Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Hukum Maritim | 1
1.5. Pokok Bahasan
1.5.1. Pengertian Hukum Maritim
1.5.2. Organisasi, tugas kewajiban dan tanggung jawab awak kapal
1.5.3. Dokumen kapal perikanan
1.5.4. Perjanjian kerja laut
Hukum Maritim | 2
BAB II
PENGERTIAN HUKUM MARITIM
Hukum Maritim | 3
b. Obyek Hukum Maritim
Contoh (1) : benda berwujud
Kapal (dalam arti luas)
Perlengkapan kapal
Muatan kapal
Tumpahan minyak dilaut
Sampah dilaut
Contoh (2) : benda tak berwujud
Perjanjian-perjanjian
Kesepakatan-kesepakatan
Surat Kuasa
Perintah lisan
Contoh (3) : benda bergerak
Perlengkapan kapal
Muatan kapal
Tumpahan minyak dilaut
Contoh (4) : benda tak bergerak
Galangan kapal
Hukum Maritim | 4
a. Internasional Convention on Regulation for Preventing Collision at Sea 1972
(Konvensi Internasional tentang Peraturan untuk mencegah terjadinya
tubrukan di laut Thn 1972).
b. International Convention on Standard if Training Certification and
Watchkeeping for Seafarars 1978, Code 1995. (Konvensi Internasional
tentang standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga pelaut Thn 1978
dengan amandemen thn 1995)
c. International Convention of Safety of Life At Sea 1974 (Konvensi
Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut thn 1974).
d. International Convention for the Prevention if Pollution from Ship 1973/1978
(Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran di Laut dari
kapal thn 1973/1978).
e. Convention on the International Maritime Satellite Organization 1976
(Konvensi tentang Organisasi Satelit Maritim Internasional /INMARSAT
1976).
f. International Convention on Maritime Search and Rescue 1979 (Konvensi
Internasional tentang S.A.R Maritim thn 1979)
Hukum Maritim | 5
BAB III
ORGANISASI, TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
AWAK KAPAL
Struktur organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan umum
di atas kapal dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non
perwira/bawahan (subordinate crew).
Struktur organisasi kapal diatas bukanlah struktur yang baku, karena tiap kapal bisa
berbeda struktur organisaninya tergantung jenis, fungsi dan kondisi kapal tersebut.
Selain jabatan-jabatan tersebut dalam contoh struktur organisasi kapal diatas, masih
banyak lagi jenis jabatan di kapal, diluar jabatan Nakhoda.
Misalnya di kapal pesiar ada jabatan-jabatan Bar-tender, cabin-boy, swimming-pool
boy, general purpose dan lain sebagainya. Dikapal lain misalnya terdapat jabatan juru
listrik (electrician), greaser dan lain sebagainya. Semua orang yang mempunyai
Hukum Maritim | 6
jabatan di atas kapal itu disebut Awak kapal, termasuk Nakhoda, tetapi Anak kapal
atau Anak Buah Kapal (ABK) adalah semua orang yang mempunyai jabatan diatas
kapal kecuali jabatan Nakhoda.
Untuk kapal penangkap ikan masih ada jabatan lain yaitu Fishing master, Boy-boy
(pembuang umpan, untuk kapal penangkap pole and Line (cakalang), dsb.
Hukum Maritim | 7
Boatswain atau Bosun atau Serang (Kepala kerja bawahan)
Able Bodied Seaman (AB) atau Jurumudi
Ordinary Seaman (OS) atau Kelasi atau Sailor
Pumpman atau Juru Pompa, khusus kapal-kapal tanker (kapal
pengangkut cairan
2. Bagian mesin:
Mandor (Kepala Kerja Oiler dan Wiper)
Fitter atau Juru Las
Oiler atau Juru Minyak
Wiper
3. Bagian Permakanan:
Juru masak/ cook bertanggung jawab atas segala makanan, baik
itu memasak, pengaturan menu makanan, dan persediaan
makanan.
