Anda di halaman 1dari 83

LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini dengan judul “LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS DESA MENOREH KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN
MAGELANG JAWA TENGAH” ini telah di terima dan di setujui untuk di
presentasikan pada seminar di hadapan Tim Bapelkes Salaman.

Magelang, 05 April 2018

Pembimbing Makalah MOT

(Dra Nila Arianingsih, Apt, MQIH ) (Edy Sukiarko, SKM, M.Si)

Mengetahui,

Direktur Akper PELNI Kepala Bapelkes

(Buntar Handayani, SKp, M.Kep, M.M) (Taufik Hidayat, SKM,M.Kes)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Laporan
Asuhan Keperawatan Komunitas di Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten
Magelang Provinsi Jawa Tengah”, Penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan
serta bantuan dalam penyusunan laporan ini, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Ahmad Samdani, SKM., Ketua Yayasan Samudra APTA.
2. Buntar Handayani, SKp, M.Kep, M.M., Direktur Akademi Keperawatan PELNI
Jakarta.
3. Taufik Hidayat, SKM, M.Kes, Kepala BAPELKES Salaman Magelang.
4. Ns Ritanti, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom, Koordinator Mata Ajar Komunitas
5. Ns. Sri Atun Wahyuningsih, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J, dan TIM pembimbing
gelombang pertama.
6. Ibu Ns. Isnayati, S.Kep dan dan Sri Mulyani, APP., S.KP., M.KM, dan TIM
pembimbing gelombang kedua.
7. TIM MOT di BAPELKES Salaman Magelang.
8. Kepala Desa Menoreh, Ketua Puskesmas, Kepala Dusun yaitu Dusun Ngemplak,
Dusun Candi, Dusun Derepan, Dusun Mlangen, Dusun Pranan Wetan, Dusun
Kamal, Dusun Sewan, Dusun Alun- Alun, Dusun Jurusawah, Dusun Ngaglik,
beserta para kader kesehatan.
9. Seluruh keluarga binaan Desa Menoreh atas kerjasamanya dalam pelaksanaan
praktik keperawatan komunitas.
Sebagai proses pembelajaran untuk menyempurnakan penyusunan laporan hasil
pengabdian masyarakat dan aplikasi asuhan keperawatan komunitas di Desa
Menoreh, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Penulis
mengharapkan laporan ini bermanfaat bagi penulis pembaca khususnya.
Magelang, 05 April 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 2
A. Latar Belakang .................................................................................................. 2
B. Tujuan Kegiatan ................................................................................................ 6
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 7
A. Konsep Dasar Primary Health Care (PHC) ....................................................... 7
D. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas.......................................................... 13
E. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 27
F. Diagnosis Keperawatan ................................................................................... 30
G. Perencanaan Keperawatan .............................................................................. 31
H. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................... 33
I. Penilaian/Evaluasi ........................................................................................... 34
BAB III TINJAUAN KASUS.................................................................................... 36
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 36
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 52
C. Prioritas Masalah ............................................................................................. 52
D. Diagnosa Keperawatan komunitas .................................................................. 56
E. Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas ..................................................... 58
F. Implementasi Kegiatan.................................................................................... 63
G. Evaluasi ........................................................................................................... 62
BAB IV PEMBAHASAN .......................................................................................... 66
A. Pengkajian Keperawatan ................................................................................. 66
B. Diagnosa Keperawatan.................................................................................... 69
C. Perencanaan Keperawatan .............................................................................. 70
D. Pelaksanaan Keperawatan ............................................................................... 70

iii
E. Evaluasi Keperawatan ..................................................................................... 71
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 72
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 72
B. Saran ................................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 74

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gambaran atau visi masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai
dalam pembangunan kesehatan adalah Indonesia Sehat 2015. Upaya
mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2015 tersebut, pemerintah menetapkan 8
(delapan) Tujuan Pembangunan Milenium (Milenium Development Goals)
yang salah satunya adalah bidang kesehatan, yang terus dikembangkan
dengan berbagai cara agar masyarakat Indonesia dapat memperoleh
pelayanan kesehatan secara merata dengan lebih baik dan mudah. Namun,
pada kenyataannya Permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat
sampai saat ini sangat kompleks, berupa penyakit tidak menular (PTM)
maupun penyakit menular dengan salah satu penyebabnya adalah kesadaran
prilaku hidup bersih dan sehat serta pendidikan kesehatan yang minim, dan
sanitasi lingkungan yang kurang baik karena upaya pelayanan kesehatan
belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Melalui data tersebut diatas
sesuai dengan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 berbagai
penyakit tidak menular yaitu: (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi kronis
(PPOK); (3) kanker; (4) DM; (5) hipertiroid; (6) hipertensi; (7) jantung
koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal kronis; (11) batu
ginjal; (12) penyakit sendi/rematik. Data penyakit asma/ mengi/ bengek dan
kanker diambil dari responden semua umur, PPOK dari umur ≥30 tahun, DM,
hipertiroid, hipertensi/tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner,
penyakit gagal jantung, penyakit ginjal, penyakit sendi/rematik/encok dan
stroke ditanyakan pada responden umur ≥15 tahun.

Riskesdas (2013), Data Penyakit Menular tertinggi di Indonesia yaitu Infeksi


Saluran Pernapasan Akut (ISPA), pnemonia, TB paru, hepatitis, diare dan
malaria sedangkan penyakit menular yang ditularkan melalui udara yaitu

2
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), Pnemonia, dan TB paru. Penyakit
yang ditularkan melalui makanan, air dan lainnya yaitu penyakit hepatitis dan
diare. Sedangkan penyakit yang ditularkan oleh vektor yaitu malaria.

Hasil analisis kecenderungan secara rerata nasional, terdapat peningkatan


proporsi penduduk berperilaku cuci tangan secara benar pada tahun 2013
(47,0%) dibandingkan tahun 2007 (23,2%). Demikian pula dengan perilaku
BAB benar terjadi peningkatan dari 71,1 persen menjadi 82,6 persen. Dan
Proporsi penduduk umur ≥15 tahun mempunyai kebiasaan merokok dan
mengunyah tembakau. Data ini cenderung meningkat dalam Riskesdas 2007
(34,2%), Riskesdas 2010 (34,7%) dan Riskesdas 2013 (36,3%).Data
kesehatan lingkungan menurut Riskesdas 2013 yaitu terdapat lima provinsi
dengan proporsi tertinggi untuk Rumah Tangga yang memiliki akses terhadap
air minum improved adalah Bali (82,0%), DI Yogyakarta (81,7%), Jawa
Timur (77,9%), Jawa Tengah (77,8%), dan Maluku Utara (75,3%);
sedangkan lima provinsi terendah adalah Kepulauan Riau (24,0%),
Kalimantan Timur (35,2%), Bangka Belitung (44,3), Riau (45,5%), dan
Papua (45,7%). Secara kualitas fisik, masih terdapat RT dengan kualitas air
minum keruh (3,3%), berwarna (1,6%), berasa (2,6%), berbusa (0,5%), dan
berbau (1,4%).

Provinsi Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi Indonesia yang memiliki


visi jawa tengah, Sehat 2015 yaitu menciptakan masyarakat Jawa tengah
yang mempunyai perilaku sehat dan mempertahankan kesehatan secara
mandiri. Berbagai program kesehatan dilaksanakan dengan tujuan sampai
akhir tahun 2005 diharapkan seluruh masyarkat dapat melakukan upaya
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan secara mandiri.
Dengan program tersebut diperlukan Model-model pendekatan yang dipakai
hanya dengan pendekatan dan penyesuaian yang relevan dan efektif.

Data Penyakit Tidak Menular yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah menurut
Riskesdas tahun 2013 yaitu Asma 4,3%, PPOK 3,4%, kanker 2,1%, DM
2
1,6%, hipertiroid 0,5%, hipertensi 26,4%, jantung koroner 0,5%, gagal
jantung 0,18%, stroke 7,7%, gagal ginjal kronis 0,3%, batu ginjal 0,8%,
penyakit sendi/rematik 11,2%. Adapun data penyakit menular yaitu ISPA
15,7%, Pneumonia 0,2%, TB paru 0,4%, Diare 0,2%, Hepatitis 0,2%, Malaria
0,6%.

Provinsi Jawa Tengah terletak di bagian tengah Pulau Jawa dengan luas
wilayah 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Secara
administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota
dengan Kota Semarang sebagai ibukota provinsi. Salah satu kabupaten yang
terdapat di Jawa Tengah adalah Magelang. Magelang merupakan persentase
penduduk terendah di Jawa Tengah yang terdiri dari 21 kecamatan dan salah
satunya adalah kecamatan Salaman. Kecamatan Salaman, termasuk
didalamnya Desa Menoreh.

Desa Menoreh memiliki luas 668,92 Ha. Desa Menoreh berbatasan langsung
dengan Kabupaten Purworejo. Disebelah utara berbatasan dengan Desa
Kalisalak dan Salaman, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kalirejo,
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten purworejo, dan sebelah Timur
berbatasan dengan Desa Ngadirejo.

Penduduk Desa Menoreh berjumlah 7.984 jiwa yang merupakan penduduk


terbesar di kecamatan Salaman. Dengan besarnya penduduk tersebut dapat
mempengaruhi status kesehatan yang kompleks yang harus segera ditangani
oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang kemudian diadakannya
program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Hal ini sesuai
dengan hasil kunjungan warga ke Puskesmas Salaman di Desa Menoreh
bulan desember-februari 2018 sebanyak 1.448 jiwa. Terdapat 10 penyakit
tertinggi yaitu ISPA 1.186 jiwa (81,91%), Gastritis 412 jiwa (28,45%),
Arthritis 412 jiwa (28,45%), Hipertensi 335 jiwa (23,31%), Penyakit pulpa
283 jiwa (19,54%), Dermatitis 192 jiwa (13,26%), Penyakit kulit infeksi 175

3
jiwa, Dispepsia 167 jiwa (12,1%), Influenza 145 jiwa (10%), lain-lain 294
jiwa (20,30%).

Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa Akper Pelni Jakarta mulai


tanggal 27-29 Mare 2018 didapatkan Penduduk di Desa Menoreh Kecamatan
Salaman memiliki kebiasaan makanan sehat 414 KK (91,6%) dan
memanfaatkan air bersih 432 KK (95,6%), kebiasaan menggunakan jaman
sehat 360 (79,6%), kebiasaan mencuci tangan pakai sabun 328 KK (72,6%).

Hasil winshield survey Akper Pelni Jakarta tahun 2018 terdapat fasilitas
umum yang tersedia di Desa Menoreh terdiri dari 10 Dusun yaitu Dusun
Ngemplak, Dusun Candi, dusun Derepan, Dusun Mlangen, Dusun Pranan
Wetan, Dusun Kamal, Dusun Sewan, Dusun Alun- Alun, Dusun Jurusawah,
Dusun Ngaglik. Jarak antara satu rumah dengan lainnya dibatasi oleh kebun.
Sebagian besar kondisi lingkungan di Desa Menoreh sudah memenuhi syarat
kesehatan dibuktikan dengan hasil survey rumah yang sehat sebanyak 341
rumah (75,4%). Fasilitas umum yang tersedia seperti Balai Desa, Makam,
Mushala/Masjid, posyandu, PKD, praktek bidan desa, PAUD, TK, SD, MI,
SMP, MTS, SMA, MA. Sebagian besar penduduk di Desa Menoreh bermata
pencaharian sebagai petani. Sarana transportasi yang digunakan di Desa
Menoreh umumnya menggunakan kendaraan pribadi berupa kendaraan
beroda dua.

Hasil Survey Mahasiswa Akper Pelni Jakarta di Desa Menoreh tahun 2018 di
dapatkan 7 penyakit dengan angka tertinggi dalam 1 tahun terakhir yaitu
ISPA sebanyak 50 jiwa (26,2%), Hipertensi 47 jiwa (24,6%), Asam Urat 20
jiwa (10,5%), Diare 12 (6,3%), DM 11 jiwa (5,8%), hipotensi 8 jiwa (4,2%),
Maag 7 jiwa (3,7%).

Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan di Desa


Menoreh bahwa perlunya dilakukan implementasi pada ibu-ibu yang
memiliki balita tentang gizi seimbang dikarenakan terdapar 1 balita dengan
4
gizi kurang. Dan dari hasil wawancara dengan kelurahan di Desa Menoreh
bahwa di Desa ini belum menyadari pentingnya pengetahuan tentang masalah
kesehatan untuk itu dengan datangnya Akper Pelni ke Desa ini dapat
membangun warga untuk lebih maju di bidang kesehatan.

Desa Menoreh mempunyai budaya yang selalu dilakukan di10 Dusun seperti
kerja bakti, arisan, pengajian dan PKK untuk menjalin silahturahmi antar
warga. Dan apa bila mengalami masalah kesehatan, warga Desa Menoreh
akan segera menfasilitasi pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas,
bidan dan Posyandu. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu terus
ditingkatkan upaya-upaya untuk memperluas jangkauan dan mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu pelayanan yang baik,
berkelanjutan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat terutama
keluarga rawan kesehatan dan berisiko tinggi. Upaya pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat melalui upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan.

Salah satu upaya pengembangan yang dilakukan oleh Akper pelni adalah
program Pengabdian kepada Masyarakat dan Aplikasi Asuhan Keperawatan
Komunitas melalui Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) di Desa
Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah.
Hal ini sejalan dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
128/Menkes/SK/II/Tahun 2004 tentang kebijakan dasar Puskesmas, upaya
perawatan kesehatan masyarakat merupakan upaya program pengembangan
yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehata n wajib maupun upaya
kesehatan pengembangan.

Sejalan dengan hal ini, Akper Pelni Jakarta telah melaksanakan program
Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa di wilayah kerja Bapelkes
Salaman Dalam program ini mahasiswa bersama masyarakat menggali data
kesehatan di masyarakat, kemudian dianalisa untuk mengetahui masalah
kesehatan yang ada di masyarakat. Selanjutnya bersama masyarakat
5
menyusun perencanaan dan melaksanakan perawatan kesehatan dan diakhiri
dengan evaluasi program kegiatan. Hal ini perlu adanya kerjasama yang baik
antara masyarakat dan Bapelkes serta Puskesmas untuk follow up selanjutnya.

B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Membantu memandirikan masyarakat dalam memecahkan masalah
kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data hasil survei keperawatan komunitas.
b. Mengidentifikasi masalah-masalah keperawatan komunitas.
c. Menentukan prioritas masalah.
d. Merumuskan diagnosa keperawatan.
e. Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas.
f. Melakukan implementasi.
g. Melakukan evaluasi.

C. Metode Pengumpulan Data


Dalam survei keperawatan komunitas peserta dapat menjelaskan metode
pengumpulan yang digunakan misalnya wawancara, observasi langsung,
pengukuran atau studi kepustakaan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Primary Health Care (PHC)


1. Pengertian Primary Health Care (PHC)
Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang
dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang
dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan
nasib sendiri.

Primary Health Care:


a. Menggambarkan keadaan social ekonomi, budaya dan politik masyarakat
dan berdasarkan penerapan hasil penelitian kesehatan-sosial-biomedis
dan pelayanan kesehatan masyarakat.
b. Ditujukan untuk mengatasi masalah utama kesehatan masyarakat dengan
upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
c. Minimal mencakup: penyuluhan tentang masalah kesehatan utama dan
cara pencegahan dan pengendaliannya, penyediaan makanan dan
peningkatan gizi, penyediaan sanitasi dasar dan air bersih, pembinaan
kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana, imunisasi terhadap
penyakit menular utama dan penyegahan penyakit endemic, pengobatan
penyakit umum dan cedera serta penediaan obat esensial.
d. Melibatkan dan meningkatkan kerjasama lintas sector dan aspek-aspek
pembangunan nasional dan masyarakat di samping sector kesehatan,
terutama pertanian, peternakan, industri makanan, pendidikan,
penerangan, agama, perumahan, pekerjaan umum, perhubungan dan
sebagainya.

7
e. Membutuhkan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri serta masyarakat
dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian
PHC serta penggunaan sumberdaya yang ada.
f. Ditunjang oleh system rujukan upaya kesehatan secara terpadu fungsional
dan timbal balik guna memberikan pelayanan secara menyeluruh, dengan
memprioritaskan golongan masyarakat yang paling membutuhkan.
g. Didukung oleh tenaga kesehatan professional dan masyarakat, termasuk
tenaga kesehatan tradisonal yang terlatih di bidang teknis dan social
untuk bekerja sebagai tim kesehatan yang mampu bekerja bersama
masyarakat dan membangunkan peran serta masyarakat.

Dengan demikian, konsep pelayanan kesehatan primer (PHC) merupakan


pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan bisa terjangkau secara
universal oleh individu dan keluarga di masyarakat. Fokus dari pelayanan
kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek
masyarakat dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian
pelayanan kesehatan dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra
dengan profesi dan ikut seerta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih
baik.

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan di masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang optimal.
b. Tujuan Khusus
1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat
kemampuan
2) Meningkatnya individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat, untuk melaksanakan pelayanan kesehatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah kesehatan dasar
3) Tertanganinya keluarga rawan yang memerlukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan
8
4) Tertanganinya kelompok khusus yang memerlukan pembinaan dan
pelayanan kesehatan
5) Terlayaninya kasus-kasus yang memerlukan tindak lanjut dan
pelayanan kesehatan
6) Terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan pelayanan
kesehatan di Puskesmas maupun di rumah.

3. Sasaran
a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat
d. Kelompok khusus
1) Kelompok yang mempunyai kebutuhan khusus: ibu hamil, BBL,
balita, usia sekolah dan usila
2) Kelompok dengan kesehatan khusus: penderita penyakit menular
(AIDS, TBC, Lepra, dll), penderita penyakit tidak menular (DM,
jantung, gangguan mental)
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit: WTS, pecandu
narkoba, pekerja tertentu, dll
4) Lembaga social, perawatan dan rehabilitasi (panti wreda, panti
asuhan, pusat-pusat rehabilitasi).

4. Unsur Utama
Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah :
a. Mencakup upaya – upaya dasar kesehatan (promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif)
b. Melibatkan peran serta masyarakat
c. Melibatkan kerja sama lintas sektoral

5. Fungsi
PHC hendaknya memenuhi fungsi – fungsi sebagai berikut :
a. Pemeliharaan kesehatan
9
b. Pencegahan penyakit
c. Diagnosis dan pengobatan
d. Pelayanan tindak lanjut
e. Pemberian sertifikat

6. Prinsip Dasar
Lima prinsip dasar PHC adalah :
a. Pemerataan upaya kesehatan
b. Penekanan pada upaya preventif
c. Menggunakan teknologi tepat guna
d. Melibatkan peran serta masyarakat
e. Melibatkan kerjasama lintas sektoral

7. Elemen Esensial/Ruang Lingkup PHC


Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
a. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit
serta pengendaliannya.
b. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
c. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
d. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
e. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
h. Penyediaan obat-obat essensial.

8. Ciri – Ciri PHC


a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
b. Pelayanan yang menyeluruh
c. Pelayanan yang terorganisasi
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
e. Pelayanan yang berkesinambungan
f. Pelayanan yang progresif
10
g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

9. Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan Dalam PHC


Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada
hal – hal sebagai berikut :
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan
implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
b. Kerja sama dengan masyarakat, keluarga dan individu
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan
kesehatan dan kepada masyarakat
e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat

10. Hal-Hal yang Mendorong Pengembangan Konsep PHC


a. Kegagalan penerangan teknologi pelayanan medis tanpa disertai orientasi
aspek social-ekonomi-politik.
b. Penyebaran konsep pembangunan yang mengaitkan kesehatan dengan
sektor pembangunan lainnya serta menekankan pentingnya keterpaduan,
kerjasama lintas sektor dan pemerataan/perluasan daya jangkau upaya
kesehatan.
c. Keberhasilan pembangunan kesehatan dengan pendekatan peran serta
masyarakat di beberapa negara.

Dengan terwujudnya konsep PHC, sesungguhnya terjadi perubahan sosial


dalam pembangunan kesehatan. Untuk itu, diperlukan perubahan mental,
perubahan struktur sistem kesehatan dan reorientasi pendayagunaan
sumberdaya dan cara kerja petugas kesehatan. Pemerataan kesehatan menjadi
esensi pendekatan ini, sehingga semakin disadari kaitan luas antara kesehatan
dengan sektor lain, termasuk kesempatan kerja, lingkungan dan kedamaian
hidup manusia.
11
11. Teori HL Blum
Kondisi sehat secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan
juga spiritual dan sosial dalam masyarakat. Untuk menciptakan kondisi sehat
seperti ini diperlukan suatu keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh.
HL Blum menjelaskan ada 4 faktor utama yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Keempat faktro tersebut merupakan faktor determinan
tibulnya masalah kesehatan, masing-masing faktor saling keterkaitan berikut
penjelasannya:
a. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan sangat memegang peranan
penting untuk mewujudkan Indonesia Sejat 2015. Hal ini dikarenakan
budaya hidup bersih dan sehat harus dapat dimunculkan dari dalam diri
masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Masyarakat yang berperilaku
hiudp bersih dan sehat akan menghasilkan budaya menjaga lingkungan
yang bersih dan sehat.
b. Lingkungan
Lingkungan yang memiliki kondisi sanitasi buruk dapat menjadi sumber
berkembangnya penyakit. Hal ini jelas membahayakan kesehatan
masyarakat. Terjadinya penumpukan sampah yang tidak dapat dikelola
dengan baik, polusi udara, air dan tanah juga dapat menjadi penyebab.
c. Pelayanan Kesehatan
Kondisi pelayanan kesehatan juga menunjang derajat kesehatan
masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat dibutuhkan.
Masyarakat membutuhkan Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan
pengobatan dan perawatan kesehatan.
d. Keturunan
Faktor keturunan atau genetik menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan karena secara genetik manusia bisa menurunkan
suatu penyakit kepada keturunannya.

12
12. Metode USG (Urgency, Seriuosness, Growth)
Urgency, seriusness, growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun
urutan prioritas masalah yang harus diseleseikan. Caranya dengan
menenntukan tingkat urgency, keseriusan, dan perkembangan dengan
menentukan skala nilai 1-5 atau 1-10. Masalah yang memiliki total skor
paling tinggi merupakan asalah prioritas. Untuk lebih jelaskan USG dapat
diuraikan sebagi berikut:

a) Urgency
Seberapa endesak masalah tersebut, harus diatasi dikaitkan dengan
waktu yang disediakan serta seberapa keras tekanan waktu tersebut
untuk menyebabkan masalah yang muncul.
b) Seriusness
seberapa serius masalah tersebut untuk dibahas dikaitkan dengan
akibat yang tinggi dengan penundaan pemecahan masalah atau
akibat yang menimbulokan masalah-masalah lain.
c) Growth
seberapa kemungkinan-kemungkinannya masalah tersebut menjadi
berkembang dikaitkan dengan kemungkinan masalah akan makin
memburuk jika dibiarkan.

D. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas


1. Definisi
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang mempunyai
persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan kelompok
khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang
telah melembaga. Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan

13
dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya.

Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan


perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa
mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing process) untuk
meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu
mandiri dalam upaya kesehatan.

Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan keperawatan yang


bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan berkesinambungan dalam
rangka memecahkan masalah kesehatan klien, keluarga, kelompok serta
masyarakat melalui langkah-langkah seperti pengkajian, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi keperawatan.

2. Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk pencegahan
dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai
berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.

