Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat-Nya, penulis berhasil menyelesaikan penulisan referat yang berjudul
“Skoliosis”.

Referat ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Bedah Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R. Said
Sukamto. Penulisan referat ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulisan menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dr. Carles Siagian, Sp.OT(K)Spine selaku konsulen
bagian Orthopedi pada stase Ilmu Bedah di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R.
Said Sukamto, yang selalu membimbing dan memberi saran selama kepaniteraan
klinik di bagian ilmu bedah.

Dalam penulisan referat ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun
dari segi isi materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk perbaikan pada penulisan dan
penyusunan referat ini. Penulis berharap referat ini dapat membawa manfaat bagi
semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Aamiin ya rabbal’alamin.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Anatomi Tulang Belakang ................................................................................ 4
2.2 Definisi Skoliosis .............................................................................................. 9
2.3 Epidemiologi Skoliosis ..................................................................................... 9
2.4 Etiologi Skoliosis ............................................................................................ 10
2.5 Klasifikasi Skoliosis ........................................................................................ 12
2.6 Patofisiologi Skoliosis ..................................................................................... 15
2.7 Manifestasi Klinis Skoliosis ............................................................................ 15
2.8 Diagnosis Skoliosis ......................................................................................... 16
2.9 Tatalaksana Skoliosis ...................................................................................... 34
2.10 Komplikasi Skoliosis .................................................................................... 39
2.11 Prognosis Skoliosis ....................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skoliosis berasal dari kata Yunani yang berarti lengkungan,
mengandung arti kondisi patologik. Vertebra servikal, thorakal, dan lumbal
membentuk kolumna vertikal dengan pusat vertebra berada pada garis tengah.
Skoliosis adalah deformitas tulang belakang yang menggambarkan deviasi
vertebra kearah lateral dan rotasional.Bentuk skoliosis yang paling sering
dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral,anterior
posterior dan rotasional.Skoliosis dapat dibagi atas dua yaitu skoliosis
struktural dan non structural (postural). Pada skoliosis postural, deformitas
bersifat sekunder atau sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan diluar
tulang belakang, misalnya dengan kaki yang pendek, atau kemiringan pelvis
akibat kontraktur pinggul, bila pasien duduk atau dalam keadaan fleksi maka
kurva tersebut menghilang.
Pada skoliosis structural terdapat deformitas yang tidak dapat diperbaiki
pada segmen tulang belakang yangterkena. Komponen penting dari deformitas
itu adalah rotasi vertebra; processuss pinosus memutar kearah konkavitas
kurva.Skoliosis structural dapat dibagi menjadi tiga kategori utama :
kongenital,neuromuskular, dan skoliosis idiopatik. Sekitar 80% skoliosis
adalah idiopatik,Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10 derajat
dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi
dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajatyaitu 1,5-3 per 1000 penduduk.
Insiden yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun
dilaporkan paling banyak dijumpai di Eropa daripada AmerikaUtara, dan lebih
banyak laki-laki dari pada perempuan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tulang Belakang

Susunan anatomi atau struktur tulang belakang terdiri dari :

a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk
daerah tengkuk.

b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk
bagian belakang torax atau dada.

c. Lima vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang yang membentuk


daerah lumbal atau pinggang.

d. Lima vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang yang membentuk


sakrum atau tulang kelangkang.

e. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang
membentuk tulang ekor.

❖ Tulang punggung cervical


Secara umum memiliki bentuk
tulang yang kecil dengan spina atau
procesus spinosus (bagian seperti sayap
pada belakang tulang) yang pendek,
kecuali tulang ke-2 dan 7 yang procesus
spinosusnya pendek. Diberi nomor sesuai
dengan urutannya dari C1-C7 (C dari
cervical), namun beberapa memiliki
sebutan khusus seperti C1 atau atlas, C2

4
atau aksis.Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun
panjang lehernya.
Ciri-cirinya :
✓ Processus tranversus mempunyai foramen tranversarium untuk
tempat lewatnya arteri dan vena vertebralis.
✓ Spina kecil dan bifida.
✓ Corpus kecil dan lebar dari sisi ke sisi.
✓ Foramen vertebra besr dan berbentuk segitiga.
✓ Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap
ke belakang dan atas ; processus articularis inferior mempunyai
facies yang menghadap ke bawah dan depan.
✓ Vertebra I,II,IV , atipikal :
• Tidak mempunyai corpus.
• Tidak mempunyai processus spinosus.
• Tidak mempunyai arcus anterior dan arcus posterior.
• Mempunyai massa lateralis .
• V.Cervicalis II = axis.
• V.Cervicalis VII = vertebra prominens.

❖ Tulang punggung thorax


Procesus spinosusnya akan berhubungan dengan tulang rusuk.
Beberapa gerakan memutar dapat terjadi. Bagian ini dikenal juga sebagai
‘tulang punggung dorsal’ dalam konteks manusia. Bagian ini diberi nomor
T1 hingga T12.
Ciri-cirinya :
✓ Corpus berukuran sedang dan berbentuk jantung.
✓ Foramen vertebra kecil dan bulat.
✓ Processus spinosus panjang dan miring ke bawah.
✓ Fovea costalis terdapat pada sisi-sisi corpus untuk bersendi dengan
capitulum costae.

5
✓ Fovea costalis terdapat pada processus tranversus untuk bersendi
dengan tuberculum costae.
✓ Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap
ke belakang dan lateral ; processus articularis inferior menghadap
ke depan dan medial ; processus articularis inferior T12
menghadap ke lateral seperti V.Lumbalis.

❖ Tulang punggung lumbal


Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya
dan menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini
memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan
rotasi dengan derajat yang kecil.
Ciri-cirinya :
✓ Corpus besar dan berbentuk seperti ginjal.
✓ Pediculus kuat dan mengarah ke belakang.
✓ Lamina tebal.
✓ Foramina vertebra berbentuk segitiga.
✓ Processus tranversus panjang dan langsing,
✓ Processus spinosus pendek,rata dan berbentuk segiempat dan
mengarah ke belakang.
✓ Facies articularis procssus articularis superior menghadap ke
medial dan facies articularis processus articularis inferior
menghadap ke lateral.

❖ Tulang punggung sacral


Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung
dan tidak memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.

6
❖ Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan
tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor
yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal
berarti ekor).

