Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH DIVERSITY DALAM MASYARAKAT

Diajukan untuk memenuhi tugas KDK Komunitas, Psikososial, dan Budaya

Disusun oleh :

Vira Ramalia Putri 220110170128 Khalishah Salsabila 220110170140


Muntiq Jannatunna`Im 220110170129 Rosdiana Sari 220110170141
Fathi Dieni Hanifah 220110170130 Aliffa Azwadina 220110170142
Muhammad Musthafa Rasyid N.220110170131 Elda Regita Dewi 220110170143
Firmansyah Danukusumah 220110170132 Salma Nadia Hanifa 220110170144
Annisa Nur Syafitri 220110170133 Diani Fahanshah 220110170145
Liza Rizki Amalia 220110170134 Ira Andriani 220110170148
Hilwah Nurul Arafah 220110170135 Clarabelle Puspitadewi Kuncoro 220110170149
Salsa Syifa 220110170136 Rini Lestari 220110170150
Irny Fredlia 220110170137 Fahira Septiani 220110170151
Gerald Betharayoga Gerliandi 220110170138 Ade Haniah Sya`adah Rahmaniah 220110170152
Istikomah 220110170139 Nabila Nur Fadilah Hidayat 220110170153

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat, taufik serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ini sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Dasar Komunitas dan Sosial Budaya yang berjudul “Diversity dalam Masyarakat”.
Dalam kamian karya tulis ini, kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki. Oleh sebab
itu kritikan serta bimbingan yang membangun sangat kami harapkan untuk membuat karya tulis
ini dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Pada kesempatan ini kami akan menyampaikan ucapan terimakasih atas bimbingan serta
bentuan dari berbagai pihak yang turut andil dalam pembuatan karya tulis ini sebagai tugas akhir
mata kuliah Keperawatan Dasar Komunitas dan Sosial Budaya. Harapan kami, semoga
kedepannya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca guna menjadi refensi ataupun
menambah ilmu pengetahuan.

Sumedang, Desember 2018


DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................................ 2
BAB I .............................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 4
1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4
2. Tujuan .................................................................................................................................. 4
3. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
BAB II............................................................................................................................................. 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5
1. Jurnal 1 ................................................................................................................................. 5
2. Jurnal 2 ................................................................................................................................. 6
3. Jurnal 3 ................................................................................................................................. 7
BAB III ......................................................................................................................................... 11
PENUTUP..................................................................................................................................... 11
1. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keragaman atau diversity merupakan suatu keniscayaan yang ada di bumi Indonesia.
Keragaman berarti beraga-ragam yaitu suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat
perbedaaa-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan
keyakinan, ideologi, adat kesoponan serta situasi ekonomi. Selain kebudayaan kelompok suku
bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan
yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada didaerah
tersebut dimana mereka tinggal tersebar dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami
dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervarias, mulai dari pegunungan, tepian hutan,
pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Keanekaragaman kebudayaannya Indonesia
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret
kebudayaan yang lengkap dan bervariasi dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan
politik masyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan
yang dirangkai sejak dulu sehingga menambah ragamnya jenis kebudayaan di Indonesia.

2. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Bangsa Indonesia sebagai bangsa multikultural
2. Untuk mengetahui asal mula keberagaman bahasa di Indonesia
3. Untuk mengetahui masalah-masalah multikultural di Indonesia
4. Untuk menegtahui upaya yang dilakukan untuk memecahakan masalah-masalah terkait
multikultural di Indonesia

3. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Bangsa Indonesia sebagai bangsa multikultural?
2. Bagaimana asal mula keberagaman bahasa di Indonesia
3. Apa saja masalah-masalah multikultural di Indonesia?
4. Apa saja upaya untuk mengatasi masalah-masalah multikultural?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Jurnal 1
Judul : Keragaman Bahasa dan Kesepakatan Masyarakat: Pluralitas dan Komunikasi
Peneliti : James T. Collins
Tahun : 2014
Isi : Jurnal karya James T. Collins yang berjudul Keragaman dan Kesepakatan
Masyarakat: Pluralitas dan Komunikasi membahas tentang keragaman bahasa di Indonesia,
kesepakatan masyarakat di Indonesia dan di dalam penutupnya berisi tentang pentingnya
pluralitas Indonesia, terutama dalam hal diversitas bahasa, untuk memperkuat dan mewarnai
kesepakatan sosial.

