Anda di halaman 1dari 36

PERHITUNGAN BIAYA/BELANJA KESEHATAN

DALAM RANGKA IMPLEMENTASI


STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN
DI KABUPATEN/KOTA

JAKARTA
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam Sistem Kesehatan Nasional, sesuai dengan Peraturan Presiden 72 Tahun


2012, Upaya Kesehatan yang diselenggarakan meliputi Upaya Kesehatan
Perorangan (UKP), dan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM). Baik UKM maupun
UKP keduanya mempunyai komponen pelayanan kesehatan yang komprehensif,
baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, meskipun dengan titik beratnya
yang berbeda. UKP mempunyai titik berat di kuratif dan rehabilitatif, sedang UKM
mempunyai titik berat promotif dan preventif.

Sesuai dengan amanat UU SJSN Tahun 2004 dan UU BPJS Tahun 2009, UKP
diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial, dengan BPJS sebagai badan
penyelenggaranya. Sedang UKM dibiayai oleh Negara, melalui mekanisme APBN
dan APBD.

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


penyelenggaraan urusan wajib oleh daerah merupakan perwujudan otonomi yang
bertanggung jawab, yang pada intinya merupakan pengakuan/pemberian hak dan
kewenangan daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh
daerah.

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang


Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal, maka untuk
menjamin terselenggaranya urusan wajib daerah yang berkaitan dengan hak dan
pelayanan dasar kepada warganegara perlu ditetapkan Standar Pelayanan Minimal
di bidang kesehatan.

Di dalam UU Desentralisasi, kesehatan termasuk sektor yang telah


didesentralisasikan, karena itu pelaksanaan UKM akan dilakukan sebagian besar
di Kabupaten/Kota, sebagian lagi di Propinsi dan sisanya di Pusat, sesuai dengan
pembagian tugas, fungsinya dan lingkup masalahnya. Karena itu dalam penetapan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) dititik beratkan pada pelaksanaan UKM, agar
terjamin pelaksananya diseluruh wilayah kabupaten/kota.

SPM adalah standar jenis dan mutu barang/jasa yang menjadi kewenangan daerah
yang wajib disediakan oleh penyelenggara pemerintahan daerah untuk memenuhi
kebutuhan dasar warga negara di daerah tersebut. Penyelenggaraan SPM adalah
bagian dari penyelenggaraan urusan pemerintahan yang sudah diserahkan dan
menjadi kewenangan daerah otonom.
SPM merupakan sebagian kecil dari urusan yang pelaksanaannya diserahkan
sepenuhnya kepada Kabupaten/Kota. Urusan kesehatan di luar SPM bidang
kesehatan dilaksanakan sebagai urusan yang dikerjakan bersama antara
Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (concurrent) seperti yang telah diamanahkan dalam PP No.38
Tahun 2007.

UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 14 ayat (1) yang menyatakan bahwa
“Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,
membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan
terjangkau oleh masyarakat”, dan pasal 16 yang menyatakan bahwa “Pemerintah
bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan yang adil
dan merata bagi seluruh masyarakat untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya”.

Pembiayaan kesehatan adalah pengelolaan berbagai upaya penggalian,


pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya maka diperlukan tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna
dan berdaya guna, tersalurkan sesuai peruntukannya.

Masalah strategis dari reformasi pembiayaan kesehatan yang terutama meliputi:


a. belum seluruh masyarakat terlindungi secara optimal terhadap beban
pembiayaan kesehatan;
b. terbatasnya dana operasional Puskesmas dalam rangka pelaksanaan program
dan kegiatan untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDG’s);
c. belum terpenuhinya kecukupan pembiayaan kesehatan yang diikuti efisiensi
dan efektifitas penggunaan anggaran;
d. belum adanya pertimbangan kebutuhan biaya pelayanan kesehatan terutama
program prioritas sebagaimana Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
kesehatan; dan
e. masih terbatasnya peraturan perundang-undangan yang mendukung
pencapaian jaminan kesehatan, hal ini terkait dengan masih terbatasnya
kemampuan manajemen pembangunan kesehatan.

Sesuai dengan UU 23 Tahun 2014, urusan kesehatan merupakan urusan


pemerintahan yang dikerjakan bersama antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintahan Daerah (concurrent), bersifat wajib dan terkait dengan pelayanan
dasar. Oleh karena kondisi kemampuan Pemerintahan Daerah (Pemda) di seluruh
Indonesia tidak sama, maka Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan
Kesehatan berpedoman pada standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

Mengingat penyelenggaraan SPM adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan


daerah, maka sumber pembiayaan penyelenggaraan SPM adalah sumber
penerimaan daerah yang dianggarkan dalam APBD. Untuk itu, sumber pendanaan
untuk menyelenggaraan SPM adalah anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemeritahan Daerah bahwa


terdapat 6 (enam) urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan
dasar yang terdiri dari Pendidikan; Kesehatan; Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang; Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman; Ketentraman, Ketertiban
Umum dan Perlindungan Masyarakat; dan Sosial serta beberapa prioritas lainnya.
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal
adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu Pelayanan Dasar yang merupakan
Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap Warga Negara secara
minimal.

Dana alokasi khusus (DAK) dapat digunakan untuk memenuhi pencapaian SPM
sepanjang sudah disediakan untuk itu. Bagi daerah yang sumber penerimaannya
dari dana DAU, bagi hasil dan PAD terbatas, maka sumber pendanaan seharusnya
dialokasikan melalui dana alokasi khusus (DAK). Mengingat pemenuhan SPM
adalah pemenuhan kebutuhan dasar warga negara untuk mempertahankan hidup
secara layak, maka penganggaran pendanaan SPM wajib dilakukan baik oleh
pemerintah daerah maupun oleh pemerintah pusat melalui mekanisme pendanaan
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang salah satunya dapat
melalui dana alokasi khusus pencapaian SPM.

SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam
penetapan jenis layanan dasar SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non
Kementerian agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan
dan/atau sasaran/lokus tertentu.

Jenis layanan SPM bidang kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan adalah sebagai berikut:
SPM Bidang kesehatan di Kabupaten/Kota mencakup 12 jenis layanan dasar,
yaitu:

1. Pelayanan kesehatan ibu hamil.


2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin.
3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
4. Pelayanan kesehatan balita sesuai standar.
5. Pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar
6. Pelayanan kesehatan pada usia produktif.
7. Pelayanan kesehatan pada usia lanjut.
8. Pelayanan kesehatan penderita hipertensi.
9. Pelayanan kesehatan penderita diabetes melitus
10. Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa berat.
11. Pelayanan kesehatan orang terduga TB.
12. Pelayanan kesehatan orang dengan risiko terinfeksi HIV.

Perencanaan perhitungan anggaran pencapaian SPM bidang kesehatan


merupakan acuan bagi pemerintah daerah Kabupaten/Kota dengan
memperhatikan potensi dan kemampuan daerah tersebut.

B. Tujuan

Tujuan pedoman pembiayaan SPM kesehatan ini adalah:


1. Memberikan kemudahan dan kesamaan visi kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam penyusunan perencanaan pembiayaan penerapan SPM
bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.
2. Tersusunnya template total kebutuhan biaya dalam rangka penerapan
pelaksanaan SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.
3. Tersusunnya Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) dalam belanja SPM bidang
kesehatan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka penerapan
pelaksanaan SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.
4. Tersusunnya ringkasan kebutuhan biaya, baik biaya operasional maupun biaya
pengadaan alat / inventaris
II. PENGHITUNGAN BIAYA STANDAR PELAYANAN MINIMAL

A. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan

SPM dianggap sebagai tindakan yang logis bagi pemerintah daerah karena
beberapa alasan:
1. Didasarkan kemampuan daerahnya masing-masing, maka sulit bagi Pemerintah
Daerah untuk melaksanakan semua kewenangan/fungsi yang ada. Keterbatasan
dana, sumberdaya aparatur, kelengkapan, dan faktor lainnya membuat
Pemerintah Daerah harus mampu menentukan jenis-jenis pelayanan yang
minimal harus disediakan bagi masyarakat.
2. Dengan munculnya SPM memungkinkan bagi Pemerintah Daerah untuk
melakukan kegiatannya secara “lebih terukur”.
3. Dengan SPM yang disertai tolok ukur pencapaian kinerja yang logis dan riil akan
memudahkan bagi masyarakat untuk memantau kinerja aparatnya, sebagai
salah satu unsur terciptanya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Penyelenggaraan pemerintahan yang baik merupakan issue yang paling
mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini.

Manfaat penerapan SPM


1. Dengan SPM akan lebih terjamin penyediaan pelayanan publik yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat;
2. SPM akan bermanfaat untuk menentukan jumlah anggaran yang dibutuhkan
untuk menyediakan suatu pelayanan publik;
3. SPM akan menjadi landasan dalam penentuan perimbangan keuangan yang
lebih adil dan transparan;
4. SPM akan dapat dijadikan dasar dalam menentukan anggaran kinerja dan
membantu Pemdadalam melakukan alokasi anggaran yang lebih berimbang;
5. SPM akan dapat membantu penilaian kinerja Laporan Pertanggung Jawaban
(LPJ) Kepala Daerah secara lebih akurat dan terukur;
6. SPM akan dapat menjadi alat untuk meningkatkan akuntabilitas Pemdakepada
masyarakat, karena masyarakat akan dapat melihat keterkaitan antara
pembiayaan dengan pelayanan publik yang disediakan Pemerintah Daerah;
7. SPM akan menjadi argumen dalam melakukan rasionalisasi kelembagaan
Pemerintah Daerah, kualifikasi pegawai, serta korelasinya dengan pelayanan
masyarakat.
Mengapa SPM bidang kesehatan sangat diperlukan dikarenakan?:
1. Adanya standar pelayanan kesehatan minimal yang dapat diperoleh penduduk
di seluruh Indonesia.
2. Dapat dijadikan acuan dalam perencanaan program kesehatan.
3. Adanya kebutuhan bahwa penyusunan anggaran harus berbasis kinerja yang
akan menggambarkan kebutuhan biaya program kesehatan yang bersangkutan
4. Sebagai tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif.

