Anda di halaman 1dari 22

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Hasil Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik, Laboratorium & Diagnostik


A. INFORMASI UMUM
Nama : Tn. M
Tanggal Lahir : 03 Oktober 1987
Suku Bangsa : Batak
Tangga Pengkajian : 22-24 Juli 2019
Diagnosa Medik : Abses Serebri Frontal
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk : 13 Juli 2019
Dari/Rujukan : IGD RSUD Arifin Ahmad
No. MR : 01-01-80-72

B. PENGKAJIAN PRIMER
Airway (A)
Banyak secret dijalan nafas, bunyi nafas gurling, pasien terpasang trakeostomi

Breting (B)
Pergerakan dinding dada pada pasien simetris,SPO2 :100%, RR :12x/menit, N:12-
20x/menit, kelemahan menelan, pasien tidak dapat batuk secara efektif. Respirasi pasien
Pola SIMV VC, FO2 40 %, PEEP 5.

Circulation (C)
22 juli 2019
2.77+119
TD : 119/77 mmHg, N : 104x/menit, MAP = = 91
3

23 juli 2019
2.72+114
TD : 114/72 mmHg, N : 130x/menit, MAP = = 86
3

24 juli 2019
2.79+120
TD : 120/79 mmHg, N : 100x/menit, MAP = = 92,6
3
CRT <3 detik, tanggal 23 Juli pasien dipasang CVP diruang OK + trakeostomi

Disability (D)
GCS : E : 2 M : 2 V : ETT
Kesadaran : Sopor
Kekuatan otot : Tidak ada pergerakan
Pupil : Size 3/4 mm

Expousure (E)
Terdapat luka jahit dikening pasien post craneostomy, ada luka dekubitus di punggung,
terdapat luka trakeostomy pada leher pasien, mata merah dan mengeluarkan air mata
maka tidak dapat tertutup.

Foley Cateter (F)


Lama Pemakaian : Pasien terpasang cateter sudah 12 hari
Ukuran :-

Gastric Tube (G)


Lama Pemakaian : Pasien terpasang NGT sudah 12 hari
Ukuran : 125 cm
Pasien penurunan kesadaran dan memerlukan masukan nutrisi melalui NGT.

Heart Monitor (H)


Pasien terpasang monitor.
22 juli 2019
TD : 119/74 mmHg, RR : 12x/menit, N : 104x/menit, S : 37,7 oC
23 juli 2019
TD : 114/72 mmHg, RR : 12x/menit, N : 130x/menit, S : 38,7 oC
24 juli 2019
TD : 120/79 mmHg, RR : 12x/menit, N : 100x/menit, S : 37,3 oC
C. RIWAYAT KESEHATAN SEBELUMNYA
Keluarga Pasien mengatakan enam tahun lalu pasien mengalami kecelakaan dan
dioprasi, keluarga pasien juga mengatakan sebelum dibawa ke Rs pada tanggal 13 juli
2019 pasien tiba-tiba tidak sadarkan diri.

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan kondisi
pasien saat ini.

E. PEMERIKSAAN FISIK
PENGKAJIAN HEAD TO TOE
1. Kulit
Inspeksi :
Kulit tampak bersih tidak ada jejas, luka, terdapat tatto dilengan atas sebelah kiri.

Palpasi :
Turgor kulit baik, CRT <3 detik.

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

2. Kepala
a. Rambut & Kulit Kepala
Inspeksi :
Rambut pendek, tampak bersih tidak ada ketombe atau minyak, terdapat luka
jahit sekitar 5-7 cm di kening yang sudah kering
Palpasi : tidak teraba massa atau cairan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

b. Mata
Inspeksi : mata pasien merah, berlendir, tidak bias tertutup secara normal
Palpasi : pada saat dipalpasi mata pasien terasa lembek
Masalah Keperawatan : Resiko infeksi
c. Telinga
Inspeksi : tampak kotor, tidak ada cairan, tidak ada lesi, tidak ada edema,
telingan simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

d. Hidung
Inspeksi : hidung terdapat kotoran, Hidung tampak simetris, tidak ada lesi, hidung
pasien terpasang NGT
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Masalah Keperawatan:Tidak ada nasalah keperawatan

e. Mulut
Inspeksi :
mukosa mulut dan bibir kering, karies gigi (+) , gigi lengkap, tampak kotor
berlendir.

