iii
Penyusunan dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2015-
2024 bertujuan untuk memenuhi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Ke-
giatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik. RUPTL 2015 - 2024 merupakan dokumen perencanaan dan
digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan sarana ketenagalistrikan untuk memenuhi ke-
butuhan tenaga listrik di wilayah usaha PLN secara efisien, efektif dan andal dengan kualitas tegang-
an yang baik. RUPTL memuat proyeksi kebutuhan tenaga listrik, rencana pengembangan kapasitas
pembangkit, rencana pengembangan transmisi dan gardu induk, serta rencana pengembangan
distribusi. Proyeksi kebutuhan tenaga listrik dibuat rinci per provinsi dan per sistem tenaga listrik,
termasuk sistem kelistrikan yang masih isolated serta sistem kelistrikan di pulau-pulau tersebar.
Rencana pengembangan kapasitas pembangkit, transmisi dan gardu induk juga dibuat rinci hingga
proyek-proyeknya.
Proyeksi kebutuhan tenaga listrik (demand forecast) disusun untuk memperkirakan jumlah energi
listrik yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan Pemerintah de-
ngan memperhatikan pertumbuhan penduduk.
Pengembangan sistem transmisi direncanakan untuk menyalurkan daya listrik dari pusat pembang-
kit ke pusat-pusat beban secara efisien dengan memenuhi kriteria keandalan dan kualitas tertentu.
Pada sistem kelistrikan yang sudah besar seperti Sumatera, Jawa dan Sulawesi, direncanakan pula Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
satu sistem transmisi yang menjadi tulang punggung sistem kelistrikan (backbone) berupa saluran
transmisi tegangan ekstra tinggi.
Dalam 6 tahun terakhir yaitu dari tahun 2009 s.d. 2014, usaha PLN terus mengalami pertumbuhan.
Penjualan listrik meningkat dari 133,1 TWh pada tahun 2009 menjadi 196,4 TWh pada tahun 2014,
jumlah pelanggan meningkat dari 39,8 juta pada tahun 2009 menjadi 57,1 juta pada tahun 2014, dan
rasio elektrifikasi meningkat dari 63,5% pada tahun 2009 menjadi 84,0% pada tahun 2014.
Kondisi kelistrikan hingga September tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut: kapasitas ter-
pasang pembangkit PLN dan IPP di Indonesia adalah 43.457 MW, terdiri dari 33.499 MW di Jawa-
Masalah penyediaan tenaga listrik yang mendesak adalah upaya memenuhi listrik pada daerah-dae-
rah yang kekurangan pasokan listrik dan mengganti pembangkit berbahan bakar minyak dengan
bahan bakar non-minyak serta melistriki daerah yang belum mendapatkan pasokan listrik.
Tindakan yang telah dilakukan di wilayah Sumatera dan Indoneisa Timur untuk menanggulangi ma-
salah tersebut untuk jangka pendek adalah dengan melakukan sewa pembangkit, pembelian energi
listrik dari IPP skala kecil, bermitra/kerjasama operasi pembangkit dengan Pemda setempat, pembe-
lian excess power, penyelesaian pembangunan PLTU batubara yang masuk dalam FTP1, membangun
saluran transmisi, mengamankan kontinuitas pasokan energi primer dan memasang beberapa PLTS
secara terbatas. Sedangkan tindakan jangka pendek di Jawa Bali berupa percepatan pengadaan trafo
daya 150/20 kV dan trafo interbus 500/150 kV, menambah kapasitas pembangkit di Bali, memper-
cepat pembangunan kabel laut Jawa - Bali 150 kV sirkit 3 dan 4, dan memasang kapasitor shunt di
Sistem Jakarta untuk perbaikan tegangan.
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Sumber daya batubara Indonesia sebesar 120 miliar ton dan cadangan 28 miliar ton menjadi ba-
sis bagi RUPTL dalam merencanakan PLTU batubara, baik PLTU ‘pantai’ yang menggunakan batu-
bara pada harga pasar, maupun PLTU mulut tambang yang menggunakan batubara berkalori sangat
rendah pada harga cost plus margin.
Untuk gas alam, walaupun Indonesia mempunyai cadangan yang cukup besar, yaitu 165 TSCF, pada
kenyataannya tidak tersedia gas yang cukup untuk pembangkitan tenaga listrik. Bahkan pasokan
gas ke pembangkit PLN yang eksisting-pun telah dan akan mengalami penurunan hingga diperkira-
kan akan defisit jika tidak mendapat pasokan baru. Pada tahun 2012 telah dimulai pasokan LNG
ex-Bontang via FSRU Jakarta untuk mengoperasikan pembangkit di Teluk Jakarta selama periode
Masih mengenai pemanfaatan gas, RUPTL merencanakan beberapa pembangkit beban puncak yang
akan beroperasi dengan mini LNG atau CNG di kawasan Indonesia Timur. Kebutuhan pembangkit
beban dasar (base load) akan dipenuhi dari PLTU batubara dan PLTP serta PLTA tipe RoR, sedangkan
sumber gas sedapat mungkin digunakan untuk pembangkit beban puncak (peaker) untuk meng-
hindari pemakaian minyak.
Energi terbarukan terutama yang berskala besar, yaitu panas bumi dan tenaga hidro, telah diren-
canakan dalam RUPTL dalam jumlah banyak.
Sistem Interkoneksi
Kriteria keandalan yang dipergunakan adalah Loss of Load Probability (LOLP) lebih kecil dari 0,274%.
Hal ini berarti kemungkinan/probabilitas terjadinya beban puncak melampaui kapasitas pembangkit
yang tersedia adalah lebih kecil dari 0,274%. Perhitungan kapasitas pembangkit dengan kriteria LOLP
menghasilkan reserve margin tertentu yang nilainya tergantung pada ukuran unit pembangkit (unit Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
size), tingkat ketersediaan (availability) setiap unit, banyaknya unit, dan jenis unit.
Pada Sistem Jawa - Bali, kriteria LOLP < 0,274% adalah setara dengan reserve margin 25-30% de-
ngan basis daya mampu netto. Apabila dinyatakan dengan daya terpasang, maka reserve margin
yang dibutuhkan adalah sekitar 35%.
Sedangkan untuk sistem-sistem di Wilayah Sumatera dan Indonesia Timur, reserve margin ditetap-
kan sekitar 40% dengan petimbangan jumlah unit pembangkit yang lebih sedikit dan unit size yang
relatif besar dibandingkan beban puncak, derating yang prosentasenya lebih besar, dan pertumbuh-
an demand yang lebih tinggi dibanding Jawa - Bali.
Pembangkit energi terbarukan, khususnya panas bumi dan tenaga air, diperlakukan sebagai ’fixed
plant’ (ditetapkan masuk grid tanpa menjalani optimisasi keekonomian) pada tahun-tahun yang
sesuai dengan kesiapan proyek tersebut dan kesiapan sistem.
Perencanaan pembangkitan pada sistem-sistem yang masih kecil dan belum interkoneksi (isolated)
tidak menggunakan metode probabilistik maupun optimisasi keekonomian, namun menggunakan
metode determinisitik. Pada metode ini, perencanaan dibuat dengan kriteria N-2, yaitu cadangan
minimum harus lebih besar dari 1 unit terbesar pertama dan 1 unit terbesar kedua. Definisi cadang-
an di sini adalah selisih antara daya mampu total pembangkit yang ada dan beban puncak.
Perencanaan transmisi dibuat dengan menggunakan kriteria keandalan N-1, baik statis maupun di-
namis. Kriteria N-1 statis mensyaratkan apabila satu sirkit transmisi padam, baik karena mengalami
gangguan atau menjalani pemeliharaan, maka sirkit-sirkit transmisi yang tersisa harus mampu me-
nyalurkan keseluruhan arus beban, sehingga kontinuitas penyaluran tenaga listrik terjaga. Kriteria
N-1 dinamis mensyaratkan apabila terjadi gangguan hubung singkat 3 fasa yang diikuti oleh hilang-
nya satu sirkit transmisi, maka antara suatu kelompok generator dan kelompok generator lainnya
tidak boleh kehilangan sinkronisasi.
Kriteria yang pada umumnya diterapkan dalam RUPTL adalah kebutuhan penambahan kapasitas
trafo di suatu GI ditentukan pada saat pembebanan trafo mencapai 70%-80%.
Pada periode tahun 2015 - 2024, kebutuhan tenaga listrik Indonesia diperkirakan akan meningkat
dari 219,1 TWh menjadi 464,2 TWh dengan pertumbuhan rata-rata 8,7% per tahun seperti ditun-
jukkan pada Gambar-1. Jumlah pelanggan juga meningkat dari 60,3 juta tahun 2015 menjadi 78,4
juta pada tahun 2024 atau bertambah rata-rata 2,2 juta per tahun. Penambahan pelanggan tersebut
akan meningkatkan rasio elektrifikasi dari 87,7% menjadi 99,4%. Secara regional, kebutuhan listrik
Jawa - Bali diperkirakan akan meningkat dari 165,4 TWh menjadi 324,4 TWh, atau tumbuh rata-rata
7,8% per tahun. Untuk Indonesia Timur pada periode yang sama, kebutuhan listrik akan meningkat
dari 22,6 TWh menjadi 57,1 TWh atau tumbuh rata-rata 11,1% per tahun. Wilayah Sumatera tumbuh
dari 31,2 TWh menjadi 82,8 TWh atau tumbuh rata-rata 11,6% per tahun.
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Gambar-1. Peta Pertumbuhan Kebutuhan Tenaga Listrik Indonesia Hingga Tahun 2024
500 350
Indonesia Jawa-Bali
450
300
400
350 250
300
200 Industri
250 Industri
150
200 Publik Publik
150 Bisnis 100 Bisnis
100
50
50 Residensial Residensial
0 0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
90 60
Sumatera Indonesia Timur
80
50
70
60 40
50 Industri
Industri 30 Publik
40 Publik
Bisnis
30
Bisnis 20
20 Residensial Residensial
10
10
0 0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Untuk melayani pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut, diperlukan tambahan kapasitas pembang-
kit sebanyak 70,4 GW untuk seluruh Indonesia, atau pertambahan kapasitas rata-rata mencapai 7
GW per tahun seperti ditunjukkan pada Gambar-3. Dari kapasitas tersebut PLN dan IPP akan mem-
bangun masing-masing 21,4 GW dan 35,5 GW. Sedangkan 13,5 GW lainnya merupakan proyek unal-
located, yaitu proyek yang belum ditetapkan pengembang maupun sumber pendanaannya.
Unallocated
16.000
IPP
PLN
12.000 14.526
0
8.000
0 5.461
1.716
342 4.503
4.000 0 4.334
0 1.327 1.736 2.609
1.475 3.912
4.673 4.794
3.776 1.971
2.308 2.885 2.204 1.645 1.293
825 379 363 520 860
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Dari total kapasitas tersebut, tambahan pembangkit di Sumatera sebesar 17,7 GW dan di Indonesia
Timur adalah sekitar 14,2 GW. Di Sumatera terdapat proyek PLTA Batang Toru berkapasitas 510 MW
yang akan dikembangkan oleh swasta, di Indonesia Timur juga terdapat banyak proyek PLTA dengan
kapasitas total mencapai 2.000 MW lebih yang akan dikembangkan oleh PLN dan swasta. Untuk
Sistem Jawa - Bali, tambahan pembangkit adalah sekitar 38,5 GW atau rata-rata 3,8 GW per tahun.
