Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pemahaman terhadap konsep pendapatan dan beban
memerlukan analisis yang hati-hati terhadap karekteristik dari
transaksi yang berkaitan dengan laporan laba rugi perusahaan. Ada
elemen laporan lain yang sifatnya hampir sama dengan pendapatan
dan beban namun sebaiknya tidak dimasukkan sebagai komponen
pendapatan dan beban. Karekteristik suatu komponen laporan laba
rugi dapat dipahami dengan mengenali batasan atau pengertian yang
berkaian dengan pendapatan dan beban.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan
pendapatan dan beban dapat dengan mudah diidentifikasi
sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan keuangan.
Dalam makalah ini akan membahas tentang pendapatan dan beban
sebagai dasar pencatatan nilai dalam akuntansi.
Sebagian besar transaksi pendapatan dan beban menimbulkan
beberapa masalah dalam pengakuannya. Hal ini karena dalam banyak
kasus, transaksi tersebut adalah dimulai dan selesai pada waktu yang
sama. Namun tidak semua transaksi sesederhana itu. Pengakuan
pendapatan dan beban merupakan aktivitas yang paling berisiko
dimanipulasi (top fraud risk) dan apapun standar akuntansi yang
digunakan, baik IFRS maupun GAAP, risiko atau kesalahan dan
ketidakakuratan dalam pelaporan pendapatan dan beban jumlahnya
sangat besar.
Pendapatan dan beban sebagai elemen penentuan laba rugi suatu
perusahaan. Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini, perhatian
pada perhitungan laba rugi semakin dirasakan manfaatnya. Dengan
adanya informasi mengenai pendapatan dan beban, maka dapat
membandingkan antara modal yang tertanam dengan penghasilan
sebagai alat untuk mengukur kinerja efisiensi perusahaan dan dapat
memprediksi distribusi dividen di neraca yang akan datang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan
masalahnya sebagai berikut
1. Apakah definisi dari Pendapatan dan Beban ?
2. Bagaimana karakteristik pendapatan dan beban ?
3. Apa saja jenis-jenis pendapatan dan beban ?
4. Bagaimana pengakuan pendapatan menurut IFRS ?
5. Bagaimana pengakuan pendapatan dan beban menurut SAK ETAP ?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dari pendapatan dan beban.
2. Untuk mengetahui karakteristik pendapatan dan beban
3. Untuk mengetahui jeni-jenis pendapatan dan beban
4. Untuk mengetahui pengakuan pendapatan dan beban menurut IFRS
5. Untuk mengetahui pengakuan pendapatan dan beban menurut SAK ETAP
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDAPATAN DAN BEBAN


A. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan/pertambahan laba yang berasal
dari kegiatan utama perusahaan. Biasanya dinyatakan dalam
satuan moneter. Secara garis besar konsep pendapatan dapat
ditinjau dua segi, yaitu :
a. Menurut ilmu ekonomi
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai
maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam
suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama
pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian
tersebut menitikberatkan pada totalkuantitatif pengeluaran
terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain,
pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode
ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu
periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
b. Menurut ilmu akuntansi
Ada beberapa pandangan diantaranya:
1) Paton, pendapatan merupakan produk dari suatu
perusahaan.
2) Committee on Accounting Concept and Standart of the
American Accounting Association, Pendapatan adalah
pernyataan moneter dari keseluruhan produk dan jasa
yang ditransfer oleh suatu perusahaan kepada
pelanggannya selama periode tertentu.
3) FASB No.6, Pendapatan adalah arus kas masuk
/penambahan lainnya pada aktiva suatu satuan usaha atau
penyelesaian kewajiban (kombinasi dari keduanya ) dari
pengiriman atau produksi barang, pemberian jasa, atau
kegiatan lain yang bukan merupakan kegiatan utama.
Definisi lebih sempit menurut FASB, Pendapatan
dihasilkan dari kegiatan utama.
4) APB statement No.4, Pendapatan adalah kenaikan bruto
dalam aktiva atau penurunan bruto dalam kewajiban
yang diakui dan diukur sesuai dengan PABU yang
dihasilkan dari jenis-jenis kegiatan yang mencari laba
dari suatu perusahaan yang dapat merubah ekuitas
pemilik.
5) PSAK 23, Pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal.
Terdapat 2 konsep tentang pendapatan yaitu sebagai berikut:
a Konsep Pendapatan yang memusatkan pada arus masuk
(inflow) aktiva sebagai hasil dari kegiatan operasi
perusahaan. Pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai
inflow of net asset.
b Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada
penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau
produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap
pendapatan sebagai outflow of good and services.
Penggolongan Pendapatan:
a. Pendapatan arti Luas
Pendapatan secara luas menitikberatkan kepada keseluruhan
kegiatan perusahaan yang menghasilkan kenaikan aktiva atau
berkurangnya hutang dan dapat merubah modal pemiliknya.
Keseluruhan kegiatan perusahaan itu terdiri dari kegiatan
utama dan kegiatan lain di luar kegiatan utama. Contoh:
Pendapatan bunga dan dividen, biasanya dimasukkan ke
pendapatan lain-lain.
b. Pendapatan arti sempit
c. Pemfokusan kegiatan perusahaan terhadap kegiatan utama
yang berakibat kepada kenaikan aktiva atau pengurangan
hutang dan yang dapat merubah modal tersebut.