Palpasi : -

Masalah Keperawatan : deficit perawatan diri

f. Leher
Inspeksi :Warna kulit tampak coklat dan merata, terdapat luka trakeostomi dihari
kedua pengkajian.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

g. Dada
Paru-Paru
Inspeksi : Pasien terdapat retraksi dinding dada saat bernafas, tidak ada lesi, tidak
telihat jejas, dada tampak bersih, tanggal 23 juli 2019 pasien terpasang CVP
dirung operasi
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

a. Jantung
Inspeksi : Pasien terdapat retraksi dinding dada saat bernafas, tidak ada lesi, tidak
telihat jejas, dada tampak bersih, tanggal 23 juli 2019 pasien terpasang CVP
dirung operasi
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah.

h. Payudara & Aksila


Inspeksi : payudara tampak simetris, tampak bersih tidak ada lesi, tidak ada jejas,
aksila tampak kotor dan berbau.
Palpasi : tidak teraba pembengkakan dan massa
Masalah Keperawatan : deficit kebersihan diri.

i. Tangan
Inspeksi :Tangan kiri dan tangan kanan tampak simetris, terdapat tattoo di
lengana atas sebelah kiri, kuku tangan tampak panjang
Palpasi : CRT < 3 detik

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

j. Abdomen
Inspeksi : tidak tedapat lesi, terdapat rambut di bagian abdomen,
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : Bising usus normal 8-12/menit

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

k. Genitalia dan Perkemihan


Inspeksi :Pasien menggunakan kateter.

l. Rektum dan Anus


Inspeksi :Tidak terkaji
Palpasi : Tidak terkaji

Masalah Keperawatan : -

m. Kaki
Inspeksi : tidak ada sianosis, tidak ada lesi, kuku kaki panjang.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.

n. Punggung
Inspeksi : Terdapat luka dekubitus

Masalah Keperawatan : kerusakan integritas kulit.

F. AKTIVITAS ISTIRAHAT DAN KENYAMANAN


Pasien bedrest total tanpa melakukan aktivitas yang berat maupun ringan.

G. NUTRISI, CAIRAN DAN ELIMINASI


1. Intake Oral Enteral : Diit MC 6x200/hari
a. Makan : 1200 ml/hari
b. Minum : 6 x 100 ml/hari
2. Parenteral : widahes 60 cc/jam
3. Eliminasi :
a. Urin : 1500 ml/hari
b. BAB :-

Iwl = 37,5

Balance = intake-output+ iwl = 262,5 (normal)

H. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


1. Hasil Labor :
a. AGD
( 22- Juli- 2019)

PH : 7,54
PO2 : 121 mmHg

PCO2 : 35,7 mmHg

HCO3 : 30,7 mmol/L

BE : 8 mmol/L

TCO3 : 29 mmol/L

SO2 : 28 %

Na : 136 mmol/L

K : 3,8 mmol/L

Ca : 1.14 mmol/L

HCT : 32 % PCU

Hb : 10,9 g/dl

(23 – Juli – 2019)

PH : 7,41

PO2 : 13,8 mmHg

PCO2 : 48,8 mmHg

HCO3 : 33 mmol/L

BE : 7 mmol/L

TCO3 : 29 mmol/L

SO2 : 28 %

Na : 138 mmol/L

K : 3,7 mmol/L

Ca : 1.07 mmol/L

HCT : 32 % PCU
HB :

(24 – Juli – 2019)

PH : 7,54

PO2 : 93 mmHg

PCO2 : 44,4 mmHg

HCO3 : 30,2 mmol/L

BE : 6 mmol/L

TCO3 : 32 mmol/L

SO2 : 97%

Na : 140 mmol/L

K : 3,8 mmol/L

Ca : 1.12 mmol/L

HCT : 28 % PCU

Hb : 9,5 g/dl

Normal AGD

1) PH : 7,31-7,41
2) PO2 : 80-105 mmHg
3) PCO2 : 41-51 mmHg
4) HCO3 : 23-28 mmol/L
5) BE : -2-3 mmol/L
6) TCO2 : 24-29 mmol/L
7) SO2 : 95-98 %
8) Na : 138-146 mmol/L
9) K : 3,5-4,9 mmol/L
10) Ca : 1,12-132 mmol/L
11) HCT : 38-51 % PCU
12) Hb : 12-17 g/dl

