Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dengan semakin berkembangnya kegiatan penangkapan menuntut
semua individu yang terlibat untuk lebih memperhatikan baik keselamatannya,
tugas dan kewajibannya maupun tanggung jawabnya. Untuk itulah disusun
hukum maritim guna melindungi kepentingan dari seluruh individu maupun
organisasi/lembaga/badan hukum yang terlibat didalamnya.
Pengetahuan tentang peraturan dan larangan yang terkandung di
dalamnya akan memudahkan untuk menyelesaikan masalah apabila terjadi
masalah.

1.2. Deskripsi Singkat


Mata diklat ini membahas tentang hukum maritim yang meliputi
pengertian hukum maritim, organisasi, tugas, kewajiban dan tanggung jawab di
kapal, dokumen dan kapal perikanan serta perjanjian kerja laut.

1.3. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta


Bahan ajar bagi peserta adalah agar peserta dapat memahami tentang
hukum maritim yang meliputi pengertian hukum maritim, organisasi, tugas,
kewajiban dan tanggung jawab di kapal, dokumen dan kapal perikanan serta
perjanjian kerja laut.

1.4. Tujuan Pembelajaran


1.4.1. Kompetensi Dasar
Setelah diberikan pembelajaran ini peserta diklat diharapkan mampu
memahami tentang hukum maritim yang meliputi pengertian hukum maritim,
organisasi, tugas, kewajiban dan tanggung jawab di kapal, dokumen dan kapal
perikanan serta perjanjian kerja laut.

1.4.2. Indikator Keberhasilan


Setelah pembelajaran ini peserta dapat tentang hukum maritim yang
meliputi pengertian hukum maritim, organisasi, tugas, kewajiban dan tanggung
jawab di kapal, dokumen dan kapal perikanan serta perjanjian kerja laut.

Hukum Maritim | 1
1.5. Pokok Bahasan
1.5.1. Pengertian Hukum Maritim
1.5.2. Organisasi, tugas kewajiban dan tanggung jawab awak kapal
1.5.3. Dokumen kapal perikanan
1.5.4. Perjanjian kerja laut

Hukum Maritim | 2
BAB II
PENGERTIAN HUKUM MARITIM

2.1. Pengertian Hukum Maritim


Hukum maritim adalah himpunan peraturan-peraturan termasuk
perintahperintah dan larangan-larangan yang bersangkut paut dengan
lingkungan maritim dalam arti luas, yang mengurus tata tertib dalam masyarakat
maritim dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu (Jordan
Eerton,2004).
Tujuan hukum maritim antara lain :
a. Menjaga kepentingan tiap-tiap menusia dalam masyarakat maritim, supaya
kepentingannya tidak dapat diganggu,
b. Setiap kasus yang menyangkut kemaritiman diselesaikan berdasarkan
hukum maritim yang berlaku

2.2. Ruang Lingkup Hukum Maritim


Yang bersangkut paut dalam lingkungan hukum kemaritiman itu antara lain dapat
dibedakan menjadi 2 batasan antara lain :
a. Subyek Hukum Maritim
Contoh (1) : manusia ( Natuurlijke persoon)
 Nakhoda kapal (Ship’s Master)
 Awak kapal (Crew’s)
 Pengusaha kapal (Ship’s operator)
 Pemilik kapal (Ship’s owner)
 Pemilik muatan (Cargo owner)
 Pengirim muatan (Cargo shipper)
 Penumpang kapal (Ship’s passangers)
Contoh (2) : Badan hukum (Recht persoon)
 Perusahaan Pelayaran (Shipping company)
 Ekspedisi Muatan Kapal Laut ( EMKL )
 International Maritime Organization (IMO)
 Ditjen Peruhubungan Laut
 Administrator Pelabuhan
 Kesyahbandaran
 Biro Klasifikasi

Hukum Maritim | 3
b. Obyek Hukum Maritim
Contoh (1) : benda berwujud
 Kapal (dalam arti luas)
 Perlengkapan kapal
 Muatan kapal
 Tumpahan minyak dilaut
 Sampah dilaut
Contoh (2) : benda tak berwujud
 Perjanjian-perjanjian
 Kesepakatan-kesepakatan
 Surat Kuasa
 Perintah lisan
Contoh (3) : benda bergerak
 Perlengkapan kapal
 Muatan kapal
 Tumpahan minyak dilaut
Contoh (4) : benda tak bergerak
 Galangan kapal

2.3. Penggolongan Hukum Maritim


2.3.1. Hukum Maritim Nasional
adalah Hukum Maritim yang diberlakukan secara Nasional dalam suatu
Negara. Untuk di Indonesia contohnya adalah :
a. Buku kedua KUHD tentang Hak dan Kewajiban yang timbul dari
Pelayaran
b. Buku kedua Bab XXIX KUH Pidana tentang Kejahatan Pelayaran
c. Buku ketiga Bab IX KUH Pidana tentang Pelanggaran Pelayaran
d. Undang-Undang No.21 Tahun 2001 tentang Pelayaran
e. Peraturan Pemerintah (PP) No.7 Tahun 2000 tentang Kepelautan
f. Keputusan Menteri (KM) Menteri Perhubungan RI No.70 Tentang
Pengawakan Kapal Niaga
2.3.2. Hukum Maritim Internasional
adalah Hukum maritim yang diberlakukan secara internasional sebagai bagian
dari hukum antara Bangsa/Negara.
Contoh Hukum Maritim Internasional :