20.000 19.319
16.000
12.000
9.237
8.000 7.333
6.389 6.146
5.079
4.212 4.318 4.617
4.000 3.782
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PLTU PLTA PLTP PLTGU PLTG/MG PLT Lain
Komposisi produksi listrik pada tahun 2024 untuk gabungan Indonesia diproyeksikan akan menjadi
63,7% batubara, 19,2% gas alam (termasuk LNG), 9% panas bumi, tenaga air 6,6% serta 1,5% mi-
nyak dan bahan bakar lainnya seperti ditunjukkan pada Gambar-5.
600.000
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
500.000
400.000
GWh
300.000
200.000
100.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Impor Biomass Surya/Hybrid HSD MFO LNG Gas Batubara Geothermal Hydro
Gambar-5. Proyeksi Komposisi Produksi Energi Listrik Per Jenis Bahan Bakar Se-Indonesia
No Bahan Bakar 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
1 HSD ( x 10^3 kl ) 6.722 5.509 3.559 2.403 1.734 1.771 1.794 1.796 1.888 1.981
2 MFO ( x 10^3 kl ) 1.339 1.644 925 191 188 170 185 204 228 282
3 Gas (bcf) 503 525 571 531 467 389 372 367 372 382
4 LNG (bcf) 85 103 143 192 290 283 284 299 313 345
5 Batubara (10^3 ton) 74 86 98 106 119 133 148 157 168 171
6 Biomass (10^3 ton) 34 46 45 45 43 43 43 43 43 43
Tambahan pembangkit baru yang diperlukan untuk 5 tahun ke depan adalah sebesar 35.000 MW
tidak termasuk yang dalam tahap konstruksi sebesar 6,6 GW, seperti terlihat dalam Tabel-2.
Tahun Total Lokasi Total Kapasitas (MW) Tahun Total Lokasi Total Kapasitas (MW)
2015 26 2.658 2015 13 1.471
2016 40 2.348 2016 13 1.357
2017 43 4.830 2017 39 1.720
2018 30 3.777 2018 33 5.461
2019 17 4.414 2019 37 14.905
Total 156 18.027 Total 135 24.914
Berdasarkan Tabel-2 di atas, sebesar 6,6 GW pembangkit dalam tahap konstruksi, 17 GW telah com-
mitted sebesar dan sebesar 18,7 GW dalam tahap rencana. Pembangkit dalam tahap perencanaan
terlihat pada Tabel-3.
Tahap Konstruksi
PLN 2.308 784 339 562 200 4.193
IPP 1.471 971 286 41 55 2.824
Sub-Total 3.779 1.755 625 603 255 7.017
Committed
PLN - 454 2.090 575 2.539 5.658
IPP 3 78 563 5.048 5.737 11.429
Sub-Total 3 532 2.653 5.623 8.276 17.087
Tahap Rencana
PLN - 1.610 2.251 2.640 1.675 8.175
IPP - 315 861 372 9.113 10.661
Sub-Total - 1.925 3.112 3.011 10.788 18.836
TOTAL 3.782 4.212 6.389 9.237 19.319 42.940
Rencana penambahan jaringan transmisi untuk 5 tahun ke depan adalah sebesar 45.000 kms dan
tambahan GI sebesar 109.000 MVA. Detail pengembangan transmisi dan GI dapat dilihat dalam Ta-
bel-4 dan Tabel-5.
Tabel-4 Pengembangan Transmisi Tahun 2015 - 2019
SUTET 500 kV & 275 kV TL 150 kV & 70 kV
Tahun Total Lokasi Total Panjang (kms) Tahun Total Lokasi Total Panjang (kms)
2015 16 2.324 2015 156 9.304
2016 9 901 2016 192 9.701
2017 12 964 2017 179 9.966
2018 19 2.168 2018 85 4.994
2019 27 2.679 2019 37 2.396
TOTAL 83 9.035 TOTAL 649 36.361
Tahun Total Lokasi Total Kapasitas (MVA) Tahun Total Lokasi Total Kapasitas (MVA)
2015 11 12.586 2015 105 14.080
2016 7 7.837 2016 100 13.516
2017 13 14.340 2017 111 12.070
2018 10 2.750 2018 68 17.760
2019 7 8.350 2019 40 5.500
TOTAL 48 45.863 TOTAL 424 62.926
Rencana penambahan jaringan distribusi untuk 5 tahun ke depan meliputi JTM sepanjang 82.000
kms, gardu distribusi 21.000 MVA dan tambahan pelanggan 13,79 juta. Detail pengembangan jaring-
an dapat dilihat dalam Tabel-6.
Keberhasilan program pembangunan proyek pembangkit 35.000 MW untuk 5 tahun ke depan, mem-
butuhkan dukungan Pemerintah dalam hal sebagai berikut:
1. Mempermudah dan mempercepat persetujuan SLA dan PKLN.
2. Menyetujui direct loan dari bank pembangunan internasional ke PLN dengan jaminan pemerintah.
3. Memberikan tambahan modal ke PLN untuk meningkatkan kapasitas investasi melalui penyer-
taan Modal Negara (PMN).
Pengembangan sistem penyaluran pada periode 2015 - 2024 berupa pengembangan sistem trans-
misi dengan tegangan 500 kV dan 150 kV di Sistem Jawa - Bali, tegangan 500 kV, 275 kV dan 150
kV di Sistem Sumatera serta tegangan 275 kV, 150 kV dan 70 kV di Indonesia Timur. Pembangunan
sistem transmisi secara umum diarahkan kepada tercapainya kesesuaian antara kapasitas pembang-
kitan di sisi hulu dan permintaan daya di sisi hilir secara efisien. Disamping itu juga sebagai usaha
untuk mengatasi bottleneck penyaluran dan perbaikan tegangan pelayanan.
Rencana pengembangan sistem penyaluran di Indonesia hingga tahun 2024 diproyeksikan sebesar
59.272 kms serta 145.399 MVA gardu induk dan trafo seperti ditunjukkan pada Gambar-6 dan Gambar-7.
12.000
10.000 • •275
275kVAC:
kVAC: 8.371
8.371kms
kms
• •150
150kV
kV : 40.413
: 40.413 kms
kms
• •70
70kV
kV : : 3.116
3.116 kms
kms
Total59.272
Total 59.272 kms
kms
8.000
6.000
4.000
2.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
15.000
10.000
5.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
70/20 kV 150/20 kV 150/70 kV 250 kV DC
275/150 kV 500 kV DC 500/150 kV 500/275 kV
Rencana pengembangan sistem penyaluran di Indonesia hingga tahun 2024 diproyeksikan sebesar
59.272 kms serta 145.399 MVA gardu induk dan trafo seperti ditunjukkan pada Gambar-6 dan Gam-
bar-7.
KEBUTUHAN INVESTASI
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Untuk membangun sarana pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik diperlukan dana
investasi sebesar US$ 69,4 miliar untuk proyek PLN saja dan total US$ 132,2 miliar jika digabung
dengan proyek listrik yang diasumsikan akan dilaksanakan oleh swasta/IPP, dengan disbursement
tahunan sebagaimana diperlihatkan pada Gambar-8.
Selama ini sumber pembiayaan proyek-proyek PLN banyak diperoleh dari penerusan pinjaman luar
negeri (two step loan), namun setelah tahun 2006 peranan pinjaman semacam ini mulai menurun
dan sebaliknya pendanaan dengan obligasi terus meningkat, baik obligasi lokal maupun global.
Proyek percepatan pembangkit FTP1 10.000 MW sepenuhnya dibiayai dari pinjaman yang diusaha-
kan oleh PLN dengan garansi Pemerintah. Akhir-akhir ini PLN kembali berupaya memperoleh pin-
jaman dari lembaga keuangan multilateral dan bilaterial untuk mendanai proyek-proyek kelistrikan
yang besar, seperti Upper Cisokan pumped storage dan transmisi HVDC Sumatera – Jawa.
10
15,0 9,5
6,6
5,8
10,0 3,0
4,8 3,9
4,4 3.9
9,7 10,1
8,2 8,8
5,0 5,6 5,9
6,4 5,1 4.9
4,6
0,0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Tambahan kapasitas pembangkit tahun 2015 - 2024 untuk Sistem Jawa Bali adalah 38,5 GW atau
penambahan kapasitas rata-rata 3,8 GW per tahun, termasuk PLTM skala kecil tersebar sebanyak 333
MW dan PLT Bayu 50 MW. Dari kapasitas tersebut PLN akan membangun sebanyak 8,6 GW atau 22%
dari tambahan kapasitas keseluruhan. Partisipasi swasta direncanakan cukup besar, yaitu 20,0 GW
atau 52%, dan proyek unallocated sebesar 10,0 GW atau 26%. PLTU batubara akan mendominasi
jenis pembangkit yang akan dibangun, yaitu mencapai 27,0 GW atau 70,1%, disusul oleh PLTGU
gas dengan kapasitas 6,8 GW atau 17,7% dan PLTG 0,2 GW atau 0,6%. Sementara untuk energi
terbarukan khususnya panas bumi sebesar 1,9 GW atau 4,9%, PLTA sebesar 2,6 GW atau 6,7%, dan
pembangkit lainnya 0,05 GW atau 0,1%. Neraca Daya Sistem Jawa - Bali diperlihatkan pada Tabel-7.