I. MEDIKASI/OBAT-OBATAN YANG DIBERIKAN SAAT INI


No Rute Pemberian Obat Dosis Indikasi Kontra Indikasi
(Nama Obat)

1. Nebulizer / 8 jam 3 – 4 Asma akut, hipersensitivitas


kali obstruktif, hipertrovi
+ combivent bronkospasme reversibel

+ pulmicost

2. Obat tetes mata kiri 4 x1 hipersensitivitas


dan kanan

floxa

cendiliters

3. Levoflaxin 2 gr Mengobatiinfeksisptsalu Hipersensitivitas


rankemih, sinusitis,
infeksikulit, prostat.

4. Infus + paracetamol 4x1 Menurunkandemammer Hipersensitivitas,


edakansakitkepala, gigi danheparaktifderajat
berat.

5. Ketorolax 30 gr Mengatasinyerisedangda Nyerikronis,


nberat hipersensitivitas,
operasibesar, ginjal,
gastrointestinal.

6. OMZ 3x1 Nyeri ulu hati/ asam Penyakit hati,


lambung penyakit jantung,
gangguan tulang,
penurunan kalsium.
7. Phenytoin 3 x 100 Penyakit kardiovaskuler, hipersensitifitas
gr hipotiroid, dibetes
mellitus,

8. Widahest Kehilangan cairan dan Peningkatan Na+


darah, penurunan kadar dan edema, gagal
Na+, K+, Ca, ginjal, sirosis
Magnesium hepatis.

9. Ceftriaxone 20 mg infeksi Hipersensitifitas,


hiperbilirubinemia

No Data penunjang Etiologic Masalahkeperawatan

1 DS : Infeksi (jamur, bakteri, parasit) Ketidakefektifanbersih

DO : Peradanganpadameningen
1. E:2 M:2 V: ETT
2. GDC Pembentukaneksudatdantransudat
3. Kesadaransopor
4. Pasientidakdapatbatukefektif Edemaserebral
5. Sputum dalamjumlah yang
berlebihan Penurunankesadaran

Penumpukan secret

Kemampuanbatukmenurun

Ketidakefektifanbersihanjalannafas

No Data penunjang Etiologic Masalahkeperawatan

1 DS : Infeksijaringanotak hipertermi
(bakteri, jamur, parasit)
DO :
1. Kulitterabahangat
2. S : 38, 9 C Proses peradangan
3. TD : 121 / 74 mmhg
4. N : 140 x/menit
5. RR : 12 x/ menit Suhutubuhmenaik
6. Berkeringat
7. Latergi
Hipertermi

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d adanya jalan nafas buatan, benda asing
dalam jalan nafas (sputum), sekresi tertahan.
2. Hipertermi \b/d penyakit dan peningkatan laju metabolic ditandai dengan kulit teraba
hangat.

3.3 Intervensi Keperawatan

Nama Klien : Tn. M Nama Kelompok : Kelompok VI

Ruang : ICU No. M.R : 01-01-80-72

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan intervensi Manajemen jalan nafas