Hukum Maritim | 4
a. Internasional Convention on Regulation for Preventing Collision at Sea 1972
(Konvensi Internasional tentang Peraturan untuk mencegah terjadinya
tubrukan di laut Thn 1972).
b. International Convention on Standard if Training Certification and
Watchkeeping for Seafarars 1978, Code 1995. (Konvensi Internasional
tentang standar Pelatihan, Sertifikasi dan Tugas Jaga pelaut Thn 1978
dengan amandemen thn 1995)
c. International Convention of Safety of Life At Sea 1974 (Konvensi
Internasional tentang Keselamatan Jiwa di Laut thn 1974).
d. International Convention for the Prevention if Pollution from Ship 1973/1978
(Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran di Laut dari
kapal thn 1973/1978).
e. Convention on the International Maritime Satellite Organization 1976
(Konvensi tentang Organisasi Satelit Maritim Internasional /INMARSAT
1976).
f. International Convention on Maritime Search and Rescue 1979 (Konvensi
Internasional tentang S.A.R Maritim thn 1979)

Hukum Maritim | 5
BAB III
ORGANISASI, TUGAS, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB
AWAK KAPAL

3.1. Organisasi Di Kapal

Struktur organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan umum
di atas kapal dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non
perwira/bawahan (subordinate crew).
Struktur organisasi kapal diatas bukanlah struktur yang baku, karena tiap kapal bisa
berbeda struktur organisaninya tergantung jenis, fungsi dan kondisi kapal tersebut.
Selain jabatan-jabatan tersebut dalam contoh struktur organisasi kapal diatas, masih
banyak lagi jenis jabatan di kapal, diluar jabatan Nakhoda.
Misalnya di kapal pesiar ada jabatan-jabatan Bar-tender, cabin-boy, swimming-pool
boy, general purpose dan lain sebagainya. Dikapal lain misalnya terdapat jabatan juru
listrik (electrician), greaser dan lain sebagainya. Semua orang yang mempunyai

Hukum Maritim | 6
jabatan di atas kapal itu disebut Awak kapal, termasuk Nakhoda, tetapi Anak kapal
atau Anak Buah Kapal (ABK) adalah semua orang yang mempunyai jabatan diatas
kapal kecuali jabatan Nakhoda.
Untuk kapal penangkap ikan masih ada jabatan lain yaitu Fishing master, Boy-boy
(pembuang umpan, untuk kapal penangkap pole and Line (cakalang), dsb.

3.2. Awak Kapal


Secara hierarki Awak Kapal terbagi menjadi Departemen Dek dan Departemen
Mesin, selain terbagi menjadi perwira/Officer dan bawahan/Rating.
a. Perwira Departemen Dek
Kapten/Nakhoda/Master adalah pimpinan dan penanggung jawab
pelayaran
Mualim I/Chief Officer/Chief Mate bertugas pengatur muatan, persediaan
air tawar dan sebagai pengatur arah navigasi
Mualim 2/Second Officer/Second Mate bertugas membuat jalur/route peta
pelayaran yg akan di lakukan dan pengatur arah navigasi.
Mualim 3/Third Officer/Third Mate bertugas sebagai pengatur, memeriksa,
memelihara semua alat alat keselamatan kapal dan juga bertugas
sebagai pengatur arah navigasi.
Markonis/Radio Officer/Spark bertugas sebagai operator radio/komunikasi
serta bertanggung jawab menjaga keselamatan kapal dari marabahaya
baik itu yg di timbulkan dari alam seperti badai, ada kapal tenggelam, dll
b. Perwira Departemen Mesin :
KKM (Kepala Kamar Mesin)/Chief Engineer, pimpinan dan penanggung
jawab atas semua mesin yang ada di kapal baik itu mesin induk, mesin
bantu, mesin pompa, mesin crane, mesin sekoci, mesin kemudi, mesin
freezer, dll.
Masinis 1/First Engineer bertanggung jawab atas mesin induk
Masinis 2/Second Engineer bertanggung jawab atas semua mesin bantu.
Masinis 3/Third Enginer bertanggung jawab atas semua mesin pompa.
Juru Listrik/Electrician bertanggung jawab atas semua mesin yang
menggunakan tenaga listrik dan seluruh tenaga cadangan.
Juru minyak/Oiler pembantu para Masinis/Engineer

c. Ratings atau bawahan


1. Bagian dek:

Hukum Maritim | 7
Boatswain atau Bosun atau Serang (Kepala kerja bawahan)
Able Bodied Seaman (AB) atau Jurumudi
Ordinary Seaman (OS) atau Kelasi atau Sailor
Pumpman atau Juru Pompa, khusus kapal-kapal tanker (kapal
pengangkut cairan
2. Bagian mesin:
Mandor (Kepala Kerja Oiler dan Wiper)
Fitter atau Juru Las
Oiler atau Juru Minyak
Wiper
3. Bagian Permakanan:
Juru masak/ cook bertanggung jawab atas segala makanan, baik
itu memasak, pengaturan menu makanan, dan persediaan
makanan.
Mess boy / pembantu bertugas membantu Juru masak

