PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemahaman terhadap konsep pendapatan dan beban
memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karekteristik dari
transaksi yang berkaitan dengan laporan laba rugi perusahaan. Ada
elemen laporan lain yang sifatnya hampir sama dengan pendapatan
dan beban namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen
pendapatan dan beban. Karekteristik suatu komponen laporan laba
rugi dapat dipahami dengan mengenali batasan atau pengertian yang
berkaian dengan pendapatan dan beban.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan
pendapatan dan beban dapat dengan mudah diidentifikasi
sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.
Dalam makalah ini akan membahas tentang pendapatan dan beban
sebagai dasar pencatatan nilai dalam akuntansi.
Sebagian besar transaksi pendapatan dan beban menimbulkan
beberapa masalah dalam pengakuannya. Hal ini karena dalam banyak
kasus, transaksi tersebut adalah dimulai dan selesai pada waktu yang
sama. Namun tidak semua transaksi sesederhana itu. Pengakuan
pendapatan dan beban merupakan aktivitas yang paling berisiko
dimanipulasi (top fraud risk) dan apapun standar akuntansi yang
digunakan, baik IFRS maupun GAAP, risiko atau kesalahan dan
ketidakakuratan dalam pelaporan pendapatan dan beban jumlahnya
sangat besar.
Pendapatan dan beban sebagai elemen penentuan laba rugi suatu
perusahaan. Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian
pada perhitungan laba rugi semakin dirasakan manfaatnya. Dengan
adanya informasi mengenai pendapatan dan beban, maka dapat
membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan
sebagai alat untuk mengukur kinerja efisiensi perusahaan dan dapat
memprediksi distribusi dividen di neraca yang akan datang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan
masalahnya sebagai berikut
1. Apakah definisi dari Pendapatan dan Beban ?
2. Bagaimana karakteristik pendapatan dan beban ?
3. Apa saja jenis-jenis pendapatan dan beban ?
4. Bagaimana pengakuan pendapatan menurut IFRS ?
5. Bagaimana pengakuan pendapatan dan beban menurut SAK ETAP ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari pendapatan dan beban.
2. Untuk mengetahui karakteristik pendapatan dan beban
3. Untuk mengetahui jeni-jenis pendapatan dan beban
4. Untuk mengetahui pengakuan pendapatan dan beban menurut IFRS
5. Untuk mengetahui pengakuan pendapatan dan beban menurut SAK ETAP
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Beban
Pada umumnya beban (expense) sering dijadikan dengan
sinonim kata dengan biaya (cost) , tetapi menurut Soemarso
(2013:29), beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur
dari barang atau jasa , yang kemudian dibandingkan dengan
pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai penurunan dalam
aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis
dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh
pemerintah.
Pengertian expense menurut Hendriksen dalam buku yang
berjudul Accounting Theory dapat diuraikan sebagai berikut:
“Exspense are the using or consuming of goods and services
in the proses of obtaining revenue. They are the expiration of
faclor services related either directly to producing and selling of
the product to the enter prise”. (1990:187)
Kutipan diatas dapat diartikan bahwa beban (expense) adalah
penggunaan atau pemakaian barang dan jasa dalam proses
mendapatkan revenue. Biaya merupakan usaha yang menghabiskan
(expiration) barang dan jasa-jasa faktor yang berkaitan langsung
ataupun tidak langsung terhadap produksi dan penjualan produk
perusahaan. Dalam hal ini tersirat dua pengertian yaitu:
a. Adanya pemakaian atau penghabisan barang dan jasa,atau
disebut juga expiration,
b. nilai-nilai barang dan jasa ini menjadi habis pada saat produk
ditransfer ke pembeli.
Beban menunjukkan perubahan yang tidak menguntungkan
dalam sumber daya perusahaan, yaitu penurunan dalam laba.
Beban menggunakan atau mengkonsumsikan barang dan jasa
dalam proses perolehan pendapatan. Beban diukur sebesar nilai
barang atau jasa yang digunakan. Contoh beban yaitu harga pokok
penjualan barang, beban sewa, beban gaji, beban listrik, dan
sebagainya.
FASB mendefinisikan biaya sebagai:
b. Pengakuan Beban
Menurut IAI dalam bukunya “Standar Akuntansi
Keuangan”, (2007:23) pengakuan beban sebagai berikut :
“Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan
langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan
tertentu yang diperoleh. Kalau manfaat ekonomi diharapkan
timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya
dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau
tak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering
diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan
penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk
dagang. Prosedur alokasi ini dimaksimalkan untuk mengakui
beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat
ekonomi aktiva yang bersangkutan”.