Keragaman bahasa di indonesia salah satunya dipengaruhi oleh migrasi manusia purba
yaitu migrasi australo-melanesia dan migrasi austronesia. hal ini didukung oleh penemuan
sejarah seperti lukisan di gua-gua Sulawesi yang diperkirakan berusia 30.000-40.000 tahun yang
lalu. migrasi-migrasi yang dilakukan oleh manusia purba bukan hanya membawa populasi baru
tetapi juga membawa budaya baru. seperti budaya bertani yang dilakukan oleh bangsa austonesia
yang datang ke wilayang nusantara timur dan kemudian berlayar ke taiwan selatan.

Migrasi-migrasi yang dilakukan ini merubah bahasa dan budaya para imigran. budaya
bertani pun juga berubah menyesuaikan dengan keaadaan tanah dan iklim. adapun faktor lain
yang mempengaruhi keragaman bahasa yaitu perpindahan penduduk, geografi nusantara, dan
faktor sosial dan komunikasi. Hampr 10% bahasa di dunia dituturkan di Indonesia.

Migrasi-migrasi tersebut menghasilkan 706 bahasa yang ada di Indonesia. tetapi pola
distribusi 706 bahasa itu tidak merata, semakin ke arah timur semakin banyak bahsa pribumi. hal
ini dianggap sebagai refleksi zona transisi antara 2 keluarga bahasa yaitu keluarga austronesia
dan keluarga papua. jumlah penutur bahasa pun tidak sama msalnya bahasa Jawa yang memlk
84.300.000 penutur.

Dari bukti penemuan sejarah berupa prasat kuno di palembang, dapat dlhat bahwa bahasa
yang dgunakan yang bahasa melayu tetap seiring berjalannya waktu tidak hanya bahsa melayu
yang gunakan melainkan bahasa sanskerta dan bahasa sastra juga menjad bahasa yang banyak
dgunakan oleh kerajaan-kerajaan pada masanya. lambat laun pada abad ke-16 bahasa melayu
sepakat untuk menjad bahasa nusantara.

Namun pada waktu yang sama bahasa melayu danggap sebagai bahasa kokunitas muslim.
Dikotomi persepsi yang dinamis ini telah mencetuskan pengembangan, diversifikasi dan
penyebaran bahasa Melayu selama setengah milenium. Bahkan, sekarang bahasa Melayu telah
disepakati sebagai bahasanasional Indonesia, walau dengan nama lain yang melambangkan
negara Indonesia.

Pada abad ke-17 dokumen, manuskrip dan cetakan memperlihatkan keragaman bahasa
melayu yang kompleks. perbedaan ini dipengaruhi oleh ruang geografi dan sosial. diversitas
bahasa melayu melambangkan jurang sosial dan jarak spasial d nusantara, tap juga menandakan
bahasa melayu yang berstatus kosmopolitan di wilayah itu. Para intelekktuil dan aktivis politik
yang melafalkan Sunpa Pemuda pada tahun 1928 itu berpendidikan Belanda, tetapi bahasa
Belanda tidak mampu menanggung simbolisme nasional, apa lagi menjalankan sebagai bahasa
nasional. Hanya bahasa Melayu yang layak diangkat menjadi bahasa Indonesia--karena sudah
disepakati ratusan tahun sebelumnya.

Berdasarkan bukti-bukti bersejarah yang ditemukan, Indonesia memiliki beragam ortografi


(sistem ejaan) dan juga beragam bahasa. bahasa di Indonesia tidak bisa hanya dikategorikan
menjadi 2 yaitu bahasa Indonesia formal dan Bahasa Indonesia non formal, tetapi Indonesia
memiliki beragam bahasa karena di setiap wilayah di Indonesia akan menggunakan bahasa
Indonesia non formal dengan cara yang berbeda karena dipengaruhi oleh geografi dan budaya
(etnis).