14
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami;
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah tersebut;
3) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan;
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi;
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care).

b. Fungsi keperawatan komunitas


1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi
kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan
kebutuhannya dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran
serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan
permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

3. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah
belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, televisi, penyuluhan yang
dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan masalah
kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya gambaran penyakit
15
yang paling sering mereka temukan sebelumnya sangat mempengaruhi
upaya penanganan atau pencegahan penyakit yang mereka lakukan. Jika
masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat individual tidak akan
mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka
telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui
proses kelompok.

b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)


Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer
materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan
dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23
Tahun 1992 maupun WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam
upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan komunitas melalui upaya ini
berbagai persoalan di dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi
dengan lebih cepat.

4. Pusat Kesehatan Komunitas


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi pendidikan
pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan pendidikan seks.
Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan
16
untuk peserta didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus
kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll. Perawat juga dapat
memberikan rujukan pada peserta didik dan keluarganya bila dibutuhkan
perawatan kesehatan yang lebih spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan kesehatan bagi
pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan tersebut. Asuhan
keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang. Perawatan menjalankan
program yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan mengurangi
jumlah kejadian kecelakaan kerja
2) Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3) Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4) Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
dan pendidikan kesehatan.
5) Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan

c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah


Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus yang dapat
diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang komunitas juga
dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah misalnya: perawata
melakukan kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang
bekerja di rumah harus memiliki kemampuan mendidik, fleksibel,
berkemampuan, kreatif dan percaya diri, sekaligus memiliki kemampuan
klinik yang kompeten.

d. Lingkungan kesehatan kerja lain


Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi. Seorang perawat
dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama dengan perawata lain,
bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di wilayah binaan, puskesmas
17
dan lain sebagainya. Selain itu, dimanapun lingkungan tempat kerjanya,
perawat ditantang untuk memberikan perawatan yang berkualitas.

5. Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat


a. Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu. Secara
sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan dimana masyarakat
dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan Kesehatan. Selain itu
posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana kegiatan keterpaduan KB
dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan-
kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak, (2) KB, (3) imunisasi, (4)
peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare, (6) sanitasi dasar, (7)
penyediaan obat esensial.

Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini bertujuan


untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat karena
di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap
pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat
bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di masyarakat kurang
berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah mengadakan revitalisasi
posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan upaya pemberdayaan
posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap
penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga
bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
menunjang upaya mempertahankan dan meningkatkan status gizi serta
kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kemampuan kader,
manajemen dan fungsi posyandu.

Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1)


mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2) meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3) mempercepat
penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
18
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang
peningkatan kemampuan hidup sehat, (5) pendekatan dan pemerataan
pelayanan kesehatan pada penduduk berdasarkan letak geografi, (6)
meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih
teknologi untuk swakelola usaha kesehatan masyarakat

Untuk menjalankan kegiatan Posyandu dilakukan dengan system 5 meja,


yaitu:
1.Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS
(Pasangan Usia Subur)
2.Meja II
Penimbangan Balita dan ibu hamil
3.Meja III
Pengisian KMS
4.Meja IV
a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,
Kondom
5.Meja V
a. Pemberian iminisasi
b. Pemeriksaan kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.

Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :


1) Kesehatan ibu dan anak :
a) Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)

19
b) Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan
Februarii dan Agustus)
c) PMT
d) Imunisasi.
e) Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan
balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan. Keberhasilan
program terlihat melalui grafik pada kartu KMS setiap bulan.
2) Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
3) Pemberian Oralit dan pengobatan.
4) Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi sesuai
permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja IV dengan
materi dasar dari KMS balita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu
tergambar melalui cakupan SKDN.

Untuk meja I sampai meja IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan


untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan seperti dokter, bidan,
perawat, juru imunisasi. Tetapi dilapangan yang kita temukan dari meja 1
sampai meja 5 dilakukan oleh semua perawat puskesmas, hanya di
beberapa posyandu yang kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan
dan pelatihan kader selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat.
Kader seharusnya lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu.
Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
6.Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu
yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan
dari konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori
dan konsep praktik.

Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System. Model konsep ini merupakan model konsep yang menggambarkan
aktivitas keperawatan, yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress
20
dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel,
normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. Dalam
konsep Blum ada 4 faktor determinan yang dikaji, masing-masing faktor saling
keterkaitan dengan penjelasan sebagai berikut yaitu Prilaku masyrakat,
Lingkungan, Pelayanan kesehatan, Genetik (Keturunan).

Dalam Teori Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan
keperawatan komunitas sesuai dengan teori HL blum adalah:
a. Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual
b. Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar atau sistem klien
c. Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan.
Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stresor.

21
Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang
menunjang keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis,
aspek psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual.

Sehat menurut Betty Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko,


cultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis
pertahanan fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan
dalam delapan tahapan, yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung
harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya,
dan lain-lain)

22
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang
mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social
dengan masyarakat
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan
tanpa alasan
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan
diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam
kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia
tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi
mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat
membantu dalam penyembuhan sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis
dan sosial.

7.Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan Kesehatan


Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan
perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan
peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat dengan menekankan kepada peningkatan
peran serta masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan preventif dengan
tidak melupakan tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan
masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara
kesehatannya.

Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu sebagai klien yang
menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan
masyarakat. Berdasarkan pada model pendekatan totalitas individu dari
Neuman (1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model
23
komunitas sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan
keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan masyarakat dan
keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya menjadi model komunitas
sebagai mitra, untuk menekankan filosofi pelayanan kesehatan primer yang
menjadi landasannya.
Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan maka perawat akan memberikan asuhan
keperawatan pada individu tersebut. Pelayanan pada tingkat individu dapat
dilaksanakan pada rumah atau puskesmas, meliputi penderita yang
memerlukan pelayanan tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan
keperawatan di rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi
seperti penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu yang
memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil,
ibu menyusui, bayi dan balita.

b. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan keperawatan
keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga dengan resiko tinggi
diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang
anggota keluarganya menderita penyakit menular dan kronis. Hal ini
dikarenakan keluarga merupakan unit utama masyarakat dan lembaga yang
menyakut kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap
juaga berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya.

c. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam
lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja
Puskesmas. Pelayanan ditingkat masyarakat dibatasi oleh wilayah atau
24
masyarakat yang mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan,
pekerjaan, pendidikan dan sebagainya.

Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas


sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang
mencakup tiga aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses
individu dan kelompok dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas
program.

Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup


kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri
dari tiga tingkat yaitu:
1) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian penyakit
sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup peningkatan
derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik. Promosi
kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik pada
individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup
tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik
misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan
imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi bayi
dan balita.

2) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit lebih
awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder
misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.

3) Pencegahan tertier

25
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan kegiatan,
berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas dan
pengorganisasian masyarakat
a. Falsafah Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang
memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-
sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan
memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang mengacu
pada paradigma keperawatan secar umum dengan empat komponen
dasar yaitu; manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan.
b. Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat meliputi peran serta
masyarakat (locality development), perencanaan sosial melalui
birokrasi pemerintah (social development) dan aksi sosial
berdasarkan kejadian saat itu (social action)

Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-


tahapan berikut:
1) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat
, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan penyesuaian
dengan pola yang ada dimasyarakat dengan pembentukan
kelompok kerja kesehatan.
26
3) Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok
masyarakat melalui pengkajian, membuat pelayanan keperawatan
langsung pada individu, keluarga dan masyarakat.
4) Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan
keterampialan yang mengikuti perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan dan pengawasan kegiatan pendidikan kesehatan.
5) Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya memandirikan
masyarakat
6) Tahap akhir
Suvervisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian
umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk perbaikan untuk
kegiatan kelompok kesehatan kerja selanjutnya.

E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau
kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis,
sosialekonomi, maupun spiritual dapat ditentukan.

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan seluruh warga desa


untuk membahas hasil Survey Mawas Diri dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari Survey Mawas Diri
(Depkes RI , 2007). Tujuan dari MMD ini adalah sebagai berikut :
a. Masyarakat mengenal maslah kesehatan di wilayahnya
b. Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan
c. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah
kesehatan

27
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMD adaah
sebagai berikut :
a. Musyawarah Masyarakat Desa harus dihindari oleh pemuka masyarakat
desa, petugas puskesmas, dan sector terkait di kecamatan (seksi
pemerintahan dan pembangunan, BKKBN, pertanian, agama, dan lain –
lain)
b. Musyawarah Masyarakat Desa dilaksanakan dibalai desa atau tempat
pertemuan lain yang ada di desa
c. Musyawarah Masyarakat Desa dilaksanakan segera setelah MMD
dilaksanakan.

Cara pelaksanaan Musyawarah Masyarakat Desa adalah sebagai berikut :


a. Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD di pimpin oleh
kepala desa
b. Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui curah
pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan lain – lain
dengan di pimin oleh ibu desa
c. Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
d. Perumusan dan penentuan perioritas masalah kesehatan atas dasar
pengenalan masalah dan hasil SMD, dilanjutkan degan rekomendasi
tekhnis dari petugas kesehatan di desa atau perawat komunitas
e. Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan di
pimpin oleh kepala desa
f. Penutup

Metode dan Pendekatan Pengkajian Komunitas


Beberapa metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada di
komunitas adalah sebagai berikut :
a. Windshield survey
Digunakan perawat komunitas untuk mengidentifikasi berbagai dimensi
dari komunitas, lingkungan, serta gaya hidup masyarakat. Beberapa aspek
yang dikaji dengan menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :
28
1) Inti Komunitas
a) Sejarah. Apa yang Anda dapat dari pengamatan sementara di
wilayah tersebut? Tanyakan mengenai sejarah wilayah tersebut
kepada tetua atau tokoh masyarakat.
b) Demografi. Tipe orang apa yang anda jumpai? Termasuk data
mengenai usia, jenis kelamin, dan piramida penduduk.
c) Kelompok etnis. Identifikasi berbagai suku atau etnis yang anda
jumpai.
d) Nilai dan keyakinan. Apakah disana terdapat rumah ibadah?
Apakah tempat tersebut terlihat homogen? Identifikasi nilai dan
keyakinan dalam masyarakat.
2) Sub Sistem
a) Lingkungan fisik. Keadaan lingkungan atau geografis, batas
wilayah, iklim, dan kondisi perumahan.
b) Pelayanan kesehatan dan social. Unit pelayanan kesehatan yang
tersedia baik modern maupun tradisional, tenaga kesehatan, home
care, tempat pelayanan social.
c) Ekonomi. Status ekonomi masyarakat, industry yang ada,
kegiatan yang menunjang roda perekonomian, serta jumlah
pengangguran.
d) Keamanan dan transportasi. Bagaimana masyarakat berpergian?
Apa jenis transportasi umum dalam pribadi yang digunakan, apa
jenis pelayanan yang tersedia (Contoh: pemadam kebakaran,
polisi, sanitasi)? Apakah kualitas udara terminator? Apa jenis
kejahatan pada umumnya? apakah masyarakat merasa aman?
e) Pemerintahan dan politik. Apakah ada tanda dari aktivitas politik
(Contoh: poster, pertemuan)? Apa partai yang mendominasi? Apa
hak komunitas dalam pemerintahan? Apakah masyarakat terlibat
dalam pemerintahan (Contoh: pemilihan bupati, anggota DPRD)?
Apakah masyarakat terlibat dalam membuat keputustahan
setempat?

29
f) Komunikasi. Identifikasi berbagai jenis komunikasi yang
digunakan oleh masyarakat termasuk komunikasi melalui media
cetak dan eletronik.
g) Pendidikan. Identifikasi berbagai jenis institusi pendidikan yang
ada serta ketersediaan UKS.
h) Rekreasi. Dimana anak–anak bermain? Apa bentuk umum dari
rekreasi? Siapa yang berperan serta? Apa fasilitas dari rekreasi
yang anda temukan?

3) Persepsi
a) Penduduk. Bagaimana pendapat masyarakat tentang komunitasnya?
Apa yang anda identifikasi sebagai kekuatan? Masalah? Mintalah
beberapa orang dari kelompok berbeda.
b) Persepsi anda. Pernyataan umum mengenai kesehatan komunitas.

b. Data Sekunder
Pada metode ini perawat menggunakan data yang telah tercatat
sebelumnya, yang termasuk dalam data sekunder meliputi data-data
seperti data statistic, dokumen yang telah diterbitkan, catatan dalam
pertemuan, hasil survey kesehatan, dan catatan kesehatan.

