Anda di halaman 1dari 13

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

2.1.1 Batuan Beku Intermediet


A. Pengertian Batuan Beku Intermediet
Whitford ( 1975) membuat suatu diagram klasifikasi untuk mengetahui seri
dan jenis batuan berdasarkan atas kandungan potassium dan silikanya. Whitford
membagi seri batuan menjadi seri toleitik, seri calc-alkaline, dan seri high k calc-
alkaline. Sedangkan jenis batuannya adalah basalt, andesite basaltic, andesite,
dan dacite. Menurut Whitford (1975), setiap peningkatan K2O dan SiO2 akan
mengalami perubahan seri magmatik mulai dari seri toleitik-calc alkaline sampai
high k calc alkaline, begitu pula akan mengalami perubahan jenis batuan mulai
dari basalt, andesite basaltic, andesite, sampai dacit, Batuan beku intermediate
adalah batuan yang mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak
gelap. Terbentuk langsung dari pembekuan magma dimana proses
pembekuan berada di daerah pipa gunung api, tidak jauh dibawah permukaan
bumi. Komposisi dan presentase secara umum dari mineral pembentuk
batuannya adalah plagiokls, mineral mafis, juga mengandung SiO2. Batuan beku
intermediet memiliki kandungan silica antara 52%-66% SiO2.(Suharwanto,
2019). Contohnya Andesit dan Syenit. Batuan beku di Indonesia Batuan beku di
Indonesia didominasi oleh batuan beku Granitoid ,karena tatanan tektoniknya
yang berada pada zona subduksi. Tatanan tektonik ini menyebabkan
magma berdiferensiasi sehingga berkomposisi sebagian intermediet dan
asam.Namun bukan berarti batuan beku basaltic tidak ada, kebanyakan batuan
beku basaltic sudah terubah oleh proses metamorfisme sehingga menjadi tidak
dominan.
Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan
tektonik kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika.
Kelompok batuan ini membeku pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok, yaitu batuan beku kaya kuarsa, batuan beku kaya
feldspathoid (foid) dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid. Batuan beku
kaya kuarsa berupa kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang
miskin kuarsa berupa syenit, monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit .
Jika dalam batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka tidak akan
mengandung mineral foid, begitu pula sebaliknya

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

B. Klasifikasi Batuan Beku Intermediet


a) Batuan beku intermediet vulkanik adalah batuan yang terbentuk dari
pembekuan magma secara ekstrusif atau hasil pembekuan di daerah
permukaan dimana proses pembekuan berada di daerah vulkanik (di
permukaan bumi ), proses pembekuan sangat cepat dengan temperature
yang tinggi sehingga umumnya butiran pada batuan ini lebih halus dan
berwarna Medium gray or medium green (Intermediate) dengan indeks
color 20% - 40%. Komposisi mineralnya antara lain yaitu :Amphibole,
Plagioclas, Feldspar, Pyroxene.
Batuan intermediet yang biasa kita kenal adalah andesit dan
diorite. Andesit adalah batuan vulkanik menengah dalam komposisi
antara basal dan granit. Hal ini umumnya abu-abu atau hijau dan terdiri
dari plagioklas dan mineral gelap (biasanya biotit, amphibole, atau
piroksen). Ini adalah nama untuk Pegunungan Andes, rantai gunung
berapi di ujung barat Amerika Selatan, di mana ia berlimpah. Karena
gunungapi, andesit biasanya sangat halus berbutir. Diorit setara plutonik
dari andesit. Itu bentuk dari magma yang sama seperti andesit dan
akibatnya,sering mendasari andesit seperti rantai pegunungan sebagai
Andes. Andesit adalah batuan beku yang terutama terdiri dari ekstrusif
feldspars plagioklas piroksen ditambah dan / atau hornblende. Biotit,
magnetit, kuarsa dan sphene adalah unsur umum.
b) Batuan beku intemediet plutonik
Batuan yang terbentuk dari pembekuan magma secara intrusi atau
hasil pembekuan di daerah dalam dimana proses pembekuan berada di
daerah plutonik (di perut bumi), proses pembekuan memerlukan waktu
cukup lama dengan temperature yang tinggi sehingga umumnya butiran
pada batuan ini lebih kasar(karena terjadi proses kristalisasi).
Contoh batuan beku intermediet plutonik
Diorit adalah batuan beku plutonik feldspars terdiri terutama dari
plagioklas, biotit, hornblende dan / atau piroksen. Hal ini abu-abu untuk
abu-abu gelap (bahkan hampir hitam), dan mungkin memiliki warna biru
atau hijau. Ini dapat memiliki penampilan garam dan merica.Diorit sangat
keras, dan telah digunakan sebagai batu dan batu-batuan perkeras

