Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok
penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan
faktor risiko, seperti semakin banyaknya jumlah perokok, serta pencemaran udara di
dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja (KEMENKES, 2008).
PPOK merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia,
meskipun biasanya terjadi pada perokok, PPOK bisa juga terjadi pada orang yang tidak
merokok akibat pajanan polusi udara.Penyakit paru obstruktif kronik menjadi masalah
kesehatan di berbagai negara di mana masyarakatnya mempunyai kebiasaan merokok.
Diperkirakan prevalensi PPOK akan semakin meningkat di waktu mendatang.
Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986, asma, bronkitis kronik, dan emfisema
menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab
kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma,
bronkitis kronik, dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering
kematian di Indonesia (PDPI, 2003).
Beberapa faktor risiko dari PPOK meliputi usia, semakin bertambah usia semakin
besar risiko menderita PPOK. Faktor risiko yang ke dua, yaitu riwayat merokok (perokok
aktif, perokok pasif, bekas perokok).Asap rokok (environmental tobacco smoke/ETS)
adalah gas beracun yang dikeluarkan dari pembakaran produk tembakau yang biasanya
mengandung polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Faktor risiko yang ke tiga, yaitu terdapat paparan polusi udara di lingkungan
rumah dan tempat kerja, pencemaran udara dalam ruang terutama rumah dan lingkungan
kerja sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih
banyak menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam rumah dan lingkungan
kerja. Faktor risiko yang terakhir, yaitu riwayat infeksi saluran napas bawah berulang,
baik infeksi viral maupun bakteri akan memberikan peranan yang besar terhadap
patogenesis dan progresivitas PPOK dan kolonisasi bakteri berhubungan dengan
terjadinya inflamasi pada saluran pernafasan dan juga memberikan peranan yang penting
terhadap terjadinya eksaserbasi (Garcia, J dalam Lubis, 2014).

1
Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Kriteria kelompok lanjut usia menurut
Departemen Kesehatan RI, yaitu kelompok usia lebih dari 60 tahun. Sedangkan menurut
WHO, usia yang termasuk kelompok geriatri adalah lebih dari 65 tahun. Sejumlah
perubahan akan terjadi dengan bertambahnya usia, termasuk anatomi, fisiologi, psikologi,
dan juga sosiologi (Darmojo B. (2006).
Di kalangan para lansia, penurunan fungsi kognitif pun sering terjadi dan
merupakan penyebab terbesar terjadinya ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas
normal sehari-hari, dan juga merupakan alasan tersering yang menyebabkan terjadinya
ketergantungan terhadap orang lain untuk merawat diri sendiri (care dependence) pada
lansia.
Untuk dapat menghindari terjadinya kekambuhan PPOK dan meningkatkan
kualitas hidup lansia, maka diperlukan perhatian dari keluarga dan petugas kesehatan
untuk mempengaruhi pasien dalam melaksanakan kepatuhan terhadap terapi penyakitnya.
Edukasi terhadap keluarga mengenai cara pencegahan kekambuhan penyakit pasien pun
sangat diperlukan. Hal ini yang menyebabkan penulis membuat laporan kasus ini dengan
menerapkan penatalaksanaan berupa patient-centered dan family approach pada lansia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami konsep dan asuhan keperawatan pada lansia yang
mengalami COPD.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi dari COPD/PPOK
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari COPD/PPOK
3. Mengetahui dan memahami etiologi dari COPD/PPOK
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi dari COPD/PPOK
5. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari COPD/PPOK
6. Mengetahui dan memahami komplikasi dari COPD/PPOK
7. Mengetahui dan memahami derajat dari COPD/PPOK
8. Mengetahui dan memahami askep dari COPD/PPOK

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi PPOK


Penyakit paru-paru obstrutif kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama yang ditandai
oleh adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Adapun
pendapat lain mengenai PPOK adalahkondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea
saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru (Smeltzer&Bare,
2006).