Selain data sekunder diatas, metode pengkajian komunitas bisa


didapatkan dari data survey, wawancara dengan informan, observasi
komunitas, serta forum komunikasi.

F. Diagnosis Keperawatan
Nanda (2012), Diagnosis Keperawatan adalah respon individu pada masalah
kesehatan baik yang actual maupun yang resiko tinggi. Diagnosis
keperawatan mengandung komponen utama yaitu:

30
a. Problem (masalah): problem merupakan kesenjangan atau penyimpangan
dari keadaan normal yang seharusnya terjadi.
b. Etiologi (penyebab): menunjukan penyebab masalah kesehatan atau
keperawatan yang dapat memberikan arah terhadap intervensi
keperawatan, yang meliputi,
1) Prilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2) Lingkungan fisik, biologis, psikologis, dan social.
3) Interaksi prilaku dan lingkungan.
c. Sign atau symptom (tanda dan gejala):
1) Informasi yang perlu untuk merumuskan diagnosa
2) Serangkaian petunjuk timbulnya masalah

Jadi menegakkan diagnosis keperawatan menimal harus mengandung dua


komponen tersebut diatas, disamping mepertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a. Kemampuan masyarakat untuk menaggulangi masalah.
b. Sumber daya yang tersedia dari masyarakat.
c. Partisipasi dan peran serta masyarakat

G. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhunya kebutuhan
pasien. (Pusdiklat DJJ KEperawatan). Perencanaan asuhan keperawatan
masyarakat yang disusun mencakup:
a. Perumusan tujuan
Dalam merumuskan tujuan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1) Berfokus pada masyarakat
2) Jelas dan singkat
3) Dapat diukur dan diobservasi
4) Realistic

31
5) Ada target waktu
6) Melibatkan peran serta masyarakat

Selain diatas, dalam perumusan tujuan yaitu,


1) Dibuat berdasarkan goal: sasaran dibagi hasil akhir yang diharapkan
2) Prilaku yang diharapkan berubah
3) S : Specific
4) M : Meassurable atau dapat diukur
5) A : Attainable atau dapat dicapai
6) R : Relavan atau realistic atau sesuai
7) T : Time-Bound atau waktu tertentu
8) S : Sustainable atau berkelanjutan

b. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan


Langkah-langkah dalam perencanaan kesehatan masyarakat:
1) Identifikasi alternative tindakan keperawatan
2) Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3) Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
melalui kegiatan: musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4) Pertimbangkan sumber daya masyarakat yang tersedia
5) Tindakan yang akan dilaksankan harus dapat memenuhi kebutuhan
yang sangat dirasakan masyarakat
6) Mengarah pada tujuan yang akan dicapai
7) Tindakan harus bersifat realistic
8) Disusun secara berurutan

c. Kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan


Penentuan kriteria dalam perencanaan keperawatan komunitas adalah
sebagai berikut:
1) Menggunakan kata kerja yang tepat
2) Dapat dimodifikasikan
3) Bersifat spesifik
32
H. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi
masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat adalah:
a. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan
instansi terkait
b. Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya
c. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat

Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas


menurut Helvie (1997) terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan
diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan
perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memprependek
waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan
sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali.
Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat
proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat
berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.

33
I. Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan. Hal-
hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan
hasil akhir (output).

Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus
dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
a. Daya guna
b. Hasil guna
c. Kelayakan
d. Kecukupan

Fokus evaluasi adalah:


a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan
b. Perkembangan atau kemajuan proses
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas kerja
e. Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka
waktu berapa?

Perubahan ini dapat diamati seperti gambar dibawah ini:

Keterangan:
: peran masyarakat
: peran perawat

Pada gambar diatas dapat dijelaskan alih peran untuk memandirikan klien
dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih

34
besar daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada
perawat.

Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkait


dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil
keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan
lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga
serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan
pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu
melalui proses keperawatan.

35
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hasil pelaksanaan program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa di Desa


Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah mulai
dari tanggal 26 Maret 2018 sampai dengan 7 April 2018 adalah sebagai berikut:

A. Pengkajian Keperawatan

1. Angket/survey Kesehatan
Berdasarkan angket yang telah disebarkan berikut ini data demografi yang
telah dikumpulkan dengan memakai metode random sampling:

DIAGRAM I: Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Usia Dan Jenis


Kelamin Di Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa
Tengah (N :1.537)

0.6
0.5
0.4
0.3
%
0.2
0.1
0
0 s/d 11 1 s/d 4 5 s/d 6 7 s/d 14 15 s/d 50 s/d >60
49 60

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas menunjukkan Penduduk terbesar terdapat pada rentang


usia 15 – 49 tahun sebanyak 796 jiwa (51,79%) dengan laki-laki sebanyak
372 jiwa (27,07%) dan perempuan 424 jiwa (28,4%). Sedangkan penduduk
dengan jumlah terkecil pada rentang 0 – 11 bulan tahun sebanyak 14 jiwa
(0,91%) dengan laki-laki 7 jiwa (0,45%) dan perempuan 7 jiwa (0,45%).

36
DIAGRAM II : Distribusi Tingkat Pendidikan Penduduk Di Desa Menoreh
Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N : 1.537)

0.4 TDK PRNH Sklh


0.35
0.3 BLM SEKOLAH
0.25
0.2 TDK TMT SD
0.15 BLM TMT SD
0.1
0.05 TAMAT SD
0
TAMAT SLTP
TAMAT SLTA
TAMAT PT

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas menunjukkan lebih banyak tingkat pendidikan penduduk di


Desa Menoreh adalah tamatan SD sebanyak 560 jiwa (36,43%). Namun sudah
ada tingkat pendidikan penduduk di Desa Menoreh tamat perguruan tinggi
hanya 44 jiwa (2,86%).

DIAGRAM III : Distribusi Mata Pencaharian Kepala Keluarga Di Desa


Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 787)
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05 Series1
0

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018


Berdasarkan diagram diatas, menunjukkan lebih banyak masyarakat di Desa
Menoreh bekerja sebagai Buruh sebanyak 291 jiwa (36,98%). Sedangkan yang
terkecil masyarakat di Desa Menoreh bekerja sebagai Pensiunan sebanyak
11jiwa (1,40%)

37
DIAGRAM IV : Distribusi Angka Kesakitan Selama 1 Bulan Terakhir Di Desa
Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 1.537)

12,4%
SEHAT
SAKIT

87,6%

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2014

Penduduk di Desa Menoreh Kecamatan Salaman yang sakit dalam 1 bulan


terakhir sebanyak 191 jiwa (12,4%).

TABEL I: Distribusi Penyakit Yang Diderita Penduduk Selama 1 Bulan


Terakhir Di Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Jawa Tengah (N : 241)

JML
JENIS PERSENTASE
NO PENDERITA
PENYAKIT (%)
(jiwa)
1 ISPA 50 26,2%
2 Hipertensi 47 24,6%
3 Asam Urat 20 10,5%
4 Diare 12 6,3%
5 DM 11 5,8%
6 Hipotensi 8 4,2%
7 Maag 7 3,7%
8 Stroke 5 2,6%
9 Migrain 3 1,6%
10 Jantung 2 1,0%
11 Osteoatritis 1 0,5%
12 HNP 1 0,5%
13 LAIN-LAIN 24 12,6%
191 100,0%

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

38
Dari Tabel diatas menunjukkan lebih banyak penyakit yang diderita penduduk di
Desa Menoreh yaitu ISPA sebanyak 50 jiwa (26,2%) sedangkan yang terkecil
penyakit yang diderita penduduk di Desa Menoreh yaitu gizi kurang sebanyak
HNP 1 jiwa (0,5%).
DIAGRAM V : Distribusi Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Pengobatan
Penyakit Penduduk Di Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Jawa Tengah (N:191)

40.8 29.3
TIDAK BEROBAT

PENGOBATAN
8.9 ALTERNTIF
20.9

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018


Dari diagram diatas, menunjukan sebagian besar penduduk di Desa Menoreh
Kecamatan Salaman menggunakan Puskesmas/RSUD untuk berobat sebanyak
78 jiwa (40,8%), namun masih ada warga yang menggunakan pengobatan
alternatif sebanyak 17 jiwa (8,9%).

DIAGRAM VI : Distribusi Penduduk Yang Memiliki Jaminan Kesehatan Di


Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 452)

MEMILIKI
44,7% JAMINAN
KESEHATAN
55,3%
TDK MEMILIKI
JAMINAN
KESEHATAN

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

39
Dari diagram diatas, sebagian besar penduduk di Desa Menoreh Kecamatan
Salaman belum memiliki jaminan kesehatan yaitu sebanyak 250 orang (55,3%)
dan yang sudah memiliki jaminan kesehatan sebanyak 202 orang (44,7%).

DIAGRAM VII : Distribusi Jumlah Kematian Penduduk Dalam Satu Tahun


Terakhir Di Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa
Tengah N(: 7)

120 100
100
80
60
40
20 0 0 0
0
UMUM BAYI BALITA IBU MATERNAL

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukkan jumlah kematian penduduk di Desa Menoreh


Kecamatan Salaman sebanyak 7 jiwa (100%) umum.

DIAGRAM VIII : Distribusi Penduduk Berdasarkan Paritas Kehamilan Di Desa


Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 11)

45,45% PRIMIGRAVIDA

54,55% MULTIGRAVIDA

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

40
Dari diagram diatas, menunjukkan Jumlah ibu hamil Di Desa Menoreh
Kecamatan Salaman sebanyak 11 jiwa. Ibu hamil primigravida 5 JIWA (45,45)
dan multigravida 6 jiwa (54,55%)

DIAGRAM IX : Distribusi Kehamilan Penduduk Berdasarkan Usia Kehamilan


Di Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah
(N:11)

Trimester I Trimester II Trimester III

18%

18%
64%

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018


Dari diagram diatas, menunjukan Sebagian besar ibu hamil di Desa Menoreh
Kecamatan Salaman yang memiliki usia Trimester I sebanyak 2 jiwa (18%), dan
yang memiliki usia kehamilan Trimester II sebanyak 2 jiwa (18) dan Trimester
III sebanyak 7 jiwa (64%)
DIAGRAM X : Distribusi Jumlah Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Hamil Di
Desa Menoreh Kecamatan Salaman
Jawa Tengah (N: 11)

100%

Memeriksakan kehamilan

41
Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukan ibu hamil di Desa Menoreh Kecamatan


Salaman memeriksakan kehamilannya sebanyak 11 orang (100%) sesuai usia
kehamilan.

DIAGRAM XI : Distribusi Jenis Pertolongan Persalinan Pada Ibu Hamil Di


Desa Menoreh Kecamatan Salaman Jawa Tengah (N: 11)

100% TENAGA KESEHATAN

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukkan semua penduduk di Desa Menoreh


Kecamatan Salaman sudah memanfaatkan tenaga kesehatan dalam pertolongan
persalinan.

TABEL II : Distribusi Status Imunisasi Yang Diberikan Pada Bayi Di Desa


Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 11)

No. Usia Jumlah %


1 HB 0 11 100
2 BCG, POLIO 1 11 100
3 DPT, HB, Hib 2, Polio 2 10 90,9
4 DPT, HB, Hib 1, Polio 3 7 63,6
5 DPT, HB, Hib, Polio 4 6 54,5
6 Campak 0 0

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari tabel diatas, menunjukan semua bayi di Desa Menoreh Kecamatan Salaman
sudah mendapatkan imunisasi HB0 sebanyak 11 (100%), namun baru
mendapatkan imunisasi DPT, HB, Hib, Polio4 sebanyak 6 orang (54,5%)

42
DIAGRAM XII : Distribusi Balita Yang Memiliki Kms/buku KIA Di Desa
Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 95)

Series1

100
0
MEMILIKI KMS TDK MEMILIKI KMS

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukkan balita di Desa Menoreh Kecamatan Salaman


yang sudah memiliki KMS sebanyak 95 jiwa (100%)

DIAGRAM XIII : Distribusi Balita Yang Ditimbang Dalam Bulan Lalu Di Desa
Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah(N: 95)
100%

Ditimbang Tidak Ditimbang

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukan balita di Desa yang ditimbang dalam bulan
Menoreh ini sebanyak 95 jiwa (100%).