Mess boy / pembantu bertugas membantu Juru masak
Hukum Maritim | 8
6. Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Jabatan-jabatan Nakhoda diatas kapal yang diatur oleh peraturan dan perundang-
undangan yaitu :
1. Sebagai Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal. (pasal 384, 385 KUHD serta
pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992).
2. Sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 KUHD, pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992 serta
pasal 1/1 (c) STCW 1978).
3. Sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 388, 390, 394 (a) KUHD, serta pasal 55 No.
21 Th. 1992).
4. Sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. (Reglemen Pencatatan Sipil bagi Kelahiran dan
Kematian, serta pasal 55 UU. No. 21. Th. 1992).
5. Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 KUHPerdata, serta pasal 55 UU. No. 21, Th.
1992).
Penjelasan :
1. Nakhoda sebagai Pemegang Kewibawaan Umum
Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada di atas kapal, tanpa
kecuali harus taat serta patuh kepada perintah-perintah Nakhoda demi terciptanya
keamanan dan ketertiban di atas kapal. Tidak ada suatu alasan apapun yang
dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas kapal untuk menentang
perintah Nakhoda sepanjang perintah itu tidak menyimpang dari peraturan
perundang-undangan. Aetiap penentangan terhadap perintah Nakhoda yang
demikian itu merupakan pelanggaran hukum, sesuai dengan pasal 459 dam 460
KUH. Pidana, serta pasal 118 UU. No.21, Th. 1992. Jadi menentang perintah
atasan bagi awak kapal dianggap menentang perintah Nakhoda karena atasan itu
bertindak untuk dan atas nama Nakhoda.
2. Nakhoda sebagai Pemimpin Kapal
Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal berlayar dari pelabuhan satu
ke pelabuhan lain atau dari tempat satu ke tempat lain dengan selamat, aman
sampai tujuan terhadap penumpang dan segala muatannya.
3. Nakhoda sebagai Penegak Hukum
Nakhoda adalah sebagai penegak atau abdi hukum di atas kapal sehingga apabila
diatas kapal terjadi peristiwa pidana, maka Nakhoda berwenang bertindak selaku
Polisi atau Jaksa.
Hukum Maritim | 9
Dalam kaitannya selaku penegak hukum, Nakhoda dapat mengambil tindakan
antara lain :
menahan/mengurung tersangka di atas kapal
membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
mengumpulkan bukti-bukti
menyerahkan tersangka dan bukti-bukti serta Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
pada pihak Polisi atau Jaksa di pelabuhan pertama yang disinggahi.
4. Nakhoda sebagai Pegawai Catatan Sipil
Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran dan kematian
maka Nakhoda berwenang bertindak selaku Pegawai Catatan Sipil. Tindakan-
tindakan yang harus dilakukan Nakhoda,
jika di dalam pelayaran terjadi kelahiran antara lain :
Membuat Berita Acara Kelahiran dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira
kapal)
Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam Buku Harian Kapal
Menyerahkan Berita Acara Kelahiran tersebut pada Kantor Catatan Sipil di
pelabuhan pertama yang disinggahi
Jikalau terjadi kematian :
Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira
kapal)
Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal
Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor Catatan Sipil di
pelabuhan pertama yang disinggahi
Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara
Kematian maupun Buku Harian Kapal, karena wewenang membuat visum ada
pada tangan dokter Apabila kelahiran maupun kematian terjadi di luar negeri,
Berita Acaranya diserahkan pada Kantor Kedutaan Besar R.I. yang berada di
negara yang bersangkutan.
3.3.2. Mualim I
adalah kepala dari dinas deck (geladak) dan membantu nahkoda dalam hal
mengatur pelayanan di kapal jika kapal tidak punya seorang penata usaha
Dinas geladak :
Pemeliharaan seluruh kapal kecuali kamar mesin dan ruangan-ruangan lainnya
yang dipergunakan untuk kebutuhan dinas kamar mesin.
Muat bongkar muatan di palka-palka dan lain-lain.
Hukum Maritim | 10
Pekerjaan-pekerjaan administrasi yang berhubungan dengan pengangkutan
muatan, bagasi pos dan lain-lain.
Pengganti Nahkoda Pada waktu nahkoda berhalangan maka Mualim I memimpin
kapal atas perintahnya.