B. Pengertian Beban
Pada umumnya beban (expense) sering dijadikan dengan
sinonim kata dengan biaya (cost) , tetapi menurut Soemarso
(2013:29), beban dapat didefinisikan sebagai aliran keluar terukur
dari barang atau jasa , yang kemudian dibandingkan dengan
pendapatan untuk menentukan laba atau sebagai penurunan dalam
aktiva bersih sebagai akibat dari penggunaan jasa ekonomis
dalam menciptakan pendapatan atau pengenaan pajak oleh
pemerintah.
Pengertian expense menurut Hendriksen dalam buku yang
berjudul Accounting Theory dapat diuraikan sebagai berikut:
“Exspense are the using or consuming of goods and services
in the proses of obtaining revenue. They are the expiration of
faclor services related either directly to producing and selling of
the product to the enter prise”. (1990:187)
Kutipan diatas dapat diartikan bahwa beban (expense) adalah
penggunaan atau pemakaian barang dan jasa dalam proses
mendapatkan revenue. Biaya merupakan usaha yang menghabiskan
(expiration) barang dan jasa-jasa faktor yang berkaitan langsung
ataupun tidak langsung terhadap produksi dan penjualan produk
perusahaan. Dalam hal ini tersirat dua pengertian yaitu:
a. Adanya pemakaian atau penghabisan barang dan jasa,atau
disebut juga expiration,
b. nilai-nilai barang dan jasa ini menjadi habis pada saat produk
ditransfer ke pembeli.
Beban menunjukkan perubahan yang tidak menguntungkan
dalam sumber daya perusahaan, yaitu penurunan dalam laba.
Beban menggunakan atau mengkonsumsikan barang dan jasa
dalam proses perolehan pendapatan. Beban diukur sebesar nilai
barang atau jasa yang digunakan. Contoh beban yaitu harga pokok
penjualan barang, beban sewa, beban gaji, beban listrik, dan
sebagainya.
FASB mendefinisikan biaya sebagai:

“Arus kas keluar atau penggunaan aktiva atau terjadinya


kewajiban (atau keduanya) dari penyerahan atau produksi barang,
pemberian jasa, atau pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan
operasi terbesar atau utama yang berkelanjutan dari perusahaan
tersebut.”

Sedangkan menurut SAK (1994)


“Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya
aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal”.
Dalam SFAC No. 3 dan 6 terdapat perbedaan antara biaya dan
kerugian:
- Expenses:
Aliran keluar atau penggunaan assets suatu entitas atau
penambahan utang (kombinasi keduanya) selama satu periode,
karena entitas itu menyerahkan atau memproduksi barang,
memberikan jasa atau melakukan aktivitas lain yang merupakan
operasi pokoknya.
- Losses:
Penurunan equity atau net asset akibat dari transaksi tidak
biasa atau insidentalyang bukan berasal dari expenses atau
distribusi kepada pemilik. Biaya berkaitan dengan operasi utama
perusahaan, sedangkan kerugian merupakan akibat dari operasi
incidental perusahaan.

