Bab 1 Keracunan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi makanan
yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit. Kuman yang
paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat masuk ke dalam
tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau
memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung /
inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu dengan serius fungsi satu
lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah menetapkan
peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983 tentang bahan – bahan
berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan luas jangkauan, kecepatan
penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan pengamanannya, bahan – bahan berbahaya
atau yang dapat membahayakan kesehatan manusia secara langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang
menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan keracunan antara lain makanan. Makanan merupakan kebutuhan pokok
manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan antara lain untuk :
a. Pertumbuhan Badan
b. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak
c. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh
d. Di perlukan untuk berkembang biak
e. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas
Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan makanan tersebut
mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung racun ,
makanan yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena makanan yang
mengandung mikroorganisme pathogen ( FOOD INFECTION )

1
1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan keracunan.?
b. Apa yang dimaksud dengan kerscunan makanan,?
c. Apa saja etiologi dari keracunan makanan,?
d. Bagaimana patofisiologi dari keracunan makanan,?
e. Apa saja manifestasi klinis pada keracunan makanan.?
f. Apa saja kompilkasi pada keracunan makanan,?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang pada pasien dengan keracunan makanan.?
h. Bagaimana penatalaksanaan pada keracunan makanan,?
i. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan keracunan makanan,?
j. Bagaimana pencegahan pada pasien dengan keracuunan makanan,?
k. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan keracunan makanan,?

1.3 Tujuan
a. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan pengertian keracunan
b. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan pengertian keracunan makanan
c. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan etiologi dari keracunan makanan
d. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan patofisiologi pada keracunan makanan
e. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan manifestasi klinis pada keracunan
makanan
f. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan komplikasi dari keracuanan makanan
g. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan pemeriksaan penunjang pada kasus
keracunan makanan
h. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan penatalaksanaan pada kasus keracunan
makanan
i. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan pemeriksaan diagnostik pada kasus
keracunan makanan
j. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menyebutkan pencegahan pada kasus keracunan
makanan
k. Agar mahasiswa/i semester 7 mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada kasus
keracunan makanan

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Definisi keracunan makanan


Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk kedalam tubuh melalui mulut, hidung
(inhalasi), serta suntikan dan absorbsi melalui ,kulit, atau di gunakan terhadap organisme
hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan dan mengganggu dengan serius
fungsi satu atau lebih organ atau jaringan (Sartono 2001 : 1)
Intokkasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi
setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi. (KMB Brunner & Suddarth
Vol.3)
Kersacunan adalah masuknya suatu zat toksik kedalam tubuh melalui sistem
pencernaan baik kecelakaan maupun disengaja, yang dapat mengganggu kesehatan bahkan
3
dapat menimbulkan keracunan pencernaan pada sistem pencernaan dapat berupa zat kimia
(baygon, alkohol, minyak tanah, bensin dll), makanan (jengkol, ikan, jamur dll), obat-
obatan.

2.2 Anatomi fisiologi sistem pencernaan


Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-
organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut
biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan
(incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-
bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai
mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang
memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai
secara sadar dan berlanjut secara otomatis
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring
c. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi,
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
d. Esofagus

4
Esofagus adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus(dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan phagus – “memakan”)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).

e. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu:
 Kardiak
 Fundus
 Antrum
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
 Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
 Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
f. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan
lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ),
lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M) Longitidinal ) dan
5
lapisan serosa ( Sebelah Luar ) Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

g. Usus Besar (Kolon)


Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum.
Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari :
 Kolon asendens (kanan)
 Kolon transversum
 Kolon desendens (kiri)
 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-
bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan
dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
h. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi adalah
suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari
usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil.
Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif
memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
i. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen). Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap
embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung
umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas
tetap terletak di peritoneum.

j. Rektum dan anus

6
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan
sementara feses. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan
sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter.
Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
k. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari).
l. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki
berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini
memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam
tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat.
Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan.
m. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang
dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses
pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan
berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna
cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua
belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
 Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
 Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin
(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

2.3 Jenis-jenis keracunan makanan


1) Kercunan singkong (manihot utilissima)
Bagian yang dimakan dari tumbuhan singkong atau casava ialah umbi, akar
dan daunnya. Baik daun maupun umbinya, mengandung suatu glikosida
cyanogenic, artinya suatu ikatan organik yang dapat menghasilkan racun biru atau