Mualim I harus mengetahui benar peraturan-peraturan dinas perusahaan dan
semua instruksi-instruksi mengenai tugas perwakilan, pengangkutan dan lain-lain.
3.3.3. Mualim II
Tugas mualim II disamping tugas jaga laut dan bongkar muat adalah :
Memelihara (termasuk melakukan koreksi-koreksi) serta menyiapkan peta-peta
laut dan buku-buku petunjuk pelayaran.
Memelihara dan menyimpan alat-alat pembantu navigasi non elektronik
(sextant dsb); setiap hari menentukan chronometer’s error berdasarkan time
signal.
Bertanggung jawab atas bekerjanya dengan baik pesawat pembantu navigasi
elektronik (radar, dsb)
Memelihara Gyro Kompas, berikut repeatersnya serta
menyalakan/mematikannya atas perintah nahkoda, bertanggung jawab atas
pemeliharaan autopilot.
Memelihara magnetic kompas serta bertanggung jawab pengisian kompas error
register book oleh para mualim jaga.
Mengisi/mengerjakan journal chronometer dan journal-journal pesawat-pesawat
pembantu navigasi yang disebutkan pada c dan d.
Bertanggung jawab atas keadaan baik lampu-lampu navigasi, termasuk lampu
jangkar dan sebagainya
Bertanggung jawab atas jalannya semua lonceng-lonceng di kapal dengan baik
Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengiriman, dan
administrasi barang-barang kiriman (paket) serta pos.
3.3.4. Mualim III
Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kelengkapan life boats, liferafts,
lifebuoys serta lifejackets, serta administrasi.
Bertanggung jawab pemeliharaan, kelengkapan dan bekerjanya dengan baik
dari botol-botol pemadam kebakaran, alat-alat pelempar tali, alat-alat
semboyan bahaya (parachute signal, dsb), alat-alat pernafasan, dll, serta
administrasinya.
Membuat sijil-sijil kebakaran, sekoci dan orang jatuh kelaut, dan memasangnya
ditempat-tempat yang telah ditentukan.
Hukum Maritim | 11
Memelihara dan menjaga kelengkapan bendera-bendera (kebangsaan,
bendera-bendera semboyan internasional, serta bendera perusahaan).
Mengawasi pendugaan tanki-tanki air tawar/ballast dan got-got palka serta
mencatatnya dengan journal
3.3.5. Markonis/Radio Officer/Spark
bertugas sebagai operator radio/komunikasi serta bertanggung jawab menjaga
keselamatan kapal dari marabahaya baik itu yg di timbulkan dari alam seperti
badai, ada kapal tenggelam, dll.
3.3.6. Chief Engineer (C / E)
Bertanggung jawab pada departemen mesin
Tanggung Jawabnya adalah :
Memastikan bahwa semua personil departemen mesin dibiasakan dengan
prosedur yang relevan.
Mengeluarkan perintah yang jelas dan ringkas untuk anggota yang lain di
departemen mesin.
Pastikan bahwa awak departemen mesin menjaga disiplin, kebersihan dan
mengikuti praktek kerja yang aman.
Evaluasi junior dan laporan kinerja kepada Master/kapten
Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan operasi mesin dan
bertindak yang sesuai untuk menghilangkan/mengurangi bahaya.
Selidiki ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan korektif dan preventif.
Menjaga peralatan agar siap saat digunakan.
Hukum Maritim | 12
Melakukan tugas tambahan atau kerja lembur jika dianggap perlu oleh
Nakhoda
Turut membantu menyelamatakan kapal, penumpang, dan muatannya, dalam
kecelakaan kapal
Berprilaku sopan, serta tidak mabuk-mabukan di kapal dalam rangka turut
menciptakan keamanan dan ketertiban diatas kapal
Hukum Maritim | 13
BAB IV
DOKUMEN KAPAL PERIKANAN
Sebuah kapal agar dapat menjalankan tugas dengan baik dan aman, harus
dilengkapi dengan surat-surat kapal sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Terdapat
beberapa macam sertifikat kapal, yg keberadaannya merupakan persyaratan bagi
kapal yg bersangkutan sesuai dg peruntukannya. Jenis-jenis sertifikat tersebut adalah :
Hukum Maritim | 14
Jika kapal dirombak, tetapi perombakan yang tidak berarti dan tidak
berpengaruh terhadap stabilitas kapal dan lambung timbul, maka Direktur
Jenderal Perhubungan Laut atau Pengawas Keselamatan kapal, dapat
mempertahankan sertifikat tersebut.
