan pula telaah atas kesesuaian antara kebutuhan template dengan
bentuk/model dari dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
atau RKA-SKPD APBD Kabupaten/Kota, sehingga diharapkan nantinya dapat
dilakukan modifikasi/transfer template perhitungan biaya SPM kesehatan ke dalam
format RKA-SKPD APBD Kabupaten/Kota.
a. Data Program
1. Perlu juga diperhitungkan bahwa SPM bidang kesehatan ini bersifat aktif
tanpa menunggu keluhan, sehingga sasaran adalah seluruh jumlah
penduduk baik yang datang ke Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas
kesehatan swasta maupun sasaran yang tidak berkunjung ke fasilitas
kesehatan tersebut. Dengan begitu sasaran dari pelayanan ini makin tahun
makin bertambah.
2. Pada beberapa pelayanan SPM bidang kesehatan yang juga dijamin oleh
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), seperti pelayanan ibu hamil, pelayanan
melahirkan dan seterusnya, sasaran dihitung dari jumlah penduduk yang
ada dikurangi jumlah penduduk yang telah menjadi peserta JKN. Mengingat
JKN mencanangkan universal coverage dalam beberapa tahun kedepan
(tahun 2019), sasaran dari pelayanan SPM bidang kesehatan tipe ini makin
lama akan makin berkurang secara bermakna.
b. Data Penunjang Kegiatan SPM Bidang Kesehatan
Biaya manajemen, seperti pertemuan, koordinasi, monitoring dan evaluasi juga
bisa dikumpulkan menjadi satu, karena beberapa kegiatan manajemen itu
mengundang orang yang sama.
c. Data Alat/Inventaris
Biaya pembelian alat pemeriksaan dapat dikumpulkan menjadi satu, mengingat
ada beberapa alat seperti tensimeter, alat pengukur tinggi badan, timbangan,
test cepat gula darah dan sebagainya yang digunakan oleh beberapa jenis
layanan kesehatan SPM bidang kesehatan sekaligus.
SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri dari 12 jenis pelayanan dasar dan
merupakan tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan yang
digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota berupa masukan, proses, hasil,
dan/atau manfaat pelayanan.
Setiap layanan dasar ditetapkan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai SPM dan
dari setiap langkah kegiatan tersebut diidentifikasi variabel-variabel kegiatan apa saja
yang timbul untuk mencapai kondisi yang diinginkan, kegiatan yang timbul
dikelompokan ke dalam kegiatan operasional yang menyebabkan timbulnya biaya
operasional dan kegiatan investasi yang menyebabkan timbulnya biaya investasi.
A. Biaya Operasional
2. Pelayanan persalinan
3. Biaya vitamin, vaksin, BMHP dan obat:
Ringer laktat 500 ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan ringer
laktat), setiap ibu bersalin membutuhkan 3 vial ringer laktat 500ml;
Oksitosin injeksi 10 IU/ml - 1ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
oksitosin injeksi), setiap ibu hamil membutuhkan 2 ampul oksitosin
injeksi 10 IU/ml - 1ml;
Amoksisilin kaplet 500 mg (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
amoksisilin kaplet 500 mg), setiap ibu bersalin membutuhkan 10
kaplet amoksisilin kaplet 500 mg;
Lidokain injeksi 2 % (HCl) (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
Lidokain injeksi 2 % (HCl))
Metilergometrine maleat injeksi 0,200 mg-1 ml (jumlah ibu bersalin
dan harga satuan Metilergometrine maleat injeksi 0,200 mg-1 ml),
setiap ibu bersalin membutuhkan 2 ampul;
Disposible 1 ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan disposible 1
ml);
Disposible 3 ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan disposible 3
ml), setiap ibu bersalin 6 set diposible 3 ml;
Disposible 5 ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan disposible 5
ml), setiap ibu bersalin 2 set diposible 5 ml;
Benang cromic 2/3, (jumlah ibu bersalin dan harga satuan benang
cromic 2/3);
Infus set (1 set /bulin) (jumlah ibu bersalin dan harga satuan infus
set);
Abocat (jumlah ibu bersalin dan harga satuan abocat);
Alkohol 1000 cc (500 bulin) (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