DIAGRAM XIV : Distribusi Status Gizi Pada Balita. (Indikator BB/U) Di Desa
Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 95)
150

100
%
50

0
BB Lebih BB Normal BB Rendah BB Sangat Rendah

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

43
Dari diagram diatas, menunjukkan gizi balita di Desa Menoreh Kecamatan
Salaman tergolong normal sebanyak 95 jiwa (100%).

DIAGRAM XV : Distribusi Status Gizi Pada Balita. (Indikator TB/U) Di Desa


Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 95)
120
100
80
60
40 %
20
0
Jangkung Normal Pendek Sangat
Pendek

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018


Dari diagram diatas, menunjukkan gizi balita di Desa Menoreh Kecamatan
Salaman tergolong normal sebanyak 95 jiwa (100%).
DIAGRAM XVI : Distribusi Balita Yang Mendapat Vitamin A di Desa Menoreh
Kecamatan Salaman Jawa Tengah (N:71)

12%
Mendapat Vit. A

Tidak Mendapat
Vit. A

88%

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukkan sebagian besar balita di Desa Menoreh


Kecamatan Salaman yang mendapatkan vitamin A sebanyak 65 jiwa (88%),
sedangkan yang tidak mendapatkan vitamin A sebanyak 12 jiwa (12%).

44
DIAGRAM XVII : Distribusi Pemberian Asi Eksklusif Pada Balita S/D Usia 0-6
Bulan Di Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang
Jawa Tengah (N:24 )
1.2
1
0.8
0.6
%
0.4
0.2
0
Diberikan ASI Tidak Diberikan ASI

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukkan balita di Desa Menoreh Kecamatan Salaman


yang diberikan ASI sebanyak 24 jiwa (100%).

DIAGRAM XVIII: Distribusi Pus Yang Ber Kb Di Desa Menoreh Kecamatan


Salaman Jawa Tengah (N : 259)

PUS YG BER KB
36%
64%
PUS YG TDK BER
KB

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukkan mayoritas pasangan usia subur di Desa Menoreh
Kecamatan Salaman yang menggunakan KB sebanyak 167 pasang (64%), sedangkan
pasangan subur tidak KB sebanyak 92 pasang (36%).

45
DIAGRAM XIX : Distribusi Jenis Kb Yang Digunakan Oleh Pus Di Desa Menoreh
Kecamatan Salaman Jawa Tengah (N : 153)
60 53,3%
PERSENTASE (%)

50
40
30 21,6%
14,4%
20 6,6% 1,2%
10 3,0%
0

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukan di Desa Menoreh Kecamatan Salaman jenis


kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah KB suntik 89 jiwa (53,3%), namun
ada yang menggunakan kondom sebanyak 2 jiwa (1,2%).

DIAGRAM XX : Distribusi Jumah Keluarga Yang di Diagnosa TB Paru Di Desa


Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 452)

25%

75%

46
Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukan keluarga di Desa Menoreh Kecamatan Salaman


yang di diagnosa TB sebanyak 3 KK (12%)

DIAGRAM XXI: Distribusi Jumah Keluarga Yang di Diagnosa TB Paru dan Berobat
Di Desa Menoreh Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah (N: 3)

100

0
Iya Tidak

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukan keluarga di Desa Menoreh Kecamatan Salaman


yang di diagnosa TB paru dan berobat sebanyak 3 KK (100%)

TABEL III : Distribusi Perilaku Kesehatan Di Desa Menoreh Kecamatan Salaman


(N:452 KK)

Jumlah
No. Perilaku Iya/Tidak %
KK
1 Makanan Sehat Iya 414 91,6%
Tidak 38 8,4%

2 Memanfaatkan air bersih Iya 432 95,6%


Tidak 20 4,4%
3 Jamban Sehat Iya 360 79,6%
Tidak 92 20,4%
4 Aktivitas Fisik Iya 351 77,7%
Tidak 101 22,3%
5 Tidak Merokok Iya 194 42,9%

47
Tidak 258 57,1%
Mencuci Tangan Pakai Iya 328 72,6%
6
Sabun
Tidak 124 27,4%
7 Melakukan PSN Iya 173 38,3%
Tidak 279 61,7%
8 Cek Kesehatan Iya 154 34,1%
Tidak 298 65,9%

Sumber: Hasil survey AKPER PELNI Jakarta 2018

TABEL IV : Distribusi Penilaian Lingkungan Sarana Sanitasi Pada Penduduk Di


Desa Menoreh (N : 452 KK)

MS
MS MS (Skor
Variabel % % (Skor %
(Skor 2) 1)
0)
BAB 344 76,1% 78 17,3% 15 3,3%
Air Bersih 381 84,3% 67 14,8% 4 0,9%
Pembuangan
Sampah 326 72,1% 120 26,5% 6 1,3%
Air limbah rumah
tangga 293 64,8% 146 32,3% 13 2,9%
Jendela 306 67,7% 132 29,2% 14 3,1%
Lubang asap
dapur 282 62,4% 140 31,0% 30 6,6%
Ruang tidur 266 58,8% 172 38,1% 14 3,1%

TABEL V : Distribusi Penilaian Lingkungan Kualitas Lingkungan Pada Penduduk


Di Desa Menoreh (N : 452 KK)

Tdk
No. Variabel Ya (Skor 2) % %
(Skor 0)
1 Bebas Jentik 243 53,8% 109 24,1%
2 Bebas tikus 323 71,5% 129 28,5%
3 Bebas lalat 353 78,1% 99 21,9%
4 Pekarangan bersih 348 77,0% 104 23,0%
5 Pekarangan dimanfaatkan 277 61,3% 175 38,7%

48
6 Kandang terpisah dan bersih 314 69,5% 138 30,5%

DIAGRAM XXII : Distribusi Penilaian Kelayakan Pada Penduduk di Desa Menoreh


(N : 452 KK)

Series1
75,4%

24,6%

Layak Sehat Tdk layak sehat

Sumber : Hasil Survey AKPER PELNI Jakarta 2018

Dari diagram diatas, menunjukan kelayakan pada penduduk di Desa Menoreh


Kecamatan Salaman, yang layak sehat sebanyak 341KK (75,4%) tidak layak sehat
111 (24,6%)

2. Survey Winsil
Berdasarkan hasil survey di Dusun Ngemplak, Dusun Candi, Dusun Derepan,
Dusun Mlangen, Dusun Pranan Wetan, Dusun Kamal, Dusun Sewan, Dusun
Alun- Alun, Dusun Jurusawah, Dusun Ngaglik, di Desa Menoreh Kecamatan
Salaman Kabupaten Magelang Jawa tengah dari tanggal 26 Maret – 7 April 2018

49
oleh Mahasiswa Akper PELNI kemudian mengidentifikasi masalah berdasarkan
teori pendidikan HL Blum yang terdiri dari 4 faktor yaitu, lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan, keturunan/herediter.

a. Lingkungan
1) Rumah Sehat 341 KK (75,4 %) dan rumah belum sehat 111 KK (24,6 %)
2) Pembuangan kotoran yang memenuhi syarat sebanyak 344
rumah(76,1%) dan rumah yang tidak memiliki pembuangan kotoran
sebanyak 15 rumah (\3,3%).
3) Rumah yang memiliki penyediaan air bersih sebanyak 381 rumah
(84,3%) dan rumah yg tidak memiliki penyediaan air bersih sebanyak
15rumah (4,92%).
4) Rumah yang memiliki pembuangan sampah yang memenuhi syarat
sebanyak 326 rumah (72,1%)
5) Rumah yang memiliki pembuangan air limbah rumah tangga yang
memenuhi syarat sebanyak 293 rumah (64,8%) dan rumah yang tidak
memiliki pembuangan air limbah rumah tangga sebanyak 13 rumah
(2,9%).
6) Rumah yang memiliki jendela yang tidak memenuhi syarat sebanyak 132
rumah (29,2%) dan rumah yang tidak memiliki jendela rumah sebanyak
14 rumah (3,1%).
7) Rumah yang memiliki lubang asap dapur yang tidak memenuhi syarat
sebanyak 140 rumah (31%) dan rumah yang tidak memiliki lubang asap
dapur sebanyak 30 rumah (6,6%).
8) Rumah yang memiliki ruang tidur yang tidak memenuhi syarat sebanyak
172 rumah (38,1%) dan rumah yang tidak memiliki ruang tidur sebanyak
14 rumah (3,1%)
9) Rumah yang memiliki kepadatan jentik nyamuk yang rendah sebanyak
343 rumah (75,8%) dan rumah yang memiliki kepadatan jentik nyamuk
yang tinggi sebanyak 109 rumah (2,41)

50
10) Rumah dengan kepadatan lalat yang tinggi sebanyak 99 rumah (21,9%)
dan rumah dengan kepadatan lalat yang rendah sebanyak 353 rumah
(78,1)
11) Rumah terdapat tikus sebanyak 129 rumah (28,5%) dan umah yang bebas
tikus sebanyak 323 rumah (71,5%).
12) Pekarangan rumah bersih sebanyak 348 rumah (77,0%) dan pekarangan
yang tidak bersih sebanyak 104 rumah (23,0%)
13) Rumah memiliki kandang ternak terpisah dari rumah dan tidak memiliki
kandang ternak 314 rumah (69,5%) dan rumah yang memiliki kandang
ternak menempel dengan rumah sebanyak 138 rumah (30,5%).

b. Perilaku (kebiasaan hidup sehari-hari)


1) Perilaku makan makanan sehat 414 KK (91,6%)
2) Perilaku memanfaatkan air bersih 432 KK (95,6%)
3) Perilaku memanfaatkan jamban sehat 360 KK (79,6%)
4) Perilaku melakukan aktivitas fisik 351 KK (77,7%)
5) Perilaku tidak merokok 194 KK (42,9%)
6) Perilaku mencuci tangan dengan sabun 328 KK (72,6%)
7) Perilaku melakukan PSN 173 KK (38,3%)
8) Perilaku melakukan cek kesehatan 154 KK (34%)

c. Pelayanan Kesehatan
1) Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, Klinik 24 jam, Bidan, dan Poswindu.
2) Masih kurangnya Penyuluhan kesehatan oleh tenaga kesehatan

d. Demografi / kependudukan
1) Penduduk terbanyak menurut hasil survey dari 1537 jiwa dtemukan
antara usia 15 – 49 tahun 796 jiwa (51,79 %)
2) Pendidikan penduduk Desa Menoreh Kecamatan Salaman menurut hasil
survey yang terbanyak tamat SD / sederajat sebanyak 560 jiwa (36,43
%).

51
3) Pekerjaan penduduk Desa Menoreh Kecamatan Salaman menurut hasil
survey adalah buruh 291 jiwa (36,98 %).