Kebutuhan Energi GWh 165.350 178.256 192.454 207.123 222.764 239.471 258.319 278.620 300.755 324.352
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Pertumbuhan % 7,6 7,8 8,0 7,6 7,6 7,5 7,9 7,9 7,9 7,8
Produksi Energi GWh 188.005 202.841 218.866 235.619 254.211 276.847 300.172 324.826 350.229 377.367
Faktor Beban % 79,3 79,4 79,5 79,6 79,7 79,8 79,9 80,0 80,1 80,2
Beban Puncak Bruto MW 27.061 29.159 31.423 33.786 36.406 39.599 42.881 46.345 49.907 53.707
Beban Puncak Netto MW 25.875 27.840 29.993 32.213 34.578 37.103 39.960 43.031 46.376 49.934
KAPASITAS
Daya Mampu Neto MW 28.549 28.549 28.549 28.549 28.318 27.393 27.393 27.393 27.393 27.393
Kapasitas Terpasang MW 32.315 32.695 32.695 32.695 32.463 31.538 31.538 31.538 31.538 31.538
PLN MW 26.655 26.655 26.655 26.655 26.423 25.498 25.498 25.498 25.498 25.498
Retired/Mothballed - - - - (231) (800) - - - -
IPP MW 5.660 6.040 6.040 6.040 6.040 6.040 6.040 6.040 6.040 6.040
Pembangkit PLN on
Going & Committed
Tj. Awar-awar PLTU 350
Adipala PLTU 660
Indramayu #4 (FTP2) PLTU 1.000
11
Proyek 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Upper Cisokan PS
PLTA 1.040
(FTP2)
Peaker Pesanggaran PLTMG 200
Sub Total PLN on
860 350 - - 1.915 - - - - -
Going & Committed
Pembangkit IPP on
Going & Committed
Celukan Bawang PLTU 380
Banten PLTU 625
Sumsel-8 MT PLTU 1.200
Sumsel-9 MT (PPP) PLTU 600 600
Sumsel-10 MT (PPP) PLTU 600
Cilacap exp PLTU 614
Jawa Tengah (PPP) PLTU 1.900
Rajamandala PLTA 47
Patuha (FTP2) PLTP 110
Kamojang-5 (FTP2) PLTP 30
Karaha Bodas (FTP2) PLTP 30 110
Tangkuban Perahu 1
PLTP 55 55
(FTP2)
Ijen (FTP2) PLTP 110
Iyang Argopuro
PLTP 55
(FTP2)
Wilis/Ngebel (FTP2) PLTP 55 110
Cibuni (FTP2) PLTP 10
Tangkuban Perahu 2
PLTP 60
(FTP2)
Cisolok - Cisukarame
PLTP 50
(FTP2)
Ungaran (FTP2) PLTP 55
Wayang Windu
PLTP 220
(FTP2)
Dieng (FTP2) PLTP 55 55
Tampomas (FTP2) PLTP 45
Baturaden (FTP2) PLTP 110 110
Guci (FTP2) PLTP 55
Rawa Dano (FTP2) PLTP 110
Umbul Telomoyo
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
PLTP 55
(FTP2)
Gn. Ciremai (FTP2) PLTP 110
Gn. Endut (FTP2) PLTP 40
Sub Total IPP on
1.024 655 47 - 3.320 2.025 1.040 205 110 -
Going & Committed
Rencana Tambahan
Kapasitas
Jawa-1
PLTGU 1.600
(Load Follower)
Jawa-2
PLTGU 800
(Load Follower)
Jawa-3
PLTGU 800
(Load Follower)
Muara Tawar Add-on
PLTGU 650
Blok 2,3,4
Grati Add-on Blok 2 PLTGU 150
Peaker Muara Karang PLTGU 500
12
Proyek 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Dari neraca daya Sistem Jawa - Bali di atas diperoleh reserve margin (RM) daya mampu netto ber-
variasi antara 25-56%, dengan cadangan paling rendah terjadi pada tahun 2016 (25%) dan 2017
(25%) karena keterlambatan beberapa pembangkit besar seperti PLTU Sumsel-8 (2x600 MW), PLTU
Jawa Tengah (2x950 MW), PLTU Madura (2x200 MW), PLTU Jawa-1 (1x1.000 MW), PLTU Jawa-3
(2x660 MW) serta beberapa PLTP sebesar 400 MW. Kondisi RM yang tipis terjadi pada tahun 2016
hingga 2017, oleh karena itu diperlukan antisipasi langkah-langkah operasi untuk mengatasi RM yang
tipis tersebut.
PLTGU Muara Karang (450 MW), PLTGU Grati (450 MW), PLTMG Pesanggaran (200 MW) dan PLTGU
Jawa 1 (800 MW) serta PLTU IPP seperti PLTU Celukan Bawang, PLTU Banten dan PLTU Cilacap Eks-
pansi harus bisa beroperasi dalam tahun 2014 – 2017 untuk menjaga RM tidak makin menurun.
13
Lokasi PLTU dan PLTGU masih dapat berubah sesuai dengan perkembangan dalam penyiapan proyek
di lapangan, termasuk ketersediaan pasokan gas.
2 1
SRLYA ~3 4a 9 MTWAR
~ ~
BNTEN ~ 5DKSBI 6PRIOK7 10
8 32 34
~ MKRNG
33
CLGON BKASI IDMYU
KMBNG CBTBR2
BRAJA
CWANG CBATU11
12 26
TMBUN
CBTBR TJATI B
GNDUL CIBNG
DEPOK
20
XBOGOR 13
15 CRATA
16 ~ 21 22 25
JATENG IPP
35 GRSIK
14 ~ SGLNG MDCAN ~ 27
CSKAN PS
4b ~ BDSLN UNGAR
UJBRG NGBNG TANDES
PMLNG SBSLN
17 SBBRT 28
CGRLG TASIK ~
GRATI
18 23RWALO
24 AMPEL
29
CLCAP IPP PITON
19 ADPLA KDIRI
PEDAN BANGIL
30
~
NEW
ANTOSARI
31 ~
Gambar-9. Rencana Pengembangan Transmisi Sistem Jawa - Bali Tahun 2015 - 2024
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Pengembangan transmisi 500 kV di Jawa pada umumnya dimaksudkan untuk mengevakuasi daya
dari pembangkit-pembangkit baru maupun ekspansi dan untuk menjaga kriteria security N-1, baik
statik maupun dinamik. Sedangkan pengembangan transmisi 150 kV dimaksudkan untuk menjaga
kriteria security N-1 dan sebagai transmisi yang terkait dengan gardu induk 150 kV baru.
Pengembangan transmisi 500 kV di Jawa - Bali diperlihatkan pada Gambar-9. Memperhatikan pem-
bangunan SUTET dan SUTT yang sering terlambat karena masalah perizinan, ROW dan sosial, serta
kebutuhan tambahan daya yang mendesak, maka PLN perlu melakukan usaha meningkatkan kapa-
sitas transmisi dalam waktu dekat. Pembangunan SUTET dengan menggunakan rute baru akan me-
merlukan waktu yang lama sehingga upaya yang dapat dilakukan adalah rekonduktoring beberapa
ruas transmisi 500 dan 150 kV.
14
Ruas transmisi 500 kV yang akan di rekonduktoring adalah SUTET Suralaya Baru - Bojanegara - Bala-
raja, SUTET Suralaya Lama - Balaraja - Gandul, SUTET Mandirancan - Bandung Selatan, SUTET Unga-
ran - Mandirancan dan Ungaran - Pedan.
Rencana pembangunan transmisi 500 kV baru adalah SUTET Tanjung Jati B - Pemalang - Indramayu
- Cibatu, SUTET Balaraja - Kembangan - Durikosambi dan Durikosambi - Muara Karang - Muaratawar
membentuk looping SUTET jalur Utara Jakarta, untuk perkuatan dan peningkatan keandalan serta
fleksibilitas operasi Sistem Jakarta. Selain itu juga akan dibangun transmisi 500 kV HVDC interkonek-
si Sumatera - Jawa untuk menyalurkan daya dari PLTU mulut tambang di Sumatera Selatan ke pusat
beban di Jawa.
PLTU LONTAR
3 x 315 MW
#4 315 MW
TELUK JAKARTA
TNAGA
TNAGA II
PLTGU JAWA -2
KAPUK MKRNG 1 X 800 MW
SPTAN
TNAGA III
PRIOK PLNDOB PLTGU JAWA -1
PLNDOA MTWAR 2 X 800 MW
SPTAN III MKRNG ANCOL
SPTAN II MKRNG III
GNSRI II
TGBRU II GNSRI
PSKMS II SOETA KMYRN KDSPI II
ANGKE MGBSR II
PLPNG JGC MRNDA HRPDH
PSKMS TGBRU DMGOT
KTPNG MGBSR HRPDH II
TGBRU III KMYRN II KLPGD
CKRNG RWBUAYA
PSKMSIII TOMNG TTNGI KDSPI
TGBRU IV GRGOL GBLMA KBSRHII
DRKSB GMBRU PGLNG II
TOMNGII PKRNG
CBTUBR
MAXIM New KBSRH KBSRHIII
JTAKE Old PGLNG III BKASIUTRA
CKNDE CKUPA GRGOL II BDKMY GPOLA PGLNG
TGRNG DKTAS PGSAN
SMBRT II GBLMA-2
SPINML KMBNGIII DKTASII BKASI II
CLDK PLMAS PGDNG SKTNI
KBJRK KARET CIPNG II BKASI
BLRJA LIPPO New Old MGRAI KESA KSBRU
STBDI CIPNG
ALMSTRA NSYAN III SMBRT PGDGSTEEL
BNTEN LIPPO II
BLRJA II KMBNG NSYAN AGP II
LAUTSTEEL SNYAN AGP PNCOL II FAJAR
TRSNA3 TRSNA 2 PDKLP
MLNIUM NSYAN II DNYSA II
CITRA Old
TRSNA PNCOL
PWRSTEL MPANG
TGRSA DNYSA CIKRNG BKSPWR
HVDC TGRSA III
CSW CSW II JTWRG
TGRSA II
DRTGA CWANG TMBUN II
JBEKA
LEGOK LKONG MRT RGNAN/
TMBUN TMBUN
PTKNG CSW III DRTGAIII DRTGAII CWANGBR
PDNDH II RJPKSI
LKONG II MNTUR
GDMKR CBATU
BNTRO II KMANG
LKONG PDNDH
LKONGIII/BSD
BNTRO
BNTRO IV
BNTRO III JTNGN
SRPNG GDRIA
GNDUL
DPBRU
JTNGNII/
CBBUR
CBATU
SWNGAN/
CISEENG CLGON DEPOK III CMGIS II
CLGSI II/
JONGGOL Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
LEGENDA : CLGSI
CMGIS ASPEK
GITET 500 KV EKSISTING CIBNG
GITET 500 KV BARU BGORX
GI 150 KV EKSISTING CIBNG II SCBNG
SGLNG
GI 150 KV BARU
SNTUL
GI 150 KV BARU TERKAIT KTT ITP
GI 70 KV EKSISTING TSMYA KDBDK
BGBRU
Untuk memperkuat pasokan Sistem Jakarta, telah direncanakan pembangunan SUTET ruas Duri
Kosambi – Muara Karang - Priok – Muara Tawar (looping SUTET jalur Utara Kota Jakarta) seperti
ditunjukkan pada Gambar-10. SUTET baru ini juga akan meningkatkan keandalan dan fleksibilitas
operasi sistem kelistrikan Jakarta dan Bekasi.
15
350.000
300.000
250.000
GWh
200.000
150.000
100.000
50.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Gambar-11. Proyeksi Komposisi Produksi Energi Listrik Per Jenis Bahan Bakar di Jawa - Bali
Pada Gambar-11 terlihat bahwa batubara akan mendominasi energi primer yang digunakan, yaitu
67,6% dari seluruh produksi pada tahun 2024, disusul oleh gas alam (termasuk LNG) sebesar 20,9%,
panas bumi 7,9%, PLTA 2,8% dan BBM dalam jumlah yang sangat kecil (0,8%). Peranan BBM yang
pada tahun 2015 masih sekitar 3,4% akan menurun dan menjadi sangat kecil pada tahun 2024.
Penurunan ini dapat diwujudkan apabila bahan bakar tersedia dalam jumlah seperti yang diren-
canakan dan hal ini harus diusahakan secara maksimal dalam rangka menekan biaya pokok pro-
duksi. Kontribusi gas alam akan menurun dari 21,0% pada 2015 menjadi 12,2% pada 2024 karena
diperkirakan tidak ada tambahan pasokan gas lapangan yang pasti. Sedangkan peran LNG mening-
kat dari sekitar 5% menjadi 8,7% tahun 2024. Pembangkit berbahan bakar LNG akan difungsikan
mengoperasikan pembangkit beban puncak dan pembangkit ’must run’. Kontribusi panas bumi yang
pada tahun 2015 hanya 4,9% akan naik menjadi 7,9% pada tahun 2024.
Pasokan gas berdasarkan kontrak saat ini diperlihatkan pada Tabel-8. Dari Tabel-8 terlihat bahwa
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
pasokan gas untuk 10 tahun ke depan cenderung menurun, terutama untuk Priok, Muara Karang,
Muara Tawar, Gresik dan Grati. Sedangkan untuk Tambak Lorok dan Pesanggaran (Bali) yang selama
ini menggunakan BBM, diharapkan dapat memperoleh pasokan gas dari beberapa sumber baru.