Jika nama (atau tanda huruf atau nomor) kapal berubah.
Hukum Maritim | 15
4.1.6. Sertifikat Penumpang
o Diperuntukkan bagi kapal-kapal yang mengangkut penumpang lebih dari 12
orang ;
o Berlaku selama 1 (satu) tahun.
4.1.7. Sertifikat Pembebasan
o Diperuntukkan bagi kapal dalam pelayaran internasional yang mendapat
beberapa pembebasan terhadap ketentuan-ketentuan Perjanjian
Keselamatan Laut Internasional 1929, yaitu terhadap bangunan, alat
penolong, dan radio telegrap.
o Berlaku tidak lebih dari 1 (satu) tahun.
Hukum Maritim | 16
4.2.2. Surat Laut Sementara
Adalah Surat Laut yang dikeluarkan bagi kapal Indonesia yang dibuat di Luar Negeri
(oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia) dengan maksud agar kapal tersebut
dapat dilayarkan ke Indonesia. Surat Laut Sementara berlaku paling lama 1 (satu)
tahun.
4.2.3. Pas Kapal
Diberikan kepada kapal yang tidak dapat diberi Surat Laut. Terdapat 2 (dua)
macam Pas Kapal, yaitu :
a. Pas Tahunan, tanda kebangsaan kapal Indonesia yang diberikan kepada
kapal yang isi kotornya 20 m3 atau lebih dan kurang dari 500 m3, yang
bukan kapal nelayan laut atau kapal pesiar. Pas Tahunan berlaku selama
12 bulan hingga 15 bulan.
b. Pas Kecil atau Pas Biru, diberikan kepada kapalyang isi kotornya kurang dari
20 m3, kapal nelayan laut dan kapal pesiar. Pas Kecil setiap tahun harus
dilaporkan kepada Pejabat berwenang (Syahbandar).
Hukum Maritim | 17
- Isi kapal antara geladak ukur dan geladak ketiga ;
- Isi semua ruangan tetap di geladak atas yang dapat ditutup rapat.
4). Isi bersih = isi kotor dikurangi dengan :
- Ruangan mesin, ketel uap, terowongan poros baling-baling ;
- Semua ruangan yang dipakai oleh awak kapal ;
- Ruangan Nakhoda, kamar peta dan kamar radio ;
Gudang-gudang, ceruk rantai, ruang mesin kemudi.
Hukum Maritim | 18
e) Sertifikat Radio
f) Surat Ijin Berlayar dari Syahbandar
Kapal Motor Isi Kotor 35 GT ke atas :
a) Surat Tanda Kebangsaan berupa Surat Laut
b) Surat Ukur
c) Sertifikat Keselamatan
d) Sertifikat garis Muat
e) Sertifikat radio
f) Sertifikat Klasifikasi ( untuk kapal Isi kotor lebih dari 35 GT dan atau yang
menggunakan mesin lebih dari 100 PK )
g) Sertifikat Pencegahan Pencemaran: Untuk kapal dengan isi kotor 100 GT
s/d 399 GT dan atau yang menggunakan mesin lebih dari 200 PK, berupa
Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran ( SNPP ) Untuk Kapal dengan
isi kotor lebih dari 399 GT, berupa Sertifikat International Oil Polution
Prevention ( IOPP )
h) Surat Ijin Berlayar ( SIB ) dari Syahbandar
4.4.3. Kapal Motor Nelayan Tradisional Isi kotor s/d 35 GT :
a) Surat Tanda Kebangsaan berupa Pas Tahunan
b) Surat Ukur ( untuk kapal dengan isi kotor lebih dari 7 GT )
c) Sertifikat Keselamatan ( sesuai SV.1935 Pasal 5 Ayat (6) )
d) Surat Ijin Berlayar ( SIB ) dari Syahbandar
Kapal Penangkap Ikan
a) Surat Tanda Kebangsaan
b) Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan kapal Penangkap Ikan