b/d adanya jalan napas buatan, diharapkan kondisi pasien
1. Penghisapan
ada benda asing dijalan napas dalam 1x24 jam :
lendir pada
(sputum), sekresi tertekan.
1. Status pernafasan : jalan nafas:
kepatenan jalan a. Cuci tangan
nafas. b. Berikan sedatif
a. Kemampuan untuk sesuai
mengeluarkan sekret kebutuhan
dari (1) berat c. Masukkan
ditingkatkan nasopharingeal
menjadi (3) sedang airway untuk
b. Terdesak dari (2-3) suction
2. Status pernafasan nasotrakeal
pertukaran gas. sesuai
a. Ph arteri dari (3-4) kebutuhan
b. Gangguan kesadaran d. Bersihkan area
dari (1-3) stoma trakea
3. Pencegahan aspirasi setelah suction
a. Mempertahankan trakea.
kebersihan mulut e. Monitor dan
dari (3-4) catat warna,
b. Memposisikan tubuh jumlah dan
untuk tetap tegak konsistensi
ketika makan dan sekret.
minum dari (4-5)
2. Hipertermi adalah suhu inti Setelah dilakukan intervensi Perawatan Demam.
tubuh duatas kisaran normal diharapkan kondisi pasien
1. Pantau suhu dan
diurnal karena kegagalan dalam 1x24 jam :
tanda vital
termoregulasi berhungan
1. Termoregulasi 2. Beri obat IV
dengan agen farmaseutikal
a. Berkeringat saat misal antin
peningkatan laju metabolisme,
panas dari (1) piretik
dan penyakit yang ditandai
sangat terganggu 3. Berikan oksigen
dengan kulit teraba hangat,
menjadi (5) tidak 4. Tingkatkan
letargi, takikardi, kulit teraba
terganggu. sirkulasi udara
hangat.
b. Denyut jantung 5. Pantau
apikal dari (1) komplikasi
sangat terganggu yang
menjadi (5) tdak berhubungan
terganggu. dengan demam.
c. Denyut nadi
radial dari (1)
Terapi Oksigen
sangat terganggu
menjadi (5) tidak 1. Pertahankan
terganggu. kepatenan jalan
d. Tingkat nafas.
pernapasan 2. Monitor efektif
dari(1-5) terapi oksigen
e. Peningkatan 3. Monitor alat
suhu kulit dari perangkat
(1-5) pemberian
f. Hipertermi dari oksigen
(1-5)
g. Dehidrasi dari
Manajemen lingkungan
(1-5)
1. Sediakan
tempat yang
nyaman dan
bersih untuk
pasien.

3.4 Implementasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN

HARI/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI SOAP


TANGGA KEPERAWATA
L N

Senin, 22 – Ketidak efektifan (Jam, 08:00-14:00) (Jam, 08:00-14:00)


07 – 2019 bersihan jalan nafas
- Suction S : px terpasang ETT
- Pengaturan posisi
- Monitor ttv O : kesadaran spoor,
- Nebulizer GCS : E2M2Vet
- Lihat warna dan PH : 7,54
jumlah sekret
RR : 12

Infus : widabes + noroges


1 amp 80 tt / jam

NGT terpasang

TD : 118 / 71 mmhg
HR : 109 x / i

SO2 : 100 %

A : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas

P : terapi nebulizer

- Observasi jumlah
secret
- Membersihkan
jalan nafas jika
terdapat banyak
secret
- Observasi setting
ventilator.
Senin, 22 – hipertermi Monitor ttv S : px terpasang ETT
07 - 2019
Pemberian obat
parachetmol lewat infus
O : kesadaran spoor,
GCS : E2M2Vet

PH : 7,54

RR : 12

Infus : widabes + noroges


1 amp 80 tt / jam

NGT terpasang

TD : 118 / 71 mmhg

HR : 109 x / i

SO2 : 100 %

Temp : 38,9 C

A : hipertermi

P : observasi suhu tubuh

Pemberian antipiretik
Selasa, 23- Ketidak efektifan (Jam 08:00 – 14:00) (Jam 08:00 – 14:00)
07-2019 bersihan jalan nafas
- observasi jumlah S:-
secret
- melakukan OH O : - RR : 12 x/i
- melakukan GV
- Menggunakan
- Nebulizer
Trakeostomi NGT
- Observasi jumlah - Terpasang ETT
secret dan TTV
- Observasi AGD A : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas

P : - observasi jumlah
secret

- Suction
- Observasi
pernafasan
- Lakukan
nebulizer
- Observasi
lanjutan

(Jam 14:00 – 21:00) (Jam 14:00 – 21:00)

S:-
- Observasi jumlah
secret O : - RR : 12 x/i
- Melakukan
suction - Menggunakan
- Observasi NGT
trakeostomi
- Terpasang ETT
- Nebulizer
- Terpasang kateter

A : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas

P : - observasi jumlah
secret

- Suction
- Observasi
pernafasan
- Lakukan
nebulizer
- Observasi
lanjutan

Selasa, 23- Hipertermi - Pemberian S : px terpasang ett


07-2019 paracetamol
- Observasi suhu O :- kesadaran spoor
tubuh
- suction - GCS :E2M2Vet
- PH : 7,54
- RR :12
- HR : 109 x/i
- TD : 118/71
mmHg
- SO2 : 100%
- S : 38,9 C
- NGT terpasang
A : hipertermi