Sedangkan kebutuhan gas untuk pembangkit tenaga listrik di Jawa - Bali ditunjukkan pada Tabel-9.
Pada tahun-tahun mendatang direncanakan akan ada tambahan kapasitas pembangkit berbahan
bakar gas sebagai berikut:
• PLTMG Pesanggaran 200 MW (2015)
• PLTGU Grati peaker 450 MW (2015/16)
• PLTGU Muara Karang peaker 450 MW (2016)
• PLTGU Jawa 1 (di Gresik) 800 MW (2017) yang diharapkan akan memperoleh pasokan gas dari
blok Cepu, serta
• PLTGU Jawa 2 (di Grati) 750 MW (2018) yang masih perlu diupayakan pasokan gasnya.
16
No Pembangkit Pemasok 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Muara Karang
1 PHE ONWJ (GSA) 100 100 100
dan Priok
PHE ONWJ
70 70 70 70 25 25 25 25 25
(potensi tambahan)
PGN - Priok
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
(GSA-IP)
PGN - Priok
20 70 70 70 20 20 20 20 20 20
(potensi tambahan)
FSRU PT NR 211 134 134 134 225 225 193 193 91 93
Jumlah 361 404 404 304 345 300 268 268 166 168
PERTAMINA - P
2 Muara Tawar
Tengah (GSA)
PGN (GSA) 79 41 41 41
SWAP JOB Jambi
30 30 34 34 34
Merang
Tambahan dari PHE
25 25 25 25 25 25 25 25 25
(Potensi)
Swap Premier
5
(Potensi)
Jumlah 114 96 100 100 59 25 25 25 25 25
3 Cilegon CNOOC (GSA) 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
PGN (GSA) 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Jumlah 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110
4 Tambak Lorok PCML 48 116 116 116 116 89 70 70 70 70
SPP (GSA-IP) 50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
Jumlah 98 166 166 166 166 139 120 120 120 120
PHE WMO eks
5 Gresik 100 100 100 100
Kodeco
Hess (GSA) 36 36 36 36 36 36 36 36 29 19
Kangean Energy
80 80 80 70 60 60 50 50 40 30
Indonesia
Media Karya
10 10 5 10
Sentosa
Petronas-Bukit Tua
12 43 51 19 9 - - - - -
(Potensi)
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Santos Lapongan
18
Peluang
SCI (Isar Gas-Ex
25 20 20 35
KEI)
Husky Lap MDA-
- - 35 35 35 35 35 35 35 35
MBH (Potensi*)
Husky Lap MDK
- - - 24 24 24 24 24 - -
(Potensi*)
Jumlah 281 289 327 329 164 155 145 145 104 84
Santos Oyong
6 Grati 20
(GSA-IP)
Santos Wortel
26 13 3 3
(GSA-IP)
Sampang Mandiri
17 17 17
Perkasa (GSA-IP)
17
No Pembangkit Pemasok 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Pasuruan Migas
3 3 3
(GSA-IP)
Parnaraya - Husky
- - 40 40 40 40 40 40 40 40
(GSA-IP)
Santos Lapangan
25 25 25 -
peluang
Jumlah 91 58 88 43 40 40 40 40 40 40
LNG Sengkang
7 Pesanggaran 40 40 40 30 - - - -
(Potensi)
Jumlah - - 40 40 40 30 - - - -
Jumlah Rencana Pasokan Gas di
924 799 708 708 565 547
Jawa-Bali
Dari Tabel-9 terlihat adanya defisit pasokan gas untuk beberapa pembangkit PLN dikarenakan se-
makin menurunnya pasokan gas untuk 10 tahun ke depan. Untuk itu perlu ditindaklanjuti dengan
melakukan perpanjangan kontrak gas yang sudah ada maupun dengan mencari sumber-sumber gas
baru.
Nama
No. Peran MW 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangkit
1 Muara Karang
PLTGU Blok 1 Medium 507 70 50 49 47 47 47 47 46 47 47
PLTGU Blok 2
Medium 720 84 68 65 54 55 54 56 55 55 55
(Rep)
PLTU Base 400
PLTGU Baru Peak 450 9 19 21 21 21 21 21 21
2 Tanjung Priok
PLTGU Blok 1 Medium 590 61 58 56 47 47 47 58 56 56 56
PLTGU Blok 2 Medium 590 61 58 56 47 47 47 58 56 56 56
PLTGU Blok 3
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Medium 743 85 72 68 66 63 62 65 66 65 66
(Ext)
PLTGU Jawa-2 Medium 800 75 75 75 75 75 75 75
Sub-Jumlah 4.000 361 304 304 354 354 353 380 375 374 374
Supply Gas 150 170 170 170 120 75 75 75 75 75
Supply LNG 211 134 134 134 225 225 193 193 91 93
Surplus-Defisit 0 0 0 -51 -9 -53 -112 -106 -208 -207
3 Muara Tawar
PLTGU Blok 1 Medium 640 48 61 63 65 27 27 28 26 25 25
PLTG Blok 2 Peak 430 52 50 48 47 47 47 47 47 47
PLTG Blok 3 Peak 679 28 28 28 26 26 26 25 29 29
PLTG Blok 4 Peak 679 28 28 28 26 26 26 25 29 29
PLTGU Blok 5 Medium 234 28 17 21 21 21 21 21 20 28 28
Sub-Jumlah 2.662 76 186 189 190 145 146 147 144 157 158
18
Nama
No. Peran MW 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangkit
Supply Gas 76 96 100 100 59 25 25 25 25 25
Supply LNG
Surplus-Defisit 0 -90 -89 -90 -86 -121 -122 -119 -132 -133
4 Gresik
PLTGU Blok 1 Medium 526 67 61 73 64 54 54 54 54 54 54
PLTGU Blok 2 Medium 526 67 61 73 64 54 54 54 54 54 54
PLTGU Blok 3 Medium 526 67 61 73 64 54 54 54 54 54 54
PLTU Base 400 82 108 108 63
PLTGU Jawa-3 Medium 800 75 75 75 75 75 75 75
Sub-Jumlah 2.779 282 290 327 329 236 236 237 236 236 236
Supply 281 289 327 329 164 155 145 145 104 84
Surplus-Defisit 0 0 0 0 -72 -81 -92 -91 -132 -152
5 Tambak Lorok
PLTGU Blok 1-2 Medium 1.034 98 166 166 166 166 139 120 120 120 120
PLTU 200
Sub-Jumlah 1.234 98 166 166 166 166 139 120 120 120 120
Supply 98 166 166 166 166 139 120 120 120 120
Surplus-Defisit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Grati
PLTGU Blok 1 Medium 462 69 53 50 48 48 48 49 51 55 48
PLTG Blok 2 Peak 302 22 24 31 28 29 28 29 31 29 30
PLTGU Baru Peak 450 5 16 19 19 19 19 19 19 19
Sub-Jumlah 1.214 91 83 97 95 96 95 96 100 103 97
Supply 91 58 88 43 40 40 40 40 40 40
Surplus-Defisit 0 -25 -9 -52 -56 -55 -56 -60 -63 -57
7 PLTGU Cilegon Medium 740 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110
Supply 110 110 110 110 110 110 110 110 110 110
Surplus-Defisit
PLTMG Medi-
8 250 30 30 20 20 20 20 20 20 20
Pesanggaran um+Peak
Supply 30 30 30 30
Surplus-Defisit -30 0 10 10 10 -20 -20 -20 -20
9 PLTGU Jawa-1 Medium 1.600 150 150 150 150 150 150 150 Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Supply
Surplus-Defisit -150 -150 -150 -150 -150 -150 -150
PLTGU/MG
10 Peak 400 8 17 17 17 17 17 17 17
Jawa-Bali 1
Supply
Surplus-Defisit -8 -17 -17 -17 -17 -17 -17 -17
PLTGU/MG
11 Peak 500 10 21 21 21 21 21 21 21
Jawa-Bali 2
Supply
Surplus-Defisit -10 -21 -21 -21 -21 -21 -21 -21
PLTGU/MG
12 Peak 500 9 19 19 19 19 19 19 19
Jawa-Bali 3
Supply
Surplus-Defisit -9 -19 -19 -19 -19 -19 -19 -19
19
Nama
No. Peran MW 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Pembangkit
PLTGU/MG
13 Peak 450 5 16 18 18 18 18 18 18 18
Jawa-Bali 4
Supply
Surplus-Defisit -5 -16 -18 -18 -18 -18 -18 -18 -18
Jumlah
Demand 1.017 1.174 1.267 1.487 1.350 1.323 1.334 1.328 1.344 1.339
Supply 1.018 1.023 1.125 1.082 914 799 708 708 565 547
Surplus/defisit 0 -151 -142 -406 -437 -525 -626 -620 -779 -792
Neraca Daya sistem interkoneksi Sumatera diberikan pada Tabel-10. Neraca daya sistem interkoneksi
Sumatera direncanakan dengan reserve margin mencapai 61% pada tahun 2024. Potensi beban di
Sumatera masih bisa lebih tinggi dari yang telah direncanakan. Dengan reserve margin yang cukup
tinggi maka memungkinkan untuk mengambil potensi beban yang tinggi tersebut. Namun apabila
reserve margin lebih rendah dari 40% perlu dilakukan pengendalian beban. Rencana pengembang-
an pembangkit yang baru pada Sistem Sumatera dapat dilihat pada Tabel-10.
IPP MW 886 886 886 886 886 886 886 886 886 886
Retired & Mothballed
MW - 35 126 163 - - - - - -
(PLN)
3 Tambahan Kapasitas
PLN ON-GOING &
COMMITTED
Pangkalan Susu #1,2
PLTU 440
(FTP1)
Riau (Amandemen
PLTU 220
FTP1)
Pangkalan Susu #3,4
PLTU 200 200
(FTP2)
Arun (Peaker) PLTG/MG 200
Batanghari PLTGU 30
20
21
22
Rencana pengembangan sistem transmisi dalam RUPTL 2015 - 2024 akan banyak mengubah topolo-
gi jaringan dengan terwujudnya sistem interkoneksi 275 kV dan 500 kV di Sumatera. Pengembangan
juga banyak dilakukan untuk memenuhi pertumbuhan permintaan listrik dalam bentuk penambah-
an kapasitas trafo. Pengembangan untuk meningkatkan keandalan dan debottlenecking yang juga
terdapat di beberapa sistem, antara lain rencana pembangunan sirkit kedua dan rekonduktoring
beberapa ruas transmisi di Sistem Sumbagut dan Sumbagsel.
Rencana interkoneksi backbone 275 kV di Sumatera diprogramkan untuk terlaksana mulai tahun
2015 dan selesai seluruhnya pada tahun 2017. Selain itu terdapat pembangunan beberapa gardu
induk dan transmisi 150 kV untuk mengambil alih beban dari pembangkit diesel ke sistem inter-
koneksi (dedieselisasi). Dengan beroperasinya seluruh Backbone SUTET 275 kV Sumatera di tahun
2017, maka Sistem Sumbagut dan Sistem Sumbagselteng sudah terinterkoneksi sepenuhnya. Terin-
terkoneksinya Sistem Sumbagut dan Sumbagselteng maka konsumsi BBM di Sistem Sumbagut dapat
berkurang signifikan.
Komposisi produksi listrik per jenis energi primer di Sumatera diproyeksikan pada tahun 2024 akan
menjadi 54,9% batubara, 13,6% gas alam (termasuk LNG), 14,4% tenaga air, 1,2% minyak dan
15,9% panas bumi seperti diperlihatkan pada Gambar-13.
