Referat Skoliosis
Referat Skoliosis
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat-Nya, penulis berhasil menyelesaikan penulisan referat yang berjudul
“Skoliosis”.
Dalam penulisan referat ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun
dari segi isi materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun untuk perbaikan pada penulisan dan
penyusunan referat ini. Penulis berharap referat ini dapat membawa manfaat bagi
semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Aamiin ya rabbal’alamin.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Anatomi Tulang Belakang ................................................................................ 4
2.2 Definisi Skoliosis .............................................................................................. 9
2.3 Epidemiologi Skoliosis ..................................................................................... 9
2.4 Etiologi Skoliosis ............................................................................................ 10
2.5 Klasifikasi Skoliosis ........................................................................................ 12
2.6 Patofisiologi Skoliosis ..................................................................................... 15
2.7 Manifestasi Klinis Skoliosis ............................................................................ 15
2.8 Diagnosis Skoliosis ......................................................................................... 16
2.9 Tatalaksana Skoliosis ...................................................................................... 34
2.10 Komplikasi Skoliosis .................................................................................... 39
2.11 Prognosis Skoliosis ....................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 41
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Tujuh vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher yang membentuk
daerah tengkuk.
b. Dua belas vertebra torakalis atau ruas tulang punggung yang membentuk
bagian belakang torax atau dada.
e. Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging atau ekor yang
membentuk tulang ekor.
4
atau aksis.Setiap mamalia memiliki 7 tulang punggung leher, seberapapun
panjang lehernya.
Ciri-cirinya :
✓ Processus tranversus mempunyai foramen tranversarium untuk
tempat lewatnya arteri dan vena vertebralis.
✓ Spina kecil dan bifida.
✓ Corpus kecil dan lebar dari sisi ke sisi.
✓ Foramen vertebra besr dan berbentuk segitiga.
✓ Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap
ke belakang dan atas ; processus articularis inferior mempunyai
facies yang menghadap ke bawah dan depan.
✓ Vertebra I,II,IV , atipikal :
• Tidak mempunyai corpus.
• Tidak mempunyai processus spinosus.
• Tidak mempunyai arcus anterior dan arcus posterior.
• Mempunyai massa lateralis .
• V.Cervicalis II = axis.
• V.Cervicalis VII = vertebra prominens.
5
✓ Fovea costalis terdapat pada processus tranversus untuk bersendi
dengan tuberculum costae.
✓ Processus articularis superior mempunyai facies yang menghadap
ke belakang dan lateral ; processus articularis inferior menghadap
ke depan dan medial ; processus articularis inferior T12
menghadap ke lateral seperti V.Lumbalis.
6
❖ Tulang punggung coccygeal
Terdapat 3 hingga 5 tulang (Co1-Co5) yang saling bergabung dan
tanpa celah. Beberapa hewan memiliki tulang coccyx atau tulang ekor
yang banyak, maka dari itu disebut tulang punggung kaudal (kaudal
berarti ekor).
❖ Perdarahan vertebra
➢ Arteri
Arteri-arteri berikut ini mndarahi struktur-struktur di punggung.
a) Daerah cervical : cabang-cabang yang berasal dari a.occipitalis ,
sebuah cabang a.carotis externa ; dari a.vertebralis , sebuah cabang
a.subclavia ; dari a.cervicalis profunda , sebuah cabang dari truncus
costocervicalis , cabang dari a.subclavia ; dan dari a.cervicalis
ascendens , sebuah cabang dari a.thyroidea inferior.
b) Daerah thoracal : cabang-cabang bersal dari aa.intercostales posteriors.
c) Daerah lumbal : cabang-cabang dari a.subcostalis dan lumbalis.
d) Daerah sacral : cabang-cabang beasal dari a.iliolumbalis dan a.sacralis
laeralis , cabang-cabang dari a.iliaca interna.