❖ Perdarahan vertebra
➢ Arteri
Arteri-arteri berikut ini mndarahi struktur-struktur di punggung.
a) Daerah cervical : cabang-cabang yang berasal dari a.occipitalis ,
sebuah cabang a.carotis externa ; dari a.vertebralis , sebuah cabang
a.subclavia ; dari a.cervicalis profunda , sebuah cabang dari truncus
costocervicalis , cabang dari a.subclavia ; dan dari a.cervicalis
ascendens , sebuah cabang dari a.thyroidea inferior.
b) Daerah thoracal : cabang-cabang bersal dari aa.intercostales posteriors.
c) Daerah lumbal : cabang-cabang dari a.subcostalis dan lumbalis.
d) Daerah sacral : cabang-cabang beasal dari a.iliolumbalis dan a.sacralis
laeralis , cabang-cabang dari a.iliaca interna.

➢ Vena
Vena-vena yang mengalirkan darah dari struktur-struktur di
punggung membentuk plexsus rumit yang membentang sepanjang
columna vertebralis dari cranium sampai ke os coccygis. Vena-vena ini
dapat dibagi menjadi (a) yang terletak diluar columna vertebralis dan
mengelilnginya membentuk plexsus venosusvertebralis externus dan
(b) yang terletak di dalam canalis vertebralis dan membentuk plexus
venosus vertebralis internus. Plxus-plexus ini berhubungan secara bebas
dengan vena-vena di leher, abdomen, thorak dan pelvis. Di atas , plexus
ini berhubungan dengan sinus venosus occipitalis dan basilaris di dalam
cavum crania melalui foramen magnum. Plexus venosus vertebralis
internus terletak di dalam canalis vertebralis tetapi di luar duramater
7
medulla spinalis. Plexus venosus vertebralis internus bermuara ke dalam
v.intervertebralis, yang berjalan ke luar bersama dengan saraf spinalis
melalui foramina intervertebralis. Di sini, vena ini bergabung dengan
cabang-cabang dari plexus venosus vertebralis externus dan selanjutnya
bermuaa berturut-turut ke dalam v.vertebralis, v.intercostalis, v.lumbalis,
v.sacralis lateralis.

❖ Persarafan punggung
Kulit dan otot-otot punggung di persarafi secara segmental leh
rami posterior 31 pasang saraf spinalis. Rami posterior C1,6,7 dan 8 serta
L4 dan 5 mempersarafi otot punggung profunda, tetapi tidak mempersarafi
kulitnya. Ramus posterior C2 (n. occipitalis major) berjalan ke atas
melalui tekuk dan mempersarafi kulit kepala.Rami posterior berjalan ke
bawah dan lateral mempersrafi sebagin kulit, sedikit di bawah tempat
keluarnya dari foramen intervertebralis. Persarafan kulit yang tumpang
tindih menyebabkan pemotongan satu saraf mengakibatkan berkurangnya
sensasi kulit, tetapi tidak menghilangkan scara total. Setiap ramus
posterior terbagi menjadi dua, yaitu cabang medial dan lateral.

8
2.2 Definisi Skoliosis

Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang yang melengkung


abnormal ke lateral, yang dapat terjadi pada daerah thorakal, lumbal, dan
jarang pada daerah cervical. Kurva yang terbentuk mungkin cembung ke kanan
(lebih sering pada daerah thorakal) atau ke kiri (lebih sering pada daerah
lumbal). Biasanya, kelainan ini disertai dengan adanya rotasi dari vertebra
yang terlibat (Hay,2012).
Skoliosis didefinisikan juga deformitas tulang belakang yang
menggambarkan deviasi vertebra ke arah lateral dan rotasional, yang memiliki
sudut cobb lebih dari 10o.
Skoliosis adalah gangguan pada kurva tulang belakang atau tulang
punggung. Tulang belakang memiliki kurva normal ketika dilihat dari samping.
Pada scoliosis, tulang punggung dilihat dari depan atau belakang tidak lagi
lurus. Orang dengan scoliosis terdapat lekukan-lekukan tambahan ke kedua
sisi, dan tulang-tulang dari spine melingkar pada satu sama lain, membentuk
"C" atau "S" pada tulang belakang.

2.3 Epidemiologi Skoliosis


Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang yang sering terjadi.
Berdasarkan pada The National Scoliosis Foundation, di Amerika Serikat
didapatkan skoliosis pada 6.000 orang. Dan 2% hingga 4% adalah idiopatik
skoliosis pada dewasa. Idiopatik skoliosis pada dewasa atau Adolescent
Idiopathic scoliosis (AIS) terhitung pada 80% dari kasus idiopatik skolisosis dan
sering terjadi berumur antara 10 hingga 16 tahun. Terbanyak pasien idiopatik
skoliosis pada dewasa adalah wanita, tapi insidensi bervariasi, tergantung pada
derajat kelengkungan dan tipe dari skoliosis. Ciri khas pada pasien skoliosis
adalah berpostur tubuh yang tinggi. Wanita dewasa yang skoliosis saat remaja
dengan kelengkungan thoraks ke arah kanan. AIS meliputi antara pria dan
wanita, tapi tidak dengan rasio yang sama. Kelengkungan tulang belakang sering
9
terdapat pada daerah thorak atau thorakolumbal dan pada banyak kasus seringnya
melengkung ke arah kanan. Perbedaan insiden antara pria dan wanita
berhubungan dengan derajat kelengkungan. Bagaimanapun, pada pasien dengan
kelengkungan tulang belakang 25o atau lebih, sering terjadi pada wanita.1
Infantile idiopathic scoliosis atau idiopatik skoliosis pada bayi sering ditemukan
pada umur 6 bulan dan banyak terjadi pada laki-laki dan keturunan Eropa.
Kelengkungannya sering terjadi pada tulang belakang segmen thoraks dan
melengkung ke arah kiri. Pada banyak kasus, kelengkungan tersebut dapat
diobati pada saat umur 3 tahun. Jumlah skoliosis pada bayi berjumlah hanya
0,5% dari seluruh skoliosis yang idiopatik pada Amerika Serikat dan 4% hingga
5% pada negara Eropa.1
Juvenile idiopathic soliosis atau Skoliosis pada anak-anak hampir sama
dengan dewasa. Perempuan lebih banyak terkena pada tipe ini. Kelengkungan
skoliosis pada anak- anak seringnya ke arah kanan. Karena tingginya rasio
progresi kelengkungan dan perlunya operasi maka skoliosis pada tipe ini disebut
dengan malignansi subtipe dari adolescent idiopatik skoliosis

