Anda di halaman 1dari 4

Essay analisis masalah tentang kondisi internasionalisasi di kalangan mahasiswa FK di

Indonesia dan solusinya

“Indonesia sedang tidak baik-baik saja” Itulah selintas kalimat yang terlintas di benak
saya setelah membaca dan menerka beberapa referensi yang saya baca. Sejarah mengatakan
kelompok pertama yang memiliki semangat nasionalisme tinggi adalah para dokter, tak khayal
banyak pahlawan nasional yang latar belakang nya adalah seorang dokter, sebut saja dr.
Soetomo yang dikenal sebagai tokoh pendiri Budi Utomo, organisasi pergerakan yang pertama
di Indonesia, tokoh lainnya seperti dr. Wahidin Soedirohusodo berperan dalam masyarakat
terhadap pentingnya pengajaran dan juga kesehatan. Tentunya masih banyak pahlawan kita
yang backgorundnya seorang dokter. Pada waktu itulah cerminan kekuatan pergerakan
mahasiswa kedokteran Indonesia menunjukan jati diri yang sesungguhnya sebagai ujung
tombak dan garda terdepan dalam memerjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka bukan
hanya memikirkan kebermanfaatan gelar dokter tetapi juga menjadi warga negara yang ikut
aktif dalam kesejahteraan bangsanya.
Zaman dahulu tentunya sangat berbeda dengan zaman modern seperti sekarang, bahkan
julukan mahasiswa kedokteran sebagai motor penggerak mahasiswa lainnya di Indonesia
sekarang berbanding terbalik ketika kita lebih mawas diri terhadap penilaian masyarakat.
Apatis, eksklusif, kemewahan, egois, individualis serta study oriented, mungkin inilah
gambaran atau paradigma masyarakat luas bahkan dari fakultas lain terkait kondisi mahasiswa
kedokteran sekarang. Mungkin sifat-sifat seperti inilah yang turut berperan dalam menurunnya
minat para mahasiswa mengembangkan relasi atau kapabilitasnya sebagai mahasiswa fakultas
kedokteran baik itu melalui long life learning maupun mengikuti organisasi baik skala nasional
maupun internasional. Kegiatan mahasiswa saat ini telah berubah menjadi kegiatan organisasi
yang hanya sebatas event organizer tanpa mengetahui faedahnya dan dampak kelanjutan yang
bisa diberikan kepada masyarakat luas.