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

struktural. Ini juga telah digunakan untuk patung-patung, dan dapat


mengambil Polish tinggi. Syenit adalah batuan beku plutonik mirip
dengan granit kuarsa, tetapi sedikit atau tidak memiliki. Menjadi plutonik,
kristal individu relatif besar. Monzonit adalah batuan beku plutonik yang
terdiri dari jumlah yang kira-kira sama dari plagioklas dan feldspars
orthoclase. Monzonite mirip dengan syenite tetapi dengan orthoclase
kurang atau feldspar kalium. Dengan plagioklas lebih yg mengandung
kapur dan mineral akan mafik sebuah diorit.
2.1.2 Pengertian Magmatisme dan Hubungannya dengan Lempeng tektonik
Magma orogenik adalah magma yang bergenerasi pada tepian kerak
litosferik yang saling bertumbukan (destructive plate margin). Batas lempeng
konvergen menandai tempat terjadinya subduksi litosfer samudrra ke dalam
mantel. Kebanyakan gunung api aktif dan gempa bumi berepisentrum
menengah atau dalam di dunia, selalu berasosiasi dengan masuknya litosfer
samudra ke dalam mantel tersebut. Dengan anggapan bahwa kecepatan
penunjaman seperti sekarang, maka dalam waktu 160 Ma areal seluas
permukaan bumi akan habis termakan/hilang ke dalam mantel bersama
lempeng litosferik samudra yang menunjam (Toksoz, 1982).Dalam peristiwa
subduksi, lempeng yang tertumbuk bisa jadi litosfer samudra atau litosfer
kontinental,keduanya akan memberikan ekspresi berbeda, yaitu
kegunungapian (volkanism) pada busur kepulauan dan pada tepi benua aktif.
Menurut Thorpe (1982), pada kedua lingkungan tektonik tersebut selain
mempunyai perbedaan himpunan batuan vulkanik-nya tetapi juga mempunyai
kesamaan ciri khas utama sebagai berikut:
a) Berupa busur kepulauan atau sabuk gunungapidengan panjang ratusan
hingga ribuan kilometer dan relatif sempit (200 - 300 km).
b) Terdapat palung laut (6000 - 11000 m) di sisilaut dan sejajar dengan
busur gunungapi. Jzuak palung terhadap busur gunungapi antara 100 -200
km.
c) Terdapat zona seismik semakin dalam menjahui palung yang
menandakan bidang menunjamnya litosfer samudra ke dalam mantel.
d) Asosiasi himpunan batuan vulkanik yang khas yang disebut andesit
orogenik (Gill, l98l).

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Magmatisme merupakan suatu proses kompleks yang terjadi karena aktifitas