2.4 Etiologi Skoliosis


Penyebab skoliosis dibedakan menjadi :
• Idiopatik (Behrman,2004)
Skoliosis idiopatik merupakan bentuk skoliosis yang paling
banyak terjadi. Skoliosis ini terjadi pada orang sehat dengan penyebab
yang tidak diketahui.
Skoliosis idiopatik dapat dibedakan menjadi 4 :
- Infantile : lahir – 3 tahun
- Juvenile : 4 – 10 tahun
- Adolescent : 11 tahun ke atas
- Adult : saat sudah tercapai bone maturity

10
• Neuromuskular (Behrman,2004)
Skoliosis yang disebabkan karena gangguan pada sistem saraf dan
penyakit otot (myopathy).
Kelainan pada upper motor neuron contohnya adalah cerebral
palsy, spinocerebellar degeneration, tumor di spinal cord, trauma di
spinal cord). Sedangkan, kelainan pada lower motor neuron contohnya
adalah poliomielitis dan atrofi otot spinal.
Penyakit otot (myopathy) contohnya adalah dunchenne muscular
dystrophy, arthrogryposis.

• Kongenital (Behrman,2004)
Skoliosis yang disebabkan karena adanya abnormalitas
perkembangan vertebra selama trimester pertama kehamilan yang
menyebabkan deformitas struktural dari tulang belakang. Skoliosis
kongenital ini bisa berupa kegagalan formasi vertebra parsial atau total
(wedge vertebrae / hemivertebrae), kegagalan segmentasi vertebra
parsial atau total (unsegmented bars), atau kombinasi keduanya.

• Sindroma genetik (Behrman,2004)


Anak-anak dengan sindroma tertentu, seperti neurofibromatosis
dan Marfan syndrome mempunyai risiko lebih tinggi mengalami
deformitas tulang belakang.

• Degeneratif (Skinner,2003)
Skoliosis degeneratif terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
Skoliosis ini disebabkan oleh perubahan-perubahan pada tulang
belakang dengan adanya pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-
jaringan lunak lain yang normal dari tulang belakang digabungkan
dengan pembentukan spur yang abnormal dapat menjurus pada suatu
lekukan dari spine yang abnormal.
11
• Compensatory scoliosis (Behrman,2004)
Skoliosis yang terjadi pada orang dengan panjang kaki yang tidak
sama. Perbedaan panjang kaki sekecil 0,5 cm dapat menyebabkan
terjadinya skoliosis.

2.5 Klasifikasi Skoliosis


Berdasarkan terjadinya skoliosis terdapat 2 sebab scoliosis, yaitu : sebab
structural dan fungsional.
1. Skoliosis Struktural :
Terjadi kelengkungan atau rotasi tulang belakang ke arah samping
pada satu sisi dan termasuk jenis skoliosis terburuk oleh karena dapat
menjadi progresif. Skoliosis struktural dibagi menjadi :
• Idiopatik skoliosis
• Congenital : karena kelainan bawaan dari pembentukan tulang
belakang yang abnormal , dan sering dikaitkan dengan cacat organ
lainnya.
• Neuromuskular : neuromuskular scoliosis disebabkan karena
hilangnya kontrol dari saraf atau otot yang mendukung tulang
belakang. Penyebab paling umum dari jenis scoliosis ini adalah
cerebral palsy dan distrofi otot.
2. Skoliosis Fungsional
Terjadi kelengkungan namun tidak terfiksasi dan tidak progresif.
Skoliosis fungsional ini adalah skoliosis sekunder terhadap kebiasaan
postur tubuh.

Ada tiga tipe-tipe utama lain dari scoliosis:


a. Functional : Pada tipe scoliosis ini, spine adalah normal, namun suatu
lekukan abnormal berkembang karena suatu persoalan ditempat lain di
dalam tubuh. Ini dapat disebabkan oleh satu kaki adalah lebih
12
pendek daripada yang lainnya atau oleh kekejangan-kekejangan di
punggung.
b. Neuromuscular : Pada tipe scoliosis ini, ada suatu persoalan ketika
tulang-tulang dari spine terbentuk. Baik tulang-tulang dari spine gagal
untuk membentuk sepenuhnya, atau mereka gagal untuk berpisah satu
darilainnya.
c. Degenerative : Tidak seperti bentuk-bentuk lain dari scoliosis yang
ditemukan pada anak-anak dan remaja-remaja, degenerative scoliosis
terjadi pada dewasa-dewasa yang lebih tua.
d. Lain-Lain : Ada penyebab-penyebab potensial lain dari scoliosis,
termasuk tumor-tumor spine seperti osteoid osteoma. Ini adalah tumor
jinak yang dapat terjadi pada spine dan menyebabkan nyeri/sakit.Nyeri
menyebabkan orang-orang untuk bersandar pada sisi yang berlawanan
untuk mengurangi jumlah dari tekanan yang diterapkan pada tumor.Ini
dapat menjurus pada suatu kelainan bentuk spine.

Tabel 1. Etiologi Skoliosis

13
Kurva Skoliosis
Berdasarkan derajat kurvanya, skoliosis dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
skoliosis ringan, sedang, dan berat.
• Skoliosis ringan : kurva < 20 o
• Skoliosis sedang : kurva 20 º – 40 º / 50 º. Mulai terjadi perubahan
struktural vertebra dan costa.
• Skoliosis berat : > 40 º /50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang
lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif.
Pada sudut > 60 º - 70 º terjadi gangguan
fungsi kardiopulmonal, bahkan menurunnya harapan hidup.
Kurva skoliosis bisa berbentuk “C” atau “S”. Kurva “C” umumnya
di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri
dalam waktu lama, kelemahan otot, atau keseimbangan duduk yang tidak baik.
Kurva “S” lebih sering terjadi pada skoliosis idiopatik, di thoracal kanan dan
lumbal kiri, dan umumnya struktural.
Berdasarkan letaknya, kurva bisa terjadi di cervical, thorakal, dan lumbal,
atau kombinasi. Lokasi ini ditentukan dari sisi konveksitas kurva dan tinggi
apex. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah
tulang belakang. Pada kurva cervical, apex ada di antara C1 – C6, kurva
cervicothoracic apexnya antara C7 – T1, kurva thorakal apexnya antara T2 –
T11, kurva thorakolumbal apexnya antara T12 – L1, kurva lumbal apexnya
antara L2 – L4, dan kurva lumbosakral bila apexnya L5 ke bawah.
Kurva mayor / kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya
struktural. Kurva ini umumnya terjadi pada skoliosis idiopatik terletak antara
vertebra T4 - T12. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa
struktural maupun non-struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama
tingginya. Kurva mayor double jika sepadan besar dan keparahannya,
biasanya keduanya kurva struktural.

