Nama : Ny . Ponirah
Usia : 60 tahun
Alamat : duwet
Tanggal : 6/ 12/2019
S/
os rujukan dari puskesmas kalibawang dengan hiperglikemia dan HT.Os mengeluh lemas(+), mual(-),
muntah hari ini(-),os sejak semalam mengeluh pusing berputar , muntah 10 x tadi malam, diare (-)
,sesak(-), nyeri dada (-).
Riwayat DM(+),HT(-),jantung(-)
Usul tx di bangsal:
-O2 3lpm
- ivfd NaCl 20tpm
- inj ceftriaxon 1g/12jam/iv
- inj omeprazole 1A/24jam/iv
- amlodipin 1x5mg
- betahistine 3x6mg kp vertigo
-cek gds per 8jam
- cek gdp gd2jpp
ABSTRAK
Krisis hiperglikemia merupakan komplikasi akut yang dapat terjadi pada DM, baik tipe 1
maupun tipe 2. Keadaan tersebut merupakan komplikasi serius yang mungkin terjadi sekalipun pada
DM yang terkontrol dengan baik. Krisis hiperglikemia dapat terjadi dalam bentuk Ketoasidosis Diabetik
(KAD), Status Hiperosmolar Hiperglikemik (SHH) atau kondisi yang mempunyai elemen kedua
keadaan diatas. Krisis hiperglikemia pada DM tipe 2 biasanya terjadi karena ada keadaan yang
mencetuskannya. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain infeksi penyakit vaskular akut,
trauma, heat stroke, kelainan gastrointestinal dan obat-obatan. Pada DM tipe 1, krisis hiperglikemia
sering terjadi karena yang bersangkutan menghentikan suntikan insulin ataupun pengobatannya tidak
adekuat. KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan keton yang
berlebihan, sedangkan SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum yang
biasanya lebih tinggi dari KAD murni. Baik KAD maupun SHH berhubungan dengan defisiensi insulin
absolut maupun relatif, penurunan volume cairan tubuh, dan ketidaknormalan asam-basa. Kedua
kelainan ini dapat menumbulkan komplikasi yang serius jika tidak didiagnosa dan mendapat terapi
dengan cepat.
DM tipe I merupakan penyakit yang disebabkan oleh proses autoimun yang menyebabkan
kerusakan pada sel-sel beta pankreas. Keadaan ini akan mengakibatkan pankreas tidak dapat
menghasilkan insulin yang dibutuhkan tubuh untuk meregulasi kadar gula darah (Brunner &
Suddarth, 2001). Defisiensi insulin yang terjadi akan mengakibatkan peningkatan kadar gula
dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia yang terjadi ditandai dengan terdapatnya
sejumlah glukosa dalam urin (glukosuria). Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan ginjal
untuk menyerap kembali glukosa yang tersaring keluar (Steele, 2008).
b. Diabetes Tipe II
DM tipe II dapat terjadi karena ketidakmampuan tubuh dalam merespon kerja insulin secara
efektif (WHO, 2008). Dua masalah utama yang terkait dengan hal ini yaitu, resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin. Untuk mengatasi resistensi dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
pasien DM, keadaan ini terjadi karena sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa
dalam darah akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat
Krisis hiperglikemi
Krisis hiperglikemia merupakan komplikasi akut yang dapat terjadi pada Diabetes Mellitus
(DM), baik tipe 1 maupun tipe 2. Keadaan tersebut merupakan komplikasi serius yang mungkin
terjadi sekalipun pada DM yang terkontrol baik. Krisis hiperglikemia dapat terjadi dalam
bentuk ketoasidosis diabetik (KAD), status hiperosmolar hiperglikemik (SHH) atau kondisi
yang mempunyai elemen kedua keadaan diatas. KAD adalah keadaan yang ditandai dengan
asidosis metabolik akibat pembentukan keton yang berlebihan, sedangkan SHH ditandai
dengan hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari
KAD murni.
Patogenesis krisis hiperglikemi
Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin,
relatif ataupun absolut, pada keadaan resistensi insulin yang meningkat. Kadar insulin tidak
adekuat untuk mempertahankan kadar glukosa serum yang normal dan untuk mensupres
ketogenesis. Hiperglikemia sendiri selanjutnya dapat melemahkan kapasitas sekresi insulin dan
menambah berat resistensi insulin sehingga membentuk lingkaran setan dimana hiperglikemia
bertambah berat dan produksi insulin makin kurang.
Pada KAD dan SHH, disamping kurangnya insulin yang efektif dalam darah, terjadi juga
peningkatan hormon kontra insulin, seperti glukagon, katekholamin, kortisol, dan hormon
pertumbuhan. Hormon-hormon ini menyebabkan peningkatan produksi glukosa oleh ginjal
dan hepar dan gangguan utilisasi glukosa dijaringan, yang mengakibatkan hyperglikemia dan
perubahan osmolaritas extracellular.
Gejala dan temuan dari pemeriksaan dan biasanya terjadi dalam waktu lebih dari 24 jam. Mual
dan muntah biasanya yang paling menonjol. Rasa sakit di perut mungkin bisa parah dan merupakan
tanda pankreatitis akut atau ruptur viscus. Hiperglikemia menyebabkan glukosuria, penurunan volume
cairan dan takikardi. Hipotensi dapat terjadi karena penurunan volume cairan ditambah dengan
vasodilatasi pembuluh darah perifer. Napas Kussmaul dan bau keton pada napas pasien merupakan
tanda yang klasik. Edema cerebri merupakan komplikasi yang sangat serius dari KAD dan paling
banyak terjadi pada anak-anak. Tanda dari infeksi yang mungkin memicu KAD harus dicari di
pemeriksaan fisik, bahkan jika tidak ada demam. Iskemia jaringan (jantung dan otak) juga dapat
menjadi faktor yang menimbulkan KAD. Ketosis dihasilkan dari peningkatan pelepasan asam lemak
bebas dari adiposa yang membentuk benda keton di hepar. Penurunan kadar insulin yang bersamaan
dengan kenaikan katekolamin dan hormon pertumbuhan meningkatkan lipolisis dan pelepasan asam
lemak bebas
C. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip pengelolaan KAD adalah
1. Penggantian cairan tubuh dan garam yang hilang.
2. Menekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan pemberian insulin.
3. Mengatasi stres sebagai pencetus KAD.
4. Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari pentingnya pemantauan serta
penyesuaian pengobatan.