2.2 Klasifikasi PPOK


Klasifikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
a. Asma
b. Bronkotos kronic
c. Emfisema

2.3 Etiologi PPOK


Faktor-faktor yang menyebabkan penyakitParu Obstruksi Kronik (PPOK) adalah :
1. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu,asap dangas-gas kimiawi.
2. Faktor Usiadan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-
paru, bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.
3. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma, orang dengan
kondisi ini berisiko mendapat PPOK.
4. .Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang normalnya
melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang kekurangan enzim ini
dapat terkena empisemapada usia yang relatif muda, walau pun tidak merokok.

2.4 Patofisiologi PPOK


Faktor risiko utamadari PPOK adalah merokok.Komponen-komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus.Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.Perubahan
pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari
3
saluran napas.Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme.penyebab
infeksi dan menjadi sangat purulen. Proses ventilasi terutama ekspirasi terhambat.
Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan
akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. Komponen-komponen asap rokok juga
merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan
secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru.Akibat hilangnya elastisitas
saluran udara dan kolapsnya alveolus,
makaventilasiberkurang.Saluranudarakolapsterutamapadaekspirasikarenaekspirasi normal
terjadiakibatpengempisan (recoil) parusecarapasifsetelahinspirasi.
Dengandemikianapabilatidakterjadi recoil pasif, makaudaraakanterperangkap di
dalamparudansaluranudarakolaps.

2.5 Manifestasi Klinis PPOK


Manifestasi klinis pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis adalah
perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK yaitu : malfungsi kronis
pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan
produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari. Napas pendek sedang yang
berkembang menjadi nafas pendek akut.

2.6 Komplikasi PPOK


Komplikasi Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut (Irman, 2007):
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai Po2 < 55 mmhg dengan nilai
saturasi O2 < 85%, pada awalnya pasien akan mengalami perubahan mood,
penurunan konsentrasi, dan menjadi lupa. Pada tahap lanjut timbul sianosis.
2. Asidosis respiratorik
Yaitu timbul akibat dari peningkatan PCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul
antara lain adalah nyeri kepala, fatigue, latergi, dizziness, takipneu.
3. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mucus,
peningkatan rangsang otot polos bronchial, dan edema mukosa.
4. Gagal jantung
Terutama cor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru-paru) harus
diobservasi, terutama pada pasien dipsnea berat. Komplikasi ini sering kali
4
berhubungan dengan bronchitis kronis, namun beberapa pasien emfisema berat
juga mengalami masalah ini.
5. Disritmia jantung
Disritmia jantung muncul akibat dari hipoksemia, penyakit jantung lain dan efek
obat atau terjadinya asidosis respiratori.
2.7 Derajat PPOK
Klasifikasiderajat PPOK menurutGlobal initiative for chronic Obstritif Lung
Disiase(GOLD) 2011.
a. Derajat I (PPOK Ringan)
Gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering.Pada derajat ini
pasien sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK.
b. Derajat II (PPOK Sedang)
Gejala sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan
produksi sputum.Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya.
c. Derajat III (PPOK Berat) : Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah
dan serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien.
d. Derajat IV (PPOKSangat Berat) : Gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas
atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup
pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal
napas kronik.

2.8 pemeriksaan penunjang


pemeriksaan penunjang menurut (Irman, 2007):
1. chest x ray
dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma mendatar, peningkatan ruang
udara retrosternal, penurunan tanda vascular/ bullae(emfisema), eninngkatan bentuk
bronkovaskular (bronktis), dan normal ditemukan saat periode remisi.
2. Pemeriksaan fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dari dipsnea, menentukan abnormalitas fungsi
apakah akibat obstruksi atau restriksi, memperkirakan tingkat disfungsi, dan untuk
mengevaluasi efek dari terapi.
3. TLC
Meningkat pada bronchitis beratdan biasanya pada asma, menurun pada emfisema.
4. Bronkogram
5
Dapat menunjukkan dilatasi dari bronkus saat inspirasi, kolaps bronchial pada tekanan
ekspirasi (emfisema), dan pembesaran kelenjar mucus (bronchitis).

6
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Tn.R, 68 thn, beragama islam datang ke IGD dengan keluhan pusing, sesak napas
dan batuk, pasien mengatakan 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar
semua. Pasien memiliki riwayat merokok sejak umur 20 tahun. Keluarga mengatakan
pasien adalah pensiunan pegawai laboratorium parfum disalah satu perusahaaan asing di
Indonesia. Pasien Merasa Sesak napas bila menaiki tangga.2 hari terakhir, pasien
mengeluh demam, batuk, pilek, pusing, dan sesak napas.keluarga pasien mengatakan nafsu
makan pasien tidak ada masalah, pasien makan 3x dalam sehari. Selama sakit keluarga
pasien mengatakan pasien kurang nyenyak tidur karena sering terbangun saat batuk dan
napas sesak serta rasa tidak nyaman akibat demam dan mengakibatkan pasien tampak
lemah. Keluarga pasien juga mengatakan Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
riwayat penyakit menurun.Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan spirometri dan foto
thoraks, diagnose medis yang di tegakkan adalah PPOK st III. Pasien mendapatkan terapi
Oksigen, setelah stabil, terapi yang di berikan adalah codein 10 mg po 3x1 dan seretide
MDI tiap 6 jam tanda-tanda vital saat pasien MRS suhu 39oc, TD 140/90 mmhg, Nadi
100/menit,RR 25x/menit. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas
tambahan yaitu ronki diseluruh lapang paru dan pasien terlihattidak mampu melakukan
batuk efektif.

A. Pengkajian
1. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Usia : 68 Th
Jenis kelamin : laki-laki
Status Pernikahan : kawin
Agama : islam
Alamat : semarang
Pekerjaan :-
Dx. Medis : PPOK
No RM :-

7
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengalami pusing sesak nafas dan batuk
3. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
2 hari terakhir pasien mengeluh demam, batuk pilek, pusing ,sesak nafas
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar semua, sesak nafas bila
menaiki tangga
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit menurun
4. POLA PENGKAJIAN FUNGSIONAL
A. Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Klien mengatakan bahwa kesehatan itu sangat penting dan berarti dalam kehidupan.
Maka dari itu keluarga Tn.R selalu membawa keluarga yang sakit berobat ke Rs
B. Pola Nurtisi –Metabolik
Sebelum sakit 1 porsi selalu habis dan selama dirumah sakit makan masih sama 1
porsi.
C. Pola Eliminasi
Klien mengatakan BAB dan BAK lancar tidak ada masalah. Saat sakit klien BAB
lancar tidak ada masalah.

D. Pola Latihan-Aktivitas
Penilaian Aktifitas
INDEKS KATZ
Nama Klien :
Usia :
Setting :

No Aktivitas Mandiri Tergantung


(nilai 1) (0)

1 Mandi di kamar mandi (menggosok, 1


membersihkan, dan mengeringkan badan)

8
2 Menyiapkan pakaian, membuka, dan 1
mengeringkannya.
3 Memakan makanan yang telah disiapkan. 1

4 Memelihara kebersihan diri untuk penampilan diri 1


(menyisir rambut, mencuci rambut, menggosok
gigi, mencukur kumis)
5 Buang air besar di WC (membersihkan dan 1
mengeringkan daerah bokong).
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses (tinja) 1

7 Buang air kecil di kamar mandi (membersihkan dan 1


mengeringkan daerah kemaluan).
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih. 1

9 Berjalan di lingkungan tempat tinggal atau ke luar 1


ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan 1
yang dianut.
11 Melakukan pekerjaan rumah, seperti: merapikan 0
tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan 0
keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan dan 0
menggunakan uang sendiri).
14 Menggunakan sarana transportasi umum dalam 1
bepergian.
15 Menyiapkan obat dan meminum obat sesuai dengan 1
aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat)
16 Merencanakan dan mengambil keputusan untuk 0
kepentingan keluarga dalam hal penggunaan uang,
aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.

9
17 Melakukan aktivitas di waktu luang (kegiatan 1
keagamaan, sosial, rekreasi, olah raga, dan
menyalurkan hobi)
JUMLAH POIN MANDIRI 13

Analisis hasil:
Point: 13-17 : Mandiri
Point: 0-12 : ketergantungan

Dari hasil pengkajian indeks katz dikategorikan klien masuk dalam indeks katz A

E. Pola Kognitif Perseptual


Pengkajian Fungsi Kongnitif
NO ITEM PERTANYAAN BENAR SALAH
1 Jam berapa sekarang ? V
Jawaban : 09.00 wib
2 Tahun berapa sekarang ? V
Jawaban : 2019
3 Kapan bapak/ibu lahri ? v
Jawaban : 1959
4 Berapa umur bapak/ibu sekarang ? v
Jawaban : 60 tahun
5 Di mana alamat bapak/ibu sekarang ? V
Jawaban : semarang
6 Berapa jumalah anggota keluarga yang tinggal V
bersama bapak/ibu sekarang ?
Jawaban : 5
7 Berapa jumalah anggota keluarga yang tinggal V
bersama bapak/ibu sekarang?
Jawaban :5
8 Tahun berapa hari kemerdekaan indonesia ? v
Jawaban :1945
9 Siapa nama Presiden RI sekarang? v

10
Jawaban : Joko Widodo
10 Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1? V
Jawaban :20 19 18 17 16 15 13 12 11 10 9 8 7 6 5
4321
JUMLAH BENAR 8 2

Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh

F. Pola Istirahat-Tidur
Sebelum sakit klien mengatakan tidur kurang lebih 7-8 jam dalam sehari tidur siang 1
jam tidak ada gangguan dalam pola istirahat tidur.
Saat sakit pasien mengatakan tidur kurang nyenyak karena sering batuk
G. Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya saat ini pasien yakin akan bisa
melakukan aktivitas sehari- hari.
H. Pola Peran dan Hubungan
Klien dapaat berkomunikasi dengan baik pada keluarga perawat dan dokter.
I. Pola Keyakinan Dan Nilai
Klien beragama Islam dan melaksanakan ibadah 5 waktu, tapi selama sakit pasien
melakukan ibadah dan berdoa diatas tempat tidurnya selama sakit.

5. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda- Tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
RR : 25 x/i
Nadi : 100x/i
Suhu : 38 C
B. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala
Mesochepal, rambut putih bersih, tidak ada ketombe
2. Mata
Kedua mata sembab, kedua kelopak mata bawah terlihat hitam, kedua mata
simetris, sclera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

11
3. Hidung
Lubang hidung simetris, tidak ada polip, bersih, tidak ada secret, dan dapat
mencium bau dengan baik.
4. Mulut dan tenggorokan
 Warna bibir coklat pucat
 Mukosa bibir lembab
 Mukosa mulut merah muda
 Gusi normal/perdarahan (-)
 Lidah merah muda
 Pembengkakan tonsil (-)
 Gangguan bicara (-)
- Palpasi :
 Nyeri tekan (-)
 Massa (-)
5. Telinga
Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
7. Dada
 Thorak :
Inspiksi : simetris, adanya bentuk dada seperti tong (adultchest), terlihat
meninggikan bahu untuk bernafas, pengembangan dada kiri dan kanan sama,
menggunakan otot bantu pernapasan
Palpasi : vocal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : bunyi nafas rokhi pada seluruh lapang dada.
 Jantung :
Inspiksi : simetris, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, teraturdan tidak terlalu kuat
Perkusi : bunyi pekak, tidak ada pelebaran
Auskultasi : bunyi jantung murni. Tidak ada suara tambahan
8. Abdomen :
Inspiksi : simetris, tidak ada luka operasi

12
Auskultasi : peristaltic usus 8 x/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Genetalia
Bersih,tidak terpasang kateter
10. Integmumen
Tidak ada lesi, kulit terlihat keriput
11. Ekstermitas
 Pemeriksaan kekuatan otot
5 5
5 5
Skala aktivitas mandiri
 Ekstermitas atas : ekstermitas kanan atas dapat bergerak bebas, sedangkan kiri
terpasang infuse RL 20tpm.
 Ekstermitas bawah : tidak ada udema, pasien dapat bergerak bebas
C. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spirometri dan foto thorax (+) PPOK ST III
Terapi yang di dapat
Oksigen, setelah stabil, terapi yang diberikan codein 10 mg po 3x1 dan seretide MDI
tiap 6 jam

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1. Ds : Tn. R 68 tahun Ketidak Efektifan
1. Pasien mengatakan
Bersihan Jalan Napas.
memiliki riwayat merokok
saat usia 20 tahun dan Punya riwayat merokok,
berhenti saat 5 tahun lalu. pensiunan lab parfum
2. Merupakan pegawai lab
parfum
3. Pasien mengatakan 1 Ppok inflamasi
bulan terakhir batuk setiap
pagi hingga dahak keluar
4. Pasien mengatakan sesalu Sputum meningkat
sesak nafas saat menaiki
tangga
5. Pasien mengatakan sejak 2

13
hari lalu demam, pilek, Tidak bisa batuk efektif
pusing dan sesak nafas.

Do : pasien terlihat tidak Penumpukan sputum


mampu batuk efektif
terdapat suara tambahan Sesak nafas
ronki pasien terlihat
meningktakan bahu saat Ketidakefektifan jalan nafas.
bernafas TD 140/90
mmhg, Nadi 100/menit
RR : 25 x/menit.

2 Ds : keluarga pasien Faktor predisposisi Hipertemi


mengatakan Selama sakit
pasien kurang nyenyak Mentransfer Signal
tidur karena sering kehipotalamus
terbangun saat batuk dan
napas sesak dan juga Mengalami peradangan
dsebabkan rasa tidak
nyaman akibat demam
Do : TD : 140/90 mmHg Peningkatan suhu tubuh
RR : 25 x/i
Nadi : 100x/i
Suhu : 38 C Hipertermi

DIAGNOSA
1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan riwayat merokok
ditandai dengan sputum dalam jumlah yang berlebihan
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan kulit kemerahan dan
kulit teraba hangat
3. Gangguan pola tidur ditandai dengan ketidakpuasan tidur, dan sering terbangun
saat tidur.

14
INTERVENSI

DIAGNOSA NOC NIC


Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan perawatan 1. Manajemen jalan nafas
efektif 1 x 24 jamdi harapkan : a) Posisikan pasien
Ds : Klien mengatakan Status pernafasan untuk
pusing, sesak nafas, a. Kepatenan jalan nafas dari memaksimalkan
batuk. 1 bulan terakhir deviasi berat kisaran ventilasi
tiap pagi batuk- sampai normal(1) ke deviasi b) Lakukan fisioterapi
dahak keluar semua, ringan dari kisaran normal dada sebagaimana
Do : TD 140/90 mmhg, (4) semaestinya
Nadi 100/menit b. Batuk dari deviasi berat c) Buang secret dengan
RR : 25 x/menit. kisaran normal(1) ke memotivasi pasien
deviasi ringan dari kisaran untuk melakukan
normal (4) batuk atau menyedot
c. Perasaan kurang istirahat lender
dari deviasi berat kisaran d) Motivasi pasien
normal(1) ke deviasi untuk bernafas
ringan dari kisaran normal pelan, dalam
(4) berputar dan batuk.
e) Instruksikan
bagaimana
melakukan batuk
efektif.
f) Monitor status
pernafasan dan
oksigen.

2. Monitor tanda tanda


vital.
a. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu,
dan pernafasan

15
dengan tepat
b. Monitor tanda dan
gejala hipertermi

3. Terapi
a. Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
b. Konsultasi dengan
tenaga kesehatan
lain mengenai
penggunaan oksigen
tambahan selama
kegiatan dan / tidur.