arus konveksi, yang menyebabkan terjadinya pergerakan tektonisme lempeng-
lempeng di bumi, didapatkan suatu setting tektonik yang menghasilkan magma yang
berbeda-beda, baik secara komposisi maupun sifatnya. Jadi hubungan yang tepat
antara tektonik dan pergerakan lempeng adalah Tektonik Lempeng berperan besar
dalam mengontrol terjadinya magmatisme, hidrotermal, dan vulkanisme pada lapisan
kerak bumi. Sebagian besar proses pembentukan mineralisasi sangat terkait dengan
proses magmatisme dan hidrotermal atau pembentukan batuan. Oleh karena itu
sangat penting memahami lempeng tektonik, sebagai dasar untuk memahami adanya
mineralisasi. Pada kenyataannya tektonik lempeng sangat baik dalam menjelaskan
karakteristik batuan beku dan asosiasi endapan mineral. Lebih dari 90% aktivitas
batuan beku yang sekarang ada terletak di dekat batas lempeng tektonik. Sehingga
batas lempeng merupakan tempat yang paling penting bagi penyebaran endapan
mineral.
Magmatisme-hidrotermal-vulkanisme terbentuk pada batas lempeng tektonik,
batuan beku ultra basa-basa terbentuk pada mid oceanic ridge, serta transform fault,
sedangkan batuan beku intermediet terbentuk pada magmatic area yang terkait
dengan subduction zone. Sebagian besar bahan dikontrol oleh magmatisme-
hidrotermal. Oleh karena itu terdapat hubungan yang khas antara type batuan beku
dengan jenis bahan galian 'unBon, Batas-batas lempeng tektonik tersebut di atas,
mermbentuk lingkungan tektonik yang beragam, secara umum dikenal sehagaigalian
dikontrol oleh magmatisme-hidrotermal. Oleh karena itu terdapat hubungan yang
khas antara tipe batuan beku dengan jenis bahan galian undo Batas-batas lempeng
tektonik tersebut di atas, membentuk lingkangan tektonik yang beragam, secara
umum dikenal sebagai:
1. Batas lempeng destruktif Island arcs Active contonental margin
2. Batas lempeng konstruktif ( Haryanto, 2003)
Menurut Wilson (1991) basalt dapat terbentuk pada posisi tektonik
konvergen, divergen, di tengah lempeng samudera ataupun di tengah lempeng benua
dengan kenampakan volkanik dan karakteristik seri magma yang berbeda-beda,
Sedangkan menurut Best (1982) posisi tektonik yang berbeda akan menghasilkan
batuan dengan afinitas/seri yang berbeda-beda pula, Middlemost (1975) dalam
Wilson (1991) membagi basalt berdasarkan perbadingan antara % K2O dan Na2O

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

dengan %SiO2 menjadi alkalik basalt dan sub alkalic basalt. Sub alkalic basalt
secara umum dapat dibagi lagi menjadi high alumina atau calc-alkali dan low K atau
tholeiitic basalt. Berdasarkan diagram AFM, maka dapat dipisahkan antara seri
tholeiitic dengan seri calk-alkali. Basalt tholeit umumnya memperlihatkan
kecenderungan pengkayaan unsur Fe pada awal diferensiasi, sementara itu calc alkali
cenderung memotong diagram dalam kaitannya dengan penekanan pengkayaan Fe
pada awal kristalisasi oksida Fe-Ti.
Sementara itu Green (1980) dalam Wilson (1991) menyatakan bahwa
tingginya kandungan Ni antara 250 – 300 ppm serta Cr antara 500 – 600 ppm
mengindikasikan magma berasal dari mantel bumi. Menurut Wilson (1991), magma
primer yang terbentuk pada mantel atas tersusun oleh mineral olivin + orthopiroksin
+ klinopiroksin ± garnet ± spinel, dengan Mg > 0.7, Ni > 400 – 500 ppm, Cr > 1000
ppm dan Si O2 tidak lebih dari 50 %. Menurut Carmichael (1974), proses kristalisasi
batuan beku dapat menghasilkan kristal berukuran besar sehingga penentuan
komposisi mineral dapat dilakukan dengan menggunakan mikroskop, komposisi
mineral yang didapatkan dengan cara ini disebut mode. Sedangkan pada batuan beku
volkanik dimana kristalnya sangat halus, maka penentuan komposisi mineral
menggunakan mikroskop sedikit mengalami kesulitan, oleh karena itu penentuan
komposisinya menggunakan analisa geokimia yang disebut dengan norm. Dalam
perhitungan norm, komponen oksida dalam batuan yang diperoleh dari analisa kimia
dikombinasikan secara sederhana dalam urutan tetap dan bertahap untuk membentuk
komponen mineral normatif. Urutan kombinasi oksida ini dirumuskan sedemikian
rupa sehingga mineral normatif yang terbentuk mendekati komposisi mineral
sebenarnya (mode) dalam batuan yang mengkristal secara lambat pada temperatur
rendah.( Anshori, 2007).
Tabel 1.1. Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya (Nelson, 2003)

Sumber: https://wingmanarrows.files.wordpress.com/2012/05/capturef.jpg

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

2.2.3 Tipe Gunung Api


Pembagian tipe gunung api di dasarkan pada kekentalan lava, viskositas,
dan kedalaman dapur magma. Tujuh tipe gunung api meliputi seSSperti dalam
tabel berikut !
Tabel 1.2 menggambarkan secara umum ciri visual tipe gunung api
Tipe Gunung Keadaan Tekanan Kedalaman
No Contoh Gunung
Api Lava Gas Lava