3.3. Tugas, Kewajiban dan Tanggung Jawab Anak Kapal


3.3.1. Nakhoda
UU. No.21 Th. 1992 dan juga pasal 341.b KUHD dengan tegas menyatakan
bahwa Nakhoda adalah pemimpin kapal, kemudian dengan menelaah pasal 341
KUHD dan pasal 1 ayat 12 UU. No.21 Th.1992, maka definisi dari Nakhoda
adalah sebagai berikut:
“ Nakhoda kapal ialah seseorang yang sudah menanda tangani Perjanjian Kerja
Laut (PKL) dengan Pengusaha Kapal dimana dinyatakan sebagai Nakhoda, serta
memenuhi syarat sebagai Nakhoda dalam arti untuk memimpin kapal sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku “ Pasal 342 KUHD secara ekplisit
menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal hanya berada pada tangan
Nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apapun yang terjadi diatas kapal menjadi
tanggung jawab Nakhoda, kecuali perbuatan kriminal.
Dengan demikian secara ringkas tanggung jawab Nakhoda kapal dapat dirinci
antara lain :
1. Memperlengkapi kapalnya dengan sempurna
2. Mengawaki kapalnya secara layak sesuai prosedur/aturan
3. Membuat kapalnya layak laut (seaworthy)
4. Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran
5. Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada diatas kapalnya

Hukum Maritim | 8
6. Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku
Jabatan-jabatan Nakhoda diatas kapal yang diatur oleh peraturan dan perundang-
undangan yaitu :
1. Sebagai Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal. (pasal 384, 385 KUHD serta
pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992).
2. Sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 KUHD, pasal 55 UU. No. 21 Th. 1992 serta
pasal 1/1 (c) STCW 1978).
3. Sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 388, 390, 394 (a) KUHD, serta pasal 55 No.
21 Th. 1992).
4. Sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. (Reglemen Pencatatan Sipil bagi Kelahiran dan
Kematian, serta pasal 55 UU. No. 21. Th. 1992).
5. Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 KUHPerdata, serta pasal 55 UU. No. 21, Th.
1992).
Penjelasan :
1. Nakhoda sebagai Pemegang Kewibawaan Umum
Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada di atas kapal, tanpa
kecuali harus taat serta patuh kepada perintah-perintah Nakhoda demi terciptanya
keamanan dan ketertiban di atas kapal. Tidak ada suatu alasan apapun yang
dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas kapal untuk menentang
perintah Nakhoda sepanjang perintah itu tidak menyimpang dari peraturan
perundang-undangan. Aetiap penentangan terhadap perintah Nakhoda yang
demikian itu merupakan pelanggaran hukum, sesuai dengan pasal 459 dam 460
KUH. Pidana, serta pasal 118 UU. No.21, Th. 1992. Jadi menentang perintah
atasan bagi awak kapal dianggap menentang perintah Nakhoda karena atasan itu
bertindak untuk dan atas nama Nakhoda.
2. Nakhoda sebagai Pemimpin Kapal
Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal berlayar dari pelabuhan satu
ke pelabuhan lain atau dari tempat satu ke tempat lain dengan selamat, aman
sampai tujuan terhadap penumpang dan segala muatannya.
3. Nakhoda sebagai Penegak Hukum
Nakhoda adalah sebagai penegak atau abdi hukum di atas kapal sehingga apabila
diatas kapal terjadi peristiwa pidana, maka Nakhoda berwenang bertindak selaku
Polisi atau Jaksa.

Hukum Maritim | 9
Dalam kaitannya selaku penegak hukum, Nakhoda dapat mengambil tindakan
antara lain :
 menahan/mengurung tersangka di atas kapal
 membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
 mengumpulkan bukti-bukti
 menyerahkan tersangka dan bukti-bukti serta Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
pada pihak Polisi atau Jaksa di pelabuhan pertama yang disinggahi.
4. Nakhoda sebagai Pegawai Catatan Sipil
Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran dan kematian
maka Nakhoda berwenang bertindak selaku Pegawai Catatan Sipil. Tindakan-
tindakan yang harus dilakukan Nakhoda,
jika di dalam pelayaran terjadi kelahiran antara lain :
 Membuat Berita Acara Kelahiran dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira
kapal)
 Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam Buku Harian Kapal
 Menyerahkan Berita Acara Kelahiran tersebut pada Kantor Catatan Sipil di
pelabuhan pertama yang disinggahi
Jikalau terjadi kematian :
 Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira
kapal)
 Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal
 Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor Catatan Sipil di
pelabuhan pertama yang disinggahi
 Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara
Kematian maupun Buku Harian Kapal, karena wewenang membuat visum ada
pada tangan dokter Apabila kelahiran maupun kematian terjadi di luar negeri,
Berita Acaranya diserahkan pada Kantor Kedutaan Besar R.I. yang berada di
negara yang bersangkutan.
3.3.2. Mualim I
adalah kepala dari dinas deck (geladak) dan membantu nahkoda dalam hal
mengatur pelayanan di kapal jika kapal tidak punya seorang penata usaha
Dinas geladak :
Pemeliharaan seluruh kapal kecuali kamar mesin dan ruangan-ruangan lainnya
yang dipergunakan untuk kebutuhan dinas kamar mesin.
Muat bongkar muatan di palka-palka dan lain-lain.