P : observasi suhu tubuh


px

Pemberian terapi
antipiretik

Rabu, 24 – Ketidak efektifan (Jam, 08:00 – 14:00) (Jam, 08:00 – 14:00)


07- 2019 bersihan jalan
- Mengobservasi S:-
nafas
jumlah secret
dijalan nafas O : - banyak secret
- nebulizer dijalan nafas
- Suction - Bunyi nafas
- Menganalisa AGD gurgling
- Pengaturan posisi - Pasien terpasang
trakeostomy dan
(Jam 14:00 – 21:00)
ventilator
- Observasi jumlah - S: 39,1 C
secret - TD : 120/79
- Nebulizer mmhg
- Suction
- Atur posisi A : ketidak efektifan
- Analisa AGD bersihan jalan nafas

P : - observasi jumlah
secret
- Observasi AGD
- Observasi bunyi
nafas
- Lakukan
nebulizer
- Melakukan
suction
- Berikan
oksigenasi

(Jam 14:00 – 21:00)

S:-

O : - banyak secret
dijalan nafas

- Bunyi nafas
gurgling
- Pasien terpasang
trakeostomy dan
ventilator
- S: 39,1 C
- TD : 120/79
mmhg

A : ketidak efektifan
bersihan jalan nafas

P : - observasi jumlah
secret

- Observasi AGD
- Observasi bunyi
nafas
- Lakukan
nebulizer
- Melakukan
suction
- Berikan
oksigenasi
- Terapi dilanjutkan
Rabu, 24- hipertermi (Jam, 08:00 – 14:00) (Jam, 08:00 – 14:00)
07-2019
- Observasi suhu S:-
tubuh
- Observasi cairan O : - S: 39,1 C
intake output - RR : 12 x/i
- Pemberian - TD : 128/82
paracetamol mmHg
- Observasi suhu - N: 122 x/i
tubuh dan TTV - Badan/ kulit
teraba hangat
(Jam 14:00 – 21:00) - Badan berkeringat
- Jumlah secret
- Observasi suhu
tubuh dan TTV A : hipertermi
- Mandikan pasien
- Monitor cairan P : - observasi suhu tubuh
pasien
- Pemberian - Pemberian
paracetamol antipiretik
- Observasi cairan
pasien
- Observasi jika
kejang
- Kolaborasi
pemberian
penitoin 3 x 100
mg jika kejang

(Jam 14:00 – 21:00)

S:-

O : - S: 39,1 C

- RR : 12 x/i
- TD : 128/82
mmHg
- N: 122 x/i
- Badan/ kulit
teraba hangat
- Badan berkeringat
- Jumlah secret
A : hipertermi

P : - observasi suhu tubuh

- Pemberian
antipiretik
- Observasi cairan
pasien
- Observasi jika
kejang
Kolaborasi
pemberian
penitoin 3 x 100
mg jika kejang
- Terapi
dilamjutkan
BAB IV
PEBAHASAN

Pada kasus yang kelompok kelola pasien bernama Tn. M dibawa ke IGD pada tanggal
13 Juli 2019, pasien dibawa dengan keadaan tidak sadarkan diri. Pasien terus
mengalami penurunan kesadaran hingga pada tingkat kesadaran sopor. Setelah
dilakukan pemeriksaan diketahui Tn. M mengalami abses serebri. Tn. M mendapat
tindakan pembedahan craniotomy untuk mengaspirasi abses yang ada dijaringan otak.
Menurut klasifikasi dari abses serebri Tn. M masuk dalam klasifikasi Stadium
pembentukan kapsul dini/ Early Capsula Formation (hari ke 10-14). Ini sesuai dengan
teori Adril (2005) bahwa abses serebri dapat diklasifikasikan menjadi 4 stadium yaitu
Stadium serebritis dini/ Cerebritis Early (hari ke 1-3), Stadium serebritis lambat/
Cerebritis Late (hari ke 4-9), Stadium pembentukan kapsul dini/ Early Capsula
Formation (hari ke 10-14), Stadium pembentukan kapsul lambat/ Late Capsula
Formation (setelah hari ke 14).