7
HCN (cyanida) yang bersifat sangat toksik. Zat glikosida ini diberi nama
Linamarin.
Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung
didalamnya. Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda.
Namun tidak semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini
disebabkan selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri,
juga dipengaruhi oleh cara pengolahannya sampai dimakan. Diketahui bahwa
dengan merendam singkong terlebih dahulu didalam air dalam jangka waktu
tertentu, kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena
HCN akan larut dalam air.
HCN adalah suatu racun kuat yang menyebabkan asfiksia. Asam ini akan
mengganggu oksidasi (pengakutan O2) ke jaringan dengan jalan mengikat enzim
sitokrom oksidasi. Oleh karena adanya ikatan ini, O2 tidak dapat digunakan oleh
jaringan sehingga organ yang sensitif terhadap kekurangan O2 akan sangat
menderita terutama jaringan otak.
 Gejala Klinis :
- Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare
- Sesak nafas, takikardi, sianosis dan hipotensi
- Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
- Renjatan (kejang)
- Syok

2) Keracunan Bongkrek
Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya dicampur
dengan ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi
kontaminasi dengan Clostridium Botalinum suatu kuman anaerob yang
membentuk spora dan bakterium cocovenenans yang mengubah gliserinum
menjadi racun toksoflavin.
 Gejala Klinis :
- Pusing, diplopia, anorexia
- Merasa lemah, petosis, strabismus
- Kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.

3) Keracunan Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan
survival. Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali.
Jamur biasanya hidup dialam bebas terutama muncul pada waktu musim
8
penghujan atau tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah
dikenal sebagai jenis jamur yang tidak berbahaya yang dapat dimakan atau
digunakan sebagai bahan ramuan obat, tetapi pada umumnya masih tetap
merupakan jenis jamur liar.
Bentuk tubuh buah jamur pada umumnya tersusun oleh bagian-bagian
yang dinamakan tudung (pileus), bilah (lamellae), cincin (annulus), batang atau
tangkai (stipe), cawan (volva), dan akar semu (rhizoids). Sampai saat ini masih
belum diketahui, berapa jenis jamur yang dapat dimakan serta berapa jenis yang
dapat dimakan dan tidak membahayakan.
 Gejala Klinis :
1) Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun
muskarin mempunyai gejala-gejala :
- Setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh atau
ludah.
- Penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing
- Lemah, kolaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera ditolong
dapat menimbulkan kematian.

2) Keracunan akibat racun yang lain mempunyai gejala-gejala :


- Setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.
- Sakit perut, muntah-muntah dan BAB encer, syok, apabila tidak segera
ditolong dapat menimbulkan kematian.

4) Keracunan Jengkol (Pithecolobium Lobatum)


Jengkol menimbulkan gejala keracunan jika dimakan terlalu banyak atau
jika orang yang memakan jengkol tersebut tubuhnya sensitif terhadap zat yang
terdapat dalam jengkol. Zat yang menyebabkan keracunan tersebut ialah asam
jengkolat, yaitu suatu asam amino yang mengandung belerang yang dapat di
isolasi dari biji jengkol. Timbulnya keracunan tidak bergantung dari jumlah biji
jengkol yang dimakan dan apakah jengkol itu dimakan mentah atau dimasak
lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji
jengkol yang dimakan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya
gejala keracunan tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol.
 Gejala Klinis :
- Ringan, bila terdapat keluhan ringan seperti sakit pinggang, kencing
berwarna merah.
9
- Berat, bila disertai oligouria.
- Sangat berat, bila terdapat anuria atau tanda-tanda gagal ginjal akut yang
nyata.

2.4 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam dan akibatnya bisa mulai yang ringan
sampai yang berat. Secara umum yang banyak terjadi di sebabkan oleh :
a. Mikroba
Mikroba yang menyebabkan keracunan di antaranya :
 Escherichia coli patogen
 Staphilococus aureus
 Salmonella
 Bacillus Parahemolyticus
 Clostridium Botulisme
 Streptokokkus
b. Bahan Kimia
 Peptisida golongan organofosfat
 Organo Sulfat dan karbonat
c. Toksin
 Jamur
 Keracunan Singkong
 Tempe Bongkrek
 Bayam beracun
 Jengkol
 Ikan laut/ Kerang

2.5 Patofisiologi Keracunan


Keracuanan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor bahan
kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi vaskuler sistemik
shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh. Biasanya akibat dari keracunan
menimbulkan mual, muntah, diare, perut kembung,gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi
darah dan kerusakan hati ( sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia ). Terjadi mual,
muntah di karenakan iritasi pada lambung sehingga HCL dalam lambung meningkat .
Makanan yang mengandung bahan kimia beracun (IFO) dapat menghambat ( inktivasi )
enzim asrtikolinesterase tubuh (KhE). Dalam keadaan normal enzim KhE bekerja untuk
menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh – KhE yang bersifat inakttif.
Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya
akan terjadi penumpukan Akh di tempat – tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala

10
rangsangan Akh yang berlebihan, yang akan menimbulkan efek muscarinik, nikotinik, dan
ssp ( menimbulakan stimulasi kemudian depresi SSP)

2.6 Manifestasi Klinis


Gejala yang paling menonjol meliputi :
1) Kelainan Visus
2) Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
3) Gangguan Saluran pencernaan
4) Kesukaran bernafas
 Keracunan ringan :
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
 Keracunan sedang :
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
 Keracunan berat :
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
2.7. Komplikasi
a. Kejang
b. Koma
c. Henti jantung
d. Henti napas (Apneu)
e. Syok

2.8 Pemeriksaan penunjang


a. BGA (blood gas analysis)
b. Laboratorium

11
Penurunan kadar Khe dengan sel darah merah dalam plasma, penting untuk
memastikan diagnosis keracuna IFO akut / kronik. Pada keracunan akut, hasil
pemeriksaan pathologi biasanya tidak khas. Sering hanya di temukan edema paru,
dilatasi kapiler, hiperemi paru, otak dan organ – organ lainnya.

2.9 Penatalaksanaan
i. Tindakan Emergensi
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu di lakukan inkubasi
Breathing : Berikan nafas buatan, bila penderita tidak bernafas spontan atau pernafasan
tidak adekuat
Circulasi : Pasang infus bila keaadaan penderita gawat darurat dan perbaiki perfusi
jaringan.
ii. Resusitasi
Setelah jalan nafas di bebaskan dan di bersihkan, periksa pernafasan dan nadi. Infus
dextrose 5% kec.15 – 20, nafas buatan, O2, hisap lendir dalam saluran pernafasan,
hindari obat – obatan depresan saluran nafas, kalau perlu respirator pada kegagalan
nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut ke mulut, sebab racun orga fhosfat
akan meracuni lewat mulut penolong. Pernafasan buatan hanya di lakukan dengan
meniup face masuk atau menggunakan alat bag – valve – mask.

iii. Identifikasi penyebab


Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha mencari
penyebab keracunan tidak sampai menunda usaha – usaha penyelamatan penderita yang
harus segera di lakukan.
iv. Mengurangi absorbsi
Upaya mengurangi absorbsi racun dari saluran cerna di lakukan dengan merangsang
muntah, menguras lambung, mengabsorbsi racun dengan karbon aktif dan
membersihkan usus
v. Meningkatkan eliminasi
Meningkatkan eliminasi racun dapat di lakukan dengan diuresis basa atau asam, dosis
multipel karbon aktif, dialisis dan hemoperfusi

2.10 Pemeriksaan diagnostik


1. Pemeriksaanlaboratorium
Laboratorium rutin (darh, urin, feses, lengkap) idak banyak membantu.
2. Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum ( N: 0,5-1,5 mg/dl), elektrolit serum
(termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl)).
3. Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.
12
4. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi supraventrikuler, takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya aritmia pada keracunan adalah
keracunan obat kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia, gangguan
elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar jantung iskemik

3.1 Pencegahan Keracunan


a. Masak masakan sampai benar – benar matang karena racun akan tidak aktif dengan
pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5
menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
b. Letakkan bahan – bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari jangakauan
anak – anak
c. Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahay
d. Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
e. Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat – obata
f. Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
 Kesadaran menurun
2. Pernafasan
 Nafas tidak teratur
3. Kardiovaskuler
 Hipertensi, nadi aritmia
4. Persyarafan
 Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran, kelemahan, paralise
5. Gastrointestinal
 Muntah, diare
6. Integumen
 Berkeringat
7. Muskuloskeletal
 Kelelahan, kelemahan
8. Integritas Ego
 Gelisah
 Pucat
9. Eliminasi
 Diare

13
10. Selaput lendir
 Hipersaliva
11. Sensori
 Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

C. INTERVENSI
1. Pola nafas infektif b.d obstruksi trakheobronkeal
Tujuan : menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru bersih
Kriteria hasil : suara nafas normal
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan untuk mengetahui pola nafas, dan
ekspansi dada keadaan dada saat bernafas
Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi untuk memberikan kenyamanan dan
memberikan posisi yang baik untuk
Dorong atau bantu klien dalam mengambil melancarkan respirasi
untuk membantu melancarkan
nafas dalam
pernafasan klien

2. Defisit volume cairan b.d muntah, diare


Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat
Intervensi Rasional
Awasi intake dan output, karakter serta untuk mengetahui pemasukan dan
jumlah feses pengeluaran kebutuhan cairan klien
untuk mengetahui apakah klien
Observasi kulit kering berlebihan dan
kekurangan cairan dengan mengamati
membran mukosa, penurunan turgor
sistem integuman.
kulit untuk membantu menormalkan kembali
Kolaborasi pemberian cairan paranteral
cairan tubuh klien

14
sesuai indikasi

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anorexia


Tujuan : nutrisi adekuat
Intervensi Rasional
Catat adanya muntah untuk mengetahui frekuensi cairan yang
keluar pada saat klien muntah
Berikan makanan dengan porsi
untuk membantu klien agar tidak
sedikit tapi sering
kekurangan nutrisi
Berikan makanan halus, hindari
untuk membantu klien agar dapat mencerna
makanan kasar sesuai indikasi
makanan dengan lancar serta tidak lagi
mengalami mual, muntah

Nt untuk mengurangi nyeri pada abdomen


Kolaborasi pemberian antisida sesuai
indikasi

4. Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2


Tujuan : terjadi peningkatan perfusi jaringan
Intervensi Rasional
Observasi warna & suhu kulit atau untuk mengetahui apakah klien mempunyai
membran mukosa alergi kulit
Evaluasi ekstremitas ada atau tidaknya untuk mengetahui apakah klien mengalami
kualitas nadi takikardi/bradikardi dan kekuatan pada
ekstremitas
Kolaborasi pemberian cairan
untuk menetralkan intake kedalam tubuh
(IV/peroral) sesuai indikasi

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. A DENGAN KERACUNAN
MAKANAN

KASUS :
Tuan A di bawa kepuskesmas kertapati oleh istrinya setelah makan tempe . istri klien
mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek. kondisi
klien mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan pusing. Dari
hasil pengkajian sementara didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg , BB : 45 kg (BB
semula 55 kg) Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu :
360C (36,5-37,5 0C) istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi
sebelumnya.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Nama klien : Tn. A
Usia : 26 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : 12 november 2018
No. Register : 0903055
Diagnosa medik : Keracunan Makanan
2. Keluhan utama
Klien mengalami penurunan kesadaran yaitu somnolen, muntah setelah makan tempe,
pusing.
3. Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/ menit, cepat dan
dangkal
16
4. Breathing
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat, Kedalaman :
dangkal. RR : 23 x/ menit.

5. Circulation
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary
refill : <2 dtk, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
6. Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2
7. Tingkat kesadaran somnolen.
Pengkajian dilakukan alloanamnesa dengan keluarga klien :
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe
bongkrek.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien belum pernah dirawat dirumah sakit
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan
klien.
4. Anamnesa singkat
Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat alergi.
5. Pemeriksaan head to toe
Kepala : mesosephal, klien berambut lurus dan panjang, dan tidak rontok.
Mata : besar pupil kanan kiri 2 dan reaksi pupil keduanya (+) terhadap cahaya
kunjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.
Telinga : bersih tidak terdapat serumen dan tidak mengalami gangguan pendengaran
Hidung : Bentuk hidungnya simetris, tidak terdapat polip pada hidung.
Wajah : wajah klien tampak simetris.
Mulut : tampak hipersekrasi kelenjar ludah, mukosa mulut basah, bibir basah.
Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
Dada : Simetris, tidak ada kelainan bentuk, RR 23 x/menit, cepat dan dangkal, HR
55x/menit, suara jantung s1 dan s2 tunggal.
Abdomen : tidak ada nyeri tekan pada abdomen, tidak asites, tidak ada luka memar,
peristaltik usus 8x/mnit, perkusi hip`ertimpani.
6. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 100/60 mmHg
b. BB : 45 kg (BB semula 55 kg)
c. Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit)
d. RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit)
e. Suhu : 360C (36,5-37,5 0C)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
17
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
(Anoreksia, Mual dan Muntah )