B. Karakteristik Pendapatan dan Beban


1. Karakteristik Pendapatan
Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang
menentukan atau membatasi bahwa sejumlah rupiah yang
masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari
operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan:
1) Sumber pendapatan
Tambahan jumlah rupiah aktiva Perusahaan dapat berasal
dari transaksi modal, laba dari penjualan aktiva yang
bukan merupakan barang dagangan (seperti: aktiva tetap,
surat berharga, ataupun penjualan anak/cabang
Perusahaan), hadiah, sumbangan/temuan, revaluasi aktiva
tetap, dan penjualan produk perusahaan.Penjualan Produk
Perusahaan  Sumber utama Pendapatan.
2) Produk dan kegiatan utama Perusahaan
Produk yang dihasilkan perusahaan dapat berupa
barang/jasa.Produk perusahaan diartikan meliputi seluruh
barang/ jasa yang disediakan/diserahkan kepada
konsumen tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap
jenis produk tersebut atau sering tidaknya produk tersebut
dihasilkan.
3) Jumlah rupiah pendapatan dan proses penandingan
Pendapatan merupakan jumlah rupiah dari harga jual per
satuan kali kuantitas terjual.Laba/rugi terjadi setelah
pendapatan dan biaya dibandingkan.Setelah biaya yang
dibebankan dibandingkan dengan pendapatan, maka akan
tampak pendapatan netto.
2. Karakteristik Beban
Ada tiga karakteristik beban dalam akuntansi :
1) Penurunan Aktiva
Beban timbul karena terjadi transaksi yang mengakibatkan
pengurangan atau penurunan aktiva atau menimbulkan
aliran keluar manfaat ekonomi. Dalam hal ini, pemakaian
aktiva mengakibatkan timbulnya beban karena telah habis
untuk pengiriman barang atau diberikan perusahaan
sehingga tidak merasakan lagi manfaat ekonomi aktiva
tersebut. Pemakaian bahan baku yang barangnya belum
terjual sebelum belum lagi bisa dikatakan beban tapi
biaya, apabila sudah terjual baru dapat dikatakan beban
karena pemakaian aktiva yang digunakan untuk segala
keperluan barang tersebut.
2) Operasi utama yang berkesinambungan
Tidak semua penurunan aktiva dapat menjadi beban, agar
terjadi maka harus berkaitan dengan kegiatan utama
perusahaan yang continiue. Kegiatan utama perusahaan
adalah yang berkaitan dengan proses produksi dan
pengiriman barang.
Sebagaimana berlaku untuk pendapatan, pengertian
operasi menunjuk kegiatan operasi yang merupakan
elemen statemen aliran kas yaitu : operasi (operating),
investasi (investing), dan pendanaan (financing).
Sedangkn beban adalah penurunan aset yang berkaitan
dengan operasi dan bukan dengan investasi dan pendanaan
.
3) Kenaikan kewajiban
Definisi FASB yang menyatakan beban sebagai kewajiban
cukup tepat karena secara konseptual semua hal yang
dikeluarkan untuk kepentingan proses produksi dan
pengiriman perusahaan secara terus-menerus dinyatakan
sebagai beban.
C. Jenis-jenis Pendapatan dan Beban
a. Jenis-Jenis Pendapatan
1) Pendapatan bersih (disposable income)
Jenis pendapatan ini yaitu pendapatan yang sudah
dikurangi biaya dan pengeluaran lainnya
2) Pendapatan kotor
Jenis pendapatan kotor yaitu pendapatan yang belum
dikurangi biaya dan pengeluaran lainnya
3) Pendapatan diterima di muka (unearned revenue or
income)
Jenis pendapatan ini yaitu pendapatan diterima di muka
tetapi belum diakui sebagai pendapatan dan dicatat
sebagai utang pendapatan pada saat penerimaannya, dan
baru akan diakui sebagai pendapatan apabila perusahaan
telah menyelesaikan kewajibannya berupa pengiriman
barang atau penyerahan jasa kepada pihak yang
bersangkutan pada waktu yang akan datang.
4) Pendapatan yang masih harus diterima (accrued revenues
or accrued receivable)
Jenis pendapatan ini yaitu pendapatan yang sudah
dihasilkan walaupun piutang yang bersangkutan belum
jatuh tempo atau belum saatnya untuk dilakukan
penagihan.
5) Pendapatan usaha (operating revenue)
Jenis pendapatan ini yaitu pendapatan yang berasal dari
kegiatan utama perusahaan
6) Pendapatan lain-lain
Pendapatan lain-lain yaitu jenis pendapatan yang berasal
dari sumber-sumber diluar kegiatan utama perusahaan,
tidak termasuk dalam pendapatan operasi, misalnya:
pendapatan bunga, pendapatan sewa, pendapatan deviden
dan laba penjualan aktiva tetap
b. Jenis-jenis Beban
Menurut Soemarso (2013:226) beban dapat
dikelompokkan menjadi
1) beban penjualan (selling expenses), semua beban yang
terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan menjual dan
memasarkan barang seperti kegiatan promosi, penjualan
dan pengangkutan barang-barang dijual.
2) beban administrasi dan umum (general and administrative
expenses), beban yang bersifat umum dalam perusahaan.
Contoh : beban gaji dan upah, beban pemeliharaan, dll.
3) beban lain-lain (other expenses), beban yang tidak dapat
dihubungkan secara langsung dan pasti dengan kegiatan
utama perusahaan (perdagangan) dikelompokkan dalam
beban lain-lain atau beban non-usaha. Contoh : beban
bunga
Jenis-jenis beban dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis
perusahaan yang bersangkutan :
1) perusahaan Jasa
pada perusahaan jasa jenis beban hanya satu yaitu beban
usaha, tetapi beban usaha ini terbagi atas beberapa jenis
juga, yaitu sebagai berikut :
a) beban gaji
b) beban sewa
c) beban perlengkapan
d) beban bunga
e) beban serba-serbi
2) Perusahaan Dagang
Pada perusahaan dagang karena terjadi penjualan maka
terdapat beban yang berhubungan dengan penjualan atau
kegiatan utama perushaan .
a) Beban penjualan
b) Beban administrasi dan umum
c) Beban lain-lain
3) Perusahaan Manufaktur
a) Biaya Pokok Penjualan, rekening Biaya pokok
penjualan merupakan biaya perolehan dari pos-pos
persediaan (harga pembelian atau biaya pabrikasi) yang
dijual untuk menghasilkan pendapatan penjualan. Biaya
pokok penjualan ditentukan dengan mengurangkan
persediaan akhir dari biaya pokok barang yang tersedia
untuk dijual.
b) Beban Operasi, beban berkala yang dikeluarkan
perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan.
c) Beban lain-lain
Ada jenis-jenis beban lain yang mendukung kegiatan
operasional perusahaan seperti :
1) Beban Akrual, beban yang masih harus dibayar tetapi
pembayarannya belum dilakukan sampai pada periode
berikutnya. Pada periode akhir akuntansi perlu untuk
menentukan dan mencatat beban-beban yang telah
terjadi ini meskipun belum dibayarkan.
2) Beban Kredit Macet, beban yang timbul atas tindakan
tertagihnya piutang usaha.
3) Beban Operasional, beban yang terdiri atas beban
penjualan dan beban administrasi .
4) Beban Penyusutan, pengakuan atas penggunaan
manfaat potensial dari suatu aktiva.
5) Beban yang ditangguhkan, dapat juga dikatan beban
dibayar dimuka.
6) Beban yang masih harus dibayar, biaya-biaya yang
sudah merupakan beban walaupun utang yang
bersangkutan belum saatnya merupakan kewajiban.