Target sasaran layanan SPM bidang kesehatan:


1. SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam
penetapan jenis layanan dasar SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non
Kementerian agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu
pelayanan dan/atau sasaran/lokus tertentu. SPM merupakan salah satu program
strategis nasional. Pada Pasal 68 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Kepala Daerah yang tidak
melaksanakan program strategis nasional akan dikenai sanksi yaitu sanksi
administratif, diberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan, sampai dengan
diberhentikan sebagai kepala daerah.
2. Rasio jumlah warga negara yang sudah terpenuhi kebutuhan dasarnya dibagi
dengan jumlah seluruh warga negara yang berhak memperoleh kebutuhan
dasar tersebut. Tujuannya adalah untuk menghitung output dari pelayanan yang
dilakukan pemerintah. Target pencapaiannya adalah 100%.
3. Jumlah sasaran memperoleh di dapatkan melalui survei cepat secara berkala
atau berdasarkan evaluasi laporan penyelenggaraan pelayanan SPM tahun
sebelumnya.
Perhitungan jumlah sasaran yang berhak adalah sebagai berikut:
 Jumlah sasaran SPM (sesuai jenis layanan dasar) sama dengan jumlah
sasaran dikurangi jumlah sasaran yang bisa mendapatkan kebutuhannya
secara mandiri.
 Khusus untuk pelayanan SPM yang juga dicakup dalam pelayanan melalui
JKN, seperti pelayanan ibu hamil, persalinan, bayi baru lahir, balita dan jenis
layanan lainnya, jumlah sasaran SPM (sesuai jenis pelayanan) sama dengan
jumlah sasaran dikurangi jumlah sasaran yang bisa mendapatkan
kebutuhannya secara mandiri dikurangi jumlah sasaran yang mendapatkan
pelayanan kesehatan melalui JKN.
4. Dalam melakukan evaluasi penyelenggaraan SPM perlu juga dianalisis rasio
jumlah kebutuhan dasar yang dibutuhkan dibagi dengan jumlah kebutuhan dasar
yang tersedia di setiap kabupaten/kota. Informasi tentang hal ini didapatkan
melalui survei atau berdasarkan laporan penyelenggaraan. Tujuannya adalah
untuk menghitung kecukupan input dan proses yang dibutuhkan untuk
melaksanakan setiap pelayanan yang diperlukan. Hal ini diperlukan untuk
menjelaskan pencapaian SPM yang belum 100 %, dalam rangka meningkatkan
akses pelayanan sehingga bisa dicapai oleh 100 % penduduk yang berhak
memperoleh pelayanan tersebut.

Konsep SPM berubah dari Kinerja Program Kementerian menjadi Kinerja Pemda
yang memiliki konsekuensi reward dan punishment, sehingga Pemerintah Daerah
diharapkan untuk memastikan tersedianya sumber daya (sarana, prasarana, alat,
tenaga dan uang/biaya) yang cukup agar proses penerapan SPM berjalan.

SPM merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara
secara minimal. Setiap warga negara sesuai dengan kodratnya berkewajiban untuk
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan memanfaatkan seluruh potensi
manusiawi yang dimilikinya. Sebaliknya Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
berkewajiban menjamin agar setiap warga negara dapat menggunakan haknya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa hambatan atau halangan dari pihak
manapun.

SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah
untuk rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam
penetapan indikator SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non Kementerian
agar melakukan pentahapan pada jenis pelayanan tertentu.

Table di bawah ini menggambarkan jenis layanan SPM bidang kesehatan di


Kabupaten/Kota sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 4 Tahun
2019 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.

Tabel 1.
JENIS LAYANAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN
DI KABUPATEN/KOTA
JENIS PENERIMA
MUTU LAYANAN PERNYATAAN
NO LAYANAN LAYANAN
DASAR STANDAR
DASAR DASAR
1.1. Pelayanan 2. Sesuai standar 3. Ibu hamil. Setiap ibu hamil
kesehatan ibu hamil pelayanan antenatal. mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai standar.
2.4. Pelayanan 5. Sesuai standar 6. Ibu bersalin. Setiap ibu bersalin
kesehatan ibu pelayanan mendapatkan pelayanan
bersalin persalinan. persalinan sesuai standar.
JENIS PENERIMA
MUTU LAYANAN PERNYATAAN
NO LAYANAN LAYANAN
DASAR STANDAR
DASAR DASAR
3. Pelayanan Sesuai standar 7. Bayi baru lahir. Setiap bayi baru lahir
kesehatan bayi baru pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan
lahir bayi baru lahir. kesehatan sesuai standar.
4. Pelayanan Sesuai standar 8. Balita. Setiap balita mendapatkan
kesehatan balita pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
balita. sesuai standar.
5. Pelayanan Sesuai standar 9. Anak pada usia Setiap anak pada usia
kesehatan pada skrining kesehatan pendidikan dasar. pendidikan dasar
usia pendidikan usia pendidikan mendapatkan skrining
dasar dasar. kesehatan sesuai standar.
6. Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga negara
kesehatan pada skrining kesehatan Indonesia usia 15 Indonesia usia 15 s.d. 59
usia produktif usia produktif. s.d. 59 tahun. tahun mendapatkan
skrining kesehatan sesuai
standar.
7. Pelayanan Sesuai standar Warga Negara Setiap warga negara
kesehatan pada skrining kesehatan Indonesia usia 60 Indonesia usia 60 tahun ke
usia lanjut usia lanjut. tahun ke atas. atas mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar.
8. Pelayanan Sesuai standar Penderita hipertensi. Setiap penderita hipertensi
kesehatan pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan
penderita hipertensi penderita hipertensi. kesehatan sesuai standar.
9. Pelayanan Sesuai standar Penderita Diabetes Setiap penderita Diabetes
kesehatan pelayanan kesehatan Melitus. Melitus mendapatkan
penderita Diabetes penderita Diabetes pelayanan kesehatan
Melitus Melitus. sesuai standar.
10. Pelayanan Sesuai standar Orang dengan Setiap orang dengan
kesehatan orang pelayanan kesehatan gangguan jiwa gangguan jiwa (ODGJ)
dengan gangguan jiwa. (ODGJ). mendapatkan pelayanan
jiwa kesehatan sesuai standar.
11. Pelayanan Sesuai standar Orang terduga TB. Setiap orang terduga TB
kesehatan orang pelayanan kesehatan mendapatkan pelayanan TB
terduga TB TB. sesuai standar.
12. Pelayanan Sesuai standar Orang berisiko Setiap orang berisiko
kesehatan orang mendapatkan terinfeksi HIV (ibu terinfeksi HIV (ibu hamil,
dengan risiko pemeriksaan HIV. hamil, pasien TB, pasien TB, pasien IMS,
terinfeksi HIV pasien IMS, waria/transgender,
waria/transgender, pengguna napza, dan
pengguna napza, warga binaan lembaga
dan warga binaan pemasyarakatan)
lembaga mendapatkan pemeriksaan
pemasyarakatan). HIV sesuai standar.

B. Acuan Penghitungan Biaya Penerapan SPM Bidang Kesehatan

Dalam persiapan pelaksanaan SPM bidang kesehatan telah disusun template


perhitungan biaya SPM bidang kesehatan yang dapat membantu merencanakan
kebutuhan biaya dalam pelaksanaan SPM bidang kesehatan di kabupaten/kota.
Template perhitungan biaya SPM bidang keseharan secara teknis sudah cukup
membantu dalam perhitungan kebutuhan biaya pelaksanaan SPM bidang
kesehatan, tetapi secara tampilan dan fungsi sebagai bahan pembahasan usulan
anggaran belum friendly, jauh dari bentuk yang sesuai dengan dokumen Rencana
Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD).

Penyusunan tamplate perhitungan biaya SPM bidang kesehatan telah mengalami


beberapa kali perubahan/perbaikan, hal ini dikarenakan banyaknya masukan dari
pemegang program yang terkait jenis layanan kesehatan SPM bidang kesehatan,
pelaksana program di kabupaten/kota dan dari para pakar kesehatan masyarakat
serta pakar dalam bidang pembiayan dan anggaran.

Tahapan penyusunan tamplate perhitungan biaya SPM bidang kesehatan sebagai


berikut:
a. identifikasi langkah kegiatan setiap jenis layanan kesehatan kinerja;
b. identifikasi variable kegiatan dari setiap langkah kegiatan;
c. identifikasi komponen dari setiap variable kegiatan;
d. penyusunan metode perhitungan biaya setiap jenis pelayanan;
e. pembuatan template; dan
f. penghitungan dan analisis biaya sesuai kebutuhan menurut SPM bidang
kesehatan.