B. Identifikasi Masalah

Penyakit yang terbanyak diderita penduduk Desa Menore Kecamatan Salaman


adalah :
1. ISPA 50 jiwa (26,2%)
2. Hipertensi 47 jiwa (24,6%)
3. Asam Urat 20 jiwa (10,5%)
4. Diare 12 (6,3%)
5. DM 11 jiwa (5,8% )
6. Hipotensi 8 jiwa (4,2%)
7. Stroke 5 jiwa (2,6%)

C. PRIORITAS MASALAH
URGENCY (U)
Total
A B C D E F G
Horizontal
Diare + + + + + + 6
ISPA + + + + + 5
Stroke - + + - 3
Hipotensi + + - 1
DM - - 0
Asam Urat - 0
Hipertensi 0
Total Vertikal 0 0 0 1 0 1 4
Total horizontal 6 5 3 1 0 0 0
Jumlah 6 5 3 2 0 1 4

52
53
SERIOUSNESS (S)

Total
A B C D E F G
Horizontal
Diare - + + + + + 5
ISPA + + + + + 5
Asam Urat - + + - 3
Hipotensi + + - 1
DM - - 0
Stroke - 0
Hipertensi 0
Total Vertikal 0 1 0 1 0 1 4
Total horizontal 5 5 3 1 0 0 0
Jumlah 5 6 3 2 0 1 4

GROWTH

A B C D E F G Total Horizontal

Diare + + + + + + 6

ISPA + + + + + 5

Asam Urat - + - - 1

Hipotensi - + - 1

DM + - 1

Stroke - 0

Hipertensi 0

Total Vertikal 0 0 0 1 2 0 4

Total Horizontal 6 5 1 1 1 0 0

Jumlah 6 5 1 2 3 0 4

54
55
REKAP HASIL PRIORITAS MASALAH (USG)

MASALAH URGENCY SERIOUSNE GROWT TOTAL PERINGKAT


(U) SS (S) H (G)

Diare 6 5 6 17 1

ISPA 5 6 5 16 2

Asam Urat 3 3 1 7 4

Hipotensi 2 2 2 6 5

DM 0 0 3 3 6

Stroke 1 1 0 2 7

Hipertensi 4 4 4 12 3

Setelah di prioritaskan masalah dapat di ururtkan sebagai berikut :


1. Diare
2. ISPA
3. Hipertensi
4. Asam Urat
5. Hipotensi
6. DM
7. Stroke

D. Diagnosa Keperawatan komunitas


No Diagnosa
1 Resiko terjadinya penyebaran Diare pada Balita dan Anak usia sekolah di desa Menoreh
sehubungan dengan fantor :

Linkungan Perilaku Yankes Keturunan


a. Keluarga tidak menggunakan a. Keluarga tidak a. Penyuluhan di
jamban sehat 92KK (20,4%) mencuci tangan pakai Posyandu tidak
b. Pembuangan kotoran tidak sabun 124KK (27,4%) rutin setiap bulan

56
memenuhi syarat 93KK (20,65) b. Jajan makanan
c. penyediaan air bersih yang tidak sehat
tidak memenuhi syarat 71KK c. Keluarga tidak
(15,7%) Makan makanansehat
d. Rumah dengan kepadatan Sebayak 38KK (8,4%)
lalat tinngi 99KK (21,9%)

2 Resiko penyebaran penyakit infeksi (ISPA) pada kelompok balita dan dewasa di Desa
Menoreh berhubungan
Lingkungan Perilaku Yankes Keturunan
a. Perilaku merokok a. Penyuluhan di
a. Rumah tidak dengan lubang aktif 194 KK Posyandu tidak
asap dapur 30 KK (6,6%) (42,9%) rutin setiap bulan
b. Rumah tanpa jendela 14 KK b. Perilaku aktivitas
(3,1%) fisik yang tidak
optimal 101 KK
(22,3%)
3 Risiko peningkatan angka Hipertensi pada usia lanjut di Desa Menoreh sehubungan dengan
faktor :
Lingkungan Perilaku Yankes Keturunan
a. tingkat pendidikan mayoritas a. Penyuluhan a. Merupakan
penduduk tamatan SD 560 jiwa a. Keluarga tidak di Posyandu penyakit
(36,43 %). Makan makanan sehat tidak rutin disebabkan
Sebayak 38KK (8,4%) setiap bulan oleh salah satu
b. Perilaku merokok b. kurangnya faktor
aktif 194 KK (42,9%) pemanfaatan keturunan
fasiitas namun tidak
c. Keluarga tidak kesehatan disadari oleh
melakukan aktivitas untuk cek warga.
fisik 101KK (22,3%) kesehatan
c. Keluarga tidak
melakukan cek
kesehatan 298KK
(65,9%)
4 Resiko peningkatan angka Asam Urat pada kelompok pra lansia dan lansia di Desa Menoreh
sehubungan dengan faktor :
Lingkungan Perilaku Yankes Keturunan
a. Penyuluhan
a. tingkat pendidikan mayoritas a. Keluarga tidak di Posyandu
penduduk tamatan SD 560 jiwa Makan makanan sehat tidak rutin
(36,43 %). Sebayak 38KK (8,4%) setiap bulan
b. Keluarga tidak b. kurangnya
melakukan aktivitas pemanfaatan
fisik 101KK (22,3%) fasiitas

57
c. Keluarga tidak kesehatan
melakukan cek untuk cek
kesehatan 298KK kesehatan
(65,9%)

E. Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Alternatif pemecahan masalah

No Masalah Tujuan Sasaran Alternatif


1 Diare Menurunkan Meningkatkan a. Penyuluhan
(6,3%) angka pengetahuan PHBS (cuci
kejadian diare masyarakat tangan)
tentang diare b. Penyuluhan
rumah sehat
c. Penyuluhan
pengelolaan
makanan
2 ISPA Menurunkan Meningkatkan a. Penyuluhan
(26,2%) angka pengetahuan PHBS (kegiatan
kejadian masyarakat buka jendela)
penyakit tentang b. Penyuluhan
infeksi ISPA kesehatan rumah sehat
ISPA

3 Hipertensi Menurunkan Meningkatkan a. Penyuluhan


(24,6%) angka pengetahuan pengelolaan
kejadian masyarakat makanan
penyakit tentang b. Penyuluhan diet
infeksi kesehatan rendah garam
Hipertensi Hipertensi

4 Asam Urat Menurunkan Meningkatkan a. Penyuluhan


(10,5%) angka pengetahuan pegelolaan
kejadian masyarakat makanan
penyakit tentang b. Penyuluhan diet
infeksi Asam kesehatan rendah purin
Urat Asam Urat

2. Rencana Kegiatan
N Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Waktu Tempat Sumber Pela Indikator
o Biaya ksan Keberhas
a ilan
1 Pemberian Meningkat Masyara Cerama Sabtu DI Swadaya Mah Peserta

58
informasi kan kat h& 31/03/ MASIN asis dapat
tentang pengetahu tanya 2018 G2 wa mengerti
penyakit an jawab DUSUN tentang
diare serta masyaraka penyakit
pencegahan t tentang diare
pada Diare dan
masyarakat dapat
yang menjawa
memiliki b
masalah pertanya
Diare an yang
diajukan
Demonstrasik Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta
an cara kan kat h& 31/03/ Menor asis mau dan
pembuatan pengetahu tanya 2018 eh wa akan
cairan oralit an jawab mendem
masyaraka onstrasik
t tentang an ulang
pengobata cara
n pembuat
sederhana an oralit
Diare yang
telah
diajarkan
Demostrasika Meningkat Masyara Cerama Selasa MI Swadaya Mah Peserta
n cara nya kat h& 27/04/ Mlange asis dapat
mencuci motivasi (Balita & tanya 2018 n, SD wa mendem
tangan yang anak usia anak usia jawab Beteng onstrasik
baik dan sekolah sekolah) 1, an ulang
benar pada dan balita PAUD cara
anak sekolah tentang Balai mencuci
pentingny Desa, tangan
a mencuci SD yang
tangan Alun- telah
alun diajarkan

2 Pemberian Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta


informasi kan kat h& 31/03/ Menor asis mengerti
kesehatan pengetahu (Balita & tanya 2018 eh wa tentang
tentang ISPA an dewasa) jawab penyakit
masyaraka ISPA dan
t tentang dapat
kesehatan menjawa
ISPA b

59
pertanya
an yang
diajukan
Anjurkan Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta
kegiatan nya kat h& 31/03/ Menor asis memaha
buka jendela motivasi tanya 2018 eh wa mi
setiap pagi masyaraka jawab pentingn
t tentang ya
cara kegiatan
mencegah buka
penyakit jendela
infeksi setiap
(ISPA) pagi
Ajarkan Meningkat Masyara Cerama Minggu Desa Swadaya Mah Peserta
Terapi kan kat h& 01/04/ Menor asis paham
inhalasi, pengetahu (Balita & tanya 2018 eh wa dan mau
fisioterapi an dewasa) jawab mendem
dada dan masyaraka onstrasik
cara batuk t tentang an ulang
efektif kesehatan tentang
ISPA terapi
yang
diajarkan
3 Pemberian Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta
informasi kan kat h& 31/03/ Menor asis mengerti
pada pengetahu tanya 2018 eh wa tentang
masyarakat an jawab penyakit
yang masyaraka hiperten
memiliki t tentang si dan
masalah kesehatan dapat
kesehatan Hipertensi menjawa
hipertensi b
pertanya
an yang
diajukan
Ajarkan diet Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta
rendah kan kat h& 31/03/ Menor asis mengerti
garam pengetahu tanya 2018 eh wa tentang
an jawab penyakit
masyaraka hiperten
t tentang si dapat
kesehatan menjawa
Hipertensi b
pertanya

60
an yang
diajukan
Lakukan Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta
pengukuran kan kat h& 31/03/ Menor asis mengerti
tanda-tanda pengetahu tanya 2018 eh wa tentang
vital an jawab penyakit
masyaraka hiperten
t tentang si dapat
kesehatan menjawa
Hipertensi b
pertanya
an yang
diajukan
Ajarkan cara Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta
mencegah kan kat h& 31/03/ Menor asis mengerti
penyakit pengetahu tanya 2018 eh wa tentang
hipertensi an jawab penyakit
masyaraka hiperten
t tentang si dapat
kesehatan menjawa
Hipertensi b
pertanya
an yang
diajukan
Ajarkan Meningkat Masyara Cerama Sabtu Halama Swadaya Mah Peserta
senam lansia nya kat h& 31/03/ n asis dapat
motivasi tanya 2018 rumah wa mendem
masyaraka jawab Lurah onstrasik
t tentang Desa an ulang
cara Menor senam
mencegah eh lansia
hipertensi yang
telah
diajarkan
4 Pemberian Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta
informasi nya kat h& 31/03/ Menor asis mengerti
pada pengetahu tanya 2018 eh wa tentang
masyarakat an jawab penyakit
yang masyaraka asam
memiliki t tentang urat dan
masalah penyakit dapat
kesehatan asam urat menjawa
Asam Urat b
pertanya

61
an yang
diajukan
Penyuluhan Meningkat Masyara Cerama Sabtu Desa Swadaya Mah Peserta
kesehatan nya kat h& 31/03/ Menor asis mengerti
tentang diet motivasi tanya 2018 eh wa tentang
rendah purin masyaraka jawab penyakit
t tentang asam
cara urat dan
mencegah dapat
Asam Urat menjawa
b
pertanya
an yang
diajukan

62
F. Implementasi Kegiatan

Sumber Pelaksana/Penanggu
No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode Waktu Tempat Hasil Kegiatan
biaya ng Jawab
1. 1.1 Memberikan 1. Meningkatny Masyarakat Ceramah Sabtu Desa Swadana Mahasiswa dan Peserta penyuluhan
informasi a dan anak tanya 31/03/201 Menoreh kader mampu menjawab 3
tentang pengetahuan usia sekolah jawab 8 dari 5 pertanyaan
penyakit diare masyarakat serta balita dan yang diajukan
serta tentang demonstr
pencegahan Diare asi
pada
masyarakat 2. Meningkatny
yang memiliki a motivasi
masalah Diare anak usia
sekolah dan
balita tentang
pentingnya
mencuci
tangan
1.2 Mendemonstra Masyarakat Ceramah Posko Swadana Mahasiswa dan Mendemonstrasikan
sikan cara dan anak tanya Mahasis kader cara pembuatan
pembuatan usia sekolah jawab wa oralit dengan benar
larutan gula serta balita dan Dusun
dan garam demonstr Ngempla
asi k

63
Santriwan Ceramah Swadana Mahasiswa & Pihak Mendemonstrasikan
1.3 Mendemonstra & tanya Sekolah cara cuci tangan
sikan cara Santriwati jawab MI dengan benar
mencuci Pondok dan Mlangen
tangan yang Pesantren demonstr , SD
baik dan benar asi Beteng
pada anak 1, PAUD
sekolah Balai
Desa, SD
Alun-
alun

