CKB
CKB
DEFINISI
Cidera kepala meliputi trauma kulit kepala , tengkorak dan otak. Cidera kepala ini
bisa dikatakan sebagai salah satu penyakit neurologis yang paling serius diantara
penyakit neurologi yang lain. (Brunner & Suddarth, 2016)
Cidera kepala adalah suatu keadaan traumatik yang mengenai otak dan
menyebabkan perubahan-perubahan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
vokasional. (Black, 2016)
Cidera kepala adalah trauma pada otak yang disebabkan adanya kekuatan fisik dari
luar yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kesadaran. Akibatnya dapat
menyebabkan gangguan kognitif, gangguan tingkah laku, atau fungsi emosional.
Gangguan ini dapat bersifat sementara atau permanen, menimbulkan kecacatan baik
partial atau total dan juga gangguan psikososial. (Donna, 2014)
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatic dari fungsi otak yang disertai atau
tanpa disertai perdarahan interstisial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya
kontinuitas otak.
Motoric
Respon motorik dengan perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Menarik area yang nyeri 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak berespons 1
Verbal
Respon verbal berorientasi 5
Bicara membingungkan 4
Kata-kata tidak tepat 3
Suara tidak dapat dimengerti 2
Tidak ada respons 1
3. Berdasarkan morfologi.
a. Fraktur tengkorak.
Kranium: linier, depressi. Basis: dengan/tanpa kebocoran Cairan cerebro
spinal dan dengan tanpa kelumpuhan nervus 7
b. Lesi intracranial.
Vokal : epidural, subdural, intraserebral. Difus: konklusi ringan dan konklusi
klasik.
Dapat pula dibagi menjadi :
1. Trauma primer
Terjadi karena benturan langsung ataupun tak langsung (akselerasi/deselerasi
otak)
2. Trauma otak sekunder
Merupakan akibat dari trauma saraf (melalui akson) yang meluas, hipertensi
intrakranial, hipoksia, hiperkapnea, atau hipotensi sistemik.
Edema
TIK meningkat
Akumulasi CO2
F. KOMPLIKASI
1. Epilepsi
2. Infeksi
3. Edema
4. Saluran gastrointestinal:
a. Sering ditemukan gastritis erosive/lesi GI 10-14%
b. Kelainan fokal karena kelainan akut mukosa GI atau karena kelainan
patologis atau karena cedera cerebral.
c. Umumnya terjadi karena hiperaciditas , hiperfungsi kelenjar adrenal yang
ditandai dengan hiperkolesterolemia
5. Kelainan hematologis
6. Anemia, trombositopenia, hiperagregasi trombosit, hiperkoagulitas atau
disseminated intrakoagulopati (DIC) sifatnya sementara tetapi perlu penanganan
segera
7. Gelisah yang dapat disebabakan oleh kandung kemih yang penuh, usus halus
yang pecah, fraktur, TIK meningkat, emboli paru
8. Sesak nafas Akut akibat aspirasi, odema pulmonal, tromboemboli atau emboli
lemak ke arteri pulmonal
9. Trombo emboli pulmonal berasal dari trombosis vena dalam di tungkai dll
10. Emboli lemak karena patah tulang
11. Gejala lainnya seperti dispnea, hipotensi dan syok
12. Aspirasi
13. Dapat terjadi daerah-daerah infark, alveoli paru tertutup, oedema dan perdarahan
di dalam paru
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Beberapa jenis pemeriksaan dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
kelainan atau abnormalittas yang terjadi seperti perdarahan, hematom, dan edema
pada cedera kepala ini.
1. CT scan (tanpa/dengan kontras)
Mengidentifikasi adanya SOL, hemoragik, menetukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak, adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang,
penurunan kesadaran. Pemeriksaan berulang mungkin diperlukan karena pada
iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca trauma.
2. MRI.
Mengidentifikasi patologi otak atau perfusi jaringan otak, misalnya daerah
yang mengalami infark, hemoragik. Digunakan sama seperti CT-Scan dengan
atau tanpa kontras radioaktif.
3. Angiografi cerebral.
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran caiaran otak
akibat edema, perdarahan, dan trauma.
4. EEG
Memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
5. Sinar X-Ray
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak (fraktur), pergeseran
srtuktur dari garis tengah (kerena perdarahan, edema), adanya fragmen tulang.
6. BAER (Brain Auditori Evoked Respon)
Menentukan cortek dan batang otak/otak kecil
7. PET (Positron Emission Tomografi)
Menunjukkan perubhan aktivitas metabolisme pada otak
8. Punksi lumbal
Dapat menduga kemungkin adanya perdarahan sub araknoid, dan menganalisa
cairan otak.
9. GDA
Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenisasi yang akan dapat
meningkatkan TIK.
H. PENGKAJIAN FISIK
1) Pengkajian Primer
- Airway: Kepatenan jalan napas, apakah ada sekret, hambatan jalan napas.