Dominasi pembangkit batubara di Sistem Sumatera akan sangat terlihat terutama setelah tahun
2019, atau dengan beroperasinya PLTU Riau Kemitraan (2x600 MW), dan PLTU Jambi (2x600 MW).
Bahkan pada kondisi tertentu PLTU Sumsel 8, 9, dan 10 (3.000 MW) yang dialokasikan untuk men- Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
transfer daya ke Sistem Jawa - Bali, dapat pula dikondisikan memasok Sistem Sumatera. Dengan
dominasi pembangkit-pembangkit batubara di Sistem Sumatera, maka BPP di Sistem Sumatera akan
menjadi sangat ekonomis. Dari Gambar-13 juga terlihat bahwa terjadi penurunan konsumsi Gas
terutama pada tahun 2018 sampai 2020. Kondisi ini terjadi dengan berakhirnya kontrak sewa pem-
bangkit gas di Sumatera, dan tidak dilakukan lagi perpanjangan kontrak.
Rencana pasokan gas untuk pembangkit di Sistem Sumatera diberikan pada Tabel-11.
23
Sumsel-1 Palembang
Tanjung Api-Api
2
ACSR 2x330 mm
2 20 kmr-COD 2013
ACSR 2x330 mm
1 kmr-COD 2014
Kenten
Talang
Kelapa G G
ACSR1x120 mm2
Ke GI 150 kV 10 kmr Borang GU
2013 Uprate to
Betung G ACCC 1x160 mm
2
Sungai
Boom Baru Juaro
ACSR 2x430 mm 2
60 kmr-COD 2014
Bukit
GU Bungaran
Siguntang
44
Sungai
Kedukan
U Jakabaring
G G
Ke GI 150 kV
Lubuk
Keramasan PLTG ACSR 2x330 mm
2 Kayu Agung
Jakabaring 1 kmr-COD 2017
Ke GI 150 kV CNG
Simpang Tiga
27. Teluk Sirih (FTP1) CFPP 2x112 MW – 2014 32. Jambi (Tj.Jabung) MPP 100 MW - 2016 U
G
41
28. Muara Laboh (FTP2) GeoPP 220 MW – 2018/24 33. Batang Hari ST Unit 30 MW - 2017 56
33. Payo Selincah (Rent) GEPP 20 MW – 2015 57 Lampung
U
58 61 42
29. Duri GEPP 100 MW – 2014 34. Sei Gelam (CNG) GEPP 100 MW – 2014 59 62
29. Riau Peaker CCPP/GEPP 200 MW – 2017 34. Jambi Peaker CCPP/GEPP – 2017
63
30. Riau CCPP 250 MW – 2017 35. Sungai Penuh (FTP2) GeoPP 110 MW – 2024 6460
30. Riau/Tenayan CFPP 2x110 MW – 2015 36. Merangin-2 HEPP 2x175 MW - 2021/22 65
31. Riau Kemitraan CFPP 2x600 MW – 2019 37. CFPP Jambi 2x600 MW - 2019
120.000
100.000
80.000
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
GWh
60.000
40.000
20.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Gambar-13. Proyeksi Komposisi Produksi Energi Listrik Per Jenis Bahan Bakar di Sumatera
24
No Pembangkit Pemasok 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
WILAYAH
SUMATERA
1 Aceh Timur Medco Blok A - - 5 5 5 5 5 5 5 5
Arun, PLTG/MG
2 Sumbagut 2 FSRU LNG Tangguh 5 10 28 28 28 28 28 28 28 28
(Arun)
PLTG/MG
3 FSRU LNG Tangguh 11 11 11 11 11 11 11
Sumbagut 1
PLTG/MG
4 Sumbagut 3, FSRU LNG Tangguh 20 20 20 20 20 20
dan 4
5 PLTGU Belawan FSRU LNG Tangguh 78 78 78 78 78 78 78 78
PLTG/MG Barge
6 FSRU LNG Tangguh 25 25 25 25 25 25 25 25 25
Mounted
PLTG/MG Truck
7 FSRU LNG Tangguh 12 12 12 12 12 12 12 12 12
Mounted
PLTG Sewa
8 Kambuna 13 10 - - - - - - - -
Navigat,PLTG
Belawan (TTF),
PEP Benggala
9 PLTG Paya Pasir 2 2 2 2 - - - - - -
(Potensi)
(TTF)
10 Teluk Lembu Kalila Bentu 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
11 Balai Pungut JOB - Pertamina
Talisman Jambi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Merang (Duri)
JOB - Pertamina
Talisman Jambi 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22
Merang (Rengat)
JOB - Pertamina
Talisman Jambi
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Merang (Potensi
Tambahan)
PLTGU Riau
12 PGN-Kontrak BUMD 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
(IPP)
JOB - Pertamina
PLTG/MG Riau Talisman Jambi
13 12 12 12 12 12 12 12 12
Peaker Merang (Potensi
Tambahan)
PLTMG Rawa Petroselat Rawa
14 - 2 5 5 5 5 5
Minyak Bengkalis Minyak (Potensi)*
PLTG Tanjung Petro China
15 - 5 5 5 5 5 5
Jabung TM (Potensi)
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
JOB - Pertamina
PLTG/MG Jambi
Talisman Jambi
16 Peaker (Sei 9 9 9 9 9 9 9 9
Merang (Potensi
Gelam)
Tambahan)
17 Sungai Gelam PEP - TAC (Own
2 2 2 2 2 - - - - -
Operation)
PEP - TAC Sungai
2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 - - - - -
Gelam
18 Simpang Tuan Perusda Jambi 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 -
25
No Pembangkit Pemasok 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
WILAYAH
SUMATERA
22 Talang Duku PGN 8 8 8 8 8 8 8 - - -
Medco E&P
23 Borang 18 18 - - - - - - - -
Indonesia
24 Keramasan Medco E&P
15 - - - - - - - - -
Indonesia
Pertamina EP 15 15 15 - - - - - - -
Medco E & P
25 Gunung Megang 15 15 15 15 15 15 - - - -
Indonesia
Pertamina EP (Asri
26 Borang 31 31 31 31 31 - - - - -
Gita)
PLTMG Duri, Duri
27 Relokasi, Riau Jambi Merang 25 26 30 30 30 27 27 - - -
Peaker
28 PLTGU Duri Jambi Merang - - 16 16 16 16 16 - - -
29 Rengat Jambi Merang 3 3 3 3 3 3 3 - - -
FSRU Lampung
30 Lampung Peaker - 15 15 15 15 15 15 15 15
(Potensi)
31 Lampung Sewa PGN (Potensi) - 17 17 17 17 17 - - - -
PLTG/MG PGN (Potensi)/
32 Truck Mounted FSRU Lampung 17 17 17 17 17 17 17 17 17
Lampung (Potensi)
33 Gasifikasi PLTD PGN (Potensi) 13 13 13 13 13 13
JUMLAH 305 360 497 474 490 449 390 312 309 309
Kapasitas terpasang pembangkit saat ini adalah 296 MW (termasuk sewa), dimana semua pembang-
kit di Sistem Kalbar menggunakan BBM sehingga biaya operasi sangat tinggi. Tambahan pembangkit
pada Sistem Kalbar seluruhnya masih dalam tahap perencanaan, kecuali PLTU FTP 1, yaitu PLTU Parit
Baru (2x50 MW) dan PLTU Kura-kura (2x27,5 MW) yang sedang konstruksi dan direncanakan berope-
rasi pada tahun 2016.
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
PLN dan perusahaan listrik Sarawak (SESCO) telah menandatangani PEA (power exchange agree-
ment) yang berisi rencana PLN membeli listrik untuk memasok Sistem Kalimantan Barat dari Se-
rawak sebesar 50 MW flat (sebagai baseload) dan pada beban puncak dapat membeli hingga 230
MW mulai tahun 2015 hingga tahun 2019. Dalam jangka panjang dimungkinkan seluruh pembelian
tenaga listrik dari Serawak adalah hanya selama beban puncak. Hal ini dapat menunda kebutuhan
pembangkit peaking yang berbahan bakar mahal. Namun untuk mengurangi ketergantungan yang
terlalu besar terhadap pasokan dari Sarawak, maka direncanakan pembangunan PLTG/MG 100 MW
di tahun 2019.
Dari neraca daya Sistem Kalimantan Barat (Tabel-12) terlihat bahwa reserve margin akan mencapai
sekitar 40% pada tahun 2024. Namun hal ini masih dapat diterima dengan pertimbangan proyek-
proyek PLTU di Kalbar berisiko terlambat karena berbagai sebab, interkoneksi dengan Serawak tidak
ada klausul take or pay yang berbasis power pada waktu beban puncak.
26
Kebutuhan dan
Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Pasokan
Kebutuhan
Produksi GWh 1.939 2.195 2.814 3.451 3.846 4.349 4.842 5.371 5.983 6.659
Faktor Beban % 66 68 66 67 67 66 66 66 66 66
Beban Puncak Bruto MW 334 371 485 592 658 754 839 929 1.033 1.148
Pasokan MW 486,1 222,1 216,7 118,8 124,8 131,2 131,2 131,2 131,2 131,2
Kapasitas Terpasang
PLN MW 204,1 104,1 88,7 - - - - - - -
PLTG 30,0 30,0 30,0 - - - - - - -
- PLTD 74,1 74,1 58,7 - - - - - - -
Interkoneksi dengan
13 13 58 119 125 131 131 131 131 131
Sub Sistem
Pembangkit Sewa MW 169 105 70 - - - - - - -
MOBILE POWER
100
PLANT
Retired &
MW 119 - - - - - - - - -
Moultbolled (PLN)
TAMBAHAN
KAPASITAS
PLN ON GOING &
COMMITTED
Power Purchase
dengan SESCo 275 KV 130
(Peaking)
Power Purchase
dengan SESCo 275 KV 50 50 -50
(Baseload)
Pantai Kura-Kura
PLTU 55
(FTP1)
Parit Baru (FTP1) PLTU 100
Parit Baru - Loan China
PLTU 55 55
(FTP2)
IPP ON GOING &
COMMITTED
RENCANA
TAMBAHAN
KAPASITAS
Nanga Pinoh PLTA 98
Kalbar - 1 PLTU 200
PLTGU/ Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Kalbar Peaker 100
MG
Kalbar - 2 PLTU 200 200
Kalbar - 3 PLTU 200 200
TAMBAHAN
MW 50 335 55 255 100 150 200 98 200 200
KAPASITAS
TOTAL KAPASITAS
MW 536 607 657 814 920 1076 1276 1374 1574 1774
SISTEM
TOTAL DAYA MAMPU
MW 482 546 591 732 828 969 1149 1237 1417 1597
NETTO
27
Produksi energi per jenis energi primer di sistem Kalimantan Barat diberikan pada Gambar-14. Pe-
ranan masing-masing energi primer tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: pada tahun 2015 be-
lum ada pembangkit berbahan bakar non-BBM yang beroperasi, maka produksi pembangkit dengan
BBM pada sistem interkoneksi akan mencapai 1.586 GWh. Sejalan dengan rencana pengoperasian
PLTU batubara dan impor listrik dari Sarawak, maka penggunaan BBM pada sistem kelistrikan Kalbar
akan jauh berkurang. Penggunaan sumber energi air akan mulai berkontribusi pada tahun 2022
setelah PLTA Nanga Pinoh 98 MW beroperasi.