Mauna Loa-
1. Hawai Sangat cair Rendah Sangat dangkal
Mauna Kea

Sangat cair
2. Stromboli Sedang Dangkal Vecuvius, Raung

3. Vulkan Cair Sedang Dangkal Etna, Semeru

Sangat St. Hellens,


4. Peret/plinian Cair Sangat dalam
tinggi Krakatau

5. Merapi Kurang cair Rendah Sangat dangkal Merapi

Sangat
6. Pelle/ Kurang cair Dangkal Pelle
tinggi

7. St. Vincent Kurang cair Sedang Dangkal St. Vincent, Kelud


Sumber: https://wingmanarrows.files.wordpress.com/2012/05/capturef.jpg

Gambar 2.5
https://wingmanarrows.files.wordpress.com/2012/05/capturef.jpg

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Gunungapi diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu


a. erupsi pusat, erupsi keluarmelalui kawah utama
b. erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya;
c. erupsi celah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai
beberapa kilometer
d. erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari
kepundan pusat yangmenyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur
magma melalui kepundan tersendiri
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat
lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunungapi dibagi menjadi beberapa
tipe erupsi:
1. Tipe Hawaiian,yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati
basalt, umumnya berupa semburanlava pijar, dan sering diikuti leleran lava
secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana;
2. Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa
semburanlava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung
api sering aktif di tepi benuaatau di tengah benua
3. Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma
berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik
sampai riolitik.Material yang dierupsikan berupa batuapung dalam jumlah
besar
4. Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunungapi
strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkankubah lava riolitik. Erupsi
subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit;
5. Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batuapung
lebih banyak dan luas dari Plinian biasa
6. Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit,
umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah
dan seringdisertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material
yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan
batuan samping berupa litik;
7. Tipe Surtseyandan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi
yang terjadi pada pulaugunungapi, gunungapi bawah laut atau gunungapi
yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma
basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan,letusannya disebut
freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi
magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

2.2.5 Trakit

Gambar 2.6 Trakit


(Koleksi Pribadi)
Sampel batu yang pertama adalah Trakit dengan panjang 5,5 cm, lebar 5 cm,
dan tinggi 3,5 cm. Trakit memiliki warna abu-abu keorenan karena orthoklas lebih
dominan dalam batu ini. Mineral mineral yang terkandung dalam trakit ini adalah
dimulai dari massa gelas 60%, orthoklas 15%, 10%, 10%, biotit 10% dan kuarsa 5%
.Trakit memiliki jenis vulkanik karena terbentuk secara ekstrusif atau di atas
permukaan bumi, sehingga mengakibatkan kristalnya belum terbentuk sepenuhnya
dan masih terbentuk massa gelas sehingga mengakibatkan derajat kristalisasinya
hypokristalin dimana kristalnya terdiri dari setengah masa gelas dan setengah masa
kristal . Batuan ini memiliki struktur masif karena pada batuan ini tidak ditemukan
fragmen-fragmen batuan lain. Karena terbentuk diluar permukaan bumi, sehingga
proses pembekuan menjadi lebih cepat yang mengakibatkan granularitasnya antara
afanitik dan fanerik halus, tapi pada sampel batu ini lebih ke fanerik halus karena
Kristal-kristalnya masih bisa dibedakan tanpa menggunakan lup, Karena pembekuan
yang cepat juga bentuk butiran trakit setengah sempurna( subhedral) yaitu sebagian
butirnya sempurna dan sebagian lagi tidak ,Karena ukuran butir yang tidak seragam
trakit termasuk kedalam inequigranular.
Trakit terbentuk karena proses pembentukan magma yang bersifat
intermediet. Karena terbentuk di area vulkanik,maka pembentukan trakit
akan lebih cepat tapi trakit tidak terbentuk karena letusan gunung api yang
(Eksplosif) melainkan Trakit terbentuk melalui aliran lava, dyke, dan sill (Pellant,
1992) .Erupsi gunung api akan mengeluarkan aliran lava. Lava basaltis bersuhu
tinggi dan mempunyai viskositas yang rendah.sehingga tipe gunung api yang sesuai
untuk batuan ini adalah tipe hawai karena lavanya yang encer dan mempunyai