Hukum Maritim | 10
Pekerjaan-pekerjaan administrasi yang berhubungan dengan pengangkutan
muatan, bagasi pos dan lain-lain.
Pengganti Nahkoda Pada waktu nahkoda berhalangan maka Mualim I memimpin
kapal atas perintahnya.
Mualim I harus mengetahui benar peraturan-peraturan dinas perusahaan dan
semua instruksi-instruksi mengenai tugas perwakilan, pengangkutan dan lain-lain.
3.3.3. Mualim II
Tugas mualim II disamping tugas jaga laut dan bongkar muat adalah :
 Memelihara (termasuk melakukan koreksi-koreksi) serta menyiapkan peta-peta
laut dan buku-buku petunjuk pelayaran.
 Memelihara dan menyimpan alat-alat pembantu navigasi non elektronik
(sextant dsb); setiap hari menentukan chronometer’s error berdasarkan time
signal.
 Bertanggung jawab atas bekerjanya dengan baik pesawat pembantu navigasi
elektronik (radar, dsb)
 Memelihara Gyro Kompas, berikut repeatersnya serta
menyalakan/mematikannya atas perintah nahkoda, bertanggung jawab atas
pemeliharaan autopilot.
 Memelihara magnetic kompas serta bertanggung jawab pengisian kompas error
register book oleh para mualim jaga.
 Mengisi/mengerjakan journal chronometer dan journal-journal pesawat-pesawat
pembantu navigasi yang disebutkan pada c dan d.
 Bertanggung jawab atas keadaan baik lampu-lampu navigasi, termasuk lampu
jangkar dan sebagainya
 Bertanggung jawab atas jalannya semua lonceng-lonceng di kapal dengan baik
 Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengiriman, dan
administrasi barang-barang kiriman (paket) serta pos.
3.3.4. Mualim III
 Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kelengkapan life boats, liferafts,
lifebuoys serta lifejackets, serta administrasi.
 Bertanggung jawab pemeliharaan, kelengkapan dan bekerjanya dengan baik
dari botol-botol pemadam kebakaran, alat-alat pelempar tali, alat-alat
semboyan bahaya (parachute signal, dsb), alat-alat pernafasan, dll, serta
administrasinya.
 Membuat sijil-sijil kebakaran, sekoci dan orang jatuh kelaut, dan memasangnya
ditempat-tempat yang telah ditentukan.

Hukum Maritim | 11
 Memelihara dan menjaga kelengkapan bendera-bendera (kebangsaan,
bendera-bendera semboyan internasional, serta bendera perusahaan).
 Mengawasi pendugaan tanki-tanki air tawar/ballast dan got-got palka serta
mencatatnya dengan journal
3.3.5. Markonis/Radio Officer/Spark
bertugas sebagai operator radio/komunikasi serta bertanggung jawab menjaga
keselamatan kapal dari marabahaya baik itu yg di timbulkan dari alam seperti
badai, ada kapal tenggelam, dll.
3.3.6. Chief Engineer (C / E)
Bertanggung jawab pada departemen mesin
Tanggung Jawabnya adalah :
Memastikan bahwa semua personil departemen mesin dibiasakan dengan
prosedur yang relevan.
Mengeluarkan perintah yang jelas dan ringkas untuk anggota yang lain di
departemen mesin.
Pastikan bahwa awak departemen mesin menjaga disiplin, kebersihan dan
mengikuti praktek kerja yang aman.
Evaluasi junior dan laporan kinerja kepada Master/kapten
Mengidentifikasi potensi bahaya yang berhubungan dengan operasi mesin dan
bertindak yang sesuai untuk menghilangkan/mengurangi bahaya.
Selidiki ketidaksesuaian dan menerapkan tindakan korektif dan preventif.
Menjaga peralatan agar siap saat digunakan.

3.4. Hak dan Kewajiban Awak Kapal


3.4.1. Hak Anak Buah Kapal
Hak atas upah
Hak atas tempat tinggal dan makan
Hak atas perawatan waktu sakit/kecelakaan
Hak atas cuti
Hak atas pengangkutan untuk dipulangkan
3.4.2. Kewajiban Anak Buah Kapal
Taat kepada perintah atasan, terutama terhadap perintah Nakhoda
Meninggalkan kapal (turun ke darat) harus dengan ijin Nakhoda atau yang
mewakilinya
Tidak membawa barang dagangan, minum-minuman keras, dan senjata (api) di
atas kapal

Hukum Maritim | 12
Melakukan tugas tambahan atau kerja lembur jika dianggap perlu oleh
Nakhoda
Turut membantu menyelamatakan kapal, penumpang, dan muatannya, dalam
kecelakaan kapal
Berprilaku sopan, serta tidak mabuk-mabukan di kapal dalam rangka turut
menciptakan keamanan dan ketertiban diatas kapal