14
2.6 Patofisiologi Skoliosis

Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari
adanya syaraf-syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas
tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang
berada pada garis yang normal.
Yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal diantaranya
kebiasaan duduk yang miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila
ini terus berulang menjadi kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat
pada ketidakseimbangan tarikan pad aruas tulang belakang. Oleh karena itu,
tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau Diagnosis seperti huruf
S atau huruf C.

2.7 Manifestasi Klinis Skoliosis


Gejala klinis yang dapat dijumpai pada penderita skoliosis adalah sebagai
berikut :
• Badan condong ke lateral flexion
• Kepala tidak sejajar langsung dengan panggul
• Salah satu bahu lebih tinggi dari yang lain
• Terdapat penonjolan dari salah satu scapula
• Payudara asimetris pada wanita
• Salah satu pinggul lebih tinggi dari yang lain
• Nyeri punggung
• Kelelahan pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
• Skoliosis yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari
60%) bisa menyebabkan gangguan pernafasan

Ketidaklurusan tulang belakang ini akhirnya akan menyebabkan nyeri


persendian di daerah tulang belakang pada usia dewasa dan kelainan bentuk
dada, hal tersebut mengakibatkan :

15
▪ Penurunan kapasitas paru, pernafasan yang tertekan, penurunan level
oksigen akibat penekanan rongga tulang rusuk pada sisi yang cekung.

▪ Pada skoliosis dengan kurva kelateral atau arah lengkungan ke kiri,


jantung akan bergeser kearah bawah dan ini akan dapat mengakibatkan
obstruksi intrapulmonal atau menimbulkan pembesaran jantung kanan,
sehingga fungsi jantung akan terganggu.

Di bawah ini adalah efek skoliosis terhadap paru dan jantung meliputi :

1. Efek Mild skoliosis (kurang dari 20o tidak begitu serius, tidak
memerlukan tindakan dan hanya dilakukan monitoring)

2. Efek Moderate skoliosis (antara 25 – 40o ), tidaklah begitu jelas ,


namun suatu study terlihat tidak ada gangguan, namun baru ada
keluhan kalau dilakukan exercise.

3. Efek Severe skoliosis (> 400 ) dapat menimbulkan penekanan


pada paru, pernafasan yang tertekan, dan penurunan level
oksigen, dimana kapasitas paru dapat berkurang sampai 80%.
Pada keadaan ini juga dapat terjadi gangguan terhadap fungsi
jantung.

4. Efek Very Severe skoliosis (Over 1000 ). Pada keadaan ini dapat
terjadi trauma pada pada paru dan jantung, osteopenia and
osteoporosis .

2.8 Diagnosis Skoliosis


a. Anamnesis

Skoliosis ringan biasanya tidak menimbulkan keluhan, mungkin hanya


menimbulkan rasa pegal. Pada skoliosis sedang, penderita akan mengalami
penurunan daya tahan dalam posisi duduk atau berdiri berlama-lama. Pada
skoliosis berat akan menyebabkan lengkungnya tulang belakang yang berat,

16
dapat disertai dengan kesulitan jalan, nyeri punggung, pinggang, paha, dan
sesak (Skinner, 2003).
Pada saat melakukan anamnesa pasien skoliosis, pertanyaan berikut
sebaiknya ditanyakan.
• “Pada umur berapa kelengkungan tulang belakang pertama kali terlihat?”
o (Penting untuk menentukan prognosis dan derajat keparahan
skoliosis)
• “Bagaimana keadaan ibunya ketika sedang mengandung dulu?”
o (apakah ada kelainan atau suatu masalah ketika kehamilan dulu)
• “Apakah pasien mengalami perkembangan yang normal?”
o (developmental milestone) (berjalan, berbicara)
• “Apakah ada riwayat keluarga yang menderita Skoliosis atau masalah
tulang belakang lainnya?”
o (karena 20 % akan mewarisi kelainan ini, bila dalam keluarganya
ada yang menderita skoliosis)
• “Apakah pasien mengalami nyeri punggung?”

• (Biasanya Soliosis pada anak atau remaja tidak menimbulkan nyeri.Bila


terdapat nyeri,pemerikan selanjutnya harus dilakukan untuk mengetahui
adanya kelainan-kelainan yang lain.)

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada posisi berdiri atau


membungkukkan badan ke arah depan atau belakang, kemiringan atau asimeteris
dari bahu dan pelvis, tidak sama panjang antara ukuran kaki kiri dengan kaki
kanan.

17
Tabel 2. Pemeriksaan fisik pada skoliosis

Inspeksi :
- Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.
- Badan miring ke salah satu sisi
- Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris.
- Scapula salah satu sisi lebih menonjol
- Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih
menonjol daripada yang lain.
- Ketika membungkuk ke depan, terlihat adanya rib hump dan dadanya tidak
simetris.
- Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata, batas celana yang
tak sama panjang.
- Untuk Skoliosis yg idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang
mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah
bercak “café au lait” atau pasien tinggi dengan tungkai yang panjang mungkin
mengalami Marfan’s syndrome sehingga harus diperiksa lebih lanjut, atau
anak yang pendek dengan dwarfisme.

18
Palpasi :
✓ Pemeriksaan spesifik skoliosis : “The Adam’s Forward Bending test”
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan
menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan
telapak tangan berada pada lutut. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian
iga (rib hump) atau otot-otot paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi badan
yang berkaitan dengan kurvatura lateral. Rib hump dapat diukur secara langsung
dari tingginya atau dengan menggunakan scoliometer. Deformitas tulang iga dan
asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan 30° atau lebih. Jika
pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat.
Tes ini sangat sederhana, namun hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja,
tidak dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang.

Gambar 1. The Adam’s Forward Bending test

✓ Scoliometer
Scoliometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut kurvatura.
Cara pengukurannya dilakukan dengan posisi pasien membungkuk, kemudian
scoliometer diletakkan pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan,
kemudian baca angka derajat kurva.