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

viskositas rendah Lava ini akan mudah mengalir mengikuti lembah yang ada dan
mampu menyebar hingga mencapai jarak yang sangat jauh dari sumbernya apabila
lerengnya cukup besar, tipis dan magma yang keluar cukup banyak . (Noor, 2009)
Trakit biasanya digunakan untuk keperluan ornamen, seperti pembuatan lantai atau
ubin. Batuan ini juga digunakan sebagai penyusun dari bahan bangunan. Trakit
mempunyai kandungan orthoklas yang cukup dominan sehingga menyebabkan
batuan ini tidak tahan akan abrasi. Mempunyai kandungan K20 yang tinggi, sehingga
dapat digunakan untuk pupuk. Trakit banyak ditemukan di Bengkulu, Sumatera
Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi selatan.
2.2.6 Andesit

Gambar 2.7 andesit


(Koleksi Pribadi)
Sampel batuan yang kedua adalah andesit dengan ukuran panjang 6 cm,
batuan ini berwarna abu-abu karena mengandung plagioklas sodic , batuan ini
merupakan batuan beku vulkanik karena terbentuk secara ekstrus diluar permukaan
bumi, memiliki strutur masif karena tidak ditemukan fragmen-fragmen batuan lain.
Karena terbentuknya diluar maka proses pembentukannya membutuhkan waktu yang
relative cepat sehingga batuan ini masih terbentuk massa gelas dan massa Kristal
pada batuan ini sehingga andesit termasuk ke hipokristalin. Karena
pembentukannnya yang cepat pula granularitas andesit terbilang cukup halus dan
sulit dibedakan mineral-mineralnya sehingga granularitasnya afanitik. Bentuk
kristalnyapun ada yang sempurna dan tidak sempurna sehingga bentuk kristalnya
subhedral. Karena pembentukannya diluar dan terbentuk secara cepat sehingga
ukuran kristalnya tidak seragam (Inequigranular). Sejak lama dipercaya bahwa
volkanisme orogenik terutama menghasilkan andesit dan sedikit basalt.

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Andesit berasal dari Magma yang biasanya meletus dari stratovolcanoes pada
lahar tebal yang mengalir, beberapa diantaranya penyebarannya dapat mencapai
beberapa kilometer. Magma Andesite dapat juga menghasilkan letusan seperti bahan
peledak yang kuat yang kemudian membentuk arus pyroclastic dan surges dan suatu
kolom letusan yang sangat besar. Andesites terbentuk pada temperatur antara 900 -
1,100oC . Di dalam andesit terdapat sekitar 52 dan 63 persen kandungan silika
(SiO2). Mineral-mineral penyusun Andesite yang utama terdiri dari plagioclase
feldspar dan juga terdapat mineral pyroxene ( clinopyroxene dan orthopyroxene) dan
hornblende dalam jumlah yang kecil.
Bentuk bongkah dengan ukuran yang masih dapat diangkat oleh manusia,
andesit dan basalt dimanfaatkan untuk fondasi rumah. Apabila akan dibentuk
menjadi batu candi (bentukan empat persegi panjang kubus dengan ukuran tertentu)
atau dibentuk menjadi batu tempel dengan ukuran tertentu, penggergajian sistem
basah pada balok hasil penambangan dapat dilakukan. Andesit dan basalt apabila
dimanfaatkan sebagai batu tempel/hiasan pada tembok luar/pengganti ttegel, dan
ditempatkan di luar (yang tidak terlindung dari hujan dan panas matahari) tidak ada
masalah karena kedua jenis batuan tersebut cukup resisten. Bentukan balok andesit
dan basalt apabila telah disentuh oleh seniman patung dengan rekayasa seni dapat
dlbentuk menjadi patung/relief yang tentu saja akan meningkatkan nilai jual'
Untuk keperluan lainnya, bongkah hasil peledakan yang ukurannya belum sesuai
dengan ukuran konsumen dapat dipecah lagi dengan palu atau alat mekanis
(breakerlcrusher) untuk disesuaikan ukurannya. Batu yang sudah sesuai ukurannya
dimuat dengan alat mleat (wheel loader) dan diangkut dengan truck ungkit ke
konsumen. Secara umum, kegiatan peremukan terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu
peremukan, pengayakan dan pengangkutan. Sepertihalnya pasir andesit/pasir basalt
yang bersih (tidak tercampur bahan organik) baik digunakan untuk bahan adukan
beton. Ukuran splitumumnya digunakan untuk campuran beton dan aspal. Sedang
ukuran yang lebih besar digunakan sebagai pelapis jalan dan pondasi.
(Sukandarrumudi,2009)