3.5. Peraturan Pengawakan Awak Kapal


Dengan diberlakukannya Amandemen International Convention on Standard of
Training Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW) 1995 sebagai
penyempurnaan STCW 1978, maka Menteri Perhubungan menetapkan peraturan
dalam bentuk Keputusan Menteri Perhubungan No.70 Th.1998 tanggal, 21
Oktober 1998 tentang Pengawakan Kapal Niaga.
Pada BAB.II Pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa pada setiap kapal niaga yang berlayar
harus diawaki dengan susunan terdiri dari : seorang Nakhoda, sejumlah perwira,
sejumlah rating. Susunan awak kapal didasarkan pada : daerah pelayaran, tonase
kotor kapal (gross tonnage/GT) dan ukuran tenaga penggerak kapal (kilowatt/KW).
Pada pasal 8 menetapkan dan memperjelas bahwa awak kapal yang mengawaki
kapal niaga sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a) bagi Nakhoda, Mualim atau Masinis harus memiliki sertifikat keahlian pelaut
yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan daerah pelayaran, tonase
kotor dan ukuran tenaga penggerak kapal dan memiliki sertifikat ketrampilan
pelaut
b) bagi operator radio harus memiliki sertifikat keahlian pelaut bidang radio yang
jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan peralatan radio yang ada di kapal
dan memiliki sertifikat ketrampilan pelaut
c) bagi rating harus memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat ketrampilan
pelaut yang jenis sertifikatnya sesuai dengan jenis tugas, ukuran dan jenis
kapal serta tata susunan kapal.

Hukum Maritim | 13
BAB IV
DOKUMEN KAPAL PERIKANAN

Sebuah kapal agar dapat menjalankan tugas dengan baik dan aman, harus
dilengkapi dengan surat-surat kapal sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Terdapat
beberapa macam sertifikat kapal, yg keberadaannya merupakan persyaratan bagi
kapal yg bersangkutan sesuai dg peruntukannya. Jenis-jenis sertifikat tersebut adalah :

4.1. Sertifikat Kapal


4.1.1. Sertifikat Kesempurnaan
 Ialah sertifikat yg diberikan untuk kapal yang telah memenuhi persyaratan
keselamatan untuk berlayar. Keselamatan tersebut adalah dalam hal : badan
kapal, perlengkapan kapal, penataan kemudi, sarana pemadam kebakaran,
alat-alat berlabuh jangkar, dan lain-lain
 Berlaku bagi semua kapal yang berlayar di laut
 Untuk Indonesia, terdapat sertifikat kelas yang dikeluarkan oleh Biro
Klasifikasi Indonesia (BKI), khususnya bagi kapal-kapal yang berukuran isi
kotor 100 m3 atau lebih.
Sertifikat Kesempurnaan dikeluarkan untuk :
 Pelayaran di semua lautan ;
 Pelayaran antar pelabuhan Asia Tenggara ;
 Bagian tertentu yang ditunjuk dari daerah pelayaran antara pelabuhan
Asia Tenggara ;
Sertifikat Kesempurnaan tidak berlaku lagi jika :
 Kapal yg diklasifikasikan pada biro klasifikasi yang diakui, dirobah
kelasnya atau dicoret dari daftar ;
 Karena masa berlakunya telah habis untuk mana sertifikat diberikan atau
tidak memenuhi syarat yang ditentukan untuk mengeluarkan atau
mempertahankan sertifikat itu ;
 Karena diserahkannya sertifikat kesempurnaan yang baru ;
 Jika sertifikat itu berdasar pasal 36 (4) sudah tidak berlaku selama satu
tahun ;
 Jika kapal tidak termasuk golongan kapal-kapal untuk mana Ordonansi
Kapal-kapal 1935 berlaku.

Hukum Maritim | 14
 Jika kapal dirombak, tetapi perombakan yang tidak berarti dan tidak
berpengaruh terhadap stabilitas kapal dan lambung timbul, maka Direktur
Jenderal Perhubungan Laut atau Pengawas Keselamatan kapal, dapat
mempertahankan sertifikat tersebut.
 Jika nama (atau tanda huruf atau nomor) kapal berubah.