7.000
6.000
5.000
GWh
4.000
3.000
2.000
1.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Impor HSD MFO LNG Gas Batubara Geothermal Hydro
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Gambar-14. Proyeksi Komposisi Produksi Energi Listrik per Jenis Bahan Bakar di Kalimantan Barat
Sampai dengan triwulan ketiga 2014, daya mampu pembangkit PLN dan IPP termasuk sewa PLTD
dan excess power di Sistem Kalseltengtimra adalah 1.131 MW, dengan beban puncak sekitar 917
MW. PLTU Teluk Balikpapan dan PLTU Pulang Pisau masih dalam tahap konstruksi, diperkirakan akan
beroperasi 2015. Porsi pembangkit yang beroperasi dengan BBM masih cukup besar sehingga biaya
pokok produksinya masih tinggi.
28
Pada periode 2015 - 2024 direncanakan penambahan kapasitas pembangkit baru baik milik PLN
maupun IPP sebesar 3.409 MW, termasuk yang sudah dalam tahap proses pengadaan dan yang se-
dang konstruksi. Porsi paling besar adalah PLTU batubara, yaitu 2.459 MW kemudian disusul PLTG/
MG/GU 830 MW dan PLTA 120 MW. Rencana pengembangan pembangkit di sistem Kalseltengtimra
diperlihatkan pada Tabel-13.
Proyek 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Interkoneksi Kalselteng - Kaltim (2016)
Interkoneksi Kalselteng-Kaltim-Kaltara (2018)
Kebutuhan
Produksi GWh 6.591 7.730 8.737 10.188 11.109 12.181 13.316 14.425 15.630 16.946
Faktor Beban % 66.8 66.8 66.8 67.0 67.2 67.4 67.7 67.8 67.9 68.0
Beban Puncak Bruto MW 1.127 1.322 1.494 1.736 1.887 2.062 2.246 2.429 2.628 2.845
KAPASITAS
Kapasitas Terpasang MW 1.264 1.206 763 580 580 580 580 580 540 540
Daya Mampu Netto 1.023 952 638 537 537 537 537 537 497 497
PLN 637 661 445 415 415 415 415 415 415 415
IPP MW 50 61 61 82 82 82 82 82 82 82
EXCESS POWER MW 122 122 93 - - - - - - -
SEWA MW 214 109 40 40 40 40 40 40 - -
MOBILE POWER PLANT MW 200 230 - - - - - - - -
Retired & Mothballed - - 129 151 - - - - - -
Tambahan Kapasitas
PLN ON GOING &
COMMITTED
Pulang Pisau (FTP1) PLTU 120 - - - - - - - - - Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
PLTMG/
Bangkanai (FTP2) - 155 140 - - - - - - -
GU
Sampit PLTU - - - 50 - - - - - -
Teluk Balikpapan
PLTU 220 - - - - - - - - -
(FTP1)
IPP ON GOING &
COMMITTED
Kaltim (MT) PLTU - - 55 - - - - - - -
Kalsel (FTP2) PLTU - - - 100 100 - - - - -
Kaltim (FTP2) PLTU - - - 100 100 - - - - -
Tanah Grogot PLTU - 14 - - - - - - - -
RENCANA TAMBAHAN
KAPASITAS
PLTG/MG/
Kalsel Peaker 1 - - 200 - - - - - - -
GU
29
Proyek 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PLTG/MG/
Kalsel Peaker 2 - - - - - - 100 - - -
GU
PLTG/MG/
Kaltim Peaker 2 - - 100 - - - - - - -
GU
PLTG/MG/
Kaltim Peaker 3 - - - - - - - 100 - -
GU
Senipah (ST) PLTGU - - 35 - - - - - - -
Kelai PLTA - - - - - - - - - 55
Kusan PLTA - - - - - - - - - 65
Kalselteng 1 PLTU - - - - 100 100 - - - -
Kalselteng 2 PLTU - - - - 100 100
Kalselteng 3 PLTU - - - - - 100 100 - - -
Kaltim 3 PLTU - - - - - - - 200 200 -
Kaltim 4 PLTU - - - - 100 100 - - - -
Kaltim 5 PLTU - - - - - - - - 200 200
TAMBAHAN
MW 340 169 530 250 500 400 200 300 400 320
KAPASITAS
TOTAL KAPASITAS
MW 1.824 1.935 2.022 2.089 2.589 2.989 3.189 3.489 3849 4169
SISTEM
TOTAL DAYA MAMPU
MW 1.583 1.681 1.897 2.046 2.546 2.946 3.146 3.446 3806 4126
NETTO
Proyeksi produksi energi di Sistem Kalseltengtimra dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2024 ter-
lihat pada Gambar-16. Peranan BBM di Sistem Kalseltengtimra pada tahun 2015 diperkirakan masih
tinggi, yaitu sekitar 1.696 GWh (26%). Mulai tahun 2018 peran BBM akan berkurang dan digantikan
dengan gas alam dan batubara, seiring dengan dibangunnya PLTG/MG/GU peaker dengan bahan
bakar gas/LNG serta PLTU batubara. Peran PLTU makin besar dari 4.158 GWh (63%) pada tahun 2015
menjadi 13.322 GWh (79%) pada tahun 2024. Produksi dari tenaga air juga meningkat dari 106 GWh
pada tahun 2015 menjadi 470 GWh pada tahun 2024.
Kebutuhan bahan bakar HSD dan MFO di Sistem Kalseltengtimra cenderung terus menurun, dari 450
ribu kilo liter pada tahun 2015 akan menjadi nol pada tahun 2018. Sedangkan penggunaan batu bara
akan meningkat dari 3,1 juta ton pada tahun 2015 menjadi 10,0 juta ton pada tahun 2024. Volume
pemakaian gas alam termasuk dalam bentuk CNG dan LNG juga akan meningkat dari 6 bcf pada
tahun 2015 menjadi 30 bcf pada tahun 2024.
30
18.000
16.000
14.000
12.000
10.000
GWh
8.000
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
6.000
4.000
2.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Gambar-16. Proyeksi Komposisi Produksi Energi Listrik per Jenis Bahan Bakar di Kalseltengtim
31
Sistem Sulawesi Bagian Utara (Sulbagut) direncanakan akan terbentuk pada tahun 2017 setelah
transmisi 150 kV Marisa – Moutong – Tolitoli – Buol selesai dibangun. Rencana penambahan pem-
bangkit baru di Sistem Sulbagut cukup banyak sebagaimana tercermin dalam reserve margin (RM)
tahunan yang berada pada kisaran antara 33% sampai 64% kecuali tahun 2015-2017 dibawah 20%.
Kondisi jangka pendek ini memerlukan upaya khusus antara lain dengan memasang mobile po-
wer plant. Rencana RM yang tinggi dimaksudkan untuk mengantisipasi ketidakpastian penyelesaian
proyek pembangkit terutama PLTP Kotamobagu I dan II. Rencana pengembangan pembangkit di
Sistem Sulbagut diperlihatkan pada Tabel-14.
Tambahan kapasitas pembangkit baru yang direncanakan selama periode 2015-2024 adalah 1.226
MW, terdiri dari PLTU 714 MW, PLTP 120 MW, PLTG/MG/GU Peaker lengkap dengan gas storage 350
MW dan PLTA 42 MW.
Proyek 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Interkoneksi Sulut-Gorontalo-Tolitoli (2017)
Produksi Energi GWh 2.098 2.321 2.780 3.110 3.443 3.811 4.338 4.775 5.263 5.804
Load Factor % 68 68 69 70 70 70 72 72 72 73
Beban Puncak Bruto MW 350 387 459 508 562 622 686 755 832 913
Beban Puncak Netto MW 328 365 427 472 526 586 631 700 777 857
KAPASITAS
Kapasitas Terpasang MW 457 522 278 278 212 212 212 212 212 212
Daya Mampu Netto 410 475 230 230 201 201 201 201 201 201
PLN MW 245 245 205 205 176 176 176 176 176 176
IPP MW 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
SEWA MW 140 205 - - - - - - - -
Mobile Power Plant 100 100
Retired & Mothballed - - 105 - - - - -
Tambahan Kapasitas
SEWA
PLTU Sewa Amurang
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
PLTU 50
(2x25)
PLN ON GOING &
COMMITTED
Gorontalo (FTP1) PLTU 25 25
IPP ON GOING &
COMMITTED
Gorontalo (Terkendala) PLTU 14
RENCANA TAMBAHAN
KAPASITAS
Sulut 1 PLTU 50
Tolitoli PLTU 25 25
Sulut 3 PLTU 50 50
Sulbagut 1 PLTU 50 50
Sulbagut 2 PLTU - 100 100
Sulbagut 3 PLTU 50 50
32
Proyek 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Poigar 2 PLTA 30
Sawangan PLTA 12
PLTG/
Minahasa Peaker - 150
MG/GU
PLTG/
Gorontalo Peaker 100
MG/GU
PLTG/
Sulbagut Peaker 100
MG/GU
Kotamobagu (FTP2) PLTP 80
Lahendong 5 (FTP2) PLTP - 20
Lahendong 6 (FTP2) PLTP - 20
TOTAL TAMBAHAN
MW - 25 359 170 150 187 55 100 100 180
KAPASITAS
TOTAL KAPASITAS
MW 457 547 662 732 816 1.003 1.058 1.158 1.258 1.438
SISTEM
TOTAL DAYA MAMPU
MW 410 500 614 684 805 992 1.047 1.147 1.247 1.427
NETTO
7.000
6.000
5.000
4.000
GWh
3.000
2.000
1.000
Gambar-17. Proyeksi Komposisi Produksi Energi Listrik per Jenis Bahan Bakar di Sulbagut
Proyeksi produksi energi di Sistem Sulbagut dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2024 terlihat
pada Gambar-17. Peranan BBM di Sistem Sulbagut pada tahun 2015 diperkirakan masih tinggi, yaitu
sekitar 911 GWh (43%). Mulai tahun 2017 peran BBM direncanakan akan berkurang dan digantikan
dengan gas alam sehubungan masuknya PLTG/MG/GU peaker dengan bahan bakar gas dan LNG
serta beroperasinya PLTU batubara. Peran PLTU makin besar dari 458 GWh (22%) pada tahun 2015
menjadi 3.600 GWh (62%) pada tahun 2024. Peran batubara akan melampaui PLTP mulai tahun
33
Penggunaan batu bara terus meningkat dari 347 ribu ton pada tahun 2015 menjadi 2,7 juta ton pada
tahun 2024 atau naik sekitar 8 kali lipat. Untuk LNG mulai digunakan pada tahun 2017 sebesar 3 bcf
dan akan meningkat menjadi 7 bcf pada tahun 2024. Produksi tenaga air naik sedikit karena poten-
sinya sudah hampir habir, pada tahun 2015 sekitar 208 GWh menjadi 303 GWh pada tahun 2024.