19
Gambar 2. Scoliometer

✓ Plumb line test :


Tes ini dilakukan dengan menjatuhkan plumb line dari vertebra C7.
Pada orang normal, ujung plumb line akan jatuh di gluteal cleft, sedangkan
pada penderita skoliosis akan terjadi pergeseran ke kanan atau ke kiri dari
gluteal cleft.

Gambar 3. Plumb line test

20
Secara umum tanda-tanda skoliosis yang bisa diperhatikan pada
penderitanya yaitu

- Tulang bahu yang berbeda, dimana salah satu bahu akan kelihatan
lebih tinggi dari bahu yang satunya (Elevated Shoulder)

- Tulang belikat yang menonjol, sebagai akibat dari terdorongnya


otot oleh kurva primer Scoliosis (Prominent Scapula)

- Lengkungan tulang belakang yang nyata, yang dapat terlihat secara


jelas dari arah samping penderita (Spinal Curve)

- Tulang panggul yang terlihat miring, sebagai penyesuaian dari


kuva Scoliosis
(Uneven Waist)

- Perbedaan ruang antara lengan dan tubuh (Asymmetrical Arm to


Flank Distances)

Gambar 4. Tanda-tanda umum skoliosis

21
c.Pemeriksaan Penunjang

Pencitraan
Penilaian pasien skoliosis dari segi radiografi dimulai dari sisi
anteroposterior dan lateral dari seluruh tulang belakang . sebagai tambahan,
pemeriksaannya sebaiknya juga termasuk sisi lateral dari lumbal, untuk
menilai adanya spondilosis atau spondilolystesis (prevalensi di populasi
secara umum ada sekitar 5%). Kurva atau kelengkungan skoliosis ini lalu
diukur dari sisi AP. Metode yang paling sering digunakan (digunakan oleh
Scoliosis Research Society ) adalah metode Cobb.

1. Metode Cobb

Metode Cobb sudah digunakan sejak tahun 1984 untuk mengukur


sudut pada posisi erect PA. Pengukuran dengan sudut Cobb sangat berguna
pada pemeriksaan pasien dengan posisi PA/AP. Sudut Cobb ditemukan
dengan menarik garis dari sudut inferior dan superior vertebrae dari
kelengkungan. Sudut tersebut menghubungkan garis tegak lurus dengan
endplates.

Sudut Cobb sangat berguna dalam menentukan beda antara skoliosis


dan asimetris dari vertebrae. Sudut kurang 100 hingga 150 pada sudut Cobb
lebih menunjukkan bahwa telah terjadi asimetris daripada skoliosis. Sudut
Cobb juga dapat memonitor kemajuan koreksi dari kelengkungan selama
penggunaan bracing atau observasi perbaikan. Bagaimanapun, pada
pengukuran sudut Cobb tidak bisa menentukan adanya vertebral rotation
atau aligment dari tulang belakang.1 Metode lippman-cobb di ambil dan di
standarisasi oleh Scoliosis Research Society dan digunakan untuk
mengklasifikasikan jenis kelengkungan skoliosis menjadi tujuh bagian.

22
Gambar 5. Metode Lippman-Cobb

Metode Cobb ini memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan


metode lain. Selain itu metode ini lebih tepat bahkan jika pasien diperiksa oleh
pemeriksa lainnya. Selain itu juga masih ada metode lain yaitu metode Risser-
Ferguson, yang lebih jarang digunakan.

Pada awalnya, seseorang harus ditentukan terlebih dahulu apa jenis/tipe


dari kelengkungan pada skoliosisnya tersebut. Lengkungannya bisa jadi akut,
seperti yang terlihat pada fraktur atau hemivertebra. Setiap adanya anomali pada
costa atau vertebre harus dilaporkan. Scoliosis secara umum dapat digambarkan
berdasarkan lokasi kelengkungannya, seperti yang ada digambar berikut ini :

Gambar 6. Pola skoliosis

23
Pemeriksa seharusnya juga menentukan apakah titik kelengkungan
tersebut mengarah ke kanan atau ke kiri. Jika kelengkungannya ada ada dua,
maka masing-masing harus digambarkan dan diukur.

Untuk menggunakan metode Cobb, pertama kita harus menetukan mana


saja yang merupakan end vertebrae. Masing-masing dari end vertbrae ini adalah
yang dibatasan atas dan bawah dari kelengkungan yang miring paling jauh
mengarah ke kelengkungannya. Jika
kita sudah memilih vertebrae tersebut, lalu gambarlah garis sepanjang endplate
bagian atas dan bawah, sebagimana digambarkan dibawah ini.

Gambar 7. Pengukuran skoliosis berdasarkan metode Cobb

Jika ujung endplate sulit dinilai, maka garis ini dapat digambarkan
disepanjang atas dan bawah dari pedikel. Sudut yang didapatkan adalah sudut
yang terdapat diantara dua garis tersebut. namun, jika sudut yang terbentuk itu
kecil, bisa saja kedua garis tersebut berpotongan di gambarnya saja, seperti
Downtown Seattle. Pada saat melaporkan penghitungan sudut skoliosis ini maka
kita harus menerangkan bahwa metode yang dipakai dalam pengukuran ini
adalah metode Cobb dan juga mana ujung-ujung dari vertebrae yang telah kita
pilih unutk diukur. Peranannya disini adalah jika kita telah memilih vertebrae
tersebut, maka kita harus menggunakan vertebrae yang sama dalam proses
follow up selanjutnya, agar hasil yang didapatkan lebih tepat dan pasti dalm
menilai kemajuan atau perbaikan yang ada. Sekali seseorang telah diukur
24
kelengkungannya, lalu dapat diperkirakan derajat rotasi (perputaran) dari
vertebre pada apexnya dengan melihat hubungan dari pedikel ke garis tengahnya
(midline).

Gambar 8. Pengukuran perputaran (rotasi) dari pedikel pada skoliosis.

Pada gambar A. Menunjukkan neutral position (tidak ada rotasi) gambar


B merupakan derajat 1 gambar C derajat 2 gambar D derajat 3 dan gambar E
derajat 4. Pada posisi frontal terlihat kelengkungan tulang belakang ke arah
lateral, yang berhubungan dengan terbelah pada garis imajiner dan sebagian
vertebra pada sisi lengkung yang terpisah ke arah luar, kedua dan didalam atau
garis tengah ketiga (garis vertikal pada A-E).

Yang berguna bagi tim bedah adalah gambaran lateralnya, yang


digunakan untuk menilai derajat rigidaitas atau kekakuan dan fleksibelitas dari
kelengkungan tersebut. Pada gambar dibawah ini dapat dinilai bahwa
kelengkungan yang utama atau pangkalnya adalah dari thorakal (thorakal curve)
dengan lumbal sebagai lanjutannya.

25
Gambar 9. “bending film” dapat membedakan skoliosis structural dan
non struktural

2.Metode Ferguson
Metode Ferguson merupakan metode lain dalam pencitraan yang bisa
digunakan dalam menentukan kelengkungan yang merupakan kelengkungan
primer vertebrae ataupun lanjutan dari kelengkungan tersebut. Metode Ferguson
tidak bisa menentukan ada atau tidak ada bungkuk pada pasien. Pasien harus bisa
berdiri atau tidak bisa duduk. 2 Posisi dapat ditentukan melalui posisi yang
pertama posisi PA berdiri tegap sehingga dapat terlihat seluruh tulang belakang
pada hasil foto (atau paling kurang regio thorak dan lumbal) dan pasien yang
diberi bantuan untuk posisi tersebut. Kedua, pasien diminta untuk berdiri dengan
1 kaki dan dielevasikan 2 hingga 4 inchi pada sandaran. Elevasi kaki harus
menghadap sisi lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Pada PA
dengan posisi terlungkup merupakan hambatan pada pasien. Maka pada kedua
posisi tersebut dapat dibantu dengan mengelevasikan kaki pasien.
Keuntungan pada metode Ferguson adalah bisa mendeteksi adanya
kelengkungan yang sekunder pada pasien yang tidak bisa berdiri tegap tapi bisa
duduk tegap. Pada pasien yang duduk, diberikan bantalan 3 hingga 4 inchi yang
diletakkan pada bokong pasien yang menghadap ke arah sisi lengkung dari

26
kelengkungan tulang belakang pasien. Ini akan cukup untuk mengelevasikan dan
dapat menunjukkan koreksi kelengkungan dengan posisi PA tersebut.

Gambar 10. Proyeksi dengan posisi PA berdiri memperlihatkan 2


kelengkungan tulang belakang : kelengkungan lumbal primer 42o dan lanjutan
dari kelengkungan 16o berlokasi pada superior kelengkungan primer.

3.Metode Lingmann-Cobb
Metode lignman-cobb untuk derajat rotasi mengunakan prosesus spinosus
sebagai titik acuan. Normalnya prosesus spinosus terlihat pada titik tengah dari
corpus vertebrae jika tidak ada rotasi, jika terdapat rotasi maka prosesus
spinosus akan bergeser melalui titik kelengkungan kurva metode Moe untuk
derajat rotasi menggunakan simetrisias pedikulus sebagai titik acuannya dengan
pergeseran pedikulus menandakan adanya rotasi vertebrae.
4.Metode Adam Greenspan
Teknik terbaru untuk mengukur derajat skoliosis diperkenalkan oleh
Adam Greenspan Andis pada tahun 1978 dimana lebih akurat dalam mengukur
deviasi setiap vertebrae. Teknik ini disebut “scolioti index” mengukur setiap
deviasi vertebrae dari garis spinal, yang ditentukan melalui titik pada pusat
27
vertebre, diatas vertebre yang diatasnya,atau dipusat dari vertebre yang
dibawahnya. Teknik ini berguna saat mengevaluasi segmen singkat atau
kelengkungan minimal,yang sering sulit untuk diukur dengan metode yang ada
dan tambahan untuk mengukur kelengkungan scoliosis
5. Metode Nash-Moe

Gambar 11. Indeks scoliosis

Poin lain yang tak kalah penting untuk dinilai dalam pemeriksaan
radiologi adalah menentukan kematangan rangka pasien secara fisiologis.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, jika kematangan tulang seseorang
telah sempurna, dengan derajat skoliosis kurang dari 30 derajat, tidak dapat
menunjukkan perbaikan yang bermakna. Untuk itu, sering pada kasusu seperti ini
disarankan untuk memberhentikan follow-up ataupun terapinya. Oleh karna itu,
skrining skoliosis sangat dianjurkan pada saat anak-anak.

Beberapa metode dapat digunakan untuk menilai kematangan tulang .


posisi AP dari tangan kiri dan sendi pergelangan tangan dapat dibandingkan
dengan standardnya yang bisa dilihat di atlas. Karena Krista iliaca bisanya
digunakan dalam penelitian skoliosis, maka indeks kematangan rangka juga
sudah ditetapkan. Jika apophyse krista iliaca telah bertemu dengan sacroiliaca
junction, dan telah menempel dengan ilium, maka sudah hampir dapat dipastikan
28
bahwa kematangannya sudah komplit atau sempurna.

Gambar 12. Penentuan kematangan tulang rangka


Selain itu, bukti kematangan bisa juga dinilai dari tulang vertebraenya
sendiri. Jika endplatesnya telah bergabung dengan corpus vertebrae dan
membentuk suatu kesatuan yang solid, maka artinya kematangannya juga seudah
sempurna.

Gambar 13. penentuan kematangan vertebrae

Faktor yang tidak kalah penting untuk menentukan skoliosis adalah


menentukan kematangan tulang rangka. Ini penting untuk prognosis dan
pengobatan dari skoliosis, terutama untuk skoliosis tipe idiopatik, karena adanya
progresivitas dari pertumbuhan derajat skoliosis selama tulang tersebut belum
mencapai kematangan yang sempurna. Umur rangka (skeletal age) dapat
ditentukan dengan membandingkan radiografi dari tangan pasien, dengan standar
tertentu pada tiap-tiap umur, yang bisa dilihat di atlas radiografi. Ini juga bisa
dinilai melalui observasi radiologi dari ossifikasi dari tulang apophysis pada
cincin vertebrae (vertebral ring), atau dari ossifikasi pada apophysis iliaka.

29
Gambar 14. Maturitas dari tulang

6. Menentukan skoliosis dari ujung vertebrae.

Identifikasi dari ujung kelengkungan dari tulang belakang sangat tepat


menentukan tipe kelengkungan, menentukan cara mengkoreksi dan menentukan
tingkat penyatuan dari tulang belakang. Ujung dari vertebra atau diskus dengan
rotasi yang bermakna atau deviasi dari bagian tengah kolumna vertebra. Bagian
akhir dari vertebrae yang mengalami kemiringan maksimal pada ujung dari
kelengkungan dan menentukan jumlah sudut Cobb. Neutral vertebrae atau
vertebra yang normal akan memperlihatkan gambaran tidak ada rotasi pada
radiografi posisi frontal (PA atau AP) dengan pedikel yang normal dan simetris.
Neutral vertebrae memiliki kelengkungan yang sama pada bagian proksimal
maupun distal.
Vertebrae yang stabil membelah atau sedikit terbelah pada garis vertikal
di sakrum atau Central Sacral Line (CSVL). CSVL garis vertikal yang dibentuk
dari garis lurus ke garis tangen yang digambarkan sepanjang bagian atas krista
iliaka di radiografi. Ini dapat membagi dua sakrum.

7. Metode King dan Lenke

CSVL pada radiografi menunjukkan adanya ketidakstabilan pada


vertebra. Mengevaluasi keseimbangan bagian coronal vertebrae dan menentukan
tipe dari kelengkungan dengan menggunakan metode King dan Lenke.

Garis tegak lurus merupakan garis vertikal ke arah bawah dari bagian
tengah vertebral body servikal 7, berhubungan pda ujung lateral di radiografi. Ini
digunakan untuk mengevaluasi coronal balance dan standing frontal radiografi
dan keseimbangan sagital pada standing lateral radiografi. Coronal balance
30
adalah evaluasi dengan menjumlahkan jarak antara CSVL dan garis tegak lurus,
dan sagital balance adalah evaluasi dengan menjumlahkan jarak antara bagian
posterosuperior dari vertebral body sakral 1 dan garis tegak lurus. Ukuran
coronal dan sagital, menunjukkan abnormal bila jarak lebih dari 2cm. Pada
ukuran coronal balance, garis tegak lurus berlokasi di kanan dari CSVL yang
menunjukkan reflek positif pada coronal balance, dimana garis tegak lurus yang
berloksi di kanan dari CSVL menunjukkan reflek negatif dari coronal balance.
Ukuran dari sagital balance, garis tegak lurus berada di anterior hingga
posterosuperior bagian dari badan sakral
1 yang menunjukan reflek positif pada sagital balance, dimana garis tegak lurus
dari posterior hingga bagian posterosuperior dari badan sakral 1 yang
menunjukkan reflek negatif dari sagital balance.

Secara umum dapat diterima bahwa kelengkungan dibawah 50 derajat


harus diterapi secara konservatif. Pengobatan untuk mengatasi kelengkungan ini
terdiri dari chiropractic care dan adjunctive exercises. Jika kelengkungannya
lebih dari 50 derajat, maka diperlukan konsultasi ke ortopedi untuk kebaikan
pasien dan pencegahan malpraktik bagi dokter.

31
Gambar 15. Struktural dan nonstruktural kelengkungan

Pada gambar a merupakan posisi AP berdiri tegak pada radiografi yang


terlihat dextroscoliosis pada upper thoracic level (segmen spinal antara garis
putus-putus ; sudut Cobb 58,8o) dan levoskoliosis pada level thorakolumbal
(segmen spinal antara garis yang tidak putus-putus; sudut Cobb, 32,6o).

Pada gambar b merupakan posisi membungkuk ke kanan yang


memperlihatkan sudut Cobb adalah 32o (>25o) dengan kelengkungan ke arah
kanan pada upper thoracic level, mengindikasikan merupakan kelengkungan
yang structural.

Pada gambar c merupakan posisi membungkuk ke kiri memperlihatkan


sudut Cobb 15o(<25o) dengan kelengkungan ke arah kiri pada level
thorakolumbal mengindikasikan merupakan kelengkungan yang nonstruktural.

32
Gambar 16. Pengukuran pada garis koronal dan sagital dari vertebra pada berdiri
lurus pada radiografi perempuan usia 11 tahun.

Pada gambar a terlihat radiografi yang memperlihatkan jarak (panah) 1,8cm


dari garis tegak lurus (garis putus-putus) menggambarkan penurunan dari bagian
tengah vertebral body cervikal 7 berhubungan dengan ujung lateral radiografi dan
CSVL (garis tidak putus-putus). Adanya sedikit jarak menandakan
ketidakseimbangan bagian atas (≥ 2cm).1

Pada gambar b didapatkan radiografi dengan jarak yang memendek (panah)


antara garis tegak lurus (garis putus-putus) dan bagian posterosuperiot dari vertebral

33
body sakral 1 (panah atas) adalah 1,7cm kurang dari ketidakseimbangan sagital.

2.9 Tatalaksana Skoliosis


Jenis terapi yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor.
Sebelum menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih
dahulu. Terapi disesuaikan dengan etiologi,umur skeletal, besarnya lengkungan, dan
ada tidaknya progresivitas dari deformitas. Keberhasilan terapi sebagian tergantung
pada deteksi dini dari skoliosis.

A. Terapi konservatif (Skinner,2003)


1. Skoliosis ringan ( < 10o ) hanya dilakukan observasi, kecuali pada
pasien dengan usia sangat muda dengan skoliosis neuromuskular dan
mempunyai risiko tinggi progresivitas kurva.
2. Skoliosis ringan ( < 20o ) dapat diatasi secara konservatif.
3. Skoliosis dengan derajat kurva > 20o pada pasien dengan skeletal yang
belum matur memerlukan penggunaan alat penyangga.
4. Alat penyangga tersebut antara lain :

• Penyangga Milwaukee

Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus,
tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk
menyokong dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus
dipakai 23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada
bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya
pertumbuhan tulang belakang selanjutnya. tulang belakang pada anak yang
bertumbuh.

34
Gambar 17. Alat penyangga Milwaukee untuk meluruskan

• Penyangga Boston

Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau


torakolumbal yang rendah. Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari
sampai skeletalnya matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki
deformitas yang tidak dikehendaki oleh pasien. bagian lumbal atau torakolumbal.