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

2.2.3 Diorit

Gambar 2.8 Diorit


(Koleksi Pribadi)
Sampel batuan ketiga adalah diorit, diorit ini memiliki warna abu-abu
kehitaman karena mengandung lebih banyak mineral plagioklas sebesar 50%, biotit
20%, hornblende,piroksen 3%, kuarsa 7%, , diorit ini termasuk kedalam batuan beku
plutonik karena pembentukkannya secara intrusif didalam permukaan bumi, struktur
dalam diorite ini masif karena tidak ditemukannya fragmen-fragmen batuan lain.
Karena terbentuknya didalam permukaan bumi kristal dalam diorit ini terbentuk
sempurna tanpa ada massa gelas (holokristalin), granularitasnya pun fanerik kasar
karena mineral-mineral yang terbentuk lama sehingga lebih muda dibedakan antara
mineral satu dengan mineral lain. Bentuk kristal pada batuan ini setengah sempurna
(subhedral), karena pembentukannya yang lama juga mineral-mineral dalam batuan
ini seragam bentuknya (equigranular).
Merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang Terbentuk
dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction zone.
biasanya diproduksi pada busur lingkaran vulkanis, dan membentuk suatu gunung
didalam cordilleran (subduction sepanjang tepi suatu benua, seperti pada deretan
Pegunungan). Terdapat emplaces yang besar berupa batholiths ( banyak beribu-ribu
mil-kwadrat) dan mengantarkan magma sampai pada permukaan untuk
menghasilkan gunung api gabungan dengan lahar andesite. Proses evolusi
kristalisasi magma di mulai dari pembentukan mineral piroksen terbentuk dengan
jenis piroksen yang terbentuk adalah klinopiroksen karena kandungan Fe > Mg, dan
terbentuk pada fase Orthomagmatik (1200 °C - 800 °C). Pada temperatur antara 400
ºC - 600 ºC (fase pneumatolitik), terbentuk mineral plagioklas, terbentuk setelah
mineral biotit. Hadirnya zonasi progresif pada plagioklas menandakan telah terjadi

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

diferensiasi yang di tandai oleh penyelimutan plagioklas yang lebih asam kepada
yang lebih basa, dimana secara kimia di tandai menurunnya kadar Al2O3 dan CaO.
Di lain pihak dengan menurunnya unsur - unsur seperti FeO, Na2O, dan Al2O3 tidak
di ikuti di ikuti oleh K2O dan CaO dimana memperlihatkan kecenderungan terjadinya
suatu peningkatan terhadap suatu peningkatan terhadap unsur SiO2, sehingga pada
akhirnya akan memungkinkan mineral plagioklas lebih asam, terbentuknya k -
feldspar dan kuarsa.
Diorit umumnya digunakan bahan bangunan ataupun interior-interiornya
seperti lantai, paving, ornamen dan juga hiasan dinding. Diorit juga dapat digunakan
sebagai bahan perhiasan jika telah diolah terlebih dahulu. Selain itu diorit juga dapat
digunakan sebagai pengendali dari erosi dan alat drainase. Diorit dapat ditemukan di
Sumatera, Kalimantan dan Jawa Tengah, terutama di daerah Pemalang dan
Banjarnegara.

Nama : Distika Pratiwi


NIM : 114190007
Plug : 1
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Daftar Pustaka
Anshori, Chusni.Jurnal Riset Geologi & Pertambangan Jilid 17 No.1 ( 2007) 37-50
Haryanto, 2003. Dahulu Buletin Teknologi Mineral, Jurnal Ilmu Kebumian
Teknologi Mineral. Volume: 16 (2).58-120
Noor, Djauhari.2009. Pengantar Geologi.Bogor: Pakuan University Press
Saleh , Andika Onassis. 2018. Petrografi Batuan Beku. Petografi Batuan Beku Asam
Intermediet, Batuan Beku Basa dan Ultrabasa.(5)
Suharwanto. 2019. Penuntun Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakata:UPN
“ Veteran” Yogyakarta
Sukandurrumidi. 2009. Bahan galian Industri.Yogyakarta :Gadjah Mada
University Press

Nama : Lailiyatun Ni’ma


NIM : 114170004
Plug : 1

Anda mungkin juga menyukai