➢ Vena
Vena-vena yang mengalirkan darah dari struktur-struktur di
punggung membentuk plexsus rumit yang membentang sepanjang
columna vertebralis dari cranium sampai ke os coccygis. Vena-vena ini
dapat dibagi menjadi (a) yang terletak diluar columna vertebralis dan
mengelilnginya membentuk plexsus venosusvertebralis externus dan
(b) yang terletak di dalam canalis vertebralis dan membentuk plexus
venosus vertebralis internus. Plxus-plexus ini berhubungan secara bebas
dengan vena-vena di leher, abdomen, thorak dan pelvis. Di atas , plexus
ini berhubungan dengan sinus venosus occipitalis dan basilaris di dalam
cavum crania melalui foramen magnum. Plexus venosus vertebralis
internus terletak di dalam canalis vertebralis tetapi di luar duramater
7
medulla spinalis. Plexus venosus vertebralis internus bermuara ke dalam
v.intervertebralis, yang berjalan ke luar bersama dengan saraf spinalis
melalui foramina intervertebralis. Di sini, vena ini bergabung dengan
cabang-cabang dari plexus venosus vertebralis externus dan selanjutnya
bermuaa berturut-turut ke dalam v.vertebralis, v.intercostalis, v.lumbalis,
v.sacralis lateralis.
❖ Persarafan punggung
Kulit dan otot-otot punggung di persarafi secara segmental leh
rami posterior 31 pasang saraf spinalis. Rami posterior C1,6,7 dan 8 serta
L4 dan 5 mempersarafi otot punggung profunda, tetapi tidak mempersarafi
kulitnya. Ramus posterior C2 (n. occipitalis major) berjalan ke atas
melalui tekuk dan mempersarafi kulit kepala.Rami posterior berjalan ke
bawah dan lateral mempersrafi sebagin kulit, sedikit di bawah tempat
keluarnya dari foramen intervertebralis. Persarafan kulit yang tumpang
tindih menyebabkan pemotongan satu saraf mengakibatkan berkurangnya
sensasi kulit, tetapi tidak menghilangkan scara total. Setiap ramus
posterior terbagi menjadi dua, yaitu cabang medial dan lateral.
8
2.2 Definisi Skoliosis
10
• Neuromuskular (Behrman,2004)
Skoliosis yang disebabkan karena gangguan pada sistem saraf dan
penyakit otot (myopathy).
Kelainan pada upper motor neuron contohnya adalah cerebral
palsy, spinocerebellar degeneration, tumor di spinal cord, trauma di
spinal cord). Sedangkan, kelainan pada lower motor neuron contohnya
adalah poliomielitis dan atrofi otot spinal.
Penyakit otot (myopathy) contohnya adalah dunchenne muscular
dystrophy, arthrogryposis.
• Kongenital (Behrman,2004)
Skoliosis yang disebabkan karena adanya abnormalitas
perkembangan vertebra selama trimester pertama kehamilan yang
menyebabkan deformitas struktural dari tulang belakang. Skoliosis
kongenital ini bisa berupa kegagalan formasi vertebra parsial atau total
(wedge vertebrae / hemivertebrae), kegagalan segmentasi vertebra
parsial atau total (unsegmented bars), atau kombinasi keduanya.
• Degeneratif (Skinner,2003)
Skoliosis degeneratif terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.
Skoliosis ini disebabkan oleh perubahan-perubahan pada tulang
belakang dengan adanya pelemahan dari ligamen-ligamen dan jaringan-
jaringan lunak lain yang normal dari tulang belakang digabungkan
dengan pembentukan spur yang abnormal dapat menjurus pada suatu
lekukan dari spine yang abnormal.
11
• Compensatory scoliosis (Behrman,2004)
Skoliosis yang terjadi pada orang dengan panjang kaki yang tidak
sama. Perbedaan panjang kaki sekecil 0,5 cm dapat menyebabkan
terjadinya skoliosis.
13
Kurva Skoliosis
Berdasarkan derajat kurvanya, skoliosis dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
skoliosis ringan, sedang, dan berat.
• Skoliosis ringan : kurva < 20 o
• Skoliosis sedang : kurva 20 º – 40 º / 50 º. Mulai terjadi perubahan
struktural vertebra dan costa.
• Skoliosis berat : > 40 º /50 º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang
lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif.
Pada sudut > 60 º - 70 º terjadi gangguan
fungsi kardiopulmonal, bahkan menurunnya harapan hidup.
Kurva skoliosis bisa berbentuk “C” atau “S”. Kurva “C” umumnya
di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri
dalam waktu lama, kelemahan otot, atau keseimbangan duduk yang tidak baik.