Sistem Sulawesi Bagian Selatan (disebut Sulbagsel) merupakan gabungan dari Sistem Sulselbar,
Sulteng dan Sultra, direncanakan akan terbentuk pada tahun 2017. Saat ini, Sistem Sulteng dan Sul-
tra masih defisit, sedangkan pasokan di Sistem Sulselbar berlebih. Untuk memenuhi kebutuhan lis-
trik jangka panjang 2015 - 2024, di Sistem Sulbagsel telah direncanakan proyek-proyek pembangkit
non-BBM dengan kapasitas total 4.550 MW. Proyek tersebut terdiri dari PLTU 1.240 MW, PLTG/GU/
MG 1.120 MW dan PLTP 60 MW. Selain itu, dalam rangka mengoptimalkan potensi hidro yang sangat
besar dan tersebar di Provinsi Sulsel, Sulbar, Sulteng dan Sultra, direncanakan akan dibangun bebera
proyek PLTA oleh PLN dan oleh pengembang swasta sebagai proyek IPP dengan kapasitas total seki-
tar 2.130 MW. Rencana pengembangan pembangkit di Sistem Sulbagsel diperlihatkan pada Tabel-15.
Proyek Sat/Jenis 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Sistem Sulsel interkoneksi dengan Palu (2014)
Sistem Sulsel Interkoneksi dengan Kendari
(2017)
KAPASITAS
Kapasitas Terpasang MW 1.545 1.745 1.778 1.353 1.024 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Daya Mampu Netto MW 1.465 1.665 1.685 1.348 1.068 1.018 1.018 1.058 1.058 1.058
PLN MW 394 394 430 381 251 251 251 291 291 291
IPP MW 820 820 820 767 767 767 767 767 767 767
SEWA MW 250 250 235 - - - - - - -
Mobile Power Plant MW - 200 200 200 50 - - - - -
Retired & Mothballed - - - 87 178 - - -
TAMBAHAN
KAPASITAS
PLN ON GOING &
COMMITTED
IPP ON GOING &
COMMITTED
Mamuju PLTU - - 50 - - - - - - -
Tawaeli Ekspansi PLTU - 30 - - - - - - - -
34
RENCANA
TAMBAHAN
KAPASITAS
Makassar Peaker PLTGU - - 300 150 - - - - - -
Sulsel Peaker PLTGU - - - 300 150 - - - - -
Punagaya (FTP2) PLTU - - 100 100 - - - - - -
Jeneponto 2 PLTU - - - 125 125 - - - - -
Kendari 3 PLTU - - - - 100 - - - - -
Sulsel Barru 2 PLTU - - - 100 - - - - - -
Sulsel 2 PLTU - - - - 200 200 - - - -
Palu 3 PLTU - - - 100 - - - - - -
Wajo PLTMG - 20 - - - - - - - -
Poso 1 PLTA - - - - - - 60 60 - -
Poko PLTA - - - - - - 117 117 - -
Konawe PLTA - - - - - - - - 50 -
Watunohu PLTA - - - - - - - - 15 -
Lasolo PLTA - - - - - - - - 73 73
Bakaru 2 PLTA - - - - - 126 - - - -
Karama (Unsolicited) PLTA - - - - - - - - - 190
Bonto Batu (FTP2) PLTA - - - - - - - - - 110
Malea (FTP2) PLTA - - - - - 90 - - - -
Salu Uro PLTA - - - - - 48 48 - - -
Kalaena 1 PLTA - - - - - - 27 27 - -
Seko 1 PLTA - - - - - - - - 160 320
Buttu Batu PLTA - - - - - - - 100 100 -
Paleleng PLTA - - - - - - 20 20 - -
Tabulahan PLTA - - - - - 10 10 - - -
Masupu PLTA - - - - - 18 18 - - -
Bora Pulu (FTP2) PLTP - - - - - - - 40 - -
Marana (FTP2) PLTP - - - - - - - 20 - -
PLTM Tersebar
PLTM 11 14 12 23 10 25 - - - -
Sulselbar
PLTM Tersebar Palu-
PLTM 5 4 - 15 11 14 - - - -
Poso
PLTM Tersebar Sultra PLTM - - - 2 - 4 - - - -
TOTAL TAMBAHAN
MW 16 68 472 915 596 534 299 384 398 693 Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
KAPASITAS
TOTAL KAPASITAS
MW 1.560 1.829 2.334 2.824 3.091 3.671 3.970 4.353 4.751 5.444
SISTEM
TOTAL DAYA MAMPU
MW 1.480 1.748 2.241 2.819 3.135 3.619 3.917 4.341 4.738 5.431
NETTO
Rencana pengembangan penyaluran di Sistem Sulbagsel dimaksudkan untuk evakuasi daya dari
pusat pembangkit ke pusat beban, membangun interkoneksi antar subsistem agar lebih efisien dan
lebih fleksibel, menyambung sistem kelistrikan isolated yang selama ini dipasok dari PLTD dengan
BBM masuk ke grid, dan mengatasi bottleneck serta untuk memenuhi kriteria keandalan N-1.
Rencana pengembangan transmisi di Sistem Sulbagsel sebagaimana terlihat pada Gambar 18. GITET
275 kV Wotu direncanakan akan menjadi simpul utama untuk menyalurkan daya dari pusat PLTA
ke pusat-pusat beban termasuk ke ibukota Provinsi. Transmisi 275 kV merupakan tulang punggung
(backbone) utama dalam penyaluran tenaga listrik di Sistem Sulbagsel.
35
Jaringan transmisi sistem kelistrikan se - Sulawesi yang akan dibangun selama 2015 - 2024 sekitar
8.963 kms dan dana investasi yang dibutuhkan kurang lebih US$ 1.953 juta.
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
Proyeksi produksi energi di Sistem Sulbagsel periode tahun 2015 – 2024 sebagaimana terlihat pada
Gambar-19. Peran BBM pada tahun 2015 diperkirakan masih cukup besar 1.085 GWh (15%), na-
mun mulai tahun 2019 peran BBM akan habis digantikan oleh gas alam berupa LNG sehubungan
masuknya PLTGU Makassar Peaker dan PLTGU Sulsel Peaker serta beroperasinya beberapa PLTU ba-
tubara. Peranan pembangkit gas pipa secara nominal naik, tetapi secara persentase menurun, yaitu
dari 2.009 GWh (27%) pada tahun 2015 menjadi 4.114 GWh (18%) pada tahun 2024. Hal ini karena
adanya penambahan kapasitas pembangkit gas oleh swasta dan pembangkit peaker dengan bahan
bakar LNG. Peranan pembangkit batubara akan menjadi dominan, yaitu dari prakiraan 2.452 GWh
(33%) pada tahun 2015 akan naik menjadi 9.320 GWh (41%) pada tahun 2024. Peranan pembangkit
hidro semakin meningkat dari 1.982 GWh (26%) tahun 2015 naik menjadi 8.650 GWh (38%) pada
tahun 2024 dengan masuknya beberapa proyek PLTA yaitu Bonto Batu, Malea, Karama, Bakaru II,
Poko, Poso 1, Kalaena 1, Salu Uro, Seko, Buttu Batu, Masupu, Paleleng, Tabulahan, Lasolo, Konawe
dan Watunohu.
36
25.000
20.000
15.000
GWh
10.000
5.000
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
HSD MFO LNG Gas Batubara Geothermal Hydro
Gambar-19. Proyeksi Komposisi Produksi Energi Listrik per Jenis Bahan Bakar di Sulbagsel
Sistem Lombok 150 kV mulai beroperasi sejak tahun 2013 yaitu setelah PLTU Jeranjang unit 3 kapa-
sitas 1x25 MW beroperasi memasok kebutuhan beban kota Mataram. Saat ini Sistem Lombok telah
berkembang sampai ke Lombok Timur yaitu GI Pringgabaya setelah transmisi 150 kV selesai di- Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
bangun.
Untuk memenuhi kebutuhan listrik jangka panjang 2015 - 2024, di Sistem Lombok telah diren-
canakan proyek-proyek pembangkit non-BBM dengan kapasitas total 685 MW. Proyek tersebut terdiri
dari PLTM 5 MW, PLTU 450 MW, PLTGU 210 MW dan PLTP 20 MW. Tabel-16 memperlihatkan rencana
pengembangan pembangkit di Sistem Lombok.
37
Proyek 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Kebutuhan
Produksi Energi GWh 1.204 1.341 1.445 1.642 1.789 2.023 2.200 2.395 2.580 2.779
Load Factor % 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Beban Puncak Bruto MW 214 238 257 292 318 359 391 425 458 493
Beban Puncak Netto MW 196 217 239 264 290 318 349 381 414 449
Pasokan
Kapasitas Terpasang MW 221 221 124 96 31 31 31 31 31 31
Daya Mampu Netto 237 237 90 74 27 27 27 27 27 27
PLN 85 85 85 68 22 22 22 22 22 22
IPP 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
SEWA 97 97 0 0 0 0 0 0 0 0
MOBILE POWER PLANT MW 50 50
Retired & Mothballed 0 0 0 17 46 0 0 0 0 0
Tambahan Kapasitas
SEWA
Sewa PLTU Lombok PLTU 50
PLN ON GOING &
COMMITTED
Santong PLTM
Lombok (FTP1) PLTU 25 25
Selama periode 2015 – 2024, direncanakan penambahan pembangkit baru kapasitas total sekitar
685 MW dengan reserve margin (RM) cukup tinggi berkisar antara 32% sampai 66% kecuali 2015-
2017 RM dibawah 20% sehingga perlu upaya khusus untuk mengatasi permasalahan jangka pendek
yaitu dengan memasang mobile power plant.
Rencana pengembangan transmisi 150 kV di sistem interkoneksi Lombok sebagaimana terlihat pada
Gambar-20. Pengembangan transmisi 150 kV termasuk gardu induk terkait, dimaksudkan untuk
menyalurkan daya dari pembangkit ke pusat-pusat beban, mengatasi bottleneck, meningkatkan ke-
andalan dan untuk fleksibiltas operasi. Oleh karena itu, transmisi 150 kV yang akan dibangun mem-
bentang sepanjang pinggir/mengitari Pulau Lombok membentuk sistem loop.
38
GI Pringgabaya
G 0
GI Mataram
Kabel Tanah
G 0
5.6 km - 2015
PLTD Ampenan
GI Ampenan MPP Lombok
55 MW 50 MW (2016)
D
PLTD Taman
D
9,6 MW
GI Mantang
GI Selong
PLTU Lombok APBN U
GI Jeranjang
1x25 MW
U
ACSR 1x240 mm2
PLTU Lombok (FTP 1)
15 km - 2014
2x25 MW (2015/16)
PERENCANAAN SISTEM
PT PLN (Persero)
PETA JARINGAN SISTEM LOMBOK
GI Sekotong PROPINSI NTB
GI 500 kV Existing / Rencana
/ U
/ U PLTU Existing / Rencana
GI Sengkol / GI 275 kV Existing / Rencana G / G PLTG Existing / Rencana
Proyeksi produksi energi di Sistem Lombok periode 2015 – 2024 terlihat pada Gambar-21. Peran
BBM pada tahun 2015 diperkirakan masih cukup besar 852 GWh (70%), namun mulai tahun 2018
peran BBM akan habis digantikan oleh gas alam berupa CNG sehubungan masuknya PLTGU Lombok
Peaker dan beroperasinya PLTU batubara. Peran pembangkit gas secara nominal naik, tetapi secara
persentase menurun, yaitu dari 329 GWh (23%) pada tahun 2015 menjadi 386 GWh (15%) pada
tahun 2024. Hal ini karena adanya penambahan kapasitas pembangkit gas PLTG/MG/GU Lombok
Peaker 2. Peranan pembangkit batubara akan menjadi dominan, yaitu dari prakiraan 315 GWh (26%)
pada tahun 2015 akan naik menjadi 2.213 GWh (80%) pada tahun 2024. Pembangkit hidro mening- Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
kat dari 36 GWh (3%) tahun 2015 naik menjadi 40 GWh (1%) pada tahun 2024 dengan masuknya
beberapa proyek PLTM tersebar di Sistem Lombok. Panas bumi akan mulai digunakan di Sistem
Lombok pada tahun 2021 sebesar 139 GWh.