Telah dilakukan pula telaah atas kesesuaian antara kebutuhan template dengan
bentuk/model dari dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
atau RKA-SKPD APBD Kabupaten/Kota, sehingga diharapkan nantinya dapat
dilakukan modifikasi/transfer template perhitungan biaya SPM kesehatan ke dalam
format RKA-SKPD APBD Kabupaten/Kota.

Untuk mempergunakan template perhitungan biaya SPM Kabupaten/Kota bidang


kesehatan, diperlukan data tahun yang lalu atau data capaian, data tersebut adalah:

1. Renstra Kabupaten/Kota yang memuat rencana tahunan pencapaian SPM


urusan wajib kesehatan
2. Unit cost/harga satuan biaya kabupaten/kota sebagai acuan penyusunan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten/Kota.
3. Kabupaten/Kota dalam angka, yang didalamnya terdapat data-data
kependudukan dan data lainnya yang berhubungan dengan sasaran layanan
kesehatan
4. Profil kesehatan Kabupaten/Kota yang didalamnya memuat data capaian
pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan jenis layanan kesehatan SPM.
5. Data kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Mengingat SPM menekankan promosi, prevensi dan deteksi dini. Prinsip
perhitungan sasaran adalah sebagai berikut:

a. Data Program
1. Perlu juga diperhitungkan bahwa SPM bidang kesehatan ini bersifat aktif
tanpa menunggu keluhan, sehingga sasaran adalah seluruh jumlah
penduduk baik yang datang ke Puskesmas dan jaringannya serta fasilitas
kesehatan swasta maupun sasaran yang tidak berkunjung ke fasilitas
kesehatan tersebut. Dengan begitu sasaran dari pelayanan ini makin tahun
makin bertambah.

2. Pada beberapa pelayanan SPM bidang kesehatan yang juga dijamin oleh
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), seperti pelayanan ibu hamil, pelayanan
melahirkan dan seterusnya, sasaran dihitung dari jumlah penduduk yang
ada dikurangi jumlah penduduk yang telah menjadi peserta JKN. Mengingat
JKN mencanangkan universal coverage dalam beberapa tahun kedepan
(tahun 2019), sasaran dari pelayanan SPM bidang kesehatan tipe ini makin
lama akan makin berkurang secara bermakna.
b. Data Penunjang Kegiatan SPM Bidang Kesehatan
Biaya manajemen, seperti pertemuan, koordinasi, monitoring dan evaluasi juga
bisa dikumpulkan menjadi satu, karena beberapa kegiatan manajemen itu
mengundang orang yang sama.
c. Data Alat/Inventaris
Biaya pembelian alat pemeriksaan dapat dikumpulkan menjadi satu, mengingat
ada beberapa alat seperti tensimeter, alat pengukur tinggi badan, timbangan,
test cepat gula darah dan sebagainya yang digunakan oleh beberapa jenis
layanan kesehatan SPM bidang kesehatan sekaligus.

C. Prinsip-Prinsip Penghitungan Biaya/Belanja SPM

a. Pembiayaan Mengikuti Kegiatan

Setiap jenis layanan kesehatan di atas ditetapkan langkah-langkah kegiatan


untuk mencapai SPM dan dari setiap langkah kegiatan tersebut diidentifikasi
variabel-variabel kegiatan apa saja yang timbul untuk mencapai kondisi yang
diinginkan, kegiatan yang timbul dikelompokan kedalam kegiatan operasional
dan kegiatan investasi. Dari variabel-variabel kegiatan tersebut akan didapat
komponen-komponen apa saja yang mempegaruhi pembiayaan, dari
komponen tersebut disusun dalam formula/rumus dan dikalikan dengan satuan
biaya, juga dikelompokan manjadi 2 (dua) kelompok biaya, yaitu biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yang
benefitnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan
kesehatan, sedangkan biaya tidak langsung merupakan biaya penunjang
kegiatan seperti biaya peningkatan sumber daya tenaga kesehatan, biaya
penyuluhan, biaya bahan dan lain-lain, yang manfaatnya tak langsung
dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan kesehatan.

b. Yang Diperhatikan Dalam Perhitungan Biaya SPM Bidang Kesehatan

a. Tidak menghitung biaya investasi besar, hanya menghitung investasi


sarana dan prasarana yang melekat langsung dengan keterlaksanaan
langkah-langkah kegiatan penerapan SPM bidang kesehatan:
1) investasi besar tidak dilakukan secara reguler, sehingga investasi
besar seperti pengadaan ambulance, membangun puskesmas atau
fasilitas kesehatan lainnya tidak dimasukan dalam perhitungan; dan
2) investasi yang melekat langsung harus tersedia karena tanpa investasi
tersebut itu maka jenis maupun kualitas layanan itu tidak
terlaksana/tercapai dan jenis layanan kesehatan tidak tercapai.

b. Tidak menghitung kebutuhan belanja tidak langsung atau belanja ex-rutin:


1) kebutuhan belanja tidak langsung terdapat formulasi umum untuk
suatu Kabupaten/Kota sebagaimana berlaku untuk urusan wajib dan
urusan pilihan lain daerah tersebut;
2) kebutuhan belanja tidak langsung tidak terkait langsung dengan
ketercapaian jenis layanan kesehatan SPM bidang kesehatan; dan
3) jumlah SKPD suatu daerah tidak standar baik jenis maupun jumlahnya.

c. Tidak menghitung kebutuhan belanja kesehatan suatu Kabupaten/Kota


secara total:
1) hanya menghitung kebutuhan biaya untuk menerapkan dan mencapai
jenis layanan kesehatan SPM bidang kesehatan yang ditetapkan;
2) kebutuhan belanja kesehatan suatu daerah bukan hanya untuk
menerapkan dan mencapai SPM, tetapi juga non-SPM yang menjadi
kebutuhan nyata masyarakat Kabupaten/Kota dimana masing-masing
Kabupaten/Kota berbeda-beda; dan
3) dalam total belanja daerah harus tertampung belanja penerapan SPM,
tetapi tidak hanya untuk penerapan SPM.

d. Tidak menghitung kebutuhan belanja kesehatan per-SKPD kesehatan


1) hasil hitung dari modul penghitungan kebutuhan biaya SPM bidang
kesehatan adalah hasil hitung dari kebutuhan Kabupaten/Kota, bukan
kebutuhan masing-masing SKPD kesehatan; dan
2) kebutuhan belanja masing-masing SKPD kesehatan tergantung
seberapa besar/banyak SKPD tersebut melaksanakan langkah-
langkah kegiatan penerapan dan pencapaian jenis layanan kesehatan
SPM bidang kesehatan, dan seberapa besar volume masing-masing
komponen kegiatan.

e. Menghitung seluruh langkah kegiatan tanpa memandang sumber biaya


1) seluruh kebutuhan biaya untuk tercapainya jenis layanan kesehatan
SPM bidang kesehatan suatu daerah harus diketahui, agar dapat
ditetapkan juga berapa kebutuhan biaya yang ditanggung/dibebankan
kepada setiap jenis sumber biaya, jika terdapat sumber-sumber biaya
yang berbeda-beda;
2) jika terdapat sumber biaya yang berbeda, masing-masing sumber
biaya akan menyediakan biayanya mengikuti besaran biaya hasil
hitung sesuai modul, sehingga sesuai kebutuhan nyata;
3) untuk mencapai jenis layanan kesehatan yang ditetapkan/ditargetkan
tidak seluruhnya dibiayai oleh pemerintah (Pusat/Kemenkes maupun
Propinsi dan Kabupaten/Kota), terdapat penduduk yang memperoleh
pelayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat termasuk swasta;
sehingga tanpa menyediakan anggaran belanja suatu daerah telah
memperoleh capaian jenis layanan kesehatan pada tingkat tertentu;
dan
4) terdapat daerah-daerah yang seluruh target harus dicapai dengan
biaya/belanja pemerintah.

f. Pembiayaan kegiatan optional


1) dalam modul terdapat jenis kegiatan: operasional pelayanan,
pengumpulan data, pelatihan tenaga, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pertemuan koordinasi, dan investasi yang melekat kepada
operasional pelayanan;
2) dalam menyusun formula kebutuhan operasional pelayanan kesehatan
dan investasi telah diperhitungkan indeks kebutuhan alat (investasi)
maupun obat/bahan habis pakai dan indeks kemampuan tenaga
kesehatan menjangkau sasaran pelayanan sebagai upaya menjaga
kualitas layanan; dan
3) kegiatan-kegiatan lainnya ditentukan berdasarkan kondisi daerah,
misalnya: berapa kali pertemuan, berapa kali pelatihan, berapa kali
melakukan penyuluhan kesehatan; kegiatan ini yang dimaksudkan
sebagai kegiatan optional; optional dalam hal volumenya, tetapi mutlak
harus dilaksanakan meskipun hanya sekali.
g. Penghitungan kebutuhan biaya memperhatikan tingkat capaian tahun
sebelumnya
1) modul dilengkapi dengan template penghitungan biaya;
2) template merupakan pola kuantifikasi dari rincian modul; dan
3) template dibuat dalam perspektif waktu tiga tahun anggaran; tahun lalu
menunjukkan capaian yang sudah nyata, tahun ini tahun penyusunan
rencana yang belum diketahui tingkat capaiannya karena masih sedang
berlangsung, dan tahun depan tahun yang direncanakan yang
mencerminkan cita-cita pencapaian jenis layanan kesehatan. dengan
template ini dapat dihindarkan perencanaan yang tidak realistis, setiap
perubahan capaian antar waktu untuk variabel dan komponen kegiatan
tertentu harus dapat dijelaskan secara rasional atau didukung dengan
data.

h. Kaitan dengan ketentuan yang mengatur tentang penyusunan rencana


anggaran pendapatan dan belanja daerah
1) modul maupun template disusun belum memperhatikan pola yang
ditetapkan oleh ketentuan tentang penyusunan RAPBD; dan
2) komponen biaya dalam modul berada pada jenis belanja gaji pegawai,
belanja barang dan jasa, dan belanja modal, sehingga ada kesesuaian
dengan jenis-jenis belanja yang tercantum dalam RAPBD.

D. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Kebutuhan Biaya SPM

Perbedaan kebutuhan biaya penerapan SPM bidang kesehatan dan pencapaian


jenis layanan kesehatan SPM bidang kesehatan antar Kabupaten/Kota atau antar
tahun anggaran dalam satu Kabupaten/Kota, dipengaruhi oleh sedikitnya hal-hal
berikut ini :

 Jumlah Sasaran, semakin banyak/besar sasaran semakin besar biaya total


yang dibutuhkan, meskipun biaya rerata per-sasaran dapat lebih kecil. termasuk
didalamnya sasaran yang dicapai dengan dana masyarakat termasuk swasta,
semakin besar sasaran yang dilayani oleh masyarakat termasuk swasta maka
semakin kecil dana yang dibutuhkan untuk disediakan oleh pemerintah. Data
jumlah penduduk mengacu kepada data yang dipergunakan oleh Pemerintah
Daerah dalam menyusun RAPBD.

Menghitung jumlah sasaran suatu Kabupaten/Kota dengan cara :


1) Mempergunakan formula jenis layanan kesehatan kesehatan sebagai
prediksi, dan dikalikan dengan jumlah penduduk. Dengan perhitungan ini
diperoleh jumlah nominal sasaran; misalnya: prediksi ibu hamil suatu
Kabupaten/Kota adalah 1.1 dikalikan jumlah penduduk dikalikan dengan
angka kelahiran kasar (CBR)  (1.1 x CBR x ∑ Penduduk), sehingga dapat
diketahui perkiraan jumlah ibu hamil dalam jumlah nominal.

2) Dikarenakan jumlah sasaran adalah seluruh jumlah penduduk baik yang


berkunjung ke fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta maupun yang
tidak berkunjung kefasilitas kesehatan tersebut dengan cara sasaran
dikunjungi oleh petugas (kunjungan rumah), maka untuk mengetahui
cakupan sasaran digunakan hasil penelitian/riset seperti Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas), yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, serta
perkiraan/estimasi lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik.

3) Semakin besar masyarakat yang memanfaatkan pelayanan termasuk


pelayanan swasta, maka kebutuhan dana APBD semakin kecil; tetapi
terdapat kegiatan-kegiatan yang dicakup dengan SPM bidang kesehatan
dimana pelayannya seluruhnya oleh Pemerintah, dan tidak dilakukan oleh
masyarakat termasuk swasta.

4) Semakin besar jumlah penduduk sasaran, semakin banyak dibutuhkan


dana, tetapi kebutuhan dana rerata per-penduduk sasaran/per-kapita
penduduk semakin kecil, karena terdapat kebutuhan-kebutuhan dana yang
tidak dipengaruhi secara langsung oleh jumlah penduduk.

2. Ketersediaan sarana-prasana (investasi penunjang pelaksanaan kegiatan


SPM) yang tersedia saat ini, semakin lengkap, maka kebutuhan biaya tahun
depan semakin kecil.
Bahwa terdapat sarana dan prasarana yang mutlak diperlukan untuk
terselenggarakannya kegiatan-kegiatan pencapaian jenis layanan kesehatan
SPM, seperti : tensi meter, stetoskop, dan lain-lain; dalam jumlah yang sudah
dibakukan. Semakin kurang tersedia sarana dan prasarana tersebut di suatu
kabupaten/kota, maka semakin besar membutuhkan dana. Sarana dan
prasarana yang dimaksud adalah yang benar-benar dibutuhkan bagi
terlaksananya pelayanan SPM bidang kesehatan; tidak termasuk investasi
besar, seperti pengadaan kendaraan bermotor, pembangunan/renovasi gedung
Puskesmas, dan sejenisnya.

3. Geografis, semakin jauh/sulit suatu daerah, termasuk jauh/sulit dari pusat


produksi obat/alat kesehatan/bahan medis habis pakai, semakin besar biaya
dibutuhkan. Semakin sulit geografi suatu kabupaten/kota, semakin berpencar
penduduk dalam dataran/daratan yang berbeda/berjauhan, dimana sasaran-
sasaran pelayanan kesehatan semakin sulit dijangkau oleh petugas kesehatan;
maka semakin besar dibutuhkan dana.
Berbeda dengan sasaran anak didik/murid sekolah dalam urusan wajib
pendidikan, dimana dalam hal kesulitan daerah/geografi ini menjadi beban anak
didik, tidak menjadi beban petugas/pemerintah sebagaimana sasaran ibu hamil
dan lainnya dalam urusan wajib kesehatan dimana beban biaya untuk
melayaninya berada pada pemerintah/petugas.

4. Kegiatan Optional, semakin banyak maka membutuhkan biaya yang besar.


Dalam mendukung pelaksanaan SPM untuk mewujudkan jenis layanan
kesehatan-jenis layanan kesehatan terdapat kegiatan-kegiatan pilihan,
misalnya: pertemuan perencanaan, pelatihan petugas, dan sejenisnya.
Kegiatan ini tidak standar secara volume atau tidak didasarkan pada formula
baku tertentu; dapat dilakukan penyesuaian sesuai kebutuhan/kondisi
setempat; misalnya : pertemuan perencanaan dilakukan tiap 3 (tiga) bulan,
tetapi dapat dilakukan 6 (enam) bulan sekali, atau setahun sekali; tetapi tidak
boleh ditiadakan pertemuan tersebut.
Semakin banyak/sering kegiatan ini semakin membutuhkan Dana Pemerintahan
Kabupaten/Kota.
5. Unit Cost, semakin besar/tinggi unit cost yang ditetapkan untuk komponen
kegiatan tertentu semakin besar biaya dibutuhkan.
Bahwa untuk setiap komponen kegiatan yang didukung dengan pembiayaan
ditetapkan biaya satuan kegiatannya, atau unit cost.
Unit cost untuk menghitung kebutuhan biaya/dana dalam APBD ditetapkan
secara standar untuk seluruh urusan pemerintahan, bukan hanya untuk
kesehatan, dengan peraturan Bupati/Walikota.
Semakin tinggi unit cost untuk komponen kegiatan sejenis, maka semakin tinggi
kebutuhan dana.

6. Sasaran yang membayar sendiri (mandiri), semakin tinggi sasaran


mandiri/UKP semakin rendah anggaran yg dibutuhkan (Mandiri UKM tetap di
beban APBD).

7. Kepesertaan BPJS, semakin tinggi kepeserta JKN semakin rendah biaya yg


dibutuhkan.
III. TEKNIK PENGHITUNGAN KEBUTUHAN BIAYA/BELANJA SPM

SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota terdiri dari 12 jenis pelayanan dasar dan
merupakan tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan yang
digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota berupa masukan, proses, hasil,
dan/atau manfaat pelayanan.

Setiap layanan dasar ditetapkan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai SPM dan
dari setiap langkah kegiatan tersebut diidentifikasi variabel-variabel kegiatan apa saja
yang timbul untuk mencapai kondisi yang diinginkan, kegiatan yang timbul
dikelompokan ke dalam kegiatan operasional yang menyebabkan timbulnya biaya
operasional dan kegiatan investasi yang menyebabkan timbulnya biaya investasi.

Untuk menghitung kebutuhan kebutuhan biaya operasional dan kebutuhan biaya


investasi SPM bidang kesehatan di kabupaten/kota dapat dirinci menurut jenis SPM
sebagai berikut:

A. Biaya Operasional

JPD 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin

1. Pendataan ibu hamil


1) Biaya transport petugas (frekuensi pendataan, jumlah petugas, jumlah
puskesmas dan harga satuan transport petugas puskesmas);
2) Biaya formulir pendataan.(frekuensi pendataan, jumlah ibu hamil dan
harga satuan formulir pendataan).