Kurva “S” lebih sering terjadi pada skoliosis idiopatik, di thoracal kanan dan
lumbal kiri, dan umumnya struktural.
Berdasarkan letaknya, kurva bisa terjadi di cervical, thorakal, dan lumbal,
atau kombinasi. Lokasi ini ditentukan dari sisi konveksitas kurva dan tinggi
apex. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah
tulang belakang. Pada kurva cervical, apex ada di antara C1 – C6, kurva
cervicothoracic apexnya antara C7 – T1, kurva thorakal apexnya antara T2 –
T11, kurva thorakolumbal apexnya antara T12 – L1, kurva lumbal apexnya
antara L2 – L4, dan kurva lumbosakral bila apexnya L5 ke bawah.
Kurva mayor / kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya
struktural. Kurva ini umumnya terjadi pada skoliosis idiopatik terletak antara
vertebra T4 - T12. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa
struktural maupun non-struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama
tingginya. Kurva mayor double jika sepadan besar dan keparahannya,
biasanya keduanya kurva struktural.
14
2.6 Patofisiologi Skoliosis
Kelainan bentuk tulang punggung yang disebut skoliosis ini berawal dari
adanya syaraf-syaraf yang lemah atau bahkan lumpuh yang menarik ruas-ruas
tulang belakang. Tarikan ini berfungsi untuk menjaga ruas tulang belakang
berada pada garis yang normal.
Yang bentuknya seperti penggaris atau lurus. Tetapi karena suatu hal diantaranya
kebiasaan duduk yang miring membuat syaraf yang bekerja menjadi lemah. Bila
ini terus berulang menjadi kebiasaan maka syaraf itu bahkan mati. Ini berakibat
pada ketidakseimbangan tarikan pad aruas tulang belakang. Oleh karena itu,
tulang belakang yang menderita skoliosis itu bengkok atau Diagnosis seperti huruf
S atau huruf C.
15
▪ Penurunan kapasitas paru, pernafasan yang tertekan, penurunan level
oksigen akibat penekanan rongga tulang rusuk pada sisi yang cekung.
Di bawah ini adalah efek skoliosis terhadap paru dan jantung meliputi :
1. Efek Mild skoliosis (kurang dari 20o tidak begitu serius, tidak
memerlukan tindakan dan hanya dilakukan monitoring)
4. Efek Very Severe skoliosis (Over 1000 ). Pada keadaan ini dapat
terjadi trauma pada pada paru dan jantung, osteopenia and
osteoporosis .
16
dapat disertai dengan kesulitan jalan, nyeri punggung, pinggang, paha, dan
sesak (Skinner, 2003).
Pada saat melakukan anamnesa pasien skoliosis, pertanyaan berikut
sebaiknya ditanyakan.
• “Pada umur berapa kelengkungan tulang belakang pertama kali terlihat?”
o (Penting untuk menentukan prognosis dan derajat keparahan
skoliosis)
• “Bagaimana keadaan ibunya ketika sedang mengandung dulu?”
o (apakah ada kelainan atau suatu masalah ketika kehamilan dulu)
• “Apakah pasien mengalami perkembangan yang normal?”
o (developmental milestone) (berjalan, berbicara)
• “Apakah ada riwayat keluarga yang menderita Skoliosis atau masalah
tulang belakang lainnya?”
o (karena 20 % akan mewarisi kelainan ini, bila dalam keluarganya
ada yang menderita skoliosis)
• “Apakah pasien mengalami nyeri punggung?”
b. Pemeriksaan Fisik
17
Tabel 2. Pemeriksaan fisik pada skoliosis
Inspeksi :
- Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.
- Badan miring ke salah satu sisi
- Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris.
- Scapula salah satu sisi lebih menonjol
- Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih
menonjol daripada yang lain.
- Ketika membungkuk ke depan, terlihat adanya rib hump dan dadanya tidak
simetris.
- Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata, batas celana yang
tak sama panjang.
- Untuk Skoliosis yg idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang
mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah
bercak “café au lait” atau pasien tinggi dengan tungkai yang panjang mungkin
mengalami Marfan’s syndrome sehingga harus diperiksa lebih lanjut, atau
anak yang pendek dengan dwarfisme.