D. Pengakuan Pendapatan Dan Beban menurut IFRS
a. Pengakuan Pendapatan
Kriteria pengakuan diterapkan secara terpisah pada setiap
transaksi dan kriteria pengakuan pendapatan diterapkan pada
komponen-komponen yang dapat diindentifikasikan secara
terpisah dari transaksi tunggal agar mencerminkan subtansi
transaksi tersebut, beberapa komponen tersebut yaitu:
1) Penjualan Barang
Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh
kondisi berikut dipenuhi:
a) Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat
kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli,
artinya penjual tidak lagi tau menahu mengenai
manfaat dan resiko atas barang yang dijual hal ini
melalui kesepakaantan dengan pembeli.
b) Entitas tidak lagi melanjutkan pengolaan yang biasanya
terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun
melakukan pengendalian efektif atas barang yang
dijual. Maksudnya penjual tidak lagi merawat mengatur
dan tindakkan lainnya terhadap barang yang telah
dijual.
c) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
d) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang
dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada
entitas tersebut.
e) Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan
dengan trasaksi penjualan dapat diukur dengan andal.
Untuk mengetahui pada saat kapan penjualan sudah
dapat mengakui tergantung dari perjanjian jual beli yang
sudah disepakati antara kedua belah pihak. Contoh Jurnal
bagi si pembeli:
D : Persedian xxxxx
D : Ppn masukan xxxxx
K : Hutang usaha xxxxx
K : Discount pembelian xxxxx
Bila salah satu kriteria diatas tidak dipenuhi, maka
pengakuan pendapatan harus ditangguhkan.pendapatan
tidak diakui apabila entitas tersebut menahan resiko dan
manfaat kepemilikan secara signifikan dalam berbagai
cara, misalnya:
a) Jika perusahaan menahan kewajibannya sehubungan
dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan
yang tidak dijamin oleh ketentuan jaminan normal.
b) Jika penerimaan pendapatan dari penjualan
bergantung pada pendapatan pembelian dari penjualan
barang yang bersangkutan.
c) Jika pengiriman barang bergantung pada intalasinya
dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan
dari kontrak yang belum diselesaikan oleh entitas; dan
d) Jika pembeli berhak membatalkan pembelian
berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak
dan entitas tidak dapat memastikan apakah akan jadi
retur.
2) Penjualan Jasa
Jika hasil transaksi penjualan jasa dapat diestimasi
secara andal, maka pendapatan sehubungan dengan
transaksi tersebut di akui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada akhir acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan.
Hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika seluruh
kondisi berikut dipenuhi:
a) Jumlah pendaptan dapat diukur secara andal.
b) Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas.
c) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir
periode pelaporan dapat diukur secara andal; dan
d) Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk
menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara
andal.
Pengakuan pendapatan dengan mengacu pada tingkat
penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai
metode sebagai metode persentase penyelesaian. Dengan
metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi
pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas
dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai
tingkat kegiatan jasa dan kinerja dalam suatu periode.
PSAK 34: Akuntansi Kontrak Kontruksi juga
mensyaratkan pengakuan pendpatan berdasarkan hal ini.
Persyaratan PSAK 34 secara umum berlaku untuk
pengakuan pendapatan dan beban terkait untuk transaksi
yang melibatkan pemeberian jasa. PSAK 34 Akuntansi
Kontrak Konstruksi (Accounting for Construction
Contracts) yang berbunyi “Bila hasil (outcome) kontrak
konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan
kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan
kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai
pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap
penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca”.
Entitas pada umumnya dapat membuat estimasi andal
setelah entitas mencapai persetujuan dengan pihak lain
mengenai hal-hal berikut dalam transaksi:
a) Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat
dipaksakan secara hukum terkait dengan jasa yang
diberikan dan terima pihak tersebut;
b) Imbalan yang dipertukarkan dan
c) Cara dan persyaratan penyelesaian.
Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan
dengan berbagai metode, tergantung pada sifat transaksi,
metode tersebut dapat meliputi:
a) Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan.
b) Jasa yang dilakukan atau
c) Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu
dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut.
Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang
dilaksanankan hingga tanggal tertentu dimasukkan
dalambiaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya
biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan atau akan
dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total biaya
transaksi tersebut.
Pembayaran berkala dan uang muka yang diterima
dari pelanggan sering kali tidak mencerminkan jasa yang
dilakukan. Jika hasil transaksi terkait dengan penjualan
jasa tidak dapat diestimasisecara andal, maka pendapatan
diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah
diakui yang dapat dipulihkan.
3) Bunga, Royalti dan Dividen
Pendapatan dari penggunaan aset entitas oleh pihak
lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan deviden jika:
a) Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan
dengan traansaksi tersebut akan mengalir ke entitas;
b) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal.
Pengakuan Pendapatan diakui dengan dasar sebagai
berikut:
a) Bunga diakui menggunakan suku bunga efektif sesuai
PSAK 55 (revisi 2006) paragrap 08 dan PA 17-20.
b) Royalti diakui dengan dasar akural sesuai dengan
subtansi perjanjian yang relevan.
c) Deviden diakui jika hak pemegang saham untuk
menerima pembayaran ditetapkan.
Pengungkapan
Entitas mengungkapkan:
1) Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan
pendapatan, termasuk metode yang digunakan untuk
menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan
jasa.
2) Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang
diakui selama periode tersebut, termasuk pendapatan
yang berasal dari:
a) Penjulan barang
b) Penjualan jasa
c) Bunga
d) Royalti
e) Dividen
3) Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang
atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan
dari pendapatan.

Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam


perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva,
kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian.
Pengakuan itu termasuk penggambaran suatu item baik dalam
kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup
angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.
Empat kriteria mendasar yang harus dipenuhi sebelum
suatu item dapat diakui adalah:
1) Definsi item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi
salah satu dari tujuh unsur laporan keuangan yaitu aktiva,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan dan
kerugian.
2) Item tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat
diukur secara andal, yaitu karakteristik, sifat atau aspek
yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
3) Relevansi informasi mengenai item tersebut mampu
membuat suatu perbedaan dalam pengambilan keputusan.
4) Reliabilitas informasi mengenai item tersebut dapat
digambarkan secara wajar dapat diuji, dan netral.
Empat kriteria pengakuan di atas, diterapkan pada semua
item yang akan diakui pada laporan keuangan. Namun SFAC
No.5 menyatakan persyaratan yang lebih mengikat dalam hal
pengakuan komponen laba dan pada pengakuan perubahan
lainnya dalam aktiva atau kewajiban. Sebagai tambahan pada
empat kriteria pengakuan secara umum yang telah dijelaskan
sebelumnya, pendapatan dan keuntungan umumnya diakui
apabila :

1) Pendapatan dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.


2) Pendapatan dan keuntungan tersebut telah dihasilkan
karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan
laba telah selesai.
Pendapatan direalisasikan ketika kas diterima untuk
barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat
direalisasikan ketiga klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas
seperti piutang usaha atau wesel tagih) diterima yang
ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas tertentu.
Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu
komoditas, seperti emas, dimana ada pasar publik untuk
jumlah tak terhingga, dan produk tersebut dapat dibeli dan
dijual pada harga pasar yang telah diketahui. Pendapatan
dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan
semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima
manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum
pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba
diselesaikan atau sebenarnya belum diselesaikan selama biaya-
biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses
menghasilkan laba dapat diestimasi secara tepat.

b. Pengakuan Beban
Menurut IAI dalam bukunya “Standar Akuntansi
Keuangan”, (2007:23) pengakuan beban sebagai berikut :
“Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan
langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan
tertentu yang diperoleh. Kalau manfaat ekonomi diharapkan
timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya
dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau
tak langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Hal ini sering
diperlukan dalam pengakuan beban yang berkaitan dengan
penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk
dagang. Prosedur alokasi ini dimaksimalkan untuk mengakui
beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat
ekonomi aktiva yang bersangkutan”.
Dalam pernyataan diatas beban merupakan alur keluar atas
penggunaan lain dari harta selama periode dari penyerahan
atas produksi barang atau kegiatan-kegiatan lain yang
merupakan operasi utama perusahaan. Beban diakui dalam
laporan laba rugi berdasarkan hal-hal berikut :
1) Adanya penurunan aktiva yang digunankan oleh
perusahaan misalkan aktiva tetap.
2) Adanya proses produksi untuk menghasilkan barang-
barang atau jasa
3) Adanya kewajiban perusahaan terhadap karyawan
misalnya pembayaran gaji dan upah.
4) Adanya kewajiban perusahaan tanpa diiringi dengan
perolehan aktiva, misalnya garansi produk dan pembayaran
bunga pinjaman.
Dengan demikian dapat disimpulkan beban yang berkaitan
dengan proses memperoleh pendapatan, harus diakui pada
saatn pendapatan tersebut diperoleh, sedangkan beban yang
berkaitan secara langsung dengan proses dan untuk
memperoleh pendapatan harus diakui pada saat beban tersebut
dimanfaatkan.
E. Pengakuan Pendapatan dan Beban (SAK ETAP)
a. Pengakuan Pendapatan
Pendapatan pada konsepnya merupakan adanya
kemungkinan bahwa suatu manfaat ekonomi yang akan
masuk ke dalam suatu entitas. Manfaat ekonomi yang masuk
ke dalam entitas akan berdampak pada meningkatnya nilai
aset, menurunnya kewajiban, dan meningkatnya ekuitas yang
tidak dipengaruhi adanya setoran modal.
Pendapatan muncul sebagai akibat dari transaksi atau
kejadian berikut:
- Penjualan barang (baik diproduksi oleh entitas untuk
tujuan produksi atau dibeli untuk dijual kembali);
- Pemberian jasa;
- Kontrak konstruksi;
- Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang
menghasilkan bunga, royalti atau dividen.
- Pendapatan atau penghasilan lain yang muncul dari
beberapa transaksi dan kejadian lain berikut ini diatur
dalam bab lain:
- Perjanjian sewa
- Dividen yang timbul dari investasi yang dihitung dengan
menggunakan metode ekuitas Perubahan nilai wajar
investasi pada efek tertentu, atau pelepasannya
1) Pengukuran Pendapatan
a) Entitas harus mengukur pendapatan berdasarkan nilai
wajar atas pembayaran yang diterima atau masih
harus diterima. Nilai wajar tersebut tidak termasuk
jumlah diskon penjualan dan potongan volume.
b) Entitas harus memasukkan dalam pendapatan manfaat
ekonomi yang diterima atau masih harus diterima
secara bruto. Entitas harus mengeluarkan dari
pendapatan sejumlah nilai yang menjadi bagian pihak
ketiga seperti pajak penjualan, pajak atas barang dan
jasa, dan pajak pertambahan nilai. Dalam hubungan
keagenan, entitas memasukkan dalam pendapatan
hanya sebesar jumlah komisi. Jumlah yang diperoleh
atas nama pihak prinsipal bukan merupakan
pendapatan entitas tersebut.
Pembayaran Tangguhan
Jika aliran penerimaan kas atau setara kas
ditangguhkan, dan perjanjian dapat diklasifikasikan
sebagai transaksi keuangan, maka nilai wajar atas
pembayaran adalah nilai kini dari seluruh penerimaan
masa depan yang ditentukan berdasarkan tingkat bunga
yang terkait (imputed rate of interest). Suatu transaksi
pembiayaan muncul ketika, misalnya, entitas
menyediakan kredit bebas bunga kepada pembeli atau
menerima wesel tagih dengan tingkat bunga di bawah
tingkat bunga pasar dari pembeli sebagai pembayaran
penjualan barang. Tingkat bunga yang terkait adalah
mana yang lebih jelas ditentukan dari pilihan berikut ini:
a) Tingkat bunga yang berlaku atas instrumen serupa
yang dikeluarkan oleh penerbit dengan peringkat
kredit yang sama; atau
b) Tingkat bunga yang mendiskontokan nilai nominal
instrumen menjadi harga jual tunau saat ini dari
barang dan jasa. Entitas harus mengakui perbedaan
antara nilai kini dari seluruh penerimaan masa depan
dan nilai nominal pembayaran sebagai pendapatan
bunga.
Pertukaran Barang atau Jasa
Entitas tidak dapat mengakui pendapatan jika
barang atau jasa ditukar atau diganti oleh barang atau
jasa yang sejenis dan bernilai sama. Namun, entitas
harus mengakui pendapatan ketika barang telah dijual
atau jasa diberikan dalam pertukaran barang atau jasa
yang tidak serupa. Dalam kasus ini, entitas harus
mengukur transaksi pada nilai wajar, kecuali (a)
transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial
atau (b) nilai wajar dari aset yang diterima ataupun aset
yang dilepas tidak dapat diandalkan. Jika transaksi tidak
bisa diukur pada nilai wajar, maka entitas harus
mengukurnya pada jumlah tercatat dari aset yang
dilepas.
2) Identifikasi Transaksi Pendapatan
Entitas umumnya menerapkan kriteria pengakuan
pendapatan dalam Bab ini secara terpisah untuk setiap
transaksi. Namun, entitas dapat menerapkan kriteria
pengakuan yang berbeda pada tiap komponen yang dapat
diidentifikasi dari suatu transaksi tunggal jika hal ini
diperlukan untuk merefleksikan substansi dari transaksi.
Misalnya, entitas menerapkan kriteria pengakuan kepada
tiap komponen yang dapat diidentifikasi dari suatu
transaksi tunggal ketika harga jual suatu produk meliputi
jumlah yang dapat diidentifikasi atas pemberian jasa
lanjutan.
Sebaliknya, entitas menerapkan kriteria pengakuan
pada dua transaksi atau lebih secara bersama-sama ketika
keduanya terhubungkan sehingga efek komersial tidak
dapat dipahami tanpa mengacu pada rangkaian transaksi
secara keseluruhan. Misalnya, entitas menerapkan
kriteria pengakuan pada dua transaksi atau lebih ketika
entitas tersebut menjual barang dan (pada saat yang
sama) membuat perjanjian yang terpisah untuk
pembelian kembali barang pada periode selanjutnya,
maka hal tersebut meniadakan efek substantif dari
transaksi.
a) Penjualan Barang
Entitas harus mengakui pendapatan dari suatu
penjualan barang jika semua kondisi berikut
terpenuhi:
(1) Entitas telah mengalihkan risiko dan manfaat yang
signifikan dari kepemilikan barang kepada
pembeli;
(2) Entitas tidak mempertahankan atau meneruskan
baik keterlibatan manajerial sampai kepada tingkat
dimana biasanya diasosiasikan dengan kepemilikan
maupun kontrol efektif atas barang yang terjual;
(3) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
(4) Ada kemungkinan besar manfaat ekonomi yang
berhubungan dengan transaksi akan mengalir
masuk ke dalam entitas; dan
(5) Biaya yang telah atau akan terjadi sehubungan
dengan transaksi dapat diukur secara andal.
Penentuan kapan entitas telah mengalihkan risiko
dan manfaat yang signifikan dari kepemilikan kepada
pembeli membutuhkan pengujian keadaan transaksi.
Pada umumnya, pengalihan risiko dan manfaat dari
kepemilikan terjadi bersamaan dengan pengalihan
status legal atau penyerahan kepemilikan kepada
pembeli. Inilah yang terjadi pada hamper semua
penjualan eceran. Pada kasus yang lainnya, pengalihan
risiko dan manfaat dari kepemilikan muncul pada
waktu yang berbeda dari pengalihan status legal atau
penyerahan kepemilikan.
Entitas tidak boleh mengakui pendapatan jika entitas
mempertahankan risiko kepemilikan yang signifikan.
Contoh dari situasi dimana entitas diperbolehkan
mempertahankan risiko dan manfaat yang signifikan
dari kepemilikan adalah sebagai berikut:
(1) Ketika entitas mempertahankan kewajiban atas
kinerja yang tidak memuaskan yang tidak tercakup
dalam kewajiban diestimasi untuk garansi normal;
(2) Ketika penerimaan pendapatan dari penjualan
tertentu adalah kontinjen pada pembeli yang
menjual barang;
(3) Ketika barang yang dikirimkan memerlukan
instalasi dan instalasi tersebut adalah bagian
signifikan dari kontrak dan belum dikerjakan;
(4) Ketika pembeli memiliki hak untuk membatalkan
pembelian dengan alasan yang dicantumkan dalam
kontrak penjualan dan entitas tidak yakin dengan
kemungkinan pengembalian.
Jika entitas hanya mempertahankan risiko
kepemilikan yang tidak signifikan, maka transaksi
dapat dianggap sebagai suatu transaksi penjualan dan
entitas mengakui pendapatan. Misalnya, penjual
mengakui pendapatan ketika penjual mempertahankan
status legal barang semata-mata untuk melindungi
tingkat kolektibilitas piutang. Demikian pula suatu
entitas mengakui pendapatan ketika entitas tersebut
menawarkan pengembalian dana jika pelanggan
mengalami ketidakpuasan. Dalam kasus seperti ini,
entitas akan mengakui adanya kewajiban diestimasi
untuk pengembalian sesuai dengan Bab 18 Kewajiban
Diestimasi dan Kontinjensi.
b) Penyediaan Jasa
Jika hasil transaksi yang melibatkan penyediaan
jasa dapat diestimasi secara andal, maka entitas harus
mengakui pendapatan yang berhubungan dengan
transaksi sesuai dengan tahap penyelesaian dari
transaksi pada akhir periode pelaporan (terkadang
dimaksudkan sebagai metode persentase
penyelesaian). Hasil suatu transaksi dapat diestimasi
secara andal jika memenuhi semua kondisi berikut:
(1) Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal;
(2) Ada kemungkinan besar bahwa manfaat ekonomis
yang berhubungan dengan transaksi akan mengalir
kepada entitas;
(3) Tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode
pelaporan dapat diukur secara andal; dan
(4) Biaya yang terjadi dalam transaksi dan biaya
penyelesaian transaksi dapat diukur secara andal.
(5) Jika dalam periode waktu tertentu jasa diberikan
melalui beberapa pekerjaan yang tidak ditentukan
jumlahnya, maka entitas mengakui pendapatan
secara garis lurus selama periode tersebut, kecuali
terdapat bukti bahwa metode lain dapat lebih baik
untuk menunjukkan tingkat penyelesaian. Jika
suatu pekerjaan tertentu menjadi lebih signifikan
dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, maka
entitas menunda pengakuan pendapatan sampai
pekerjaan signifikan tersebut dilaksanakan.
(6) Jika hasil transaksi melibatkan penyediaan jasa
tidak dapat diestimasikan secara andal, maka
entitas harus mengakui pendapatan hanya sampai
dengan beban yang dapat diperoleh kembali.

c) Kontrak Konstruksi
Jika hasil kontrak konstruksi dapat diestimasi
secara andal, maka entitas harus mengakui
pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang
berhubungan dengan kontrak konstruksi masing-
masing sebagai pendapatan dan beban yang
disesuaikan dengan tingkat penyelesaian aktivitas
kontrak pada akhir periode pelaporan (seringkali
dimaksudkan sebagai metode persentase
penyelesaian). Estimasi hasil yang andal
membutuhkan estimasi tingkat penyelesaian, biaya
masa depan dan kolektabilitas tagihan yang andal.
Ketika suatu kontrak meliputi sejumlah aset,
konstruksi dari setiap aset harus diperlakukan sebagai
suatu kontrak konstruksi yang terpisah jika:
(1) Proposal yang terpisah telah diserahkan untuk
setiap aset;
(2) Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah
dan kontraktor dan pelanggan telah menerima atau
menolak bagian kontrak tersebut yang
berhubungan dengan setiap aset; dan
(3) Biaya dan pendapatan setiap aset dapat
diidentifikasi.
Suatu kontrak gabungan, baik dengan pelanggan
tunggal maupun dengan beberapa pelanggan, harus
diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi
tunggal ketika:
(1) Kelompok kontrak tersebut dinegosiasikan sebagai
paket tunggal;
(2) Kontrak-kontrak tersebut saling berhubungan erat
sehingga mereka, sebagai akibatnya, menjadi
bagian dari suatu proyek tunggal dengan suatu
margin laba keseluruhan; dan
(3) Kontrak-kontrak tersebut dikerjakan bersama-
sama atau dalam urutan yang berkesinambungan.

d) Metode Persentase Penyelesaian


Entitas melakukan penelaahan dan (jika perlu)
mengubah estimasi pendapatan dan biaya saat
transaksi jasa atau kontrak konstruksi berlangsung.
Entitas harus menentukan tingkat penyelesaian
dari suatu transaksi atau kontrak dengan
menggunakan metode yang dapat mengukur dengan
andal sebagian besar pekerjaan yang dilaksanakan.
Metode yang mungkin meliputi:
(1) Proporsi biaya yang terjadi dari pekerjaan yang
telah diselesaikan sampai sekarang dibandingkan
dengan total estimasi biaya. Biaya yang terjadi
dari pekerjaan yang telah diselesaikan sampai
sekarang tidak termasuk biaya yang berhubungan
dengan aktivitas masa depan, seperti bahan baku
atau pembayaran di muka;
(2) Survei atas pekerjaan yang telah diselesaikan;
atau
(3) Penyelesaian proporsi fisik dari transaksi jasa
atau kontrak kerja.
Pembayaran tahapan pekerjaan dan pembayaran
di muka yang diterima dari pelanggan seringkali tidak
mencerminkan pekerjaan yang telah selesai.
Entitas harus mengenali biaya yang berhubungan
dengan aktivitas masa depan atas transaksi atau
kontrak, misalnya bahan baku atau pembayaran di
muka, sebagai suatu aset jika biaya tersebut memiliki
kemungkinan besar untuk dipulihkan. Biaya seperti
itu menandakan suatu jumlah yang terutang dari
pelanggan dan tergolong sebagai pekerjaan yang
sedang berjalan.
Entitas harus secepatnya mengakui sebagai beban
atas semua biaya yang tidak mungkin dipulihkan. Jika
hasil dari kontrak konstruksi tidak dapat diestimasi
secara andal, maka entitas:
(1) Harus mengakui pendapatan hanya sebesar nilai
biaya kontrak yang memiliki kemungkinan besar
untuk dipulihkan; dan
(2) Mengakui biaya kontrak sebagai beban sesuai
dengan periode terjadinya.
(3) Jika ada kemungkinan bahwa harga perolehan
kontrak akan melebihi jumlah pendapatan kontrak
dalam kontrak konstruksi, maka ekspektasi
kerugian harus segera diakui sebagai beban.
(4) Jika kolektibilitas dari suatu jumlah yang telah
diakui sebagai pendapatan kontrak tidak mungkin
lagi, maka entitas harus mengakui jumlah yang
tidak tertagih tersebut sebagai beban bukan
melakukan suatu penyesuaian atas jumlah
pendapatan kontrak.
e) Bunga, Royalti Dan Dividen
Entitas Harus Mengakui pendapatan yang muncul
dari penggunaan aset oleh entitas yang lain yang
menghasilkan bunga, royalti, dan dividen ketika:
(1) Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomis yang
berhubungan dengan transaksi akan mengalir
kepada entitas; dan
(2) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur secara
andal.
Entitas harus mengakui pendapatan atas dasar berikut:
(1) Bunga harus diakui secara akrual;
(2) Royalti harus diakui dengan menggunakan dasar
akrual sesuai dengan substansi dari perjanjian yang
relevan; dan
(3) Dividen harus diakui ketika hak pemegang saham
untuk menerima pembayaran telah terjadi.
Pengungkapan
Entitas harus mengungkapkan:
a) Kebijakan akuntansi yang diterapkan sebagai
dasar pengakuan pendapatan, termasuk metode
yang diterapkan untuk menentukan tingkat
penyelesaian transaksi yang melibatkan
penyediaan jasa;
b) Jumlah setiap kategori pendapatan yang diakui
selama periode, termasuk pendapatan yang timbul
dari:
(1) Penjualan barang
(2) Penyediaan jasa;
(3) Bunga;
(4) Royalti;
(5)Dividen;
(6) Jenis pendapatan signifikan lainnya.
Kontrak Konstruksi
Entitas harus mengungkapkan:
a) Jumlah pendapatan kontrak yang diakui sebagai
pendapatan dalam periode pelaporan;
b) Metode yang digunakan untuk menentukan
pendapatan kontrak yang diakui dalam periode
pelaporan;
c) Metode yang digunakan untuk menentukan tingkat
penyelesaian kontrak yang sedang berjalan.
Entitas harus menyajikan:
a) Jumlah bruto kontrak pekerjaan yang sudah
menjadi hak sebagai suatu aset; dan
b) Jumlah bruto kontrak kerja yang terutang kepada
pelanggan sebagai suatu kewajiban
2. Pengakuan Beban
Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya yang
timbul dari kewajiban keuangan suatu entitas. Biaya
pinjaman mencakup:
1) Bunga untuk cerukan bank dan pinjaman jangka pendek
dan jangka panjang;
2) Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan
pinjaman;
3) Amortisasi biaya tambahan yang timbul sehubungan
dengan proses perjanjian peminjaman;
4) Beban pembiayaan sesuai dengan sewa pembiayaan
5) Perbedaan nilai tukar yang timbul dari pinjaman dalam
mata uang asing dimana perbedaan ini dianggap sebagai
penyesuaian terhadap biaya bunga.
Pengakuan
Entitas harus mengakui seluruh biaya pinjaman sebagai
beban pada laporan laba rugi di periode terjadinya
Pengungkapan
Entitas harus mengungkapkan besarnya biaya
pinjaman.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengakuan
pendapatan menurut PSAK dan SAK ETAP adalah sama yaitu mengenai
penjualan barang, penjualan jasa, kontrak konstruksi, bunga, royalti dan
dividen. Pengakuan biaya pinjaman menurut IFRS mengatur tentang
komponen biaya pinjaman, pengakuan dan kapitalisasi biaya pinjaman,
PSAK juga mengatur tentang biaya riset dan pengembangan. Sedangkan
pengakuan biaya pinjaman menurut SAK ETAP adalah biaya pinjaman
langsung dibebankan ke laporan laba rugi perusahaan Salah satu
perbedaan dasar antara SAK Umum dengan SAK ETAP adalah komponen
laporan keuangan yang terdapat di dalamnya. SAK ETAP masih
menggunakan istilah Neraca. Sedangkan pada SAK Umum, Neraca
berganti nama menjadi Laporan Posisi Keuangan. Selain itu, pada SAK
ETAP hanya menggunakan Laporan Laba Rugi. Sedangkan pada SAK
Umum selain menggunakan Laporan Laba Rugi juga menggunakan
Laporan Laba Rugi Komprehensif. Untuk Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan, baik SAK ETAP
maupun SAK Umum sama-sama menggunakan ketiga laporan ini.Dari sisi
pengukuran, SAK ETAP menggunakan historical cost dan nilai wajar,
sedangkan SAK Umum menggunakan historical cost, biaya kini, nilai
realisasi bersih dan nilai sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. Intermediate Accounting. Edisi 8. Yogyakarta: Penerbit


BPFE Yogyakarta. 2004.

Greuning, Hennie V. 2006. International Financial Reporting Standards:


A Practical Guide. Washington: The World Bank.
Hendriksen, Eldon S. 1997. Accounting Theory. Jakarta: Erlangga.

Kieso, dkk 2009, Intermediate Accounting Jilid Satu, Edisi Kedua Belas,
Erlangga, Jakarta.

Lumingkewas, Valen A. 2013. Pengakuan Pendapatan dan Beban Atas


Laporan Keuangan pada PT. Bank Sulut. Jurnal EMBA 199 Vol.1
No.3 Juni 2013, Hal. 199-206.

Nadya, Adine K. 2014. Analisis Pengakuan Pendapatan pada PT. Timah


Tbk (Online). Available from: http://etd.repository.ugm.ac.id/
diakses, 15 November 2016.

Purba, Marisi P. International Accounting Standards: Konvergensi &


Kendala Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Graha
Ilmu. 2010.

Rismansyah. 2015. Analisis Pengakuan Pendapatan dan Beban Pada PT


Wahana Bumi Riau Cabang Palembang (Online). Available from:
http://www.univpgri-palembang.ac.id/e_jurnal/index.php/ diakses,
14 November 2016.

Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Situmorang, Murni A.S. 2011. Transisi Menuju IFRS dan Dampaknya


Terhadap Laporan Keuangan (Perusahaan yang Listing di BEI)
(Online). Available from:
http://eprints.undip.ac.id/29379/1/jurnal_skripsi.pdf/ diakses, 16
November 2016.

Anda mungkin juga menyukai