Anda di halaman 1dari 2

BIOGRAFI SUNAN KALIJAGA

Sira Ingkang Sinuwun Kanjeng Sunan Kalijaga Waliyullah Tanah Jawi Langgeng ing Bawana
atau Sunan Kalijaga adalah seorang tokoh Walisongo, lahir pada tahun 1450 Masehi dari
Raden Ahmad Sahuri dan Dewi Nawangarum. Wikipedia
Lahir: 1450, Tuban
Meninggal: Kadilangu
Nama lengkap: Raden Mas Said
Nama lain: Lokajaya; Syekh Malaya; Susuhunan Tuban; Raden Abdurrahman
Tempat kerja: Kekhalifahan Kesultanan Demak
Anak: Sunan Muria, Dewi Sofiah, Dewi Rakayuh

Nama aslinya adalah Joko Said yang dilahirkan sekitar tahun 1450 M. Ayahnya adalah
Arya Wilatikta, Adipati Tuban. Arya Wilatikta ini adalah keturunan dari pemberontak
legendaris Majapahit, Ronggolawe. Riwayat masyhur mengatakan bahwa Adipati Arya
Wilatikta sudah memeluk Islam sejak sebelum lahirnya Joko Said. Namun sebagai Muslim, ia
dikenal kejam dan sangat taklid kepada pemerintahan pusat Majapahit yang menganut Agama
Hindu. Ia menetapkan pajak tinggi kepada rakyat. Joko Said muda yang tidak setuju pada
segala kebijakan Ayahnya sebagai Adipati sering membangkang pada kebijakan-kebijakan
ayahnya.

Pembangkangan Joko Said kepada ayahnya mencapai puncaknya saat ia membongkar


lumbung kadipaten dan membagi-bagikan padi dari dalam lumbung kepada rakyat Tuban
yang saat itu dalam keadaan kelaparan akibat kemarau panjang.

Karena tindakannya itu, Ayahnya kemudian ‘menggelar sidang’ untuk mengadili Joko
Said dan menanyakan alasan perbuatannya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Joko Said
untuk mengatakan pada ayahnya bahwa, karena alasan ajaran agama, ia sangat menentang
kebijakan ayahnya untuk menumpuk makanan di dalam lumbung sementara rakyatnya hidup
dalam kemiskinan dan kelaparan.

Ayahnya tidak dapat menerima alasannya ini karena menganggap Joko Said ingin
mengguruinya dalam masalah agama. Karena itu, Ayahnya kemudian mengusirnya keluar
dari istana kadipaten seraya mengatakan bahwa ia baru boleh pulang jika sudah mampu
menggetarkan seisi Tuban dengan bacaan ayat-ayat suci Al Qur’an. Maksud dari
‘menggetarkan seisi Tuban’ di sini ialah bilamana ia sudah memiliki banyak ilmu agama dan
dikenal luas masyarakat karena ilmunya.

Riwayat masyhur kemudian menceritakan bahwa setelah diusir dari istana kadipaten,
Joko Said berubah menjadi seorang perampok yang terkenal dan ditakuti di kawasan Jawa
Timur. Sebagai Perampok, Joko Said selalu ‘memilih’ korbannya dengan seksama. Ia hanya
merampok orang kaya yang tak mau mengeluarkan zakat dan sedekah.

Dari hasil rampokannya itu, sebagian besarnya selalu ia bagi-bagikan kepada orang
miskin. Kisah ini mungkin mirip dengan cerita Robin Hood di Inggris. Namun itulah riwayat
masyhur tentang beliau. Diperkirakan saat menjadi perampok inilah, ia diberi gelar
‘Lokajaya’ artinya kurang lebih ‘Perampok Budiman’.

Semuanya berubah saat Lokajaya alias Joko Said bertemu dengan seorang ulama ,
Syekh Maulana Makhdum Ibrahim alias Sunan Bonang. Sunan Bonang inilah yang kemudian
mernyadarkannya bahwa perbuatan baik tak dapat diawali dengan perbuatan buruk –sesuatu
yang haq tak dapat dicampuradukkan dengan sesuatu yang batil sehingga Joko Said alias
Lokajaya bertobat dan berhenti menjadi perampok. Joko Said kemudian berguru kepada
Sunan Bonang hingga akhirnya dikenal sebagai ulama dengan gelar ‘Sunan Kalijaga’.

Sejarah Nama ‘Kalijaga’

Pertanyaan ini masih menjadi misteri dan bahan silang pendapat di antara para pakar
sejarah hingga hari ini. Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun
Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat
dengan Sunan Gunung Jati.

Ini dihubungkan dengan kebiasaan wong Cerbon untuk menggelari seseorang dengan
daerah asalnya –seperti gelar Sunan Gunung Jati untuk Syekh Syarif Hidayatullah, karena
beliau tinggal di kaki Gunung Jati. Fakta menunjukan bahwa ternyata tidak ada ‘kali’ di
sekitar dusun Kalijaga sebagai ciri khas dusun itu. Padahal, tempat-tempat di Jawa umumnya
dinamai dengan sesuatu yang menjadi ciri khas tempat itu. Misalnya nama Cirebon yang
disebabkan banyaknya rebon (udang), atau nama Pekalongan karena banyaknya kalong
(Kelelawar). Logikanya, nama ‘Dusun Kalijaga’ itu justru muncul setelah Sunan Kalijaga
sendiri tinggal di dusun itu. Karena itu, klaim Masyarakat Cirebon ini kurang dapat diterima.

Riwayat lain datang dari kalangan Jawa Mistik (Kejawen). Mereka mengaitkan nama
ini dengan kesukaan wali ini berendam di sungai (kali) sehingga nampak seperti orang yang
sedang “jaga kali”. Riwayat Kejawen lainnya menyebut nama ini muncul karena Joko Said
pernah disuruh bertapa di tepi kali oleh Sunan Bonang selama sepuluh tahun.

Anda mungkin juga menyukai