Kebutuhan BBM di Sistem Lombok cenderung terus menurun, dari 230 ribu kiloliter pada tahun
2015 akan habis pada tahun 2018 setelah pembangkit non BBM beroperasi penuh. Penggunaan
batu bara terus meningkat dari 239 ribu ton pada tahun 2015 menjadi 1,6 juta ton pada tahun 2024
atau naik sekitar 7 kali lipat. Volume pemakaian gas alam termasuk LNG juga terus meningkat dari
2 bcf pada tahun 2016 menjadi 3 bcf pada tahun 2024. Pemakaian gas (LNG dan CNG) hanya untuk
operasi pembangkit peaker.
39
2.500
2.000
GWh
1.500
1.000
500
-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
HSD MFO LNG Gas Batubara Geothermal Hydro
Gambar-21. Proyeksi Komposisi Produksi Energi Listrik per Jenis Bahan Bakar di Sistem Lombok
Sementara pasokan gas untuk sistem kelistrikan di Indonesia Timur dapat dilihat pada Tabel-17.
40
Perusda Banggai
18 Luwuk 5 5 5 5 5 5 5 5
(Cendanapura)
19 Energy Equity Epic
Sengkang 35 35 35 35 35 35 35 35 35 35
(Sengkang)
LNG Sengkang
20 Makassar Peaker 15 20 20 20 20 20 20 20
(Wasambo)
Marine CNG dari
21 Lombok Peaker 5 5 5 5 5 5 5 5
Gresik
PLN telah menyusun rencana pengembangan EBT tersebar seperti terlihat pada Tabel-18 sebagai
berikut :
• PLTMH, diupayakan dikembangkan terutama oleh swasta atau masyarakat untuk melistriki kebu-
tuhan setempat dan juga untuk disalurkan ke grid atau sistem kelistrikan PLN;
• PLTB, potensi tenaga angin di Indonesia sangat terbatas maka pengembangan PLTB hanya di
daerah yang memiliki potensi tenaga angin;
• PLT Biomass, akan dikembangkan terutama di daerah yang banyak tersedia pasokan biomassa.
Energi kelautan, walaupun potensi energi kelautan diduga sangat besar, namun mengingat tek-
nologi dan keekonomiannya masih belum diketahui, PLN baru akan melakukan uji coba skala
kecil sebagai pilot project untuk penelitian dan pengembangan;
• Biofuel: tergantung kepada kesiapan pasar biofuel, PLN siap untuk memanfaatkan biofuel apa- Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
bila tersedia;
• PLTS: PLN akan mengembangkan program PLTS terutama di wilayah terluar dan yang terisolasi
untuk mempercepat rasio elektrifikasi.
Pembangunan PLTS
Mempertimbangkan sebaran penduduk pada geografi yang sangat luas dan sulitnya menjangkau
daerah terpencil, PLN merencanakan untuk membangun PLTS terpusat/terkonsentrasi (skala utilitas)
dengan mode hybrid. Komponen pembangkit PLTS hybrid disesuaikan dengan potensi energi primer
setempat. Dengan mode hybrid diharapkan sistem dapat beroperasi secara optimum. Konfigurasi
hybrid tidak saja direncanakan pada lokasi-lokasi yang baru akan berlistrik, tetapi juga menempatkan
dan mengoperasikan PLTS bersama-sama dengan PLTD dan atau jenis pembangkit lain pada lokasi
yang sudah memiliki listrik (PLTD) dalam suatu mode hybrid.
41
Pembangkit-
No Kapasitas 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 Jumlah
EBT
1 PLTM/H MW 67 40 156 172 123 135 272 297 130 150 1.542
2 PLT Surya MWp 6 20 25 30 35 35 35 40 45 50 321
3 PLT Bayu MW - 40 40 40 40 40 50 50 50 50 400
4 PLT Biomass MW 15 30 40 50 50 50 50 50 50 50 435
5 PLT Kelautan MW - 1 1 3 3 5 5 5 5 10 38
6 SPD CPO MW - 30 30 40 40 45 45 50 50 55 385
7 PTMTD-LCS MW - - 15 20 25 35 35 40 40 40 250
8 PLT Bio-Fuel Ribu kL 350 500 550 550 600 600 650 700 750 800 6.050
TOTAL MW 88 161 307 355 316 345 492 532 370 405 3.371
Di luar 6 sistem kelistrikan yang telah terinterkoneksi, terdapat lebih dari seratus sistem-sistem
isolated yang tersebar terutama di kawasan Indonesia Timur. Sistem-sistem tersebut tersebar di
Provinsi Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, NTB, NTT dan di Provinsi Kepulauan Riau, ter-
masuk sistem isolated di Pulau Nias, Belitung, Buton, Selayar, Karimun Jawa, Bawean dan banyak
lagi lainnya.
Proses perencanaan sistem pada RUPTL 2015 - 2024 belum memperhitungkan biaya emisi CO2 se-
bagai salah satu variabel biaya. Namun demikian RUPTL ini tidak mengabaikan upaya pengurangan
emisi CO2. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kandidat PLTP dan PLTA yang ditetapkan masuk dalam
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
sistem kelistrikan walaupun mereka bukan merupakan solusi biaya terendah. Penggunaan teknologi
boiler supercritical dan ultra-supercritical di Pulau Jawa juga membuktikan bahwa PLN peduli de-
ngan upaya pengurangan emisi CO2 dari pembangkitan tenaga listrik.
Banyaknya emisi dihitung dari jumlah bahan bakar yang digunakan dan dikonversi menjadi emisi
CO2 (dalam ton CO2) dengan menggunakan faktor pengali (emission factor) yang diterbitkan oleh
IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change).
Gambar-22 memperlihatkan emisi CO2 yang akan dihasilkan apabila produksi listrik Indonesia dilaku-
kan dengan fuel mix seperti pada Gambar-5. Dari Gambar-22 dapat dilihat bahwa emisi CO2 se-Indo-
nesia akan meningkat dari 201 juta ton pada 2015 menjadi 383 juta ton pada tahun 2024. Dari 383
juta ton emisi tersebut, 333 juta ton (87%) berasal dari pembakaran batubara.
42
350
300
250
200
150
100
50
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
Average grid emission factor untuk Indonesia pada tahun 2015 adalah 0,867 kgCO2/kWh, akan
meningkat hingga 0,934 kgCO2/kWh pada 2017. Masih tingginya grid emission factor pada tahun
2018 juga disebabkan terlambatnya proyek-proyek PLTP dan PLTA. Namun selanjutnya akan menurun
karena beroperasinya proyek-proyek PLTP dan PLTA sehingga average grid emission factor pada ta-
hun 2024 menjadi 0,758 kgCO2/kWh.
PLN akan memanfaatkan peluang pendanaan karbon baik melalui kerangka UNFCCC maupun di luar
kerangka UNFCCC. Implementasi proyek pendanaan karbon akan diterapkan untuk semua kegiatan
di lingkungan PLN yang berpotensi untuk memperoleh pendanaan karbon.
Sejak tahun 2002 PLN sudah menyadari akan peluang pendanaan karbon melalui Clean Develop-
ment Mechanism (CDM) dan melakukan pengkajian beberapa potensi proyek CDM, dan hasilnya
hingga saat ini PLN telah menandatangani bebarapa ERPA (Emission Reduction Purchase Agree-
Ringkasan Eksekutif RUPTL PT PLN (Persero) 2015-2024
ments). Selain itu PLN juga mengembangkan proyek melalui mekanisme VCM (Voluntary Carbon
Mechanism).
Berkenaan dengan akan berakhirnya komitmen pertama Protokol Kyoto pada akhir tahun 2012,
maka pemanfaatan pendanaan karbon akan disesuaikan dengan mekanisme baru pendanaan kar-
bon, baik dalam kerangka UNFCCC maupun di luar kerangka UNFCCC.
ANALISIS RISIKO
Berdasarkan tingkat probabilitas dan dampak bila risiko tersebut terjadi, risiko dipetakan seperti
pada diagram di bawah ini. Penetapan probabilitas dan dampak dilakukan dengan metode kualitatif
berdasarkan pengalaman PLN dalam menjalankan program sejenis di masa lalu, dan pengalaman
PLN menangani risiko tersebut di masa lalu.
43
Sangat Besar E
3 10 4 5
Besar D
TINGKAT KEMUNGKINAN
7 11 1 2 9
Sedang C
6 8 12
Kecil B
Sangat Kecil A
SKALA DAMPAK
RISIKO EKSTREM:
3 Risiko keterbatasan kemampuan pendanaan RISIKO TINGGI:
4 Risiko keterlambatan penyelesaian proyek PLN dan IPP 1 Risiko perubahan tatanan/kebijakan pada sektor ketenagalistrikan
5 Risiko ketidakselarasan penyelesaian proyek pembangkit dan 2 Risiko tidak terlaksananya rasionalisasi TTL
jaringan 6 Risiko hambatan pada penyediaan dan pasokan energi primer non-BBM
10 Risiko kenaikan harga Energi Primer 7 Risiko pertumbuhan konsumsi tenaga listrik melampaui proyeksi
8 Risiko penurunan performance pembangkit eksisting
9 Risiko terjadinya bottlenecking sistem transmisi
11 Risiko lingkungan
12 Risiko terjadinya bencana alam
KESIMPULAN
Dengan menggunakan asumsi pertumbuhan ekonomi sepuluh tahun mendatang yaitu rata-rata
6,8% per tahun dan bergerak dari realisasi kebutuhan tenaga listrik tahun 2014, proyeksi penjualan
tenaga listrik pada tahun 2024 diperkirakan akan mencapai 464 TWh, atau mengalami pertumbuhan
rata-rata 8,7% selama 10 tahun mendatang. Beban puncak pada tahun 2024 diproyeksikan akan
mencapai 74.500 MW. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik tersebut, diprogramkan pemba-
ngunan pembangkit listrik baru untuk periode tahun 2015-2024 sebesar 70.100 MW.
44
Kebutuhan investasi pembangkit, penyaluran dan distribusi selama periode tahun 2015 - 2024 untuk
memenuhi kebutuhan sarana kelistrikan di Indonesia secara keseluruhan adalah sebesar US$ 132,2
miliar yang terdiri dari investasi pembangkit (termasuk IPP) sebesar US$ 97,0 miliar, investasi penya-
luran sebesar US$ 20,6 miliar dan investasi distribusi sebesar US$ 14,5 miliar.
Kebutuhan investasi PLN akan dipenuhi dari dana internal PLN, pinjaman/hutang dan Penyerta-
an Modal Negara (PMN). Mengingat kemampuan pendanaan internal PLN untuk investasi sangat
rendah sehingga sebagian besar investasi akan didanai dengan hutang dan PMN. Kebutuhan investa-
si PLN harus ditunjang dengan meningkatnya kemampuan Pendanaan Sendiri, dan menjaga rasio
hutang terhadap aset PLN agar dapat secara terus menerus mendukung perkembangan penyediaan
listrik. Peran PMN setiap tahun menjadi sangat penting karena secara politis sangat sulit menaikkan
tarif ke tingkat yang lebih tinggi dari pada BPP dalam waktu dekat.
45