Dalam pernyataan diatas beban merupakan alur keluar atas
penggunaan lain dari harta selama periode dari penyerahan
atas produksi barang atau kegiatan-kegiatan lain yang
merupakan operasi utama perusahaan. Beban diakui dalam
laporan laba rugi berdasarkan hal-hal berikut :
1) Adanya penurunan aktiva yang digunankan oleh
perusahaan misalkan aktiva tetap.
2) Adanya proses produksi untuk menghasilkan barang-
barang atau jasa
3) Adanya kewajiban perusahaan terhadap karyawan
misalnya pembayaran gaji dan upah.
4) Adanya kewajiban perusahaan tanpa diiringi dengan
perolehan aktiva, misalnya garansi produk dan pembayaran
bunga pinjaman.
Dengan demikian dapat disimpulkan beban yang berkaitan
dengan proses memperoleh pendapatan, harus diakui pada
saatn pendapatan tersebut diperoleh, sedangkan beban yang
berkaitan secara langsung dengan proses dan untuk
memperoleh pendapatan harus diakui pada saat beban tersebut
dimanfaatkan.
E. Pengakuan Pendapatan dan Beban (SAK ETAP)
a. Pengakuan Pendapatan
Pendapatan pada konsepnya merupakan adanya
kemungkinan bahwa suatu manfaat ekonomi yang akan
masuk ke dalam suatu entitas. Manfaat ekonomi yang masuk
ke dalam entitas akan berdampak pada meningkatnya nilai
aset, menurunnya kewajiban, dan meningkatnya ekuitas yang
tidak dipengaruhi adanya setoran modal.
Pendapatan muncul sebagai akibat dari transaksi atau
kejadian berikut:
- Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk
tujuan produksi atau dibeli untuk dijual kembali);
- Pemberian jasa;
- Kontrak konstruksi;
- Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti atau dividen.
- Pendapatan atau penghasilan lain yang muncul dari
beberapa transaksi dan kejadian lain berikut ini diatur
dalam bab lain:
- Perjanjian sewa
- Dividen yang timbul dari investasi yang dihitung dengan
menggunakan metode ekuitas Perubahan nilai wajar
investasi pada efek tertentu, atau pelepasannya
1) Pengukuran Pendapatan
a) Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai
wajar atas pembayaran yang diterima atau masih
harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk
jumlah diskon penjualan dan potongan volume.
b) Entitas harus memasukkan dalam pendapatan manfaat
ekonomi yang diterima atau masih harus diterima
secara bruto. Entitas harus mengeluarkan dari
pendapatan sejumlah nilai yang menjadi bagian pihak
ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan
jasa, dan pajak pertambahan nilai. Dalam hubungan
keagenan, entitas memasukkan dalam pendapatan
hanya sebesar jumlah komisi. Jumlah yang diperoleh
atas nama pihak prinsipal bukan merupakan
pendapatan entitas tersebut.
Pembayaran Tangguhan
Jika aliran penerimaan kas atau setara kas
ditangguhkan, dan perjanjian dapat diklasifikasikan
sebagai transaksi keuangan, maka nilai wajar atas
pembayaran adalah nilai kini dari seluruh penerimaan
masa depan yang ditentukan berdasarkan tingkat bunga
yang terkait (imputed rate of interest). Suatu transaksi
pembiayaan muncul ketika, misalnya, entitas
menyediakan kredit bebas bunga kepada pembeli atau
menerima wesel tagih dengan tingkat bunga di bawah
tingkat bunga pasar dari pembeli sebagai pembayaran
penjualan barang. Tingkat bunga yang terkait adalah
mana yang lebih jelas ditentukan dari pilihan berikut ini:
a) Tingkat bunga yang berlaku atas instrumen serupa
yang dikeluarkan oleh penerbit dengan peringkat
kredit yang sama; atau
b) Tingkat bunga yang mendiskontokan nilai nominal
instrumen menjadi harga jual tunau saat ini dari
barang dan jasa. Entitas harus mengakui perbedaan
antara nilai kini dari seluruh penerimaan masa depan
dan nilai nominal pembayaran sebagai pendapatan
bunga.