C. Intervensi
TGL TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
/ HASIL
JAM
12 Setelah dilakukan tindakan1. Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction,
nov
keperawatan 3 x 24 jam fisioterapi dada sesuai indikasi
2018
2. Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan
diharapkan bersihan jalan
3. Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.
nafas menjadi efektif dengan4. Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi
kriteria hasil: yang biasa terjadi
5. Monitor respon alergi selama 24 jam
NOC 1 : Status Pernapasan :
6. Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari
Pertukaran Gas tidak akan
alergen
terganggu di buktikan7. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
8. Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas
dengan :
sekresi
Kesadaran composmentis,
9. Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat
TTV menjadi normal,
bronkhodilator, obat anti allergi, terapi nebulizer, insersi jalan
pernafasan menjadi normal
nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD
yaitu tidak mengalami nafas
dangkal
12 Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan nutrisi
nov
keperawatan selama 2 x 24 1. Ketahui kesukaan makanan pasien
2018
2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
jam pemenuhan nutrisi dapat
nutrisi
adekuat/terpenuhi dengan
3. Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat
kriteria hasil : 4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan
5. Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan
Status Gizi Asupan
Bantuan menaikkan berat badan
Makanan dan Cairan
1. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan
ditandai pasien nafsu makan
protein
meningkat, mual dan muntah
2. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,
hilang, pasien tampak segar
makanan pelengkap, pemberian makanan melalui slang.
Status 3. Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan
Gizi; Nilai Gizi terpenuhi nutrisi
18
dibuktikan dengan BB
4. Rujuk ke program gizi di komunitas yang tepat, jika pasien
meningkat, BB tidak turun. tidak dapat membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat

BAB IV
PEMBAHASAN

kasus :
Tuan A di bawa kepuskesmas kertapati oleh istrinya setelah makan tempe . istri klien
mengatakan bahwa klien muntah 4 jam yang lalu setelah makan tempe bongkrek. kondisi
klien mengalami penurunan kesadaran somnolen, muntah, diare, dehidrasi dan pusing. Dari
hasil pengkajian sementara didapatkan Tekanan darah : 100/60 mmHg , BB : 45 kg (BB
semula 55 kg) Nadi : 67 x/ menit (70-80 x/menit), RR : 23 x/menit (N:16-20x/menit) Suhu :
360C (36,5-37,5 0C) istri klien mengatakan bahwa klien tidak memiliki riwayat elergi
sebelumnya.

Dari kasus tersebut didaptkan tindakan dalam kegawtdaruratan adalah :


1. Airway
Terdapat sumbatan pada jalan nafas oleh sputum/lendir. RR : 23 x/ menit, cepat dan
dangkal
2. Breathing
Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan, Irama pernafasan : cepat, Kedalaman :
dangkal. RR : 23 x/ menit.
19
3. Circulation
Tekanan Darah pasien : 100/60 mmHg (kuat dan regular), Nadi : 67 x/menit, capillary
refill : <2 dtk, EKG menunjukkan sinus bradikardia.
4. Disability
Reaksi pupil kiri/kanan (+) terhadap cahaya, besar pupil kanan 2/kiri 2
5. Tingkat kesadaran somnolen
Intervensi yang bisa dilakukan adalah :
 Jaga kepatenan jalan nafas : buka jalan nafas, suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
 Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas buatan
 Monitor status respirasi : adanya suara nafas tambahan.
 Identifikasi sumber alergi : obat,makan an, dll, dan reaksi yang biasa terjadi
 Monitor respon alergi selama 24 jam
 Ajarkan/ diskusikan dgn klien/keluraga untuk menghindari alergen
 Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
 Pertahankan status hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi
 Kolaborasi dgn Tim medis : pemberian O2, obat bronkhodilator, obat anti allergi,
terapi nebulizer, insersi jalan nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD

20
BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Intoksikasi atau kercunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya.
Keracuanan Makanan adalah penyakit yang tiba – tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi
setelah menelan makanan / minuman yang terkontaminasi.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu

4.2 Saran
Dengan terselesaikannya tugas makalah ini kami berharap para pembaca dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk membuat pembaca lebih mengetahui dan menambah wawasan
tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Keracunan makanan.

21
22

Anda mungkin juga menyukai