4.1.2. Sertifikat Keselamatan


Diberikan khusus bagi kapal penumpang pelayaran internasional ;
Berlaku tidak lebih dari 1 (satu) tahun ;
Dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.
Sertifikat Keselamatan tidak berlaku lagi :
1) Jika sertifikat kesempurnaan tidak berlaku lagi ;
2) Karena masa berlakunya untuk mana sertifikat dikeluarkan telah habis ;
3) Karena diserahkannya sertifikat keselamatan yang baru ;
4) Jika kapal tidak termasuk dalam golongan kapal-kapal untuk mana
ordonansi Kapal-kapal 1935 berlaku ;
5) Jika nama (atau tanda huruf atau nomor) kapal berubah.
Jika Sertifikat Keselamatan tidak berlaku lagi, sedangkan kapal itu ada di luar
Indonesia, kecuali di Pelabuhan Singapura dan Malaysia, maka masa berlakunya
dapat diperpanjang untuk memungkinkan kapal kembali ke Indonesia guna
mengakhiri pelayarannya.
4.1.3. Sertifikat Keselamatan Radio
a) Diberikan khusus bagi kapal barang yang memiliki radio komunikasi ;
b) Berlaku tidak lebih dari 1 (satu) tahun.
4.1.4. Sertifikat Lambung Timbul
 Merupakan sertifikat yang memuat sampai batas mana kapal boleh dimuati,
dan berapa daya apung cadangannya ;
 Diperuntukkan bagi semua kapal yang berlayar di laut ;
 Berlaku tdk lebi dari 5 (lima) tahun.
4.1.5. Sertifikat Muatan Kayu
 Diperuntukkan bagi kapal-kapal yang memuat kayu sebagai muatan
geladaknya ;
 Berlaku tidak lebih dari 5 (lima) tahun.

Hukum Maritim | 15
4.1.6. Sertifikat Penumpang
o Diperuntukkan bagi kapal-kapal yang mengangkut penumpang lebih dari 12
orang ;
o Berlaku selama 1 (satu) tahun.
4.1.7. Sertifikat Pembebasan
o Diperuntukkan bagi kapal dalam pelayaran internasional yang mendapat
beberapa pembebasan terhadap ketentuan-ketentuan Perjanjian
Keselamatan Laut Internasional 1929, yaitu terhadap bangunan, alat
penolong, dan radio telegrap.
o Berlaku tidak lebih dari 1 (satu) tahun.

4.2. Surat Laut dan Pas Kapal


Menurut Beslit 1934, terdapat 4 (empat) macam tanda kebangsaan kapal, yaitu :
Surat Laut, Pas Kapal, Surat Laut Sementara, dan Surat Ijin Berlayar. Tanpa Surat
Laut dan Pas Kapal, kapal Indonesia tidak berwenang mengibarkan bendera
Indonesia.
4.2.1. Surat Laut
Merupakan tanda kebangsaan bagi kapal Indonesia dengan isi kotor 500 m3 atau
lebih, bukan kapal nelayan atau kapal pesiar.
Isi Surat Laut adalah :
o Nama kapal;
o Nama Pemilik Kapal dan Nakhoda ;
o Isi bersih/kotor menurut Surat Ukur ;
o Keterangan menurut Surat Pendaftaran Kapal ;
o Nama panggilan Kapal (berdasarkan Buku Insyarat Internasional).
Surat Laut dinyatakan gugur apabila :
o Kapal dirucat ;
o Kapal tenggelam ;
o Kapal dirampas oleh bajak laut/musuh ;
o Kapal dipakai untuk membajak di laut, pantai atau sungai ;
o Diberikan kebangsaan lain bagi kapal tersebut ;
o Nama kapal diganti.

Hukum Maritim | 16
4.2.2. Surat Laut Sementara
Adalah Surat Laut yang dikeluarkan bagi kapal Indonesia yang dibuat di Luar Negeri
(oleh Menteri Perhubungan Republik Indonesia) dengan maksud agar kapal tersebut
dapat dilayarkan ke Indonesia. Surat Laut Sementara berlaku paling lama 1 (satu)
tahun.
4.2.3. Pas Kapal
Diberikan kepada kapal yang tidak dapat diberi Surat Laut. Terdapat 2 (dua)
macam Pas Kapal, yaitu :
a. Pas Tahunan, tanda kebangsaan kapal Indonesia yang diberikan kepada
kapal yang isi kotornya 20 m3 atau lebih dan kurang dari 500 m3, yang
bukan kapal nelayan laut atau kapal pesiar. Pas Tahunan berlaku selama
12 bulan hingga 15 bulan.
b. Pas Kecil atau Pas Biru, diberikan kepada kapalyang isi kotornya kurang dari
20 m3, kapal nelayan laut dan kapal pesiar. Pas Kecil setiap tahun harus
dilaporkan kepada Pejabat berwenang (Syahbandar).

4.3. Surat Ukur


Surat Ukur merupakan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Pejabat yang
berwenang bagian pengukuran mengenai besarnya kapal.
1). Isi Surat Ukur adalah :
- Nama kapal ;
- Tempat asal kapal ;
- Banyaknya geladak, tiang, dasar ganda, tangki tolak bara ;
- Ukuran pokok kapal : panjang, lebar, dalam ;
- Rincian dari isi kotor (bruto) dan isi bersih (netto) dalam meter kubik dan Register
Ton ;
- Pengurangan guna mendapatkan isi bersih.
2). Ruang-ruang yang tidak termasuk dalam pengukuran adalah :
- Ruang dasar ganda, dan tangki-tangki ceruk muka/belakang yang dipakai khusus
untuk tolak bara ;
- Ruang-ruang yang dibatasi oleh kepala palka ;
- Bangunan atas yang terbuka dan tidak tertutup dengan pintu-pintu ;
- Kamar-kamar mandi / WC umum ;
- Anjungan dan rongga diatas kamar mesin.
3). Pengukuran isi kotor meliputi :
- Isi kapal dibawah geladak ukur ;

Hukum Maritim | 17
- Isi kapal antara geladak ukur dan geladak ketiga ;
- Isi semua ruangan tetap di geladak atas yang dapat ditutup rapat.
4). Isi bersih = isi kotor dikurangi dengan :
- Ruangan mesin, ketel uap, terowongan poros baling-baling ;
- Semua ruangan yang dipakai oleh awak kapal ;
- Ruangan Nakhoda, kamar peta dan kamar radio ;
Gudang-gudang, ceruk rantai, ruang mesin kemudi.