Pertukaran Barang atau Jasa
Entitas tidak dapat mengakui pendapatan jika
barang atau jasa ditukar atau diganti oleh barang atau
jasa yang sejenis dan bernilai sama. Namun, entitas
harus mengakui pendapatan ketika barang telah dijual
atau jasa diberikan dalam pertukaran barang atau jasa
yang tidak serupa. Dalam kasus ini, entitas harus
mengukur transaksi pada nilai wajar, kecuali (a)
transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
atau (b) nilai wajar dari aset yang diterima ataupun aset
yang dilepas tidak dapat diandalkan. Jika transaksi tidak
bisa diukur pada nilai wajar, maka entitas harus
mengukurnya pada jumlah tercatat dari aset yang
dilepas.
2) Identifikasi Transaksi Pendapatan
Entitas umumnya menerapkan kriteria pengakuan
pendapatan dalam Bab ini secara terpisah untuk setiap
transaksi. Namun, entitas dapat menerapkan kriteria
pengakuan yang berbeda pada tiap komponen yang dapat
diidentifikasi dari suatu transaksi tunggal jika hal ini
diperlukan untuk merefleksikan substansi dari transaksi.
Misalnya, entitas menerapkan kriteria pengakuan kepada
tiap komponen yang dapat diidentifikasi dari suatu
transaksi tunggal ketika harga jual suatu produk meliputi
jumlah yang dapat diidentifikasi atas pemberian jasa
lanjutan.
Sebaliknya, entitas menerapkan kriteria pengakuan
pada dua transaksi atau lebih secara bersama-sama ketika
keduanya terhubungkan sehingga efek komersial tidak
dapat dipahami tanpa mengacu pada rangkaian transaksi
secara keseluruhan. Misalnya, entitas menerapkan
kriteria pengakuan pada dua transaksi atau lebih ketika
entitas tersebut menjual barang dan (pada saat yang
sama) membuat perjanjian yang terpisah untuk
pembelian kembali barang pada periode selanjutnya,
maka hal tersebut meniadakan efek substantif dari
transaksi.
a) Penjualan Barang
Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu
penjualan barang jika semua kondisi berikut
terpenuhi:
(1) Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang
signifikan dari kepemilikan barang kepada
pembeli;
(2) Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan
baik keterlibatan manajerial sampai kepada tingkat
dimana biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan
maupun kontrol efektif atas barang yang terjual;
(3) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
(4) Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang
berhubungan dengan transaksi akan mengalir
masuk ke dalam entitas; dan
(5) Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan
dengan transaksi dapat diukur secara andal.
Penentuan kapan entitas telah mengalihkan risiko
dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan kepada
pembeli membutuhkan pengujian keadaan transaksi.
Pada umumnya, pengalihan risiko dan manfaat dari
kepemilikan terjadi bersamaan dengan pengalihan
status legal atau penyerahan kepemilikan kepada
pembeli. Inilah yang terjadi pada hamper semua
penjualan eceran. Pada kasus yang lainnya, pengalihan
risiko dan manfaat dari kepemilikan muncul pada
waktu yang berbeda dari pengalihan status legal atau
penyerahan kepemilikan.
Entitas tidak boleh mengakui pendapatan jika entitas
mempertahankan risiko kepemilikan yang signifikan.
Contoh dari situasi dimana entitas diperbolehkan
mempertahankan risiko dan manfaat yang signifikan
dari kepemilikan adalah sebagai berikut:
(1) Ketika entitas mempertahankan kewajiban atas
kinerja yang tidak memuaskan yang tidak tercakup
dalam kewajiban diestimasi untuk garansi normal;
(2) Ketika penerimaan pendapatan dari penjualan
tertentu adalah kontinjen pada pembeli yang
menjual barang;
(3) Ketika barang yang dikirimkan memerlukan
instalasi dan instalasi tersebut adalah bagian
signifikan dari kontrak dan belum dikerjakan;
(4) Ketika pembeli memiliki hak untuk membatalkan
pembelian dengan alasan yang dicantumkan dalam
kontrak penjualan dan entitas tidak yakin dengan
kemungkinan pengembalian.
