ASUHAN KEPERAWATAN
B. PENGKAJIAN PRIMER
Airway (A)
Banyak secret dijalan nafas, bunyi nafas gurling, pasien terpasang trakeostomi
Breting (B)
Pergerakan dinding dada pada pasien simetris,SPO2 :100%, RR :12x/menit, N:12-
20x/menit, kelemahan menelan, pasien tidak dapat batuk secara efektif. Respirasi pasien
Pola SIMV VC, FO2 40 %, PEEP 5.
Circulation (C)
22 juli 2019
2.77+119
TD : 119/77 mmHg, N : 104x/menit, MAP = = 91
3
23 juli 2019
2.72+114
TD : 114/72 mmHg, N : 130x/menit, MAP = = 86
3
24 juli 2019
2.79+120
TD : 120/79 mmHg, N : 100x/menit, MAP = = 92,6
3
CRT <3 detik, tanggal 23 Juli pasien dipasang CVP diruang OK + trakeostomi
Disability (D)
GCS : E : 2 M : 2 V : ETT
Kesadaran : Sopor
Kekuatan otot : Tidak ada pergerakan
Pupil : Size 3/4 mm
Expousure (E)
Terdapat luka jahit dikening pasien post craneostomy, ada luka dekubitus di punggung,
terdapat luka trakeostomy pada leher pasien, mata merah dan mengeluarkan air mata
maka tidak dapat tertutup.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan kondisi
pasien saat ini.
E. PEMERIKSAAN FISIK
PENGKAJIAN HEAD TO TOE
1. Kulit
Inspeksi :
Kulit tampak bersih tidak ada jejas, luka, terdapat tatto dilengan atas sebelah kiri.
Palpasi :
Turgor kulit baik, CRT <3 detik.
2. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala
Inspeksi :
Rambut pendek, tampak bersih tidak ada ketombe atau minyak, terdapat luka
jahit sekitar 5-7 cm di kening yang sudah kering
Palpasi : tidak teraba massa atau cairan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
b. Mata
Inspeksi : mata pasien merah, berlendir, tidak bias tertutup secara normal
Palpasi : pada saat dipalpasi mata pasien terasa lembek
Masalah Keperawatan : Resiko infeksi
c. Telinga
Inspeksi : tampak kotor, tidak ada cairan, tidak ada lesi, tidak ada edema,
telingan simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Hidung
Inspeksi : hidung terdapat kotoran, Hidung tampak simetris, tidak ada lesi, hidung
pasien terpasang NGT
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Masalah Keperawatan:Tidak ada nasalah keperawatan
e. Mulut
Inspeksi :
mukosa mulut dan bibir kering, karies gigi (+) , gigi lengkap, tampak kotor
berlendir.
Palpasi : -
f. Leher
Inspeksi :Warna kulit tampak coklat dan merata, terdapat luka trakeostomi dihari
kedua pengkajian.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
g. Dada
Paru-Paru
Inspeksi : Pasien terdapat retraksi dinding dada saat bernafas, tidak ada lesi, tidak
telihat jejas, dada tampak bersih, tanggal 23 juli 2019 pasien terpasang CVP
dirung operasi
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
a. Jantung
Inspeksi : Pasien terdapat retraksi dinding dada saat bernafas, tidak ada lesi, tidak
telihat jejas, dada tampak bersih, tanggal 23 juli 2019 pasien terpasang CVP
dirung operasi
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.