Pada kasus seperti Tn. M pasien umumnya akan mengalami berbagai gangguan,
seperti kesadaran, ganguan termoregulasi, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan
letak abses berada dijaringan otak yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada pasien akan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
letak abses. Seperti yang disampaikan Corwin, Elizabeth .J, (2009) Tanda dan gejala
awal dan umum dari abses otak adalah nyeri kepala, IM menurun kesadaran, mungkin
dapat terjadi kaku kuduk, kejang, defisit motorik, adanya tanda-tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Tanda dan gejala lain tergantung dari lokasi abses. Pada abses
yang berada pada Lobus frontal biasanya sumber infeksi berasal dari sinus paranasal.
Tanda-tanda yang dapat muncul Kulit kepala lunak/lembut, Nyeri kepala yang
terlokalisir di frontal, Letargi, apatis, disorientasi, Hemiparesis /paralisis,
Kontralateral, Demam tinggi, Kejang. Jika lokasi abses dilobus temporal tanda-tanda
yang dapat muncul Dispagia, Gangguan lapang pandang, Distonia , Paralisis saraf III
dan IV, Paralisis fasial kontralateral. Jika lokasi di lobus cerembellum tanda-tanda
yang muncul Ataxia ipsilateral, Nystagmus, Dystonia, Kaku kuduk positif, Nyeri
kepala pada suboccipital, Disfungsi saraf III, IV, V, VI. Hal ini sesuai dengan tanda-
tanda yang muncul pada Tn. M. Pasien mengalami abses yang berada di lobus frontal
dengan tanda-tanda seperti diatas. Hanya saja nyeri tidak dapat dikaji karena pasien
penurunan kesadaran.

Tn. M mendapatkan penatalaksanaan pembedahan pada tanggal 21 Juli 2019 dan


mendapat obat ceftriaxone untuk mencegah infeksi atau mencegah perkembangan
bakteri penyebab infeksi. Hal ini sesuai dengan Octaviani dkk, (2012) yang
mengatakan bahwa secara umum, penatalaksanaan abses serebri yaitu dengan
kombinasi pemberian antibiotik dan tindakan operatif. Hal yang sama disampaikan
Adril (2005) penatalaksanaan abses serebri yaitu terapi antibiotik. Kombinasi
antibiotik dengan antibiotik spektrum luas.
Antibiotik yang dapat dipakai; penicilin, chlorampenicol (chloramyetin) dan
nafacillen (unipen). Bila telah diketahui bakteri anaerob, metrodiazelo (flagyl) juga
dipakai. Penatalaksanaan yang ke dua surgery ; aspirasi atau eksisi lengkap untuk
evaluasi abses. (Adril, 2005)
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada kasus yang kelompok kelola pasien bernama Tn. M dibawa ke IGD pada
tanggal 13 Juli 2019, pasien dibawa dengan keadaan tidak sadarkan diri. Pasien terus
mengalami penurunan kesadaran hingga pada tingkat kesadaran sopor. Setelah
dilakukan pemeriksaan diketahui Tn. M mengalami abses serebri. Tn. M mendapat
tindakan pembedahan craniotomy untuk mengaspirasi abses yang ada dijaringan otak.
Pada kasus seperti Tn. M pasien umumnya akan mengalami berbagai gangguan,
seperti kesadaran, ganguan termoregulasi, dan lain sebagainya. Hal ini dikarenakan
letak abses berada dijaringan otak yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh.
Gangguan-gangguan yang terjadi pada pasien akan berbeda, hal ini dipengaruhi oleh
letak abses.
Tn. M mendapatkan penatalaksanaan pembedahan pada tanggal 21 Juli 2019
dan mendapat obat ceftriaxone untuk mencegah infeksi atau mencegah perkembangan
bakteri penyebab infeksi. Hal ini sesuai dengan Octaviani dkk, (2012) yang
mengatakan bahwa secara umum, penatalaksanaan abses serebri yaitu dengan
kombinasi pemberian antibiotik dan tindakan operatif.
5.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaaan. Semoga dari hasil laporan ini pembaca mampu mengembangkan
dan pempraktekkan kembali dan memberikan laporan yang lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai