Tugas 2 Bahasa Indonesia
Tugas 2 Bahasa Indonesia
Ejaan merupakan hal penting dalam pemakaian bahasa, terutama dalam ragam bahasa tulis. Penulisan
huruf, penulisan kata, sinonim, akronim, angka, dan lambang bilangan serta penggunaan tanda baca
termasuk ke dalam ejaan. Seiring berjalannya waktu, Indonesia memiliki beberapa perubahan ejaan dari
waktu ke waktu.
Ejaan Van Ophuijsen, Ejaan Suwandi, Ejaan Pembaruan, Ejaan Melindo, Ejaan LBK, dan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan merupakan akhir dari sejarah ejaan bahasa indonesia yang berisi kaidah
Fungsi ejaan yang utama adalah sebagai penyaring masuknya unsur-unsur bahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, terutama sebagai pelajar, mempelajari dan mengaplikasikan
ejaan yang benar adalah sebuah kewajiban agar tidak terjadi hilangnya makna yang ingin disampaikan
kepada pembaca.
Ch. A. Van Ophuijsen adalah seorang inspektur pendidikan (dasar) bagi penduduk pribumi Sumatera dan
Awal dari lahirnya ejaan ini adalah pemerintah yang menugaskan Van Ophuijsen untuk merancang
sistem ejaan dasar yang mantap dan ilmiah untuk digunakan dalam pengajaran. Tugas itu ia terima pada
Ejaan van ophuijsen terlahir dalam bentuk sebuah daftar kata yang diawali dengan uraian singkat
tentang aturan-aturan ejaan, Kitab Logat Melajoe. Aturan-aturan tersebut, di antaranya adalah sebagai
berikut.
1. Kata koe (akoe), kau, se, ke, dan di ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh:
3. Ke- dan se- merupakan awalan, bukan ka- dan sa-. Contoh: ketiga, sebenarnya.
4. Ejaan van ophuijsen ini juga membahas awalan ter-, ber-, dan per- yang jika dirangkaikan dengan
kata dasar berawalan huruf r maka akan luluh. Contoh: beroemah, terasa, peran.
5. Akhiran –i akan diberi tanda ¨ apabila bertemu dengan kata yang berakhiran huruf a. Contoh:
menamaï.
Sebelum ejaan van ophuijsen disusun, para penulis pada umumnya mempunyai aturannya sendirisendiri
dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena itu, sistem ejaan
yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan van ophuijsen sedikit banyak
Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik disusun oleh Mr. Soewandi yang merupakan nama Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Penyusunan ejaan baru ini dimaksudkan untuk
menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya juga untuk menyederhanakan sistem ejaan bahasa
Indonesia.
Ejaan suwandi diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 berdasarkan surat keputusan menteri
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak diganti dengan huruf k. Contoh: tak, rakyat, tidak.
4. Kata dasar berhuruf e (e pepet dalam bahasa Jawa) boleh dihilangkan. Contoh: perahu menjadi
prahu, menteri menjadi mentri. Namun kata tersebut tidak boleh dipergunakan pada kata
Meskipun dimaksud untuk menyempurnakan sistem ejaan sebelumnya, namun Ejaan Suwandi ini masih
memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan itu antara lain adalah penggunaan huruf f, v, x, z, sj, dan ch, yang lazim digunakan untuk
menulis kata-kata asing tidak diatur pada ejaan itu. Huruf-huruf tersebut adalah permasalahan dalam
3. Ejaan Pembaruan
Konsep Ejaan Pembaruan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo, yaitu sebuah nama yang diambil dari
dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia ejaan itu. Prof. Prijono merupakan Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan. Keberlanjutan tugas Prof. Prijono dilakukan oleh E. Katoppo.
Prof M. Yamin memprakarsai kongres bahasa yang memutuskan agar ejaan Soewandi disempurnakan.
Kongres tersebut diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Pada waktu itu disarankan agar dapat
2. Huruf-huruf yang muncul pada ejaan ini adalah ŋ (ng), t (tj), ń (nj), dan ś (sj).
3. Pengaturan untuk fonem h adalah fonem h bila letaknya di depan dapat menghilangkan, seperti
hutan menjadi utan, juga dapat dihilangkan bila di antara dua vokal berbeda, misalnya kata
4. Konsonan rangkap pada akhir kata dihilangkan. Contoh president menjadi presiden.
5. Partikel pun yang berarti juga dan saja, ditulis terpisah. Contoh: sekalipun sama dengan
6. Kata berulang yang memiliki arti tunggal ditulis tanpa tanda hubung, contoh: alunalun.
Sedangkan yang bermakna jamak dengan tanda hubung, contoh: ibu-ibu, sekali-sekali.
Pada tahun 1956, Menteri Sarino membentuk Panitia Pembaruan Ejaan. Sementara itu, Persekutuan
Tanah Melayu berkeinginan untuk mengadakan penyatuan ejaan dengan Bahasa Indonesia. Namun,
4. Ejaan Melindo
Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu pada
tahun 1959, antara lain usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua negara ini.
Pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia Melayu (Slamet Mulyana-Syed Nasir bin Ismail
sebagai ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan ejaan Melindo
(Melayu Indonesia).
Ejaan Melindo tidak jauh berbeda dengan Ejaan Pembaruan karena ejaan itu sama-sama berusaha untuk
Hal yang berbeda ialah dalam ejaan Melindo, gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta diganti
dengan c menjadi cinta. Hal yang sama terjadi pada konsonan nj, seperti pada kata njonja diganti
5. Ejaan LBK
Ejaan Baru merupakan lanjutan dari rintisan panitia ejaan Melindo. Ejaan ini dikeluarkan pada tahun
Pelaksananya terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusaatraan yang sekarang bernama
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga terdiri dari panitia Ejaan Melayu yang berhasil
merumuskan ejaan tersebut.
Panitia tersebut bekerja atas dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/67
• Pertimbangan Teknis, yaitu pertimbangan yang menghendaki agar setiap fonem dilambangkan
• Pertimbangan praktis, yaitu pertimbangan yang menghendaki agar perlambangan secara teknis
disesuaikan dengan keperluan praktis seperti keadaan percetakan dan mesin tulis.
mencerminkan studi yang mendalam mengenai kenyataan bahasa dan masyarakat pemakainya.
seminar sastra 1968 yang membentuk konsep Ejaan LBK ini adalah antara lain.
2. Diftong tetap.
3. Di dan ke dibedakan antara preposisi dan imbuhan. Contoh: surat itu ditulisnya di rumah.
5. Mengenai istilah asing, misal guerilla (Spanyol), frasa coup de’etat (Prancis), dan extra (Inggris)
6. Ejaan ini juga membahas mengenai qalb (hati) dan bahasa Arab juga mengenal kata kalb
(anjing), namun diputuskan tetap menggunakan kata kalbu untuk bahasa Indonesia.
Presiden Republik Indonesia Soeharto meresmikan Ejaan Yang Disempurnakan pada tanggal 16 Agustus
1972.
Ejaan ini merupakan lanjutan dari Ejaan Baru atau Ejaan LBK. Pada Hari Proklamasi Kemerdekaan tahun
1972 diresmikan aturan ejaan baru ini berdasarkan keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan
Pada tahun 1988, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua diterbitkan
berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987
Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2009 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) diganti dengan
nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang kesempurnaan naskahnya disusun oleh
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mengatur beberapa hal, di antaranya adalah sebagai
berikut.
3. Pemakaian kata (kata dasar, kata berimbuhan, bentuk ulang, gabungan kata, pemenggalan kata,
kata depan, partikel, singkatan dan akronim, angka dan bilangan, kata ganti ku-, kau-, -ku, -mu, -
5. Pemakaian tanda baca, antara lain tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik
dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (–), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda elipsis (...), tanda
petik (“...”), tanda petik tunggal (‘...’), tanda kurung ((...)), tanda kurung siku ([...]), tanda garis
Berikut adalah beberapa contoh penggunaan kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
secara tepat.
Huruf vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a, i, u, e, dan o. Contoh kata dengan
penggunaan huruf vokal bahasa Indonesia antara lain, api, emas, simpan, oleh, ulang. Terdapat tiga
• Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Contoh: Pertahanan militer (militèr) Indonesia cukup kuat.
• Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Contoh: Upacara itu dihadiri pejabat teras (têras) Bank Indonesia.
Huruf konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas 21 huruf, yaitu huruf yang tidak termasuk dalam
Aturan pemakaian huruf kapital tergantung beberapa kondisi, antara lain adalah sebagai berikut.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat. Contoh: Pekerjaan itu akan selesai
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. Contoh:
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan,
termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. Contoh: Islam (agama), Alkitab (kitab suci), Allah
(tuhan). Sebagai kata ganti untuk Tuhan, contohnya pada kalimat: Allah akan menunjukkan jalan
kepada hamba-Nya.
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti
nama orang. Contoh: Raden Ajeng Kartini (gelar kehormatan), Agung Permana, Sarjana Hukum
(gelar akademik).
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contohnya
orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama ins-tansi, atau nama
• Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari
Huruf miring juga digunakan tergantung dari kondisinya pada kalimat. Penggunaan huruf miring antara
• Menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan,
termasuk dalam daftar pustaka. Contoh: Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat
kebangsaan.
• Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
• Menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Contoh: Upacara
peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.
Kaidah penulisan lainnya seperti pemakaian kata, pemakaian unsur serapan, pemakaian tanda baca
dapat dilihat dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Buku tersebut mengandung
penjelasan yang mudah dipahami dengan dilengkapi contoh kalimat atau kata pada setiap bagian.
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) telah diterbitkan hingga edisi keempat yang terbit