i. Tangan
Inspeksi :Tangan kiri dan tangan kanan tampak simetris, terdapat tattoo di
lengana atas sebelah kiri, kuku tangan tampak panjang
Palpasi : CRT < 3 detik
j. Abdomen
Inspeksi : tidak tedapat lesi, terdapat rambut di bagian abdomen,
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bising usus normal 8-12/menit
Masalah Keperawatan : -
m. Kaki
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada lesi, kuku kaki panjang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
n. Punggung
Inspeksi : Terdapat luka dekubitus
Iwl = 37,5
PH : 7,54
PO2 : 121 mmHg
BE : 8 mmol/L
TCO3 : 29 mmol/L
SO2 : 28 %
Na : 136 mmol/L
K : 3,8 mmol/L
Ca : 1.14 mmol/L
HCT : 32 % PCU
Hb : 10,9 g/dl
PH : 7,41
HCO3 : 33 mmol/L
BE : 7 mmol/L
TCO3 : 29 mmol/L
SO2 : 28 %
Na : 138 mmol/L
K : 3,7 mmol/L
Ca : 1.07 mmol/L
HCT : 32 % PCU
HB :
PH : 7,54
PO2 : 93 mmHg
BE : 6 mmol/L
TCO3 : 32 mmol/L
SO2 : 97%
Na : 140 mmol/L
K : 3,8 mmol/L
Ca : 1.12 mmol/L
HCT : 28 % PCU
Hb : 9,5 g/dl
Normal AGD
1) PH : 7,31-7,41
2) PO2 : 80-105 mmHg
3) PCO2 : 41-51 mmHg
4) HCO3 : 23-28 mmol/L
5) BE : -2-3 mmol/L
6) TCO2 : 24-29 mmol/L
7) SO2 : 95-98 %
8) Na : 138-146 mmol/L
9) K : 3,5-4,9 mmol/L
10) Ca : 1,12-132 mmol/L
11) HCT : 38-51 % PCU
12) Hb : 12-17 g/dl
+ pulmicost
floxa
cendiliters
DO : Peradanganpadameningen
1. E:2 M:2 V: ETT
2. GDC Pembentukaneksudatdantransudat
3. Kesadaransopor
4. Pasientidakdapatbatukefektif Edemaserebral
5. Sputum dalamjumlah yang
berlebihan Penurunankesadaran
Penumpukan secret
Kemampuanbatukmenurun
Ketidakefektifanbersihanjalannafas
1 DS : Infeksijaringanotak hipertermi
(bakteri, jamur, parasit)
DO :
1. Kulitterabahangat
2. S : 38, 9 C Proses peradangan
3. TD : 121 / 74 mmhg
4. N : 140 x/menit
5. RR : 12 x/ menit Suhutubuhmenaik
6. Berkeringat
7. Latergi
Hipertermi
CATATAN PERKEMBANGAN
NGT terpasang
TD : 118 / 71 mmhg
HR : 109 x / i
SO2 : 100 %
A : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
P : terapi nebulizer
- Observasi jumlah
secret
- Membersihkan
jalan nafas jika
terdapat banyak
secret
- Observasi setting
ventilator.
Senin, 22 – hipertermi Monitor ttv S : px terpasang ETT
07 - 2019
Pemberian obat
parachetmol lewat infus
O : kesadaran spoor,
GCS : E2M2Vet
PH : 7,54
RR : 12
NGT terpasang
TD : 118 / 71 mmhg
HR : 109 x / i
SO2 : 100 %
Temp : 38,9 C
A : hipertermi
Pemberian antipiretik
Selasa, 23- Ketidak efektifan (Jam 08:00 – 14:00) (Jam 08:00 – 14:00)
07-2019 bersihan jalan nafas
- observasi jumlah S:-
secret
- melakukan OH O : - RR : 12 x/i
- melakukan GV
- Menggunakan
- Nebulizer
Trakeostomi NGT
- Observasi jumlah - Terpasang ETT
secret dan TTV
- Observasi AGD A : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
P : - observasi jumlah
secret
- Suction
- Observasi
pernafasan
- Lakukan
nebulizer
- Observasi
lanjutan
S:-
- Observasi jumlah
secret O : - RR : 12 x/i
- Melakukan
suction - Menggunakan
- Observasi NGT
trakeostomi
- Terpasang ETT
- Nebulizer
- Terpasang kateter
A : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
P : - observasi jumlah
secret
- Suction
- Observasi
pernafasan
- Lakukan
nebulizer
- Observasi
lanjutan
Pemberian terapi
antipiretik
P : - observasi jumlah
secret
- Observasi AGD
- Observasi bunyi
nafas
- Lakukan
nebulizer
- Melakukan
suction
- Berikan
oksigenasi
S:-
O : - banyak secret
dijalan nafas
- Bunyi nafas
gurgling
- Pasien terpasang
trakeostomy dan
ventilator
- S: 39,1 C
- TD : 120/79
mmhg
A : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
P : - observasi jumlah
secret
- Observasi AGD
- Observasi bunyi
nafas
- Lakukan
nebulizer
- Melakukan
suction
- Berikan
oksigenasi
- Terapi dilanjutkan
Rabu, 24- hipertermi (Jam, 08:00 – 14:00) (Jam, 08:00 – 14:00)
07-2019
- Observasi suhu S:-
tubuh
- Observasi cairan O : - S: 39,1 C
intake output - RR : 12 x/i
- Pemberian - TD : 128/82
paracetamol mmHg
- Observasi suhu - N: 122 x/i
tubuh dan TTV - Badan/ kulit
teraba hangat
(Jam 14:00 – 21:00) - Badan berkeringat
- Jumlah secret
- Observasi suhu
tubuh dan TTV A : hipertermi
- Mandikan pasien
- Monitor cairan P : - observasi suhu tubuh
pasien
- Pemberian - Pemberian
paracetamol antipiretik
- Observasi cairan
pasien
- Observasi jika
kejang
- Kolaborasi
pemberian
penitoin 3 x 100
mg jika kejang
S:-
O : - S: 39,1 C
- RR : 12 x/i
- TD : 128/82
mmHg
- N: 122 x/i
- Badan/ kulit
teraba hangat
- Badan berkeringat
- Jumlah secret
A : hipertermi
- Pemberian
antipiretik
- Observasi cairan
pasien
- Observasi jika
kejang
Kolaborasi
pemberian
penitoin 3 x 100
mg jika kejang
- Terapi
dilamjutkan
BAB IV
PEBAHASAN
Pada kasus yang kelompok kelola pasien bernama Tn. M dibawa ke IGD pada tanggal
13 Juli 2019, pasien dibawa dengan keadaan tidak sadarkan diri. Pasien terus
mengalami penurunan kesadaran hingga pada tingkat kesadaran sopor. Setelah
dilakukan pemeriksaan diketahui Tn. M mengalami abses serebri. Tn. M mendapat
tindakan pembedahan craniotomy untuk mengaspirasi abses yang ada dijaringan otak.
Menurut klasifikasi dari abses serebri Tn. M masuk dalam klasifikasi Stadium
pembentukan kapsul dini/ Early Capsula Formation (hari ke 10-14). Ini sesuai dengan
teori Adril (2005) bahwa abses serebri dapat diklasifikasikan menjadi 4 stadium yaitu
Stadium serebritis dini/ Cerebritis Early (hari ke 1-3), Stadium serebritis lambat/
Cerebritis Late (hari ke 4-9), Stadium pembentukan kapsul dini/ Early Capsula
Formation (hari ke 10-14), Stadium pembentukan kapsul lambat/ Late Capsula
Formation (setelah hari ke 14).
Pada kasus seperti Tn. M pasien umumnya akan mengalami berbagai gangguan,
seperti kesadaran, ganguan termoregulasi, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan
letak abses berada dijaringan otak yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada pasien akan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
letak abses. Seperti yang disampaikan Corwin, Elizabeth .J, (2009) Tanda dan gejala
awal dan umum dari abses otak adalah nyeri kepala, IM menurun kesadaran, mungkin
dapat terjadi kaku kuduk, kejang, defisit motorik, adanya tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Tanda dan gejala lain tergantung dari lokasi abses. Pada abses
yang berada pada Lobus frontal biasanya sumber infeksi berasal dari sinus paranasal.
Tanda-tanda yang dapat muncul Kulit kepala lunak/lembut, Nyeri kepala yang
terlokalisir di frontal, Letargi, apatis, disorientasi, Hemiparesis /paralisis,
Kontralateral, Demam tinggi, Kejang. Jika lokasi abses dilobus temporal tanda-tanda
yang dapat muncul Dispagia, Gangguan lapang pandang, Distonia , Paralisis saraf III
dan IV, Paralisis fasial kontralateral. Jika lokasi di lobus cerembellum tanda-tanda
yang muncul Ataxia ipsilateral, Nystagmus, Dystonia, Kaku kuduk positif, Nyeri
kepala pada suboccipital, Disfungsi saraf III, IV, V, VI. Hal ini sesuai dengan tanda-
tanda yang muncul pada Tn. M. Pasien mengalami abses yang berada di lobus frontal
dengan tanda-tanda seperti diatas. Hanya saja nyeri tidak dapat dikaji karena pasien
penurunan kesadaran.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada kasus yang kelompok kelola pasien bernama Tn. M dibawa ke IGD pada
tanggal 13 Juli 2019, pasien dibawa dengan keadaan tidak sadarkan diri. Pasien terus
mengalami penurunan kesadaran hingga pada tingkat kesadaran sopor. Setelah
dilakukan pemeriksaan diketahui Tn. M mengalami abses serebri. Tn. M mendapat
tindakan pembedahan craniotomy untuk mengaspirasi abses yang ada dijaringan otak.
Pada kasus seperti Tn. M pasien umumnya akan mengalami berbagai gangguan,
seperti kesadaran, ganguan termoregulasi, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan
letak abses berada dijaringan otak yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada pasien akan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
letak abses.
Tn. M mendapatkan penatalaksanaan pembedahan pada tanggal 21 Juli 2019
dan mendapat obat ceftriaxone untuk mencegah infeksi atau mencegah perkembangan
bakteri penyebab infeksi. Hal ini sesuai dengan Octaviani dkk, (2012) yang
mengatakan bahwa secara umum, penatalaksanaan abses serebri yaitu dengan
kombinasi pemberian antibiotik dan tindakan operatif.
5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaaan. Semoga dari hasil laporan ini pembaca mampu mengembangkan
dan pempraktekkan kembali dan memberikan laporan yang lebih baik kedepannya.