Jika entitas hanya mempertahankan risiko
kepemilikan yang tidak signifikan, maka transaksi
dapat dianggap sebagai suatu transaksi penjualan dan
entitas mengakui pendapatan. Misalnya, penjual
mengakui pendapatan ketika penjual mempertahankan
status legal barang semata-mata untuk melindungi
tingkat kolektibilitas piutang. Demikian pula suatu
entitas mengakui pendapatan ketika entitas tersebut
menawarkan pengembalian dana jika pelanggan
mengalami ketidakpuasan. Dalam kasus seperti ini,
entitas akan mengakui adanya kewajiban diestimasi
untuk pengembalian sesuai dengan Bab 18 Kewajiban
Diestimasi dan Kontinjensi.
b) Penyediaan Jasa
Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan
jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus
mengakui pendapatan yang berhubungan dengan
transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari
transaksi pada akhir periode pelaporan (terkadang
dimaksudkan sebagai metode persentase
penyelesaian). Hasil suatu transaksi dapat diestimasi
secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut:
(1) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
(2) Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis
yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir
kepada entitas;
(3) Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode
pelaporan dapat diukur secara andal; dan
(4) Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya
penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal.
(5) Jika dalam periode waktu tertentu jasa diberikan
melalui beberapa pekerjaan yang tidak ditentukan
jumlahnya, maka entitas mengakui pendapatan
secara garis lurus selama periode tersebut, kecuali
terdapat bukti bahwa metode lain dapat lebih baik
untuk menunjukkan tingkat penyelesaian. Jika
suatu pekerjaan tertentu menjadi lebih signifikan
dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, maka
entitas menunda pengakuan pendapatan sampai
pekerjaan signifikan tersebut dilaksanakan.
(6) Jika hasil transaksi melibatkan penyediaan jasa
tidak dapat diestimasikan secara andal, maka
entitas harus mengakui pendapatan hanya sampai
dengan beban yang dapat diperoleh kembali.
c) Kontrak Konstruksi
Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi
secara andal, maka entitas harus mengakui
pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang
berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-
masing sebagai pendapatan dan beban yang
disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas
kontrak pada akhir periode pelaporan (seringkali
dimaksudkan sebagai metode persentase
penyelesaian). Estimasi hasil yang andal
membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, biaya
masa depan dan kolektabilitas tagihan yang andal.
Ketika suatu kontrak meliputi sejumlah aset,
konstruksi dari setiap aset harus diperlakukan sebagai
suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika:
(1) Proposal yang terpisah telah diserahkan untuk
setiap aset;
(2) Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah
dan kontraktor dan pelanggan telah menerima atau
menolak bagian kontrak tersebut yang
berhubungan dengan setiap aset; dan
(3) Biaya dan pendapatan setiap aset dapat
diidentifikasi.
Suatu kontrak gabungan, baik dengan pelanggan
tunggal maupun dengan beberapa pelanggan, harus
diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi
tunggal ketika:
(1) Kelompok kontrak tersebut dinegosiasikan sebagai
paket tunggal;
(2) Kontrak-kontrak tersebut saling berhubungan erat
sehingga mereka, sebagai akibatnya, menjadi
bagian dari suatu proyek tunggal dengan suatu
margin laba keseluruhan; dan
(3) Kontrak-kontrak tersebut dikerjakan bersama-
sama atau dalam urutan yang berkesinambungan.
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengakuan
pendapatan menurut PSAK dan SAK ETAP adalah sama yaitu mengenai
penjualan barang, penjualan jasa, kontrak konstruksi, bunga, royalti dan
dividen. Pengakuan biaya pinjaman menurut IFRS mengatur tentang
komponen biaya pinjaman, pengakuan dan kapitalisasi biaya pinjaman,
PSAK juga mengatur tentang biaya riset dan pengembangan. Sedangkan
pengakuan biaya pinjaman menurut SAK ETAP adalah biaya pinjaman
langsung dibebankan ke laporan laba rugi perusahaan Salah satu
perbedaan dasar antara SAK Umum dengan SAK ETAP adalah komponen
laporan keuangan yang terdapat di dalamnya. SAK ETAP masih
menggunakan istilah Neraca. Sedangkan pada SAK Umum, Neraca
berganti nama menjadi Laporan Posisi Keuangan. Selain itu, pada SAK
ETAP hanya menggunakan Laporan Laba Rugi. Sedangkan pada SAK
Umum selain menggunakan Laporan Laba Rugi juga menggunakan
Laporan Laba Rugi Komprehensif. Untuk Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan, baik SAK ETAP
maupun SAK Umum sama-sama menggunakan ketiga laporan ini.Dari sisi
pengukuran, SAK ETAP menggunakan historical cost dan nilai wajar,
sedangkan SAK Umum menggunakan historical cost, biaya kini, nilai
realisasi bersih dan nilai sekarang.
DAFTAR PUSTAKA
Kieso, dkk 2009, Intermediate Accounting Jilid Satu, Edisi Kedua Belas,
Erlangga, Jakarta.