c) Surat Ukur
d) Surat Ijin Berlayar ( SIB ) dari Syahbandar
e) SIPI ( Surat Ijin Penangkapan Ikan )
Hukum Maritim | 19
BAB V
PERJANJIAN KERJA LAUT
Hukum Maritim | 20
5.3. Cara pengakhiran hubungan kerja/ PKL
Perjanjian kerja laut dapat diakhiri dengan ketentuan sbb :
5.3.1. Menurut KUHD :
1. Pasal 448 untuk PKL waktu tertentu yaitu : jika kapal berada dilaut, berakhir
dipelabuhan penyinggahan pertama yg ada pegawai pendaftaran awak kapal
2. Pasal 449 untuk PKL perjalanan yaitu : dipelabuhan dimanan perjalanan
selesai dengan catatan sudah satu setengah tahun
3. Pasal 450 untuk PKL waku tidak tertentu yaitu : oleh masing masing pihak
dengan memperhatikan jangka waktu yg ditentukan disetiap pelabuhan
5.3.2. Menurut KUHP
1. Pasal 1603n yaitu : Pemutusan oleh salah satu pihak tetapi membayar ganti
kerugian kepada pihak yg lain
2. Pasal 1603j yaitu : dalam hal pihak buruh meninggal dunia
Dan PKL juga dapat diakhiri jika ada :
1. Alasan mendesak
2. Alasan penting
3. Alasan fajar/ biasa
a. Alasan mendesak
Dalam hal ”Alasan mendesak” yg dapat dipergunakan untuk memberhentikan
pelaut dari dinas awak kapal/alasan mendesak bagi pihak pengusaha kapal yaitu :
1) Buruh menyajikan keterangan, ijazah, surat surat dan bukti bukti palsu dalam
penutupan PKL
2) Buruh kurang memiliki kecakapan dan kesanggupan dalam melaksanakan
tugasnya
3) Buruh telah mencuri, melakukan penggelapan,penyeludupan dan perbuatan
sejenisnya
4) Buruh menolak perintah majikan / wakilnya
5) Buruh melalaikan kewajibannya
6) Buruh dicabut kewenangannya untuk bekerja diatas kapal
7) Buruh menganiaya nahkoda, pelayar lain, menghina, mengancam atau
membujuk berbuat hal hal yg bertentangan dengan undang undang
Dalam hal ”Alasan mendesak” yg dapat dipergunakan oleh pelaut utk memutuskan
hubungan kerja. (KUH perdata pasal 1603 dan KUHD pasal 419)
1) Majikan menghina dan menganiay secara kasar.
2) Majikan membujuk pelaut melanggar undang2 / kesusilaan
Hukum Maritim | 21
3) Majikan tak membayar upah kepadanya.
4) Majikan sudah tak memberikan makan & perumahan jika sudah dijanjikan.
5) Majikan terlalu melalaikan kewajiban seperti dlm perjanjian
6) Tempat tinggal di kapal tak memenuhi persyaratan kesehatan
7) Makanan tidak memenuhi gisi yang memadai
8) Majikan memerintahkan melakukan pelayaran diluar / lebih yang diperjanjikan.
c. Alasan Penting
1) Setelah menandatangani PKL ada perubahan keadaan pribadi / kekayaan si
pengadu atau pihak lawannya
2) Setelah menandatangani PKL diketahui akan dapat membahayakan jiwa si
pengadu
3) Semua alasan2 mendesak seperti yg diterangkan (KUH pasal1603)
Hubungan yg terdapat antara PKL dan KKB yaitu : PKL tidak boleh menyimpang dari
ketentuan yg telah ditetapkan KKB
Hukum Maritim | 22
DAFTAR PUSTAKA
Capt. HR Soebekti. Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut (Untuk Mualim dan
Ahli Mesin Kapal Pelayaran Niaga).
SOLAS 1974
Hukum Maritim | 23