alcohol 1000 cc);
Magnesium Sulfat inj (IV) 20 % - 25 ml (jumlah ibu bersalin dan harga
satuan Magnesium Sulfat inj (IV) 20 % - 25 ml), setiap ibu bersalin
membutuhkan 2 vial magnesium sulfat;
Sarung tangan (jumlah ibu bersalin dan sarung tangan);
Kasa pembalut (jumlah ibu bersalin dan harga satuan kasa
pembalut), setiap 1 bungkus kasa pembalut dipergunakan untuk 10
ibu bersalin;
Kapas berlemak 500 gram (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
kasa berlemak), setiap 1 bungkus kasa berlemak dipergunakan untuk
10 ibu bersalin;
Benang tali pusat (jumlah ibu bersalin dan harga satuan benang tali
pusat); disposible 3 ml), setiap ibu bersalin 6 set diposible 3 ml;
3. Pelayanan kesehatan:
a. Biaya transport petugas (dilakukan di fasyankes)
b. Biaya pelayanan kesehatan
Edukasi (diet makan dan aktifitas fisik)
Pemberian obat
- Kaptopril 50 mg (1 x sehari) (frekuensi pemberian obat, jumlah
penderita hipertensi dan harga satuan kaptopril 50 mg)
c. Biaya alat kesehatan PTM (teritegrasi biaya investasi)
3. Pelayanan kesehatan:
a. Biaya transport petugas (dilakukan di fasyankes)
b. Biaya pelayanan kesehatan
Edukasi (diet makan dan aktifitas fisik)
Pemberian obat
- Glibenklamida tablet 5 mg (1 x sehari) (frekuensi pemberian
obat, jumlah penderita DM dan harga satuan Glibenklamida tablet
5 mg)
- Metformin HCl tablet 500 mg (1 x sehari) (frekuensi pemberian
obat, jumlah penderita DM dan harga satuan Metformin HCl tablet
500 mg)
Test laboratorium
Pemeriksaan Gula Darah
- Blood Lancet (1 box 100) (frekuensi deteksi DM, jumlah penduduk
usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan harga
satuan blood lancet)
- Biaya swab alkohol (1 box = 100 lmbr) (frekuensi deteksi DM,
jumlah penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan
skrining dan harga satuan alcohol swab)
- Biaya strip test gula darah (25 strip) (frekuensi deteksi DM, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining
dan harga satuan strip test gua darah)
4. Biaya rujukan penderita DM
a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah penderita DM yang
dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Biaya Formulir (jumlah penderita DM yang dirujuk dan harga satuan
formulir rujukan).
2. Penyuluhan Tuberkulosis
a. Biaya transport petugas (frekuensi penyuluhan TB, jumlah petugas per
puskesmas, jumlah puskesmas dan satuan harga transport penyuluhan)
b. Biaya bahan penyuluhan
Lembar balik (frekuensi penyuluhan TB, jumlah puskesmas dan
satuan harga lembar balik)
Leaflet (frekuensi penyuluhan TB, jumlah penderita TB, dan satuan
harga leaflet)
Poster "Tanda dan Gejala TB" dan "Etika Batuk" (2 lembar)
(frekuensi penyuluhan TB, jumlah petugas penyuluhan, jumlah
puskesmas dan satuan harga poster)
3. Pelayanan skrining
Di dalam gedung
a. Transport Petugas (dilakukan di dalam gedung)
b. BMHP
Reagen Ziehl Neelsen (ZN) 100 ml (untuk 100 kali) (frekuensi
pemeriksaan per 1 orang, jumlah orang terduga TB yang mendapat
skrining, harga satuan reagen ziehl neelsen (ZN));
Pot Sputum (5 kali) (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah
orang terduga TB yang mendapat skrining, harga satuan pot
sputum);
Kaca slide frosted (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah orang
terduga TB yang mendapat skrining, harga satuan kaca slide
frosted);
Larutan tuberkulin PPD RT 23 2TU (frekuensi pemeriksaan per 1
orang, jumlah orang terduga TB yang mendapat skrining, harga
satuan larutan tuberkulin PPD RT 23 2TU);
Spuit disposibel 1 cc (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah
orang terduga TB yang mendapat skrining, harga satuan Spuit
disposibel 1 cc);
Masker (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah orang terduga
TB yang mendapat skrining, harga satuan masker);
Handscoon (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah orang
terduga TB yang mendapat skrining, harga satuan handscoon).