2. Jurnal 2
Jurnal dengan judul Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia di
Tengah Kehidupan Sara dibuat oleh Gina lestari. Dalam jurnal ini memaparkan terkait kajian
mengenai keanekaragaman budaya yang dapat memicu sara dalam kehidupan berbangsa.
Adapun isi dari jurnal ini adalah memaparkan pandangan para ahli terkait Indonesia yang
merupakan bangsa besar dan didalamnya terdapat keberagaman. “Indonesia terdiri atas sejumlah
besar kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing-masing plural (jamak) dan
sekaligus juga heterogen “aneka ragam” (Kusumohamidjojo, 2000:45)”.
Adanya keanekaragaamn yang begitu besar dapat menjadi sebuah potensi untuk membangun
suatu negara multikultural namun disisi lain dapat memicu konflik dan perpecahan.
Kemajemukan masyarakat Indonesia ditandai dengan perbedaan suku bangsa, agama, adat, dan
kedaerahan. Dengan kemajemukan tersebut membuat Indonesia menjadi rama akan koflik dan
salah satu indikasinya adalah dengan mulai banyaknya organisasi baik yang besifat
kemasyarakatan, golongan, profesi, agama dll yang bertindak untuk kepetikan dan tujuan
kelompok dan mengarah pada konflik sara.
Menurut Azra,2004 mengemukakan bawa multikulturalisme adalah landasan budaya yang
terkait dengan pencapaian civility (keadaban), yang amat esensial bagi terwujudnya demokrasi
yang berkeadaban, dan keadaban yang demokratis. Dengan pencapaian civility (keadaban) di
masyarakat, maka akan membentuk kekuatan solidaritas nasional. Azyumardi Azra (dalam
Budimansyah dan Suryadi, 2008: 31) memandang bahwa pembentukan masyarakat multikultural
Indonesia yang sehat tidak bisa secara taken for granted atau trial and error. Harus diupayakan
secara sistematis, programatis, integrated dan berkesinambungan. Seperti dengan pendidikan
multikultural dalam setting pendidikan formal maupun tidak formal.
Kami mencoba memaparkan berbagai pandangan para ahli yang membahas tentang konsep
Indonesia sebagai bangsa yang multikultur. Banyak sekali pandangan para ahli yang membahas
mengenai keragaman. Dari pandangan-pandangan tersebut disimpulkan bahwa negara dengan
keragaman rentan terjadi konflik, maka dibutuhkan kesadaran dari masyarakat negara itu sendiri
untuk saling menghargai, toleransi, dan merawat keragaman tersebut.
Pilar-pilar kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang memiliki keanekaragaman yaitu
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Dalam mewujudkan negara yang
sejahtera, rukun, aman, dan saling menghormati, masyarakat harus sadar akan 4 pilar-pilar
tersebut. Selain itu, diperlukan juga kebijakan untuk menghindari terjadinya konflik bernuansa
SARA di masyarakat.
Masyarakat Indonesia telah lama menyadari akan kemajemukan, multietnik dan multi-agamanya,
maka Bhineka Tunggal Ika menjadikan pemersatu diantara masyarakat Indonesia yang berbeda.
Namun hal ini harus didukung oleh kesadaran kita sebagai masyarakat Indonesia untuk
mewujudkannya.

3. Jurnal 3

PROBLEMATIKA KERAGAMAN KEBUDAYAAN DAN ALTERNATIF PEMECAHAN


(Perspektif Sosiologi)

Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia biasa disebut dengan
masyarakat 7ndicator777l. Dibutuhkan orang-orang yang mampu berkomunikasi antar budaya,
memiliki pengetahuan tentang perbandingan pola-pola budaya dan komunikasi lintas budaya
pada kondisi seperti ini.
Definisi kebudayaan secara 7 ndicator 7 7 adalah Cultuur ( 7 ndica Belanda), Culture
(7ndica Inggris), Colere (7ndica Latin), yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan
mengembangkan. Menurut E. B. Taylor, seorang antropologi Inggris kebudayaan merupakan
“That complex whole which includes knowledge, believe, art, morals, law, custom and any other
capabilities and habits acquired by man as member of society.”
Estetika dalam berbudaya dapat dikatakan sebagai teori keindahan atau seni. Estetika
berkaitan dengan hal yang indah-jelek serta bersifat subjektif dan 8ndicator8. Oleh karena itu,
setiap manusia (individu atau masyarakat) perlu untuk menghargai keindahan budaya yang
dihasilkan manusia lainnya.
Berikut beberapa problematika kebudayaan. Pertama, penyebaran kebudayaan dapat
menimbulkan masalah seperti unsur budaya yang di tanah asalnya tidak berbahaya dapat
berbahaya bagi masyarakat yang didatangi. Kedua, perubahan kebudayaan dapat berdampak
buruk atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan di luar
kendali manusia. Ketiga, pewarisan kebudayaan dapat memunculkan masalah seperti munculnya
budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.
Kebudayaan mengalami evolusi berlangsung sesuai dengan perkembangan budi daya
atau akal pikiran manusia menghadapi tantangan hidup dari waktu ke waktu, juga dipengaruhi
oleh tantangan, lingkungan dan kemampuan intelektual. Kemudian peradaban bangsa ini
semakin berkembang dengan masuknya pengaruh Islam dan masuknya peradaban bangsa Barat,
termasuk agama Kristen dan Katolik, dan juga dipengaruhi oleh kemajuan komunikasi dan
informasi.
Menurut Elly M. Setiadi mengutip dari Van de Berghe menjelaskan bahwa masyarakat
memiliki sifat-sifat dasar yaitu : Pertama, adanya segmentasi kelompok dimasyarakat. Kedua,
adanya struktur 8ndica dalam lembaga-lembaga yang bersifat nonkomplementer. Ketiga, kurang
pengembangan consensus pada masyarakat tentang dasar dari nilai-nilai social. Keempat, secara
8ndicato terjadi konflik antar kelompok masyarakat dan ada integritas 8ndica yang tumbuh atas
keterpaksaan dan ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kelima, adanya dominasi politik oleh
suatu kelompok atas kelompok yang lain.
Konflik terdiri atas dua fase, yaitu disharmoni dan disintegrasi, dimana disharmoni
adanya perbedaan tujuan, nilai, norma dan tindakan antar kelompok. Disintegrasi fase dimana
sudah tidak dapat disatukan lagi pandangan nilai, norma, dan tindakan antar kelompok yang
menyebabkan pertentangan antar kelompok. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran untuk
menghargai, menghormati serta menegakkan prinsip kesetaraan antar masyarakat tersebut agar
senantiasa saling mengenal, mengahayati dan saling berkomunikasi.
Kemudian adalah kesetaraan yang dapat dimaknai dengan adanya persamaan kedudukan
manusia, hak dan kewajiban sebagai sesame manusia. Adapun 9ndicator kesederajatan adalah
adanya persamaan derajat dilihat dari agama, ras, suku bangsa, gender, dan golongan. Kemudian,
persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan dan penghidupan yang layak. Kemudian, adanya
persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota masyarakat.
Diskriminasi merupakan tindakan melanggar Hak Asasi Manusia (HAM) yang
merupakan bentuk ketidakadilan dan sangat tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Maka
dari itu diskriminasi perlu dihapuskan dari kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara dan
perlunya penekanan dan penghapusan praktik-praktik diskirminasi melalui perlindungan dan
penegakan HAM disetiap ranah kehidupan manusia. Bangsa Indonesia memiliki komitmen
Undang-undang no.39 tahun 1999 tentang HAM, dengan begitu pemerintah wajib dan
bertanggung jawab menghormati, menegakkan, melindungi, dan memajukan hak asasi manusia,
disisi lain masyarakat berhak untuk berpartisipasi dan hal tersebut.
Konvensi Internasional membahas tentang penghapusan diskriminasi terhadap setiap
individu baik laki-laki maupun pada perempuan dari Undang-undang no.7 tahun 1984 yang
sesuai dengan CEDAW/International convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Woman. Lalu undang-undang nomor 29 tahun 1999 adalah contoh
ratifikasi atas konvensi internasional tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial. Lalu
ada Keppres nomor 56 tahun 1996 dan Instruksi Presiden nomor 4 tahun 1999 tentang
penghapusan diskriminasi rasial, kemudian UU nomor 23 tahun 2002, UU nomor 23 tahun 2004
tentang penghapusan KDRT. Kedua sumber hokum tersebut sebagai langkah awal dalam
menghapus praktik diskriminatif pada ranah kehidupan dan berkeluarga.
Alternatif pemecahan masalah keanekaragaman dan perubahan kebudayaan terbagi
menjadi 4 poin, yaitu : Pertama, Konflik antar etnis yang dimana adanya tolak-menolak
(konfrontasi) jika tidak saling menerima, kemudian adanya asimilasi apabila dapat saling
menerima sehingga muncul kebiasaan baru dimasyarakat tersebut, kemudian akulturasi yang
dimana antar pihak saling bertukar unsur sehingga akan harmonis dan saling menyesuaikan diri.
Kedua, konflik antar agama dimana agama merupakan unsur perekat yang dapat menimbulkan
keharmonisan ataupun perpecahan, maka dari itu diperlukan toleransi antar umat beragama dan
membiarkan orang lain beribadah sesuai dengan agamanya. Ketiga, konflik mayoritas dengan
minoritas yang dimana konflik ini sering terjadi erat kaitannya dengan kekuasaan. Akibatnya
etnis yang minoritas merasa tertindas, maka dari itu diperlukan rasa saling menghargai antar
etnis atas perbedaan yang ada karena perbedaan adalah sebuah anugerah bukan musibah.
Keempat, konflik antar pribumi dengan nonpribumi, Indonesia sangat berpotensi dalam
mengalami konflik ini maka dari itu diperlukan toleransi antar suku bangsa, agama, dan antar
golongan dan harus dikembangkan keharmonisannya.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Keberagaman masyarakat adalah sesuatu yang harus dipandang sebagai fitrah.