2. 2.1 Memberikan 1. Meningkatka Balita & Ceramah Sabtu Desa Swadana Mahasiswa & Kader Peserta mampu
informasi n Dewasa tanya 31/03/201 Menoreh menjawab 4 dari 5
kesehatan pengetahuan jawab 8 pertanyaan
tentang ISPA keluarga dan
binaan demonstr
tentang asi
kesehatan
ISPA pada
balita
Ceramah
2.2 Mengajarkan tanya Swadana Mendemostrasikan
Terapi inhlasi jawab terapi inhalasi
Balita & dan Desa Mahasiswa & Kader
Dewasa demonstr Minggu Menoreh
asi 01/04/201
8

64
Mendemostrasikan
2.3 Mengajarkan 2. motivasi fisioterapi dada
fisioterapi masyarakat
dada tentang cara
mencegah Balita &
penyakit Dewasa
infeksi Ceramah
(ISPA) tanya Mendemosntrasikan
jawab Swadana cara batuk efektif
2.4 Mengajarkan dan
tentang cara demonstr
batuk efektif asi Desa Mahsiswa & kader
Menoreh
Minggu
Balita & Ceramah 01/04/201
Dewasa tanya 8
jawab Swadana
2.5 Mengajarkan dan
kegiatan buka demonstr
jendela setiap asi Desa Mahasiswa & Kader
pagi Menoreh

Masyarakat Sabtu
Balita & 31/03/201
Dewasa 8
3.1 Memberikan 1. Meningkatny Masyarakat Ceramah Sabtu Desa Swadana Mahasiswa & Kader Peserta mampu
3. informasi pada apengetahua tanya 31/03/201 Menoreh menjawab 3 dari 5
masyarakat n masyarakat jawab 8 pertanyaan

65
yang memiliki tentang dan
masalah Hipertensi demonstr
kesehatan asi
hipertensi

3.2 Mendemostras Masyarakat Ceramah Desa Swadana Mahasiswa & kader peserta mampu
ikan diet tanya Sabtu Menoreh mendemostrasikan
rendah garam jawab diet rendah garam
31/03/201
dan
8
demonstr
asi

3.3 Melakukan Ceramah


pengukuran Masyarakat tanya Desa Swadana Mahasiswa & kader
tanda-tanda jawab Menoreh
vital dan Sabtu
demonstr 31/03/201
asi 8

2. Meningkatn
ya motivasi Ceramah Peserta penyuluhan
3.4 Mengajarkan masyarakat tanya mampu menjawab 4
cara mencegah tentang cara Masyarakat jawab Desa Swadana Mahasiswa & kader dari 5 pertanyaan
penyakit mencegah dan yang diajukan
Menoreh
hipertensi hipertensi demonstr
asi
Sabtu
31/03/201

66
8 Peserta mampu
Ceramah melakukan senam
3.5 Mengajarkan tanya lansia
senam lansia jawab
Masyarakat dan Halaman Swadana Mahasiswa, kader &
demonstr rumah Lurah
asi Lurah
Desa
Jum’at Menoreh
30/03/201
8
4.1 Memberikan 1. Meningkatny Masyarakat Ceramah Sabtu Desa Swadana Mahasiswa & Kader Peserta penyuluhan
informasi pada a tanya 31/03/201 Menoreh mampu menjawab
masyarakat pengetahuan jawab 8 4dari 5 pertanyaan
yang memiliki masyarakat dan yang diajukan
masalah tentang kadar memberi
kesehatan asam urat leaflet
Asam Urat yang tinggi
4.
4.2 Mendemosntra Ceramah Mendemosntrasikan
Masyarakat Desa Swadana Mahasiswa & kader
sikan diet 2. Meningkatny tanya cara diet rendah
jawab Minggu Menoreh purin
Rendah purin a motivasi
dan 01/04/201
masyarakat
tentang cara demonstr 8
mencegah asi
Asam Urat

67
G. Evaluasi

Tindak
No Kegiatan Tujuan Rencana Hasil lanjut yang
diperlukan

1. Penyuluhan  Meningkatnya  Peserta Ceramah  Guru


tentang penyakit pengetahuan dapat tanya jawab UKS
diare serta masyarakat menjawab dan diharapk
pencegahan pada tentang Diare pertanyaan demonstrasi an dapat
masyarakat yang menging
memiliki masalah  Meningkatnya  Mendemo atkan
Diare motivasi anak nstrasikan secara
usia sekolah dan cuci
rutin
balita tentang tangan
tentang
2. Mendemonstrasika pentingnya dengan
n cara pembuatan benar diare
mencuci tangan  Gerakan
larutan gula dan
2. garam cuci
Ceramah tangan
tanya jawab disekola
dan h
demonstrasi

3. Mendemonstrasika
n cara mencuci
tangan yang baik Ceramah
dan benar pada tanya jawab
anak sekolah dan
demonstrasi

1. Memberikan 4. Meningkatkan  peserta Ceramah  kader


informasi kesehatan pengetahuan dapat tanya jawab kesehata
tentang ISPA masyarakat menjawab dan n
tentang ISPA pertanyaa demonstrasi diharapk
n yang an dapat
diajukan menging
 peserta atkan
Ceramah
dapat secara
tanya jawab
mendemo rutin
2. Mengajarkan dan
Terapi inhlasi nstrasikan demonstrasi tentang
3. batuk kebiasaa
efektif n
5. motivasi membuk
masyarakat a jendela
tentang cara
mencegah
3. Mengajarkan penyakit infeksi
fisioterapi dada (ISPA)

4. Mengajarkan

62
tentang cara batuk
efektif

5. Mengajarkan
kegiatan buka
jendela setiap pagi

1. Memberikan  Meningkatnyap  Peserta  Peserta  Bidan


informasi pada engetahuan dapat dapat desa
masyarakat yang masyarakat menjawab menjawab diharapk
memiliki masalah tentang pertanyaan pertanyaan an tetap
kesehatan Hipertensi yang yang dapat
hipertensi diajukan diajukan melanjut
 Meningkatnya kan
2. Mendemostrasikan motivasi
kegiatan
diet rendah garam masyarakat
posbind
tentang cara
3. Melakukan mencegah u
pengukuran tanda- hipertensi  Kader
3
tanda vital kesehata
n
4. Mengajarkan cara diharapk
mencegah penyakit an dapat
hipertensi menging
atkan
5. Mengajarkan secara
senam lansia rutin
tentang
senam
lansia
1. Memberikan 3. Meningkatnya 5. Peserta 6. Peserta 7. Kader
informasi pada pengetahuan dapat dapat kesehata
masyarakat yang masyarakat menjawab menjawab n
memiliki masalah tentang kadar pertanyaan pertanyaan diharapk
kesehatan Asam asam urat yang yang yang an dapat
Urat tinggi diajukan diajukan menging
atkan
2. Mendemosntrasika
secara
n diet Rendah 4. Meningkatnya
4 rutin
purin motivasi
tentang
masyarakat
senam
tentang cara
mencegah lansia
Asam Urat

63
3. Hasil Wawancara petugas kesehatan,took masyarakat, dan tokoh agama
a. Bidan desa
Hasil wawancara yang dilakukakn dengan bidan desa Menoreh bahwa
penyakit endemic di desa Menoreh adalah penyakit DBD , malaria dan
penyakit yang di derita oleh balita di desa Menoreh adalah gizi buruk.

b. Tokoh masyarakat
Kepala desa menorah menyampaikan bahwa sangat terbantu dengan adanya
pendidikan kesehatan masyarakat desa menorah dalam rangka
meningkatkan kesehatan warga desa menorah, karena masih banyak warga
desa menorah yang masih enggan dating ke puskesmas untuk mengontrol
kesehatannya.

64
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dilaksanakan di Desa Menoreh pada tanggal 26 Maret – 7
April 2018 oleh mahasiswa Akper Pelni angkatan XX sudah sesuai dengan
teori H.L Blum namun penulis menambahkan teori dari community as
partner yang mengacu pada penerapan konsep pendidikan di dalam bidang
kesehatan khususnya dalam hal masalah kesehatan yang merupakan suatu
masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan dengan masalah lain
diluar masalah kesehatan itu sendiri. Menurut HL Blum ada beberapa faktor
yang mempangaruhi kesehatan, antara lain lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan, keturunan. Pengkajian yang dilakukan penulis dengan cara survey
kesehatan, wawancara, observasi, dan winsield survey. Menurut Betty
Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan spiritual pada
tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal dan
resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam delapan tahapan, yaitu:
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis, medis dan social
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung harapan
baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang mampu
secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan masyarakat
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa
alasan
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam
kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia tetap
berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain

66
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi
mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu
dalam penyembuhan sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan
sosial.

Pengkajian yang dilaksanakan mencakup dari berbagai agregat, seperti


agregat pada lansia, dewasa, remaja, anak sekolah maupun pada balita. Dari
faktor keturunan: hasil survey pada saat pengkajian, ditemukan penyakit yang
berasal dari faktor keturunan dari keluarga diantaranya adalah Hipertensi dan
Hipotensi. Dari faktor lingkungan: halaman pekarangan yang tidak
dimanfaatkan (38,7%), kandang ternak menempel di rumah (30,5%). Dari
segi perilaku: perilaku buang air besar yang di sungai (3,3%), rumah yang
tidak memiliki pembuangan limbah rumah tangga (2,9%), Rumah tidak
memiliki pembuangan sampah (1,3%), masih ada rumah yang tidak memiliki
jendela rumah (3,1%). Kemudian kebiasaan warga senang mengkonsumsi
makanan asin dan jarang mengkonsumsi buah-buahan.

Desa Menoreh terdapat 10 dusun dijadikan sebagai lahan praktek bagi


mahasiswa/mahasiswi Akper PELNI, antara lain Dusun Ngemplak, Dusun
Candi, Dusun Derepan, Dusun Mlangen, Dusun Pranan Wetan, Dusun
Kamal, Dusun Sewan, Dusun Alun- Alun, Dusun Jurusawah, Dusun Ngaglik.
Data yang ditemukan dari hasil survey sepuluh dusun yang terdapat di Desa
Menoreh dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengolahan data tanggal 29
Maret 2018.

Faktor pendukung yang didapatkan pada saat pengkajian dari sepuluh dusun
yang dilakukan survey yaitu: perangkat desa yang dilakukan survey berperan
secara aktif baik dari dalam memberikan pengarahan serta mensosialisasikan
para warga kepada mahasiswa. Di samping itu juga perangkat desa
memfasilitasi mahasiswa dalam melaksanakan rencana kegiatan yang sudah
disusun berdasarkan keputusan MMD (terutama kepala dusun dan kader
67
setempat). Warga di Desa Menoreh khususnya sepuluh dusun yang dijadikan
lahan praktek mahasiswa Akper Pelni juga sangat berperan aktif dalam
melaksanakan setiap kegiatan yang dibuat oleh mahasiswa. Tersedia jalan
desa yang dapat dilalui oleh kendaraan sehingga memudahkan mahasiswa
untuk melaksanakan kegiatan, dan juga tersedianya listrik sebagai hasil
pemerataan pembangunan desa sehingga memudahkan mahasiswa dalam
penyusunan laporan baik laporan askep keluarga maupun laporan askep
komunitas, kerjasama yang baik antar mahasiswa dari masing-masing dusun,
serta pengarahan, bimbingan dan pemantauan secara berkala dan teratur dari
pembimbing akademi maupun MOT dari BAPELKES.

Faktor penghambat yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian yaitu


kendala bahasa dimana kemampuan penguasaan bahasa daerah (bahasa Jawa)
yang dimiliki oleh mahasiswa kurang sehingga perlu bantuan dari para kader
yang terdapat di dusun masing-masing untuk menerjemahkan setiap
pertanyaan yang dilakukan oleh mahasiswa kepada warga dengan bahasa
daerah yang mereka mengerti, letak lahan praktek/dusun yang dilakukan
pengkajian saling berjauhan dan kondisi demografisnya berada di
pegunungan sehingga pada saat pengkajian sedikit kesulitan. Kemudian para
warga di Desa Menoreh dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 16.00
WIB berada di sawah sehingga membuat mahasiswa merasa kesulitan dalam
melakukan survey kepada keluarga yang bersangkutan terutama dalam
mendata mengenai kebiasaan keluarga tersebut. Hal ini membuat para
mahasiswa melakukan pengkajian pada sore hari ataupun malam hari.