Di luar gedung
a. Transport Petugas
Transport petugas penemuan penderita di masyarakat (frekuensi
penemuan penderita di masyarakat, jumlah petugas penemuan
penderita di masyarakat, jumlah puskesmas dan harga satuan
transport petugas);
Transport petugas penemuan penderita di masyarakat khusus
(lapas/Rutan, daerah kumuh dan terpencil) (frekuensi penemuan
penderita di masyarakat khusus, jumlah petugas penemuan
penderita di masyarakat khusus, jumlah puskesmas dan harga
satuan transport petugas).
4. Rujukan orang dengan TB.
a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah orang dengan TB yang
dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Biaya formulir (jumlah orang dengan TB yang dirujuk dan harga satuan
formulir rujukan).
5. Biaya pencatatan dan pelaporan
a. Biaya transport (dilakukan di dalam gedung)
b. Biaya bahan/formulir (frekuensi pencatatan dan pelaporan, jumlah
penderita TB dan harga satuan formulir);
5. Pelayanan kesehatan:
Skrining/test HIV;
a. Test HIV (R1)
Rapid test HIV (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga
satuan test R1);
Lancet (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga satuan
lancet);
Alkohol swab (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga
satuan alcohol swab);
Handscoon (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga
satuan handscoon);
Safty box (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga
satuan safty box).
b. Test HIV (R2 & R3)
Rapid test HIV (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan test R2 dan
R3);
Lancet (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan lancet);
Alkohol swab (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan alcohol swab);
Handscoon (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan handscoon)
Safty box (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan safty box).
B. Biaya Investasi
5. Pengadaan Bidan Kit (setiap satu orang Bidan memiliki satu peralatan Bidan Kit
dan harga satuan bidan Kit);
6. Pengadaan Set Peralatan Persalinan (setiap satu puskesmas memliki satu set
peralatan persalinan dan harga satuan set peralatan persalinan);
7. Pengadaan Imunisasi Kit (setiap Puskesmas dan setiap Pustu memiliki satu
Imunisasi Kit dan harga satuan imunisasi Kit);
11. Pengadaan Stetoscop (setiap dokter Puskesmas dan setiap bidan memiliki satu
Stetoscop dan harga satuan Stetoscop);
12. Pengadaan Glucometer (setiap Puskesmas memiliki satu Glucometer dan harga
satuan Glucometer);
13. Pengadaan Kit Posyandu (setiap Puskesmas memiliki satu Kit Posyandu dan
harga satuan Kit Posyandu);
14. Pengadaan Kit UKS (setiap sekolah satuan pendidikan dasar memiliki satu Kit
UKS dan harga satuan Kit UKS);
15. Pengadaan Kit Pemeriksaan IVA (setiap Puskesmas memiliki satu Kit
Pemeriksaan IVA dan harga satuan Kit Pemeriksaan IVA);
16. Pengadaan Kit Posbindu (setiap Puskesmas memiliki satu Kit Posbindu dan
harga satuan Kit Posbindu);
IV. PENUTUP
SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk rakyatnya,
maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam penetapan jenis
layanan dasar SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non Kementerian agar
melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan dan/atau sasaran/lokus
tertentu. SPM merupakan salah satu program strategis nasional. Pada Pasal 68 UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Kepala
Daerah yang tidak melaksanakan program strategis nasional akan dikenai sanksi yaitu
sanksi administratif, diberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan, sampai dengan
diberhentikan sebagai kepala daerah.
Biaya dikelompokan manjadi 2 (dua) kelompok biaya, yaitu biaya langsung dan biaya
tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yang benefitnya dapat langsung
dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan kesehatan, sedangkan biaya tidak
langsung merupakan biaya penunjang kegiatan seperti biaya peningkatan sumber daya
tenaga kesehatan, biaya penyuluhan, biaya bahan dan lain-lain, yang manfaatnya tak
langsung dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan kesehatan.