2. Pemeriksaan kehamilan (ANC)


Pelayanan Dalam Gedung
1) Biaya transport petugas (dilakukan di sarana kesehatan);
2) Biaya vitamin, vaksin, BMHP dan obat.
 Imunisasi TT bumil (jumlah ibu hamil dan harga satuan vaksin TT
bumil), setiap bumil mendapatkan 2 x imunisasi selama kehamilan, 1
vial vaksin digunakan untuk 8 ibu hamil;
 Disposible 5 ml (jumlah ibu hamil dan harga satuan diposible 5ml),
setiap ibu hamil 2 disposible (2x imunisasi) selama kehamilan;
 Alkohol swab (jumlah ibu hamil dan unt cost alcohol swab), setiap
bumil menggunakan 2 lembar alcohol swab (2 x imunisasi) selama
kehamilan, 1 box alcohol swab berisi 100 lembar;
 90 Tablet FE (jumlah ibu hamil dan harga satuan tablet FE), setip
bumil mendapatkan 90 tablet FE;
 Tes Kehamilan (jumlah ibu hamil dan harga satuan tes kehamilan);
 Hemoglobin (Hb) (jumlah ibu hamil dan harga satuan test
hemoglobin);
 Protein urine (jumlah ibu hamil dan harga satuan tes protein urine);
 Golongan Darah (jumlah ibu hamil dan harga satuan tes golongan
darah);
 Gula darah (jumlah ibu hamil dan harga satuan gula darah).
Pelayanan Luar Gedung
1) Bahan/formulir kunjungan (frekuensi kunjungan, jumlah ibu hamil dan
harga satuan formulir);
2) Biaya transport petugas (frekuensi pendataan, jumlah petugas, jumlah
puskesmas dan harga satuan transport petugas puskesmas);
3) Biaya vitamin, vaksin, BMHP dan obat:
 Imunisasi TT bumil (jumlah ibu hamil dan harga satuan vaksin TT
bumil), setiap bumil mendapatkan 2 x imunisasi selama kehamilan, 1
vial vaksin digunakan untuk 8 ibu hamil;
 Disposible 5 ml (jumlah ibu hamil dan harga satuan diposible 5ml),
setiap ibu hamil 2 disposible (2x imunisasi) selama kehamilan;
 Alkohol swab (jumlah ibu hamil dan unt cost alcohol swab), setiap
bumil menggunakan 2 lembar alcohol swab (2 x imunisasi) selama
kehamilan, 1 box alcohol swab berisi 100 lembar;
 90 Tablet FE (jumlah ibu hamil dan harga satuan tablet FE), setiap
bumil mendapatkan 90 tablet FE.

3. Pengisian dan pengadaan buku KIA


1) Pengadaan buku KIA (jumlah ibu hamil dan harga satuan buku KIA)
4. Pencatatan dan pelaporan
1) Kohort ibu (jumlah ibu hamil dan unitcost kohort ibu hamil), 1 lembar
kohort dipergunakan untuk 10 ibu hamil;
2) Simpus ibu (jumlah ibu hamil dan unitcost simpus ibu hamil), 1 lembar
simpus dipergunakan untuk 10 ibu hamil.
3) Biaya bahan pencatatan dan pencatatan (jumlah desa dan harga paket
bahan pencatatan dan pelaporan.

5. Pelayanan rujukan ANC


a. Transport (jumlah petugas rujukan, jumlah bumil yang dirujuk dan harga
satuan transport petugas rujukan);
b. Formulir (jumlah bumilyang dirujuk dan harga satuan formulir rujukan).
JPD 2. Jenis Pelayanan Dasar Kesehatan Ibu Bersalin
1. Pendataan ibu bersalin
1) Biaya transport petugas (frekuensi pendataan, jumlah petugas, jumlah
puskesmas dan harga satuan transport petugas puskesmas);
2) Biaya formulir pendataan.(frekuensi pendataan, jumlah ibu bersalin dan
harga satuan formulir pendataan).

2. Pelayanan persalinan
3. Biaya vitamin, vaksin, BMHP dan obat:
 Ringer laktat 500 ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan ringer
laktat), setiap ibu bersalin membutuhkan 3 vial ringer laktat 500ml;
 Oksitosin injeksi 10 IU/ml - 1ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
oksitosin injeksi), setiap ibu hamil membutuhkan 2 ampul oksitosin
injeksi 10 IU/ml - 1ml;
 Amoksisilin kaplet 500 mg (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
amoksisilin kaplet 500 mg), setiap ibu bersalin membutuhkan 10
kaplet amoksisilin kaplet 500 mg;
 Lidokain injeksi 2 % (HCl) (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
Lidokain injeksi 2 % (HCl))
 Metilergometrine maleat injeksi 0,200 mg-1 ml (jumlah ibu bersalin
dan harga satuan Metilergometrine maleat injeksi 0,200 mg-1 ml),
setiap ibu bersalin membutuhkan 2 ampul;
 Disposible 1 ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan disposible 1
ml);
 Disposible 3 ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan disposible 3
ml), setiap ibu bersalin 6 set diposible 3 ml;
 Disposible 5 ml (jumlah ibu bersalin dan harga satuan disposible 5
ml), setiap ibu bersalin 2 set diposible 5 ml;
 Benang cromic 2/3, (jumlah ibu bersalin dan harga satuan benang
cromic 2/3);
 Infus set (1 set /bulin) (jumlah ibu bersalin dan harga satuan infus
set);
 Abocat (jumlah ibu bersalin dan harga satuan abocat);
 Alkohol 1000 cc (500 bulin) (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
alcohol 1000 cc);
 Magnesium Sulfat inj (IV) 20 % - 25 ml (jumlah ibu bersalin dan harga
satuan Magnesium Sulfat inj (IV) 20 % - 25 ml), setiap ibu bersalin
membutuhkan 2 vial magnesium sulfat;
 Sarung tangan (jumlah ibu bersalin dan sarung tangan);
 Kasa pembalut (jumlah ibu bersalin dan harga satuan kasa
pembalut), setiap 1 bungkus kasa pembalut dipergunakan untuk 10
ibu bersalin;
 Kapas berlemak 500 gram (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
kasa berlemak), setiap 1 bungkus kasa berlemak dipergunakan untuk
10 ibu bersalin;
 Benang tali pusat (jumlah ibu bersalin dan harga satuan benang tali
pusat); disposible 3 ml), setiap ibu bersalin 6 set diposible 3 ml;

3. Pelayanan ibu nifas:


Bahan Medis Habis Pakai
1) Vitamin A 200.000 iu (jumlah ibu nifas dan harga satuan vitamin A
200.000 iu), setiap ibu nifas mendapat 2 x vitamin A;
Rujukan Ibu Nifas
a. Transport (jumlah petugas rujukan, jumlah ibu nifas yang dirujuk dan
harga satuan transport petugas rujukan);
b. Formulir (jumlah ibu nifas yang dirujuk dan harga satuan formulir
rujukan).

4. Pengisian dan pengandaan buku KIA (teritegrasi pada pelayanan kesehatan


bumil/masuk dalam biaya investasi);

5. Pencatatan dan pelaporan:


1) Bahan pencatatan dan pelaporan:
 Formulir register persalinan (jumlah ibu bersalin dan harga satuan
formulir register).

6. Rujukan pertolongan persalin:


1) Transport (jumlah petugas rujukan, jumlah ibu bersalin yang dirujuk dan
harga satuan transport petugas rujukan);
2) Formulir (jumlah ibu bersalin yang dirujuk dan harga satuan formulir
rujukan).

JPD 3. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


1. Pendataan bayi baru lahir (teritegrasi dengan pelayanan dasar 1. Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil);
2. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
Pelayanan dalam gedung,
Obat, Vaksin dan BMHP
 HBO (1 dose per ampul) (jumlah bayi baru lahit dan harga satuan
vaksin HB0)
 Oksitetrasiklin HCl salep mata 1% (jumlah bayi baru lahit dan harga
satuan Oksitetrasiklin HCl salep mata 1%)
 Fitomenadion (Vitamin K1) injeksi 10 mg/ml (jumlah bayi baru lahit dan
harga satuan Fitomenadion (Vitamin K1) injeksi 10 mg/ml)
 Disposible 0.5 ml (jumlah bayi baru lahit dan harga satuan Disposible
0.5 ml)
 Alkohol Swab (100 kali) 2x pemakaian (jumlah bayi baru lahit dan
harga satuan Alkohol Swab)
3) Buku MTBM (jumlah bayi baru lahir dan harga satuan buku MTBM)
Pelayanan luar gedung,
a. Bahan/formulir kunjungan rumah (jumlah bayi baru lahir kunjungan rumah
dan unitcost formulir kunjungan rumah);
b. Transort petugas (frekuensi kunjungan rumah, jumlah petugas per
puskesmas, jumlah puskesmas dan unitcost transport)

Obat, Vaksin dan BMHP


 HBO (1 dose per ampul) (jumlah bayi baru lahir kunjungan rumah dan
harga satuan vaksin HB0)
 Oksitetrasiklin HCl salep mata 1% (jumlah bayi baru lahir kunjungan
rumah dan harga satuan Oksitetrasiklin HCl salep mata 1%)
 Fitomenadion (Vitamin K1) injeksi 10 mg/ml (jumlah bayi baru lahir
kunjungan rumah dan harga satuan Fitomenadion (Vitamin K1) injeksi
10 mg/ml)
 Disposible 0.5 ml (jumlah bayi baru lahir kunjungan rumah dan harga
satuan Disposible 0.5 ml)
 Alkohol Swab (100 kali) 2x pemakaian (jumlah bayi baru lahir
kunjungan rumah dan harga satuan Alkohol Swab)
3. Pengisian dan pengandaan buku KIA (teritegrasi pada dengan pelayanan
dasar 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil/masuk dalam biaya investasi);
4. Biaya pencatatan dan pelaporan (jumlah bayi baru lahir dan harga satuan
register kohort bayi);

5. Rujukan bayi baru lahir:


a. Transport (jumlah petugas rujukan, jumlah ibu bersalin yang dirujuk dan
harga satuan transport petugas rujukan);
b. Formulir (jumlah ibu bersalin yang dirujuk dan harga satuan formulir
rujukan).
JPD 4. Pelayanan Kesehatan Kesehatan Balita
1) Pendataan bayi baru lahir (teritegrasi dengan pelayanan dasar 1. Pelayanan
Kesehatan Ibu Hamil);

2) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir


Pelayanan dalam gedung,
a. Obat, Vaksin dan BMHP
 Pemberian kapsul vitamin A
o Kapsul biru (jumlah bayi usia 6-11 bulan dan harga satuan
vaksin kapsul biru)
o Kapsul merah dua kali setahun (jumlah balita 12-59 bulan dan
harga satuan vaksin kapsul merah)
 Imunisasi dasar lengkap (vaksin dari pusat)
o BCG (20 dose per ampul) ---> 1 x per bayi sd usia 1 tahun
o DPT-HB-Hib (5 dose per vial) ---> 3 x per bayi sd usia 1 tahun
o Polio (10 dose per vial) ---> 4 x per bayi sd usia 1 tahun
o Campak (10 dose per vial) ---> 1 x per bayi sd usia 1 tahun
o Disposible 0,05 ml untuk imunisasi BCG (jumlah bayi usia 6-11
bulan dan harga satuan disposible 0.05 ml)
o Disposible 0,5 ml untuk imunisasi campak dan DPT-HB-Hib
(jumlah bayi usia 6-11 bulan dan harga satuan disposable 0,5
ml)
o Disposible 5 ml untuk pelarut campak (jumlah bayi usia 6-11
bulan dan harga satuan disposable 5 ml)
o Kapas 500 gram untuk pemakaian 500 bayi (jumlah bayi usia 6-
11 bulan dan harga satuan vaksin kapas 500 gram)
o Alkohol 1000 cc untuk pemakaian 500 bayi (jumlah bayi usia 6-
11 bulan dan harga satuan vaksin kapas 1000 cc)
b. Media KIE
 Lembar balik (2 buah per lokasi) (jumlah puskesmas, pustu serta
polindes/poskesdes dan harga satuan lembar balik)
 Leaflet (jumlah balita dan harga satuan lembar balik)
 Poster (4 bh per lokasi) (jumlah puskesmas, pustu serta
polindes/poskesdes dan harga satuan poster)
Pelayanan luar gedung,
a. Transport petugas (frekuensi pelayanan luar gedung, jumlah petugas,
jumlah puskesmas dan harga satuan transport petugas kunjungan
rumah);
b. Bahan/formulir (frekuensi pelayanan kunjungan rumah, jumlah balita
kunjungan rumah dan harga satuan bahan/formulir)
c. Obat, Vaksin dan BMHP
 Pemberian kapsul vitamin A
o Kapsul biru (jumlah bayi usia 6-11 bulan dan harga satuan
vaksin kapsul biru)
o Kapsul merah dua kali setahun (jumlah anak usia 12-59 bulan
dan harga satuan vaksin kapsul merah)

3) Pelayanan rujukan balita:


1. Transport (jumlah petugas rujukan, jumlah balita yang dirujuk dan harga
satuan transport petugas rujukan);
2. Formulir (jumlah balita yang dirujuk dan harga satuan formulir rujukan).

4) Biaya pencatatan dan pelaporan (frekuensi pencatatan dan pelaporan,


jumlah balita serta harga satuan formulir);

5) Biaya pertemuan monitoring dan evaluasi teritegrasi dengan pelayanan


dasar 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil);

JPD 5. Pelayanan Kesehatan Siswa Satuan Pendidikan Dasar


1. Pendataan sekolah satuan pendidikan dasar:
1. Biaya transport petugas (frekuensi pendataan, jumlah petugas, jumlah SD
serta SMP dan harga satuan transport petugas puskesmas);
2. Biaya formulir pendataan.(frekuensi pendataan, jumlah anak usia
pendidikan dasar dan harga satuan formulir pendataan).

2. Pelaksanaan penjaringan kesehatan:


a. Biaya transport petugas skrining.(frekuensi skrining, lama penjaringan
kesehatan, jumlah SD dan SMP dan harga satuan transport);
b. Test laboratorium (test Hb) (frekuensi skrining, jumlah anak usia
pendidikan dasar dan harga satuan test Hb);
c. Formulir skrining (frekuensi skrining, jumlah anak usia pendidikan dasar
dan harga satuan formulir skrining);
3. Pelaksanaan tindak lanjut hasil penjaringan:
a. Pelayanan rujukan anak usia pendidikan dasar;
 Transport (jumlah petugas rujukan, jumlah anak usia pendidikan dasar
yang dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
 Formulir (jumlah anak usia pendidikan dasar yang dirujuk dan harga
satuan formulir rujukan).
b. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE);
 Media KIE;
o Leaflet (frekuensi KIE, anak usia pendidikan dasar yang dirujuk
dan harga satuan leaflet);
o Poster 4 buah per lokasi (frekuensi KIE, jumlah puskesmas dan
harga satuan poster).

JPD 6. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Produktif

1. Skrining factor resiko PTM


Pelayanan skrining
a. Biaya Deteksi Obesitas (teritegrasi dengan pengadaan inventaris)
b. Biaya Deteksi Hipertensi (teritegrasi dengan pengadaan inventaris)
c. Biaya Deteksi Diabetes Mellitus
 Blood Lancet (1 box 100) (frekuensi deteksi DM, jumlah penduduk
usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan harga
satuan blood lancet)
 Biaya swab alkohol (1 box = 100 lmbr) (frekuensi deteksi DM, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan
harga satuan alcohol swab)
 Biaya strip test gula darah (25 strip) (frekuensi deteksi DM, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan
harga satuan strip test gua darah)
d. Biaya deteksi dini kanker payudara & pemeriksaan IVA (Wanita Usia 30-
59 tahun)
 Biaya Tes Inspeksi Visual Asam (frekuensi test IVA, jumlah penduduk
wanita usia 30-59 yang mendapatkan pelayanan skrining IVA dan
harga satuan pemeriksaan IVA)
Bahan skrining
a. Biaya formulir skrining (frekuensi skrining, jumlah penduduk usia produktif
yang mendapatkan pelayanan skrining dan harga satuan formulir)
b. Biaya formulir informed consent untuk test IVA (frekuensi test IVA, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan harga
satuan formulir Informed consent untuk test IVA)

2. Konsultasi resiko PTM


a. Biaya transport (dilakukan di dalam gedung/fasilitas kesehatan);
b. Biaya media konsultasi
 Lembar balik PTM (frekuensi konsultasi, jumlah puskesmas dan harga
satuan lembar balik PTM)
3. Rujukan usia produktif:
a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah usia produktif yang
dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Formulir (jumlah usia produktif yang dirujuk dan harga satuan formulir
rujukan).

4. Biaya pencatatan dan pelaporan


a. Biaya transport (dilakukan di dalam gedung)
b. Biaya bahan/formulir (frekuensi pencatatan dan pelaporan, penduduk usia
produktif 15-59 tahun dan harga satuan formulir);

5. Pelayanan Kesehatan Pada Usia Lanjut

1. Pendataan usia lanjut


a. Biaya transport petugas (frekuensi pendataan, jumlah petugas, jumlah
puskesmas dan harga satuan transport petugas puskesmas);
b. Biaya formulir pendataan.(frekuensi pendataan, jumlah penduduk usia
lanjut dan harga satuan formulir pendataan).

2. Skrining kesehatan lansia


Pelayanan skrining
a. Biaya Deteksi Diabetes Mellitus
 Blood Lancet (1 box 100) (frekuensi deteksi DM, jumlah penduduk
usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan harga
satuan blood lancet)
 Biaya swab alkohol (1 box = 100 lmbr) (frekuensi deteksi DM, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan
harga satuan alcohol swab)
 Biaya strip test gula darah (25 strip) (frekuensi deteksi DM, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan
harga satuan strip test gua darah)
b. Biaya Deteksi Hipertensi (teritegrasi dengan pengadaan inventaris)
c. Biaya Deteksi Kolesterol
 Blood Lancet (1 box 100) (frekuensi deteksi kolesterol, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan
harga satuan blood lancet)
 Biaya swab alkohol (1 box = 100 lmbr) (frekuensi deteksi kolesterol,
jumlah penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining
dan harga satuan alcohol swab)
 Biaya strip test kolesterol (25 strip) (frekuensi deteksi kolesterol,
jumlah penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining
dan harga satuan strip test kolesterol)
d. Biaya deteksi Gangguan Mental Emosional
 Biaya formulir Informed consent (frekuensi deteksi GME, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan
harga satuan formulir Informed consent)
Bahan skrining
a. Biaya formulir skrining (frekuensi skrining, jumlah penduduk usia lanjut
yang mendapatkan pelayanan skrining dan harga satuan formulir)

3. Biaya rujukan usia lanjut


a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah usia lanjut yang dirujuk
dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Biaya Formulir (jumlah usia lanjut yang dirujuk dan harga satuan formulir
rujukan).

4. Biaya pencatatan dan pelaporan


a. Biaya transport (dilakukan di dalam gedung)
b. Biaya bahan/formulir (frekuensi pencatatan dan pelaporan, penduduk usia
produktif 15-59 tahun dan harga satuan formulir);
c. Penyediaan buku kesehatan lansia

JPD 8. Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi


1. Pendataan
a. Biaya transport petugas (teritegrasi dengan yandas 6 dan 7);
b. Biaya formulir pendataan.(frekuensi pendataan, petugas pendataan,
jumlah orang melakukan pemeriksaan kesehatan hipertensi dan harga
satuan formulir pendataan).