4.4. Dokumen yang harus ada di kapal


Sertifikat dan Dokumen yang harus berada diatas kapal berbendera Indonesia
(berdasarkan SV.1935 )
1. Surat Tanda Kebangsaan berupa Pas Tahunan
2. Surat Ukur untuk kapal diatas 7 GT
3. Sertifikat Keselamatan ( Sesuai SV. 1935 Pasal 5 Ayat (6) )
4. Surat Ijin Berlayar dari Syahbandar.
5. Kapal Layar Motor ( KLM ) dengan isi Kotor lebih besar dari 35 GT s/d 150 GT :
a) Surat Tanda Kebangsaan berupa Pas Tahunan
b) Surat Ukur
c) Sertifikat Keselamatan ( sesuai SK. DIRJEN HUBLA No. DKP.46/1/1-83
tanggal 11 Januari 1983 )
d) Sertifikat Radio
e) Surat Ijin Berlayar dari Syahbandar
4.4.1. Kapal layar Motor ( KLM ) dengan isi kotor lebih besar dari 150 GT s/d 500 GT :
a) Surat Tanda Kebangsaan berupa Pas Tahunan ( untuk Isi Kotor sampai
dengan 175 GT ), atau berupa Surat Laut ( untuk Isi kotor lebih besar dari
175 GT )
b) Surat Ukur
c) Sertifikasi Keselamatan ( sesuai SK. Dirjen Hubla No. PY. 66 / 1 / 2 /-02
tanggal 7 februari 2002 )
d) Sertifikat Radio
e) Surat Ijin Berlayar dari Syahbandar.
4.4.2. Kapal Motor isi Kotor 7 GT s/d kurang dari 35 GT
a) Surat Tanda Kebangsaan berupa Pas Tahunan
b) Surat Ukur
c) Sertifikat Keselamatan ( sesuai SV.1935 pasal 5 ayat (5) )
d) Sertifikat garis Muat ( untuk kapal dengan ukuran panjang lebih dari 24 m )

Hukum Maritim | 18
e) Sertifikat Radio
f) Surat Ijin Berlayar dari Syahbandar
Kapal Motor Isi Kotor 35 GT ke atas :
a) Surat Tanda Kebangsaan berupa Surat Laut
b) Surat Ukur
c) Sertifikat Keselamatan
d) Sertifikat garis Muat
e) Sertifikat radio
f) Sertifikat Klasifikasi ( untuk kapal Isi kotor lebih dari 35 GT dan atau yang
menggunakan mesin lebih dari 100 PK )
g) Sertifikat Pencegahan Pencemaran: Untuk kapal dengan isi kotor 100 GT
s/d 399 GT dan atau yang menggunakan mesin lebih dari 200 PK, berupa
Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran ( SNPP ) Untuk Kapal dengan
isi kotor lebih dari 399 GT, berupa Sertifikat International Oil Polution
Prevention ( IOPP )
h) Surat Ijin Berlayar ( SIB ) dari Syahbandar
4.4.3. Kapal Motor Nelayan Tradisional Isi kotor s/d 35 GT :
a) Surat Tanda Kebangsaan berupa Pas Tahunan
b) Surat Ukur ( untuk kapal dengan isi kotor lebih dari 7 GT )
c) Sertifikat Keselamatan ( sesuai SV.1935 Pasal 5 Ayat (6) )
d) Surat Ijin Berlayar ( SIB ) dari Syahbandar
Kapal Penangkap Ikan
a) Surat Tanda Kebangsaan
b) Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan kapal Penangkap Ikan
c) Surat Ukur
d) Surat Ijin Berlayar ( SIB ) dari Syahbandar
e) SIPI ( Surat Ijin Penangkapan Ikan )

Hukum Maritim | 19
BAB V
PERJANJIAN KERJA LAUT

5.1. Pengertian Perjanjian Kerja Laut


Perjanjian kerja laut : Adalah Perjanjian kerja antara pekerja/ Pelaut dengan
pengusaha kapal, dimana pekerja mengikatkan diri sebagai pekerja diperusahaan
dengan imbalan upah.
Jenis jenis PKL yaitu :
1. PKL Waktu tertentu
2. PKL satu atau lebih perjalanan
3. PKL waktu yg tidak ditentukan
Hubungan yg terdapat antara PKL dengan sijil yaitu mereka yg telah disijil diatas
kapal telah melaksanakan PKL.