- Breathing: Pola napas, frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan, irama
pernapasan, tarikan dinding dada, penggunaan otot bantu pernapasan,
pernapasan cuping hidung.
- Circulation: Frekuensi nadi, tekanan darah, adanya perdarahan, kapiler refill.
- Disability: Tingkat kesadaran, GCS, adanya nyeri.
- Exposure: Suhu, lokasi luka.
2) Pengkajian Sekunder
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan kapan cedera terjadi. Bagaimana mekanismenya. Apa penyebab
nyeri/cedera. Darimana arah dan kekuatan pukulan?\
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah klien pernah mengalami kecelakaan/cedera sebelumnya, atau
kejang/ tidak. Apakah ada penyakti sistemik seperti DM, penyakit jantung
dan pernapasan. Apakah klien dilahirkan secara forcep/ vakum. Apakah
pernah mengalami gangguan sensorik atau gangguan neurologis sebelumnya.
Jika pernah kecelakaan bagimana penyembuhannya. Bagaimana asupan
nutrisi.
5) Riwayat Keluarga
Apakah ibu klien pernah mengalami preeklamsia/ eklamsia, penyakit
sistemis seperti DM, hipertensi, penyakti degeneratif lainnya.
J. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan umum
a. ABC (Airway, Breathing, Circulation)
2. Penatalaksanaan khusus
a. Konservatif : Pemberian monitol, gliserol, furosemid, steroid, antibiotik,
barbiturat.
b. Simptomatik : Mengatasi kejang, agitasi, gelisah, encephalopathy
3. Penatalaksanaan Lain
a. Manajemen respiratori
b. Surgical repair : craniotomy, ventrikulotomy, cranioplasty
c. Pengobatan
d. Monitor TIK
e. Managemen cairan dan elektrolit
f. Gizi dan diit
g. Terapi fisik
h. Rehabilitasi
4. Penatalaksanaan medis.
a. Jika terdapat luka pad kulit kepala, diusahakan ditutup, dan control
perdarahan yang terjadi.
b. Luka pada kulit kepala yang tidak diatas fraktur, segera dianastesi local,
dibersihkan dan dijahit.
c. Pada depresi tengkorak dilakukan pembedahan untuk menata kembali
fragmen tulang dalan lapisan durameter yang robek.
d. Pembedahan :
Kraniotomy
Membuka tengkorang untuk mwngangkat bekuan darah atau tumor,
menghentikannperdarahan intra cranial, memperbaiki jaringan otak, atau
pembuluh darah yang rusak.
Kraniaektomy
Mengangkat bagian tulang tengkorak.
Kranioplasty
Memperbaiki tulang tengkorak dengan logam, lempeng plastic, untuk
menutup area yang terbuka dan memperkuat area kerudakan tulang.
e. Pengobatan.
Anti Seuzure ( serangan tiba-tiba), seperti phenitoin
Antagonis, histamine untuk mengurangi resiko stress ulcer.
Analgetik : acenaminoven, kodein
Antibiotik
Diuretic untuk menurunkan TIK
Penanganan Rekomendasi
Pemeriksaan umum
Sistem jalan napas dan kardiovaskuler Pantau ketat di unit perawatan intensif
atau lebih baik di unit perawatan
neurologis.
Penatalaksanaan komplikasi
1. Penatalaksanaan keperawatan
1) Pengkajian
Jika suhu > 38,3 0 C berikan asetaminofen setiap 4-6 jam hingga mencapai
suhu normal. Berikan kompres hangat.
6) Data laboratorium
7) Cairan intravena
8) Nutrisi
Nutrisi parenteral via infuse diberikan 2 hari setelah 2 hari perdarahan jika
pasien tidak mampu makan dengan rute enteral.
9) Aktivitas
11) Medikasi
12) Psikososial
Cemas karena tindakan yang dilakukan dapat terjadi oleh karena itu jelaskan
tentang prosedur kepada pasien dan keluarga, tanyakan apa yang pasien
butuhkan.
1) Post aneurisma
1) Pengkajian
Jika suhu > 38,3 0 C berikan asetaminofen setiap 4-6 jam hingga mencapai
suhu normal. Berikan kompres hangat.
5) Data laboratorium
6) Cairan intravena
7) Nutrisi
Diet tinggi serat jika pasien mampu menerima masukan per oral.
8) Aktivitas
10) Medikasi
11) Psikososial
Cemas karena tindakan yang dilakukan dapat terjadi oleh karena itu jelaskan
tentang prosedur kepada pasien dan keluarga, tanyakan apa yang pasien
butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Black and Matasarin Jacobs. (2016). Medical surgical nursing : Clinical management
for continuity of care. (Edisi V). hiladelphia: Wb Sounders Company.
Brunner dan Suddarth. (2016). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC
Doenges M.E. (2016), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC: Jakarta.
Carpenito, L.P. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif. Ed.2. Jakarta : EGC.
Kelainan metabolisme
Cidera otak primer Cidera otak sekunder
Kontusio
Laserasi Kerusakan cel otak