35
Gambar 18. Alat penyangga Boston dapat digunakan pada skoliosis

b. Fisioterapi
Pada pasien skoliosis, perlu dilakukan fisioterapi yang meliputi terapi
modalitas dan terapi latihan. Penangganan skoliosis dengan latihan pada
prinsipnya harus mengandung 3 unsur DEF yaitu Derotasi, Elongasi
dan Fleksibilitas. Tujuan latihan ini adalah menguatkan otot stabilisator trunk,
dan secara aktif mengurangi / mengoreksi kurva dan deformitas lain
yang menyertai. Otot yang perlu dilatih ialah otot abdominal, otot thoracic,
lumbar extensor, dan hip extensor. Selain itu, juga dilakukan elongasi spine
dengan cara bergantung pada stall bars atau dengan memakai invertion traction.
Terapi latihan yang dilakukan juga meliputi latihan peregangan sisi concave,
latihan elongasi trunk, latihan peregangan otot leher, bahu atau hip, latihan
penguatan otot sisi convex, latihan deep breathing untuk meningkatkan fungsi
paru, dan latihan derotasi trunk dan lateral fleksi trunk. Pasien juga harus dilatih
terapi postural untuk melakukan postur tubuh yang benar saat berdiri, duduk,
tidur. Kemudian, dapat dilakukan intervensi massage untuk merelaksasi otot
dan mengurangi nyeri.
Terapi modalitas yang dapat diberikan, seperti traksi dan
elektrostimulasi. Elektro Stimulasi diberikan dengan stimulasi intermittent di

36
sisi convex scoliosis pada paraspinal muscles dan / atau midaxillary line.
Keberhasilan pemakaian elektro stimulasi untuk mengoreksi skoliosis ringan –
sedang mencapai 80 % termasuk mengurangi resiko operasi.

Muscle Exercise Stall Bar Stretch

c. Tindakan Pembedahan

Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya


imatur, operasi direkomendasikan. Lengkung dengan sudut besar tersebut,
progresivitasnya meningkat secara bertahap, bahkan pada masa dewasa. Tujuan
terapi bedah dari skoliosis adalah memperbaiki deformitas dan mempertahankan
perbaikan tersebut sampai terjadi fusi vertebra. Beberapa tindakan pembedahan
untuk terapi skoliosis antara lain :

37
• Penanaman Harrington rods (batangan Harrington)

Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui


pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan
atau menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal. Peralatan yang kaku ini
terdiri dari pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang
vertebrata yang letaknya di atas dan di bawah lengkungan tulang belakang.
Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat
mengurangi kelengkungan tulang belakang ke arah samping (lateral),
pemasangannya relatif sederhana dan komplikasinya rendah. Kerugian utamanya
adalah setelah pembedahan memerlukan pemasangan gips yang lama. Seperti
pemasangan pada spinal lainnya , batangan Harrington tidak dapat dipasang pada
penderita osteoporosis yang signifikan.

Gambar 20. Penggunaan batangan Harrington

38
Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset

Peralatan Cotrell-Dubousset meliputi pemasangan beberapa batangan dan


pengait untuk menarik, menekan, menderotasi tulang belakang. Alat yang dipasang
melintang antara kedua batangan untuk menjaga tulang belakang lebih stabil.

Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset spinal dikerjakan oleh dokter ahli


bedah yang berpengalaman dan asistennya

2.10 Komplikasi Skoliosis


Penderita skoliosis perlu mendapatkan perawatan sedini mungkin. Tanpa
perawatan, tulang belakang menjadi semakin bengkok dan menimbulkan
berbagai komplikasi seperti :
1. Kerusakan paru-paru dan jantung.
Komplikasi ini dapat terjadi jika tulang belakang membengkok melebihi 60
derajat. Tulang rusuk akan menekan paru-paru dan jantung, menyebabkan
penderita sukar bernafas dan cepat capai. Jantung juga akan mengalami
kesukaran memompa darah. Dalam keadaan ini, penderita lebih mudah
mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia.
2. Sakit tulang belakang.
Semua penderita, baik dewasa atau kanak-kanak, berisiko tinggi mengalami
masalah sakit tulang belakang kronik. Jika tidak dirawat, penderita mungkin
akan menghidap masalah sakit sendi. Tulang belakang juga mengalami lebih
banyak masalah apabila penderita berumur 50 atau 60 tahun.
3. Terjepitnya saraf-saraf disepanjang ruas tulang belakang.
Hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan.

39
2.11 Prognosis Skoliosis
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.
Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya
progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya
diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak
menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit
punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis idiopatik
yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup
secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit
lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan
dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi
roda.
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk
yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan
beberapa kali pembedahan.

40
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Richard E.,Kliegman,Robert M., Jenson,Hal B. 2004. Nelson
Textbook of Pediatrics 17th edition.USA : Saunders.
2. Hay, William W., Levin, Myron J., Deterding, Robin R., Abzug, Mark J.,
Sondheimer, Judith M. 2012. Current Diagnosis & Treatmen in Pediatrics
21st edition. USA : McGraw-Hill.
3. Skinner, Harry B. 2003. Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics 3rd
edition. USA : Appleton & Lange.
4. Apley GA, Solomon L. Buku Ajar : Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley .
Edisi 7. Jakarta : Widya Medika, 1995. p.84-91.

5. Snell RS. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC, 2006. p: 880-914.


6. Medicinet Reference [Internet] Scoliosis. [Last Update April 26, 2015]
Available From :
http://www.medicinenet.com/scoliosis/page4.htm.Accessed on December,
2019.
7. SRS Reference [Internet] Scoliosis. Available From :
http://www.srs.org/patient_and_family/scoliosis/idiopathic/adults/adult_spinal
_deformity/treatment_options.htm. Accessed on December, 2019.
8. The free dictionary Reference [Internet] Scoliosis. Available From :
http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/Idiopathic+adult+scoliosis.
Accessed on December, 2019
9. Espine Reference [Internet] Adult Idiopathic Scoliosis . Available From:
http://espine.com/scoliosis/adult-idiopathic-scoliosis/. Accessed on December,
2019
10. Parkviewspine Reference [Internet] Adult Idiopathic Scoliosis. Available
From :
http://parkviewspine.com/patient-education/adult-idiopathic-scoliosis/.
Accessed on December, 2019.

41
11. NHS Reference [Internet] Scoliosis. Available From :
http://www.nhs.uk/Conditions/Scoliosis/Pages/Complications.aspx. Accessed
on December, 2019.
12. Medscape Reference [Internet] Scoliosis. Available From :
http://emedicine.medscape.com/article/1265794-overview#a0104. Accessed
on December, 2019.

42

Anda mungkin juga menyukai