5.2. Persyaratan yg berlaku untuk pembuatan PKL


5.2.1. Persyaratan pembuatan PKL :
a) Harus tertulis
b) Disaksikan dan disahkan oleh pihak kesyahbandaran
c) Ditandatangani oleh awak kapal, pengusaha kapal, dan pegawai
kesyahbandaran
5.2.2. Isi (PKL)
 Nama, umur dan tgl lahir
 Jabatan di atas kapal
 Tempat dan perjanjian dibuat
 Nama kapal dimana pelaut akan bekerja
 Gaji pelaut dan jaminan2 lainnya
 Tgl/ saat perjanjian mulai berlaku
 Tanda tangan buruh , majikan dan Syahbandar
Jenis PKL yg dapat diakhiri oleh awak kapal sebelum waktunya habis yaitu : PKL
perjalanan, Prosedur pelaksanaannya yaitu : Sesuai dengan KUHD pasal 449 yaitu
pengakhiran PKL perjalanan, yaitu di pelabuhan dimana perjalanan selesai, dengan
catatan setelah satu setengah tahun pihak awak kapal melalui pemberitahuan
penghentian dengan memperhatikan waktu yg layak mencari pengganti dapat
mengakhiri ikatan kerja di setiap pelabuhan

Hukum Maritim | 20
5.3. Cara pengakhiran hubungan kerja/ PKL
Perjanjian kerja laut dapat diakhiri dengan ketentuan sbb :
5.3.1. Menurut KUHD :
1. Pasal 448 untuk PKL waktu tertentu yaitu : jika kapal berada dilaut, berakhir
dipelabuhan penyinggahan pertama yg ada pegawai pendaftaran awak kapal
2. Pasal 449 untuk PKL perjalanan yaitu : dipelabuhan dimanan perjalanan
selesai dengan catatan sudah satu setengah tahun
3. Pasal 450 untuk PKL waku tidak tertentu yaitu : oleh masing masing pihak
dengan memperhatikan jangka waktu yg ditentukan disetiap pelabuhan
5.3.2. Menurut KUHP
1. Pasal 1603n yaitu : Pemutusan oleh salah satu pihak tetapi membayar ganti
kerugian kepada pihak yg lain
2. Pasal 1603j yaitu : dalam hal pihak buruh meninggal dunia
Dan PKL juga dapat diakhiri jika ada :
1. Alasan mendesak
2. Alasan penting
3. Alasan fajar/ biasa

a. Alasan mendesak
Dalam hal ”Alasan mendesak” yg dapat dipergunakan untuk memberhentikan
pelaut dari dinas awak kapal/alasan mendesak bagi pihak pengusaha kapal yaitu :
1) Buruh menyajikan keterangan, ijazah, surat surat dan bukti bukti palsu dalam
penutupan PKL
2) Buruh kurang memiliki kecakapan dan kesanggupan dalam melaksanakan
tugasnya
3) Buruh telah mencuri, melakukan penggelapan,penyeludupan dan perbuatan
sejenisnya
4) Buruh menolak perintah majikan / wakilnya
5) Buruh melalaikan kewajibannya
6) Buruh dicabut kewenangannya untuk bekerja diatas kapal
7) Buruh menganiaya nahkoda, pelayar lain, menghina, mengancam atau
membujuk berbuat hal hal yg bertentangan dengan undang undang
Dalam hal ”Alasan mendesak” yg dapat dipergunakan oleh pelaut utk memutuskan
hubungan kerja. (KUH perdata pasal 1603 dan KUHD pasal 419)
1) Majikan menghina dan menganiay secara kasar.
2) Majikan membujuk pelaut melanggar undang2 / kesusilaan

Hukum Maritim | 21
3) Majikan tak membayar upah kepadanya.
4) Majikan sudah tak memberikan makan & perumahan jika sudah dijanjikan.
5) Majikan terlalu melalaikan kewajiban seperti dlm perjanjian
6) Tempat tinggal di kapal tak memenuhi persyaratan kesehatan
7) Makanan tidak memenuhi gisi yang memadai
8) Majikan memerintahkan melakukan pelayaran diluar / lebih yang diperjanjikan.

b. Alasan wajar/ biasa


1) Waktu perjanjian kerja berakhir ( KUH perdata [pasal 1603)
2) Pelaut meninggal dunia ( KUH perdata [pasal 1603)
3) Persetujuan kedua belah pihak( KUH perdata [pasal 1603)
4) Perjanjian tidak syah
5) Perusahaan likwidasi

c. Alasan Penting
1) Setelah menandatangani PKL ada perubahan keadaan pribadi / kekayaan si
pengadu atau pihak lawannya
2) Setelah menandatangani PKL diketahui akan dapat membahayakan jiwa si
pengadu
3) Semua alasan2 mendesak seperti yg diterangkan (KUH pasal1603)
Hubungan yg terdapat antara PKL dan KKB yaitu : PKL tidak boleh menyimpang dari
ketentuan yg telah ditetapkan KKB

Hukum Maritim | 22
DAFTAR PUSTAKA

Capt. HR Soebekti. Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut (Untuk Mualim dan
Ahli Mesin Kapal Pelayaran Niaga).

Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) 1935.

SOLAS 1974

Hukum Maritim | 23

Anda mungkin juga menyukai