18
Palpasi :
✓ Pemeriksaan spesifik skoliosis : “The Adam’s Forward Bending test”
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan
menyuruhnya membungkuk 90° ke depan dengan lengan menjuntai ke bawah dan
telapak tangan berada pada lutut. Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian
iga (rib hump) atau otot-otot paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi badan
yang berkaitan dengan kurvatura lateral. Rib hump dapat diukur secara langsung
dari tingginya atau dengan menggunakan scoliometer. Deformitas tulang iga dan
asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan 30° atau lebih. Jika
pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin terlihat.
Tes ini sangat sederhana, namun hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja,
tidak dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang.
✓ Scoliometer
Scoliometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut kurvatura.
Cara pengukurannya dilakukan dengan posisi pasien membungkuk, kemudian
scoliometer diletakkan pada apeks kurva, biarkan skoliometer tanpa ditekan,
kemudian baca angka derajat kurva.
19
Gambar 2. Scoliometer
20
Secara umum tanda-tanda skoliosis yang bisa diperhatikan pada
penderitanya yaitu
- Tulang bahu yang berbeda, dimana salah satu bahu akan kelihatan
lebih tinggi dari bahu yang satunya (Elevated Shoulder)
21
c.Pemeriksaan Penunjang
Pencitraan
Penilaian pasien skoliosis dari segi radiografi dimulai dari sisi
anteroposterior dan lateral dari seluruh tulang belakang . sebagai tambahan,
pemeriksaannya sebaiknya juga termasuk sisi lateral dari lumbal, untuk
menilai adanya spondilosis atau spondilolystesis (prevalensi di populasi
secara umum ada sekitar 5%). Kurva atau kelengkungan skoliosis ini lalu
diukur dari sisi AP. Metode yang paling sering digunakan (digunakan oleh
Scoliosis Research Society ) adalah metode Cobb.
1. Metode Cobb
22
Gambar 5. Metode Lippman-Cobb
23
Pemeriksa seharusnya juga menentukan apakah titik kelengkungan
tersebut mengarah ke kanan atau ke kiri. Jika kelengkungannya ada ada dua,
maka masing-masing harus digambarkan dan diukur.
Jika ujung endplate sulit dinilai, maka garis ini dapat digambarkan
disepanjang atas dan bawah dari pedikel. Sudut yang didapatkan adalah sudut
yang terdapat diantara dua garis tersebut. namun, jika sudut yang terbentuk itu
kecil, bisa saja kedua garis tersebut berpotongan di gambarnya saja, seperti
Downtown Seattle. Pada saat melaporkan penghitungan sudut skoliosis ini maka
kita harus menerangkan bahwa metode yang dipakai dalam pengukuran ini
adalah metode Cobb dan juga mana ujung-ujung dari vertebrae yang telah kita
pilih unutk diukur. Peranannya disini adalah jika kita telah memilih vertebrae
tersebut, maka kita harus menggunakan vertebrae yang sama dalam proses
follow up selanjutnya, agar hasil yang didapatkan lebih tepat dan pasti dalm
menilai kemajuan atau perbaikan yang ada. Sekali seseorang telah diukur
24
kelengkungannya, lalu dapat diperkirakan derajat rotasi (perputaran) dari
vertebre pada apexnya dengan melihat hubungan dari pedikel ke garis tengahnya
(midline).
25
Gambar 9. “bending film” dapat membedakan skoliosis structural dan
non struktural
2.Metode Ferguson
Metode Ferguson merupakan metode lain dalam pencitraan yang bisa
digunakan dalam menentukan kelengkungan yang merupakan kelengkungan
primer vertebrae ataupun lanjutan dari kelengkungan tersebut. Metode Ferguson
tidak bisa menentukan ada atau tidak ada bungkuk pada pasien. Pasien harus bisa
berdiri atau tidak bisa duduk. 2 Posisi dapat ditentukan melalui posisi yang
pertama posisi PA berdiri tegap sehingga dapat terlihat seluruh tulang belakang
pada hasil foto (atau paling kurang regio thorak dan lumbal) dan pasien yang
diberi bantuan untuk posisi tersebut. Kedua, pasien diminta untuk berdiri dengan
1 kaki dan dielevasikan 2 hingga 4 inchi pada sandaran. Elevasi kaki harus
menghadap sisi lengkung dari kelengkungan tulang belakang pasien. Pada PA
dengan posisi terlungkup merupakan hambatan pada pasien. Maka pada kedua
posisi tersebut dapat dibantu dengan mengelevasikan kaki pasien.