2. Skrining factor resiko


a. Biaya transport petugas (dilakukan di fasyankes)
b. Biaya alat kesehatan PTM (teritegrasi biaya investasi)

3. Pelayanan kesehatan:
a. Biaya transport petugas (dilakukan di fasyankes)
b. Biaya pelayanan kesehatan
 Edukasi (diet makan dan aktifitas fisik)
 Pemberian obat
- Kaptopril 50 mg (1 x sehari) (frekuensi pemberian obat, jumlah
penderita hipertensi dan harga satuan kaptopril 50 mg)
c. Biaya alat kesehatan PTM (teritegrasi biaya investasi)

3. Biaya rujukan penderita hipertensi


a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah pasien hipertensi yang
dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Biaya Formulir (jumlah pasien hipertensi yang dirujuk dan harga satuan
formulir rujukan).

JPD 9. Pelayanan Kesehatan Penderita DM


1. Pendataan
a. Biaya transport petugas (teritegrasi dengan yandas 6 dan 7);
b. Biaya formulir pendataan.(frekuensi pendataan, petugas pendataan,
jumlah orang melakukan pemeriksaan kesehatan DM dan harga satuan
formulir pendataan).

2. Skrining factor resiko


a. Biaya transport petugas (dilakukan di fasyankes)
b. Biaya alat kesehatan PTM (teritegrasi biaya investasi)

3. Pelayanan kesehatan:
a. Biaya transport petugas (dilakukan di fasyankes)
b. Biaya pelayanan kesehatan
 Edukasi (diet makan dan aktifitas fisik)
 Pemberian obat
- Glibenklamida tablet 5 mg (1 x sehari) (frekuensi pemberian
obat, jumlah penderita DM dan harga satuan Glibenklamida tablet
5 mg)
- Metformin HCl tablet 500 mg (1 x sehari) (frekuensi pemberian
obat, jumlah penderita DM dan harga satuan Metformin HCl tablet
500 mg)
 Test laboratorium
Pemeriksaan Gula Darah
- Blood Lancet (1 box 100) (frekuensi deteksi DM, jumlah penduduk
usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining dan harga
satuan blood lancet)
- Biaya swab alkohol (1 box = 100 lmbr) (frekuensi deteksi DM,
jumlah penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan
skrining dan harga satuan alcohol swab)
- Biaya strip test gula darah (25 strip) (frekuensi deteksi DM, jumlah
penduduk usia produktif yang mendapatkan pelayanan skrining
dan harga satuan strip test gua darah)
4. Biaya rujukan penderita DM
a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah penderita DM yang
dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Biaya Formulir (jumlah penderita DM yang dirujuk dan harga satuan
formulir rujukan).

JPD 10. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Gangguan Jiwa Berat


1. Pelaksanaan kunjungan rumah (pendataan)
a. Biaya transport (frekuensi kunjungan rumah, jumlah petugas kunjungan
rumah per puskesmas, jumlah puskesmas dan harga satuan transport
kunjungan rumah);
b. Biaya formulir kunjungan rumah (frekuensi kunjungan rumah, jumlah
petugas kunjungan rumah, dan harga satuan formulir pendataan).

2. Biaya pencatatan dan pelaporan


a. Biaya transport (dilakukan di dalam gedung)
b. Biaya bahan (frekuensi pencatatan dan pelaporan, dan harga satuan
paket bahan pelaporan);
3. Biaya Sosialisasi Kesehatan Jiwa
a. Transport nara sumber dan peserta (frekuensi sosialisasi kesehatan jiwa,
jumlah narasumber + peserta, harga satuan transport nara sumber +
peserta);
b. Paket pertemuan (fullday meeting) (frekuensi sosialisasi kesehatan jiwa,
jumlah peserta dan harga satuan paket pertemuan/fullday meeting);
c. Uang saku (frekuensi sosialisasi kesehatan jiwa, jumlah peserta dan
harga satuan uang saku).

4. Biaya rujukan penderita DM


a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah penderita ODGJ Berat
yang dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Biaya Formulir (jumlah penderita ODGJ Berat yang dirujuk dan harga
satuan formulir rujukan).

JPD 11. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Tuberkulosis


1. Penemuan Penderita TB
Penemuan penderita di masyarakat dan masyarakat khusus
a. Biaya transport (frekuensi kunjungan rumah, jumlah petugas kunjungan
rumah per puskesmas, jumlah puskesmas dan harga satuan transport
kunjungan rumah);
b. Biaya formulir kunjungan rumah (frekuensi kunjungan rumah, jumlah
petugas kunjungan rumah, dan harga satuan formulir pendataan).
Pelacakan kontak (Contact Tracing)
a. Transport petugas pelacakan (frekuensi pelacakan, jumlah petugas
pelacakan, jumlah puskesmas dan harga satuan transport petugas)

2. Penyuluhan Tuberkulosis
a. Biaya transport petugas (frekuensi penyuluhan TB, jumlah petugas per
puskesmas, jumlah puskesmas dan satuan harga transport penyuluhan)
b. Biaya bahan penyuluhan
 Lembar balik (frekuensi penyuluhan TB, jumlah puskesmas dan
satuan harga lembar balik)
 Leaflet (frekuensi penyuluhan TB, jumlah penderita TB, dan satuan
harga leaflet)
 Poster "Tanda dan Gejala TB" dan "Etika Batuk" (2 lembar)
(frekuensi penyuluhan TB, jumlah petugas penyuluhan, jumlah
puskesmas dan satuan harga poster)

3. Pelayanan skrining
Di dalam gedung
a. Transport Petugas (dilakukan di dalam gedung)
b. BMHP
 Reagen Ziehl Neelsen (ZN) 100 ml (untuk 100 kali) (frekuensi
pemeriksaan per 1 orang, jumlah orang terduga TB yang mendapat
skrining, harga satuan reagen ziehl neelsen (ZN));
 Pot Sputum (5 kali) (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah
orang terduga TB yang mendapat skrining, harga satuan pot
sputum);
 Kaca slide frosted (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah orang
terduga TB yang mendapat skrining, harga satuan kaca slide
frosted);
 Larutan tuberkulin PPD RT 23 2TU (frekuensi pemeriksaan per 1
orang, jumlah orang terduga TB yang mendapat skrining, harga
satuan larutan tuberkulin PPD RT 23 2TU);
 Spuit disposibel 1 cc (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah
orang terduga TB yang mendapat skrining, harga satuan Spuit
disposibel 1 cc);
 Masker (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah orang terduga
TB yang mendapat skrining, harga satuan masker);
 Handscoon (frekuensi pemeriksaan per 1 orang, jumlah orang
terduga TB yang mendapat skrining, harga satuan handscoon).
Di luar gedung
a. Transport Petugas
 Transport petugas penemuan penderita di masyarakat (frekuensi
penemuan penderita di masyarakat, jumlah petugas penemuan
penderita di masyarakat, jumlah puskesmas dan harga satuan
transport petugas);
 Transport petugas penemuan penderita di masyarakat khusus
(lapas/Rutan, daerah kumuh dan terpencil) (frekuensi penemuan
penderita di masyarakat khusus, jumlah petugas penemuan
penderita di masyarakat khusus, jumlah puskesmas dan harga
satuan transport petugas).
4. Rujukan orang dengan TB.
a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah orang dengan TB yang
dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Biaya formulir (jumlah orang dengan TB yang dirujuk dan harga satuan
formulir rujukan).
5. Biaya pencatatan dan pelaporan
a. Biaya transport (dilakukan di dalam gedung)
b. Biaya bahan/formulir (frekuensi pencatatan dan pelaporan, jumlah
penderita TB dan harga satuan formulir);

5. Pelayanan Kesehatan Orang Dengan Resiko HIV

1. Pemetaan kelompok sasaran (transport petugas dan formulir pemetaan)


2. Promosi dan penyuluhan HIV;
a. Biaya transport:
 Transport petugas (frekuensi penyuluhan HIV, jumlah petugas per
puskesmas, jumlah puskesmas dan satuan harga transport
penyuluhan)
b. Biaya bahan penyuluhan:
 Lembar balik (2 buah / puskesmas) (frekuensi penyuluhan HIV,
jumlah puskesmas dan satuan harga lembar balik);
 Leaflet (1 rim / puskesmas) (frekuensi penyuluhan HIV, jumlah
puskesmas, dan satuan harga leaflet);
 Booklet HIV-AIDs (2 buah / puskesmas) (frekuensi penyuluhan HIV,
jumlah puskesmas, dan satuan harga booklet);
 Poster HIV-AIDs (2 buah / puskesmas) (frekuensi penyuluhan HIV,
jumlah puskesmas dan satuan harga poster)

3. Jejaringan dan kemitraan/pertemuan LS dan LP


a. Biaya bahan pertemuan
 Penggandaan dan ATK (frekuensi pertemuan dan harga satuan
paket bahan pertemuan)
b. Biaya pertemuan
 Paket pertemuan/meeting fullday (frekuensi pertemuan, jumlah
peserta pertemuan dan harga satuan paket pertemuan/fullday
meeting);
 Transport peserta pertemuan (frekuensi pertemuan, jumlah peserta
pertemuan dan harga satuan transport peserta pertemuan);
 Uang saku peserta pertemuan (frekuensi pertemuan, jumlah peserta
pertemuan dan harga satuan uang saku).

