3.1 PEMBAHASAN
Kasus dalam praktikum kali ini adalah seseorang yang bernama Tn. TW yang
berumur 67 tahun rawat inap di rumah sakit mulai tanggal 15/05/2017 sampai 20/05/2017
dengan keluhan nyeri perut kanan atas hilang timbul selama 2 bulan, nafsu makan menurun,
sulit tidur, berat badan turun 4 kg selama 2 bulan. Gatal-gatal seluruh tubuh, BAK seperti teh,
berbusa, kaki bengkak, kelopak mata bengkak. Riwayat pengobatan: diklofenak dan
metilprednisolon. Choledocholiatis, Hipoalbumin, Hipokalemia, Sindrom Nefrotik. Pasien
Tn. TW menggunakan jaminan JKN PBI.
Hasil pemeriksaan klinik pasien terdiridari lemas, nyeri perut, gatal dari hari pertama
pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Sedangkan untuk jaundice dirasakan pada
hari pertama masuk rumah sakit sampai hari ketiga. Terapi pengobatan yang diberikan
selama pasien dirawat yaitu Aminofusin hepar berkhasiat sebagai hepatoprotektor dengan
cara iv dosis 16 tpm. Urdafalk (Asam ursodeoksikolat) berkhsiat mengatasi hepatitis dan
menghancurkan batu empedu dengan dosis 250 mg/12 jam. Inf. Albumin berkhasiat
mengatasi kekurangan albumin dengan dosis 16 tpm. Curcuma (Ekstrak temulawak)
berkhasiat menjaga kesehatan fungsi hati diberikan dengan dosis 200 mg/ 8 jam. Aspar K
(Kalium L aspartate ) berkhasiat mengatasi kekurangan kalium diberikan dengan dosis 300
mg/12 jam. Vitamin K berkhasiat mengatasi defisiensi vit k dan antikoagulan diberikan
dengan dosis 1 amp/8 jam. Cetirizin berkhasiat antialergi/ gatal diberikan dengan dosis 10
mg/24 jam. Cefotaxime inj berkhasiat sebagai antibiotik, diberikan dengan dosis 1 g /8 jam.
Farsix inj (furosemide) berkhasiat sebagai diuretic dengan dosis sehari 2x.
Evaluasi terapi yang diperoleh selama pasien dirawat; karena hb pasien rendah maka
disarankan untuk pemberian vitamin penambah darah (sangobion), pasien mengeluh nyeri
perut maka disarankan untuk pemberian paracetamol/ ranitidin, Dosis cefotaxime inj kurang
tepat maka disarankan pemberian cefotaxime inj per 12 jam, serta penggunaan vit K tidak
tepat maka Menyarankan vit K dihentikan. Terapi farmakologi pasien harus mengkonsumsi
obat dengan teratur. Terapi non-farmakologi: asupan protein harus ditingkatkan/
dijaga,asupan elektrolit harus diperhatikan,diperbanyak untuk mengkonsumsi buah-buahan
(pisang),lakukan diet tinggi protein dan rendah garam,tingkatkan gaya hidup sehat, dan
konsumsi cairan harus terkontrol.
3.2 KESIMPULAN
Kasus dalam praktikum kali ini adalah seseorang yang bernama Tn. TW yang
berumur 67 tahun rawat inap di rumah sakit mulai tanggal 15/05/2017 sampai 20/05/2017
dengan keluhan nyeri perut kanan atas hilang timbul selama 2 bulan, nafsu makan menurun,
sulit tidur, berat badan turun 4kg selama 2 bulan. Gatal-gatal seluruh tubuh, BAK seperti teh,
berbusa, kaki bengkak, kelopak mata bengkak. Riwayat pengobatan: diklofenak dan
metilprednisolon. Choledocholiatis, Hipoalbumin, Hipokalemia, Sindrom Nefrotik. Pasien
Tn. TW menggunakan jaminan JKN PBI.
Evaluasi terapi yang diperoleh selama pasien dirawat; karena hb pasien rendah maka
disarankan untuk pemberian vitamin penambah darah (sangobion), pasien mengeluh nyeri
perut maka disarankan untuk pemberian paracetamol/ ranitidin, Dosis cefotaxime inj kurang
tepat maka disarankan pemberian cefotaxime inj per 12 jam, serta penggunaan vit K tidak
tepat maka Menyarankan vit K dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association Health Care. Vol. 30(4): 340-350. Lamb, Pleck, Charnov
& Levine (2010).
Bartel B, Gau E. Fluid and electrolyte management. In: Johnson TJ. Critical care
pharmacotherapeutics. 1st ed. Burlington (MA): Jones & Bartlett Learning, LLC;
2015.p. 11 – 13.
.