Keuntungan pada metode Ferguson adalah bisa mendeteksi adanya
kelengkungan yang sekunder pada pasien yang tidak bisa berdiri tegap tapi bisa
duduk tegap. Pada pasien yang duduk, diberikan bantalan 3 hingga 4 inchi yang
diletakkan pada bokong pasien yang menghadap ke arah sisi lengkung dari
26
kelengkungan tulang belakang pasien. Ini akan cukup untuk mengelevasikan dan
dapat menunjukkan koreksi kelengkungan dengan posisi PA tersebut.
3.Metode Lingmann-Cobb
Metode lignman-cobb untuk derajat rotasi mengunakan prosesus spinosus
sebagai titik acuan. Normalnya prosesus spinosus terlihat pada titik tengah dari
corpus vertebrae jika tidak ada rotasi, jika terdapat rotasi maka prosesus
spinosus akan bergeser melalui titik kelengkungan kurva metode Moe untuk
derajat rotasi menggunakan simetrisias pedikulus sebagai titik acuannya dengan
pergeseran pedikulus menandakan adanya rotasi vertebrae.
4.Metode Adam Greenspan
Teknik terbaru untuk mengukur derajat skoliosis diperkenalkan oleh
Adam Greenspan Andis pada tahun 1978 dimana lebih akurat dalam mengukur
deviasi setiap vertebrae. Teknik ini disebut “scolioti index” mengukur setiap
deviasi vertebrae dari garis spinal, yang ditentukan melalui titik pada pusat
27
vertebre, diatas vertebre yang diatasnya,atau dipusat dari vertebre yang
dibawahnya. Teknik ini berguna saat mengevaluasi segmen singkat atau
kelengkungan minimal,yang sering sulit untuk diukur dengan metode yang ada
dan tambahan untuk mengukur kelengkungan scoliosis
5. Metode Nash-Moe
Poin lain yang tak kalah penting untuk dinilai dalam pemeriksaan
radiologi adalah menentukan kematangan rangka pasien secara fisiologis.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, jika kematangan tulang seseorang
telah sempurna, dengan derajat skoliosis kurang dari 30 derajat, tidak dapat
menunjukkan perbaikan yang bermakna. Untuk itu, sering pada kasusu seperti ini
disarankan untuk memberhentikan follow-up ataupun terapinya. Oleh karna itu,
skrining skoliosis sangat dianjurkan pada saat anak-anak.
29
Gambar 14. Maturitas dari tulang
Garis tegak lurus merupakan garis vertikal ke arah bawah dari bagian
tengah vertebral body servikal 7, berhubungan pda ujung lateral di radiografi. Ini
digunakan untuk mengevaluasi coronal balance dan standing frontal radiografi
dan keseimbangan sagital pada standing lateral radiografi. Coronal balance
30
adalah evaluasi dengan menjumlahkan jarak antara CSVL dan garis tegak lurus,
dan sagital balance adalah evaluasi dengan menjumlahkan jarak antara bagian
posterosuperior dari vertebral body sakral 1 dan garis tegak lurus. Ukuran
coronal dan sagital, menunjukkan abnormal bila jarak lebih dari 2cm. Pada
ukuran coronal balance, garis tegak lurus berlokasi di kanan dari CSVL yang
menunjukkan reflek positif pada coronal balance, dimana garis tegak lurus yang
berloksi di kanan dari CSVL menunjukkan reflek negatif dari coronal balance.
Ukuran dari sagital balance, garis tegak lurus berada di anterior hingga
posterosuperior bagian dari badan sakral
1 yang menunjukan reflek positif pada sagital balance, dimana garis tegak lurus
dari posterior hingga bagian posterosuperior dari badan sakral 1 yang
menunjukkan reflek negatif dari sagital balance.
31
Gambar 15. Struktural dan nonstruktural kelengkungan
32
Gambar 16. Pengukuran pada garis koronal dan sagital dari vertebra pada berdiri
lurus pada radiografi perempuan usia 11 tahun.
33
body sakral 1 (panah atas) adalah 1,7cm kurang dari ketidakseimbangan sagital.