4. Pertemuan dalam rangka sosialisasi;


a. Biaya bahan pelatihan
 Panggandaan dan ATK (frekuensi sosialisasi kesehatan HIV dan
harga satuan paket penggandaan ATK).
b. Biaya jasa profesi
 Honor nara sumber (frekuensi sosialisasi kesehatan HIV, jumlah jam
narasumber, jumlah narasumber dan harga satuan honor jasa
profesi)
c. Biaya Sosialisasi Kesehatan Jiwa
 Transport nara sumber dan peserta (frekuensi sosialisasi kesehatan
HIV, jumlah narasumber + peserta, harga satuan transport nara
sumber + peserta);
 Paket pertemuan (fullday meeting) (frekuensi sosialisasi kesehatan
HIV, jumlah peserta dan harga satuan paket pertemuan/fullday
meeting);
 Uang saku (frekuensi sosialisasi kesehatan HIV, jumlah peserta dan
harga satuan uang saku).

5. Pelayanan kesehatan:
Skrining/test HIV;
a. Test HIV (R1)
 Rapid test HIV (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga
satuan test R1);
 Lancet (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga satuan
lancet);
 Alkohol swab (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga
satuan alcohol swab);
 Handscoon (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga
satuan handscoon);
 Safty box (jumlah orang yang beresiko terinfeksi HIV dan harga
satuan safty box).
b. Test HIV (R2 & R3)
 Rapid test HIV (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan test R2 dan
R3);
 Lancet (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan lancet);
 Alkohol swab (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan alcohol swab);
 Handscoon (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan handscoon)
 Safty box (jumlah terinfeksi HIV dan harga satuan safty box).

6. Rujukan kasus HIV untuk mendapatkan pengobatan ARV


a. Biaya transport (jumlah petugas rujukan, jumlah orang terinfeksi HIV
yang dirujuk dan harga satuan transport petugas rujukan);
b. Biaya formulir (jumlah orang terinfeksi HIV yang dirujuk dan harga satuan
formulir rujukan).

7. Biaya pencatatan dan pelaporan


a. Biaya transport (dilakukan di dalam gedung)
b. Biaya bahan uji silang (frekuensi uji silang, jumlah orang dengan resiko
terinfeksi HIV dan harga satuan bahan uji silang);

8. Monitoring dan Evaluasi


Monev tingkat kabupaten/kota
a. Biaya Bahan pertemuan (frekuensi pertemuan monev kabupaten/kota
dan harga satuan paket bahan pertemuan);
b. Biaya paket fullday meeting
 Paket meeting (frekuensi pertemuan monev kabupaten/kota dan
harga satuan paket meeting);
 Transport peserta (frekuensi pertemuan monev kabupaten/kota,
jumlah peserta pertemuan monev kabupaten/kota dan harga satuan
transport)
Monev tingkat kecamatan/puskesmas
a. Biaya Bahan pertemuan (frekuensi pertemuan monev kecamatan dan
harga satuan paket bahan pertemuan);
b. Biaya paket fullday meeting
 Paket meeting (frekuensi pertemuan monev kecamatan dan harga
satuan paket meeting);
 Transport peserta (frekuensi pertemuan monev kecamatan, jumlah
peserta pertemuan monev kecamatan dan harga satuan transport).

B. Biaya Investasi

Biaya pembelian/pengadaan alat dapat dikumpulkan menjadi satu, mengingat ada


beberapa alat seperti tensimeter, alat pengukur tinggi badan, timbangan, alat test
cepat gula darah dan sebagainya yang digunakan oleh beberapa layanan
kesehatan SPM bidang kesehatan sekaligus. Dalam menghitung kebutuhan biaya
investasi hanya menghitung sarana dan prasarana yang melekat langsung dengan
keterlaksanaan langkah-langkah kegiatan penerapan SPM bidang kesehatan.

Rincian kebutuhan biaya investasi SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota


sebagai berikut:

1. Pengadaan Peralatan KIA Puskesmas non Perawatan (kurang peralatan


persalinan) (setiap satu Puskesmas memiliki satu perlatan KIA Puskesmas dan
harga satuan peralatan KIA);

2. Pengadaan Peralatan KIA Puskesmas Perawatan (setiap satu Puskesmas


Perawatan memiliki satu perlatan KIA Puskesmas Perawatan dan harga satuan
peralatan KIA puskesmas dengan perawatan);
3. Pengadaan Peralatan KIA/KB Pustu (setiap satu Pustu memiliki satu perlatan
KIA Pustu dan harga satuan peralatan KIA Pustu);

4. Pengadaan Polindes Kit (setiap Polindes/Poskesdes memiliki satu peralatan


Polindes Kit dan harga satuan polindes Kit);

5. Pengadaan Bidan Kit (setiap satu orang Bidan memiliki satu peralatan Bidan Kit
dan harga satuan bidan Kit);

6. Pengadaan Set Peralatan Persalinan (setiap satu puskesmas memliki satu set
peralatan persalinan dan harga satuan set peralatan persalinan);

7. Pengadaan Imunisasi Kit (setiap Puskesmas dan setiap Pustu memiliki satu
Imunisasi Kit dan harga satuan imunisasi Kit);

8. Pengadaan Imunisasi Kit Lapangan (setiap Puskesmas dan setiap Pustu


memiliki satu Imunisasi Kit lapangan dan harga satuan imunisasi Kit lapangan);

9. Pengadaan Kantong Persalinan (setiap Bidan Desa/Bidan di bawah Puskesmas


memiliki satu kantong persalinan; dan harga satuan Kantong Persalinan);
10. Pengadaan Timbangan Dewasa + Alat Ukur Tinggi Badan (setiap Puskesmas,
setiap Pustu dan setiap Polindes memiliki satu Timbangan Dewasa + Alat Ukur
Tinggi Badan dan harga satuan Timbangan Dewasa + Alat Ukur Tinggi Badan);

11. Pengadaan Stetoscop (setiap dokter Puskesmas dan setiap bidan memiliki satu
Stetoscop dan harga satuan Stetoscop);

12. Pengadaan Glucometer (setiap Puskesmas memiliki satu Glucometer dan harga
satuan Glucometer);

13. Pengadaan Kit Posyandu (setiap Puskesmas memiliki satu Kit Posyandu dan
harga satuan Kit Posyandu);

14. Pengadaan Kit UKS (setiap sekolah satuan pendidikan dasar memiliki satu Kit
UKS dan harga satuan Kit UKS);

15. Pengadaan Kit Pemeriksaan IVA (setiap Puskesmas memiliki satu Kit
Pemeriksaan IVA dan harga satuan Kit Pemeriksaan IVA);

16. Pengadaan Kit Posbindu (setiap Puskesmas memiliki satu Kit Posbindu dan
harga satuan Kit Posbindu);
IV. PENUTUP

Pembiayaan kesehatan adalah pengelolaan berbagai upaya penggalian,


pengalokasian, dan pembelanjaan dana kesehatan untuk mendukung
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
maka diperlukan tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang mencukupi, teralokasi
secara adil, merata, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna,
tersalurkan sesuai peruntukannya.

SPM merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk rakyatnya,
maka target SPM harus 100% setiap tahunnya. Untuk itu dalam penetapan jenis
layanan dasar SPM, Kementerian/Lembaga Pemerintahan Non Kementerian agar
melakukan pentahapan pada jenis pelayanan, mutu pelayanan dan/atau sasaran/lokus
tertentu. SPM merupakan salah satu program strategis nasional. Pada Pasal 68 UU
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Kepala
Daerah yang tidak melaksanakan program strategis nasional akan dikenai sanksi yaitu
sanksi administratif, diberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan, sampai dengan
diberhentikan sebagai kepala daerah.

Setiap jenis layanan kesehatan terlebih dahulu ditetapkan langkah-langkah kegiatan


untuk mencapai SPM dan dari setiap langkah kegiatan tersebut diidentifikasi variabel
kegiatan apa saja yang timbul untuk mencapai kondisi yang diinginkan, kegiatan yang
timbul dikelompokan kedalam kegiatan operasional dan kegiatan investasi. Dari
variabel kegiatan tersebut akan didapat komponen apa saja yang mempegaruhi
pembiayaan, dari komponen tersebut disusun dalam formula/rumus dan dikalikan
dengan satuan biaya.

Biaya dikelompokan manjadi 2 (dua) kelompok biaya, yaitu biaya langsung dan biaya
tidak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yang benefitnya dapat langsung
dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan kesehatan, sedangkan biaya tidak
langsung merupakan biaya penunjang kegiatan seperti biaya peningkatan sumber daya
tenaga kesehatan, biaya penyuluhan, biaya bahan dan lain-lain, yang manfaatnya tak
langsung dirasakan oleh masyarakat pengguna pelayanan kesehatan.

Pedoman perencanaan pembiayaan pelaksanaan SPM bidang kesehatan di


Kabupaten/Kota disusun sebagai acuan daerah dalam menyusun perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM bidang kesehatan di Kabupaten/Kota. Perencanaan
pembiayaan pencapaian SPM ini akan memudahkan daerah dalam mengalokasikan
besarnya biaya yang dibutuhkan bagi pelaksanaan SPM bidang kesehatan di
Kabupaten/Kota selama 5 (lima) tahun ke depan dan mengevaluasi setiap tahunnya.

Penyusunan tamplate perhitungan biaya SPM bidang kesehatan telah mengalami


beberapa kali perubahan/perbaikan, hal ini dikarenakan banyaknya masukan dari
pemegang program yang terkait jenis layanan kesehatan SPM bidang kesehatan,
pelaksana program di Kabupaten/Kota dan dari para pakar kesehatan masyarakat
serta pakar dalam bidang pembiayan dan anggaran.

Anda mungkin juga menyukai