NANDA NOC NIC


Hipertermi Setelah dilakukan perawatan 1. Perawatan demam
Ds : keluarga pasien 1 x 24 jamdi harapkan : a. Pantau suhu dan
mengatakan Selama sakit Tanda tanda vital tanda tanda vital
pasien kurang nyenyak a. Suhu tubuh dari deviasi b. Berikan obat / cairan
tidur karena sering berat kisaran normal(1) ke IV
terbangun saat batuk dan deviasi ringan dari kisaran c. Pantau komplikasi
napas sesak dan juga normal (4) yang berhubungan
dsebabkan rasa tidak d. Tingkat pernafasan dari dengan demam, serta
nyaman akibat demam deviasi berat kisaran tanda gejala dan
Do : TD : 140/90 mmHg normal(1) ke deviasi penyebab
RR : 25 x/i ringan dari kisaran normal
Nadi : 100x/i (4) 2. Pengaturan suhu
Suhu : 38 C e. Denyut nadi radial dari a. Monitor suhu paling
deviasi berat kisaran tidak setiap 2 jam
normal(1) ke deviasi sekali
ringan dari kisaran normal b. Monitor takanan

16
(4) darah nadi dan
f. Tekanan darah sistolik respirasi sesuai
dari deviasi berat kisaran kebutuhan
normal(1) ke deviasi c. Berikan pengobatan
ringan dari kisaran normal antipiretik sesuai
(4) kebutuhan.
g. Tekanan darah diastolic
dari deviasi berat kisaran
normal(1) ke deviasi
ringan dari kisaran normal
(4)

17
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan kaitan Teori dengan Asuhan keperawatan

Penyakit paru-paru obstrutif kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama yang ditandai
oleh adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Adapun
pendapat lain mengenai PPOK adalahkondisi ireversibel yang berkaitan dengan dispnea
saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-paru.

Pada kasus yang telah dilampirkan pada bab 3 di dapatkan Tn.R, 68 tahun, datang
IGD dengan keluhan pusing, sesak napas dan batuk, pasien mengatakan 1 bulan terakhir
tiap pagi batuk-batuk sampai dahak keluar semua. Merasa sesak napas bila menaiki
tangga.2 hari terakhir, pasien mengeluh demam, batuk, pilek, pusing, dan sesak
napas.Keluarga pasien mengatakan nafsu makan pasien tidak ada masalah, pasien makan
3x dalam sehari. Selama sakit keluarga pasien mengatakan pasien kurang nyenyak tidur
karena sering terbangun saat batuk dan napas sesak dan juga disebabkan rasa tidak
nyaman akibat demam..Dan juga keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mempunyai riwayat penyakit menurun.

Dilihat dari keluhan yang disampaikan serta tanda dan gejala yang subjektif
maupun objektif selaras dengan tanda dan gejala pada teori yaitu : malfungsi kronis pada
sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi
dahak khususnya yang muncul di pagi hari. Napas pendek sedang yang berkembang
menjadi nafas pendek akut. Jika dikaji lebih lanjut maka tanda gejala yang timbul pada
pasien sudah bisa tergolong pada derajat 3 yaitu : PPOK berat dengan gejala sesak lebih

18
berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksasernasi semakin sering dan
berdampak pada kualitas hidup pasien.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penyakit paru-paru obstrutif kronis (PPOK) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama yang ditandai
oleh adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. Faktor-
faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yaitu kebiasaan
merokok, polusi udara, paparan debu,asap dangas-gas kimiawi, faktor Usia dan jenis
kelamin, infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, asma, dan
kurangnya alfa anti tripsin.POK terbagi 4 derat yaitu derajat I (PPOK Ringan) dengan
gejala batuk kronik dan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini pasien
sering tidak menyadari bahwa menderita PPOK.Derajat II (PPOK Sedang) dengan gejala
sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi
sputum.Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya.Derajat III
(PPOK Berat) dengan gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan
serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien.Derajat
IV (PPOK Sangat Berat) dengan gejala di atas ditambah tanda-tanda gagal napas atau
gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen.Pada derajat ini kualitas hidup pasien
memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa biasanya disertai gagal napas
kronik. Dari kasus yang kelompok dapat pasien sudah bisa tergolong pada derajat 3 yaitu
: PPOK berat dengan gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan
serangan eksasernasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien.

5.2 Saran

19
Semoga dengan adanya makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui lebih banyak
tentang asuhan keperawatan padaa lansia denan COPD/PPOK dan dapat memberikan
pengetahuan dan manfaat khususnya bagi mahasiswa keperawatan dan tenaga medis
lainnya.

20

Anda mungkin juga menyukai