• Penyangga Milwaukee
Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus,
tetapi alat ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk
menyokong dan mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus
dipakai 23 jam sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada
bukti objektif yang nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya
pertumbuhan tulang belakang selanjutnya. tulang belakang pada anak yang
bertumbuh.
34
Gambar 17. Alat penyangga Milwaukee untuk meluruskan
• Penyangga Boston
35
Gambar 18. Alat penyangga Boston dapat digunakan pada skoliosis
b. Fisioterapi
Pada pasien skoliosis, perlu dilakukan fisioterapi yang meliputi terapi
modalitas dan terapi latihan. Penangganan skoliosis dengan latihan pada
prinsipnya harus mengandung 3 unsur DEF yaitu Derotasi, Elongasi
dan Fleksibilitas. Tujuan latihan ini adalah menguatkan otot stabilisator trunk,
dan secara aktif mengurangi / mengoreksi kurva dan deformitas lain
yang menyertai. Otot yang perlu dilatih ialah otot abdominal, otot thoracic,
lumbar extensor, dan hip extensor. Selain itu, juga dilakukan elongasi spine
dengan cara bergantung pada stall bars atau dengan memakai invertion traction.
Terapi latihan yang dilakukan juga meliputi latihan peregangan sisi concave,
latihan elongasi trunk, latihan peregangan otot leher, bahu atau hip, latihan
penguatan otot sisi convex, latihan deep breathing untuk meningkatkan fungsi
paru, dan latihan derotasi trunk dan lateral fleksi trunk. Pasien juga harus dilatih
terapi postural untuk melakukan postur tubuh yang benar saat berdiri, duduk,
tidur. Kemudian, dapat dilakukan intervensi massage untuk merelaksasi otot
dan mengurangi nyeri.
Terapi modalitas yang dapat diberikan, seperti traksi dan
elektrostimulasi. Elektro Stimulasi diberikan dengan stimulasi intermittent di
36
sisi convex scoliosis pada paraspinal muscles dan / atau midaxillary line.
Keberhasilan pemakaian elektro stimulasi untuk mengoreksi skoliosis ringan –
sedang mencapai 80 % termasuk mengurangi resiko operasi.
c. Tindakan Pembedahan
37
• Penanaman Harrington rods (batangan Harrington)
38
Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset
39
2.11 Prognosis Skoliosis
Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.
Semakin besar kelengkungan skoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya
progresivitas sesudah masa pertumbuhan anak berlalu. Skoliosis ringan yang hanya
diatasi dengan brace memiliki prognosis yang baik dan cenderung tidak
menimbulkan masalah jangka panjang selain kemungkinan timbulnya sakit
punggung pada saat usia penderita semakin bertambah. Penderita skoliosis idiopatik
yang menjalani pembedahan juga memiliki prognosis yang baik dan bisa hidup
secara aktif dan sehat. Penderita skoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit
lainnya yang serius (misalnya cerebral palsy atau distrofi otot). Karena itu tujuan
dari pembedahan biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi
roda.
Bayi yang menderita skoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk
yang mendasarinya, sehingga penanganannyapun tidak mudah dan perlu dilakukan
beberapa kali pembedahan.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Richard E.,Kliegman,Robert M., Jenson,Hal B. 2004. Nelson
Textbook of Pediatrics 17th edition.USA : Saunders.
2. Hay, William W., Levin, Myron J., Deterding, Robin R., Abzug, Mark J.,
Sondheimer, Judith M. 2012. Current Diagnosis & Treatmen in Pediatrics
21st edition. USA : McGraw-Hill.
3. Skinner, Harry B. 2003. Current Diagnosis & Treatment in Orthopedics 3rd
edition. USA : Appleton & Lange.
4. Apley GA, Solomon L. Buku Ajar : Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley .
Edisi 7. Jakarta : Widya Medika, 1995. p.84-91.
41
11. NHS Reference [Internet] Scoliosis. Available From :
http://www.nhs.uk/Conditions/Scoliosis/Pages/Complications.aspx. Accessed
on December, 2019.
12. Medscape Reference [Internet] Scoliosis. Available From :
http://emedicine.medscape.com/article/1265794-overview#a0104. Accessed
on December, 2019.
42