Keberagaman Indonesia dipengaruhi oleh migrasi manusia purba yaitu migrasi
australomelanesia dan migrasi austronesia. Bhinneka Tunggal Ika memiliki peranan penting
dalam pengembangan multikulturalisme. Harus ada kesadaran dari masyarakat untuk saling
menghargai, toleransi, dan merawat keragaman tersebut untuk mewujudkan Negara yang
sejahtera, rukun, aman, dan saling menghormati.
Komunikasi secara efektif dalam masyarakat multicultural sangat penting untuk
mengatasi problematika problematika yang ada. Ada lima unsur penting, yakni pertemuan
berbagai kultur dalam waktu dan tempat tertentu; pengakuan terhadap multikulturalisme dan
pluralisme; serta perubahan perilaku individu. Proses dan praktik komunikasi antar budaya
maupun lintas budaya yang efektif sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan seseorang
tentang jenis, derajat dan fungsi, bahkan makna perbedaan antar budaya. Semakin tinggi
tingkat pengetahuan sosial budaya seseorang tentang perbedaan varian pola-pola budaya,
semakin besar pula peluang untuk dapat berkomunikasi antar budaya.
Daftar Pustaka

Collins, J. T. (2014). Keberagaman Bahasa dan Kesepakatan Masyarakat: Pluralitas dan Komunikasi.
Jurnal Dialektika, 1(2), 150-180.
Lestari, G. (2015). Bhinnekha tunggal ika: Khasanah multikultural Indonesia di tengah kehidupan sara.
Jurnal Pendidikan dan Kewarganegaraan, 28(1), 31-37.
Ridwan. (2015). Problematika keragaman kebudayaan dan alternatif pemecahan. Jurnal Madaniyah, 2(9),
254-270.

Anda mungkin juga menyukai