Setelah dilakukan pengolahan data di Desa Menoreh mengenai identitas,


pendudukan, status kesehatan, pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat,
kemudian disajikan dalam kegiatan MMD (Musyawarah Masyarakat Desa)
pada tanggal 30 Maret 2018 untuk memberikan informasi mengenai hasil
survey yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2018. Dari hasil survey yang
dilakukan mahasiswa sama dengan masalah kesehatan yang dirasakan oleh
warga dusun setempat di Desa Menoreh. Setelah data disajikan kemudian
68
diserahkan kembali kepada masyarakat untuk menentukan masalah kesehatan
prioritas yang ada di Desa Menoreh, dilanjutkan dengan mencari pemecahan
masalah kesehatan dengan membuat rencana kegiatan atau plan of action.

Faktor pendukung pada saat MMD yaitu adanya peran serta yang aktif baik
dari Kepala Desa, masing-masing Kepala Dusun, kader, bidan setempat,
tokoh masyarakat, perangkat desa, dan BAPELKES. Keaktifan peserta
MMD dalam mengajukan pertanyaan maupun saran serta kesediaan
perangkat desa, kader, dan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan dari
hasil yang telah disepakati dalam MMD.

Faktor penghambat yaitu terbatasnya waktu untuk melaksanakan kegiatan


atau pembuatan POA (Planning Of Action) terutama dalam hal
mengalokasikan waktu kegiatan yang akan dilaksanakan. Sehingga upaya
untuk mengatasi masalah tersebut yaitu mahasiswa, kader beserta kepala
dusun dari masing-masing wilayah menyepakati akan menyusun rencana
kegiatan tersebut di masing-masing dusun.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan komunitas yang ditemukan di Desa Menoreh terdapat
4 prioritas masalah keperawatan komunitas yang sudah sesuai dengan teori
diagnosa keperawatan komunitas Nanda (2012), yaitu: 1. Diare 2. ISPA 3.
Hipertensi 4. Asam Urat

Faktor pendukung dalam menentukan diagnosa keperawatan adalah


tersedianya data yang mendukung untuk menegakkan masalah keperawatan
disamping itu juga peran aktif dari para kader yang mengetahui secara jelas
kondisi para warga di wilayah sekitarnya sehingga dapat dijadikan data
sekunder dalam memprioritaskan masalah kesehatan. Faktor penghambat
dalam menentukan diagnosa keperawatan komunitas tidak ditemukan oleh
mahasiswa.

69
C. Perencanaan Keperawatan
Rencana keperawatan komunitas yang dibuat berdasarkan kesepakatan antara
mahasiswa Akper Pelni dengan warga di sepuluh dusun yang terdapat di
Desa Menoreh mencakup antara lain merumuskan tujuan yang akan dicapai,
merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan, menetapkan kriteria hasil
untuk penilaian pencapaian tujuan.
Intervensi yang dibuat antara lain dengan prevensi primer yaitu Penyuluhan
kesehatan mengenai penyakit Hipertensi, ISPA, Diare dan Asam Urat. Tensi
dan timbang berat badan gratis, senam lansia, demonstrasi diit rendah garam,
kerja bakti, demonstrasi tentang terapi inhalasi, penyuluhan serta demonstrasi
PHBS, cuci tangan, dan perawatan gigi, Penyuluhan tentang narkoba, HIV,
dan fungsi reproduksi. Dilakukan di beberapa dusun yang dimulai pada
tanggal 31 Maret 2018 sampai 3 April 2018, serta senam lansia di beberapa
dusun yang dilaksanakan mulai pada tanggal 28 Maret 2018 sampai tanggal
02 April 2018.

Faktor pendukung dalam membuat intervensi yaitu peran serta aktif warga
dan kerjasama perangkat desa beserta masyarakat. Dalam membuat
intervensi yaitu sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh sehingga
penduduk berada di tempat kerja dari pukul 06.00-16.00 WIB. Letak antara
satu dusun dengan dusun lainnya berjauhan sehingga sedikit menyulitkan
dalam melaksanakan intervensi yang telah direncanakan.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap tindakan keperawatan komunitas hampir semua tindakan
keperawatan komunitas dapat dilaksanakan sesuai rencana kegiatan
diantaranya: Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit Diare,
mendemonstrasikan teknik mencuci tangan dengan baik dan benar, dan
mendemonstrasikan cara pembuatan oralit. Memberikan pendidikan
kesehatan mengenai penyakit ISPA, mendemonstrasikan teknik fisio terapi
70
dada, batuk efektif, inhalasi sederhana, dan menganjurkan kepada masyarakat
untuk membuka jendela setiap pagi. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit hipertensi, melakukan deteksi dini hipertensi dengan
melakukan pengukuran tekanan darah, mengajarkan cara senam lansia dan
mendemonstrasikan diit rendah garam. Memberikan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit Asam Urat atau Gout , melakukan deteksi dini Asam Urat
dengan melakukan pengukuran kadar Asam Urat, mengajarkan cara senam
lansia dan mendemonstrasikan diit rendah purin. Semua kegiatan di dimulai
pada tanggal 31 Maret 2018 Sampai tanggal 03 April 2018 di masing-masing
Dusun. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan di sepuluh dusun yang terdapat
di Desa Menoreh sebagian besar berjalan dengan lancar dan baik dikarenakan
peran serta yang aktif dari warga maupun perangkat desa yang ada di masing-
masing dusun.

Pada setiap tindakan keperawatan komunitas dilaksanakan di masing-masing


dusun, mahasiswa banyak mendapat dukungan dari warga, kader, perangkat
desa. Mahasiswa mendapatkan fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai
dan menunjang kegiatan seperti alat-alat kebersihan, bahan-bahan pembuatan
obat tradisional yang mudah didapat, dan fasilitas pengeras suara yang
terdapat di musholla dalam mengumpulkan para warga. Faktor penghambat
yaitu dalam melaksanakan intervensi sebagian besar penduduk Desa
Menoreh bermata pencaharian sebagai buruh sehingga jarang berada di
rumah, letak dari satu dusun yang berjauhan. Namun hal ini dapat diatasi
dengan mengupayakan perubahan waktu kegiatan dari pagi menjadi sore hari.

E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi kegiatan, sebagian besar berhasil dilaksanakan.
Terlaksananya kegiatan tersebut akan meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat Desa Menoreh secara kognitif, afektif dan
psikomotor mengenai masalah kesehatan.
BAB V

71
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asuhan Keperawatan Komunitas pada tanggal 27 Maret 2018 sampai tanggal
04 April 2018 di 10 Dusun yaitu Dusun Ngemplak, Dusun Candi, Dusun
Derepan, Dusun Mlangen, Dusun Pranan Wetan, Dusun Kamal, Dusun
Sewan, Dusun Alun- Alun, Dusun Jurusawah, Dusun Ngaglik, dapat di
simpulkan sebagai berikut:
1. Desa Menoreh merupakan Desa yang memiliki penduduk terbesar di
kecamatan Salaman dengan jumlah penduduk 7.984 jiwa.
2. Pengkajian Kesehatan Masyarakat di Desa Menoreh dilakukan dengan
cara survey kesehatan, wawancara, observasi, dan deteksi dini penyakit
Diare, ISPA Hipertensi, Asam Urat pada 452 Kepala Keluarga.
3. Penduduk di Desa Menoreh sebagian besar bermata pencaharian sebagai
buruh (36,98%)
4. Penduduk di Desa Menoreh sebagian besar berpendidikan SD/sederajat
(36,43%) dan SLTA/sederajat (20,82%).
5. Survey Kesehatan Masyarakat di Desa Menoreh dilakukan dengan cara
wawancara, observasi dan menyebarkan kuisoner.
6. Masalah Keperawatan yang ditemukan di Desa Menoreh setelah
dilakukan survey kesehatan yang merupakan 4 prioritas tertinggi yaitu
Diare, ISPA Hipertensi, Asam Urat.
7. Rencana Tindakan keperawtan komunitas yang telah terlaksana adalah
Penyuluhan kesehatan mengenai penyakit Diare, ISPA Hipertensi, Asam
Urat. Tensi dan pengukuran kadar asam urat gratis, senam lansia,
demonstrasi diit rendah garam dan rendah purin, kerja bakti, demonstrasi
tentang terapi inhalasi dan memotivasi masyarakat untuk membuka
jendala, penyuluhan serta demonstrasi PHBS, cuci tangan, dan perawatan
gigi, Penyuluhan tentang narkoba, HIV, dan fungsi reproduksi.
8. Evaluasi pelaksanaan keperawatan komunitas, sebagian besar berhasil
dilaksanakan. Terlaksananya kegiatan tersebut akan meningkatkan

72
pengetahuan dan kemampuan masyarakat Desa Menoreh secara kognitif,
afektif dan psikomotor mengenai masalah kesehatan.

B. Saran
Masalah kesehatan merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat baik
individu, keluarga dan masyarakat, yaitu:
1. Adanya peran aktif dari seluruh masyarakat dalam menciptakan Desa
Menoreh menjadi Desa yang mandiri dan sehat.
2. Adanya peran aktif dari institusi pelayanan kesehatan dalam pemerataan
pelayaan kesehatan di seluruh wilayah dusun yang ada di Desa Menoreh.
3. Perlunya deteksi dini dan penyabaran informasi terkait penyakit Diare,
ISPA Hipertensi, Asam Urat di seluruh wilayah Menoreh
4. Perlunya program pelayanan kesehatan bagi seluruh warga Desa Menoreh
secara berkala.
5. Perlunya peran serta Puskesmas dalam tidak lanjut sistim rujukan kasus
yang difasilitasi oleh Akper Pelni.
6. Adanya peran serta aktif pihak Bapelkes dalam kegiatan monitoring dan
evaluasi dalam program pelayanan kesehatan yang sudah dilakukan oleh
mahasiswa Akper Pelni.
7. Perlunya kesiapan sarana dan prasarana dari mahasiswa dan institusi
Akper Pelni dalam mengantisipasi jumlah peserta masyarakat yang
melebihi target sasaran Pelayanan Kesehatan.

73
DAFTAR PUSTAKA

Allender, J.A. & Spardley, B.W. (2008). Community Health Nursing: Promoting and
Protecting the Public’s Health. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins.

Anderson, E., & Mc Farlane, J. (2004). Community As Partner:Theory and Practice


in Nursing, 4th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Bapelkes. (2009). Materi Kesehatan komunitas. Bapelkes: Magelang.

Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G. (2003). Family Nursing: Research
Theory & Practice. New Jersey: Prentice Hall.

Helvie.C.O.(1998). Advanced Practice Nursing in The Community, Sage


Publications Thousand Oaks London. New Delhi

Hitchcock,JE., Scubert, PE., & Thomas, SA (1999). Community Health Nursing :


Caring in action. USA : Delmar Publisher

Kozier, B., Erb, Glenora., Berman,A., & Synder, S.J. (2004). Fundamentals of
nursing : Concept, process and practice. Ner Jersey : Pearson education,Inc.

Mc.Murray, A. (2003). Community Health and Wellness : a Sociological approach.


Toronto : Mosby

Nies, M.A., and McEwan, M. (2001). Community health nursing: promoting the
health of population. (3rd Ed.), Philadelphia: Davis Company.

Pender, N.J., Carolyn, L.M., Mary, A.P. (2002). Health Promotion in Nursing
Practice. 4rd edition. Stamford: Appleton & Lange.

Stanhope, M. dan Lancaster, J. (2010). Community Health Nursing : Promoting


Health Of Agregates, Families And Individuals, 4 th ed. St.Louis : Mosby,
Inc.

74

Anda mungkin juga menyukai