Rutinitas yang sempit dan ajeg inilah yang membuat daya saing mahasiswa Indonesia
kalah saing bahkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal-hal
demikian tentunya akan berdampak pada buruknya mutu Pendidikan dan juga lulusan yang
tidak sesuai kompetensinya. Padahal ditengah era industry 4.0 yang menuntut diciptakannya
lulusan dokter professional baik saat praktek maupun hubungan dengan masyarakat
menjadikan semakin pentingnya untuk meningkatkan kualitas diri kita, tentunya harus selaras
dengan spesifikasi internasional sehingga kita tidak lagi takut bersaing menghadapi era
globalisasi seperti sekarang ini.
Namun secara realnya dilapangan, banyak sekali mahasiswa yang masih berada di zona
nyamannya, tidak mau mengambil risiko untuk menggapai potensi yang ada dalam dirinya.
Sejatinya mahasiswa mempunyai peran sebagai agen perubahan (agent of change), cadangan
masa depan (iron stock). Banyak sekali faktor yang menghambat mahasiswa sekarang untuk
mengikuti atau terlibat aktif dalam event atau pertemuan skala internasional , yang seharusnya
dengan kegiatan tersebut mereka bisa selangkah lebih maju, dari sudut pandang sempit
kemauan atau niat dari mahasiswa berperan besar dalam menentukan potensi dirinya kedepan,
relasi informasi yang didapat, dukungan dari teman-teman sebaya, dan lain sebagainya.
Permasalahan yang lebih besar juga berperan dalam kegiatan internasionalisasi
mahasiswa FK di Indonesia, pertama adalah kualitas penyelenggaran Lembaga penyedia
Pendidikan FK/ Universitas. Kaitannya yaitu tata kelola administrasi yang buruk akan
berdampak juga terhadap efektivitas kegiatan mahasiswa dalam mengembangkan soft skillnya
baik itu mencakup perizinan, pendanaan dan regulasi lainnya yang menyangkut event
internasional. Kualitas Perguruan tinggi juga berperan dalam mengelola administrasi/iptek
misalnya saja perguruan tinggi dengan akreditasi C yang akan berefek terhadap kemudahan
proses perizinan untuk mengikuti event internasional.
Sumber daya yang berkualitas tampaknya menjadi permasalahan juga. Faktor yang
kedua ini menunjukan bahwa banyak mahasiswa yang minder duluan sebelum bertanding,
padahal kita tidak akan pernah maju ketika kita belum memulainya, sehingga banyak
mahasiswa yang tidak berani untuk mengikuti recruitment event internasional. Hal ini menjadi
PR bagi organisasi-organisasi mahasiswa kedokteran untuk meningkatkan mentalitas dan
kepercayaan diri mahasiswa, karena kebutuhan tenaga medis yang terampil dan berkompeten
menjadi dasar utama untuk survive di era sekarang. Selain itu ketika SDM tidak mendukung,
produktivitas dalam berkarya atau berinovasi juga berkurang sehingga sulit sekali jika
memaksakan bersaing dalam recruitment event atau kejuaran internasional.
Permasalahan klasik yang tersering adalah masalah biaya, kendala finansial
menjadi masalah utama bagi mahasiswa dari keluarga miskin untuk mengembangkan soft
skillnya hingga ke luar negeri, seharusnya mahasiswa lebih berpikir kritis tidak menjadikan hal
ini menjadi hambatan utama karena banyak sekali kegiatan internasional yang sifatnya fully
funded. Selain itu pemerintah sudah mengucurkan biaya tinggi untuk menyediakan beasiswa,
sektor swasta juga telah banyak berpartisipasi memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang
kompetensi dan kapabilitasnya tinggi.
Kompleks sekali jika membahas masalah yang ada dalam system Pendidikan Indonesia
sekalipun memang beberapa sector juga terus memperbaiki kualitasnya. Dalam hal
internasionalisasi mahasiswa ini memang sangatlah penting dalam menunjang dan
mengembangkan soft skill, sehingga nantinya menjadi lulusan yang sudah siap turun ke
lapangan dengan segala tantangannya. Sudah saatnya sebagai mahasiswa kedokteran aktif
berdiskusi, berorganisasi dan bersosialisasi, Mahasiswa harus dapat berkolaborasi dengan
berbagai pihak sebagai bagian pembelajaran untuk menjadi seorang dokter yang kompeten.
Sudah saatnya mengembalikan Lembaga mahasisa kedokteran yang semual hanya menjadi
event organizer menjadi wadah untuk pembentukan karakter mahasiswa. Sudah saatnya
mengembalikan paradigma mahasisw akedokteran seperti zaman dahulu kala, mahasiswa
sebagai agent of change yang aktif berperan, dan juga dapat intervensi secara menyeluruh
terhadap permasalahan kesehatan bangsa Indonesia.
Mahasiswa kedokteran di seluruh Indonesia harus segera membuka mata dan
pikirannya akan pentingnya internasionalisasi dalam era sekarang ini. Tugas kita bukan hanya
berkutat dalam ruang lingkup akademis saja tetapi juga berperan dalm menciptakan solusi demi
kesejahteraan kesehatan rakyat Indonesia. Rendahnya mutu Pendidikan kita menuntut untuk
selalu berubah kearah yang posisitf, fokus pada bakat dan minat masing-masing sehingga dapat
menghadapi masyarakat internasional lainnya. Solusi yang dapat dipertimbangkan dalam
mengatasi masalah internasionalisasi yang ada di FK seluruh Indonesia adalah :
1. Meningkatkan program pembinaan bagi mahasiswa agar dapat menambah wawasan,
pengalaman mengenai pentingnya dunia internasionalisasi.
2. Mengembangkan system yang terkoneksi dengan asosiasi perkumpulan mahasiswa
sedunia sehingga dapat saling bertukar informasi, bahasa, budaya. dan sharing atau diskusi
mengenai masalah yang perlu diselesaikan Bersama.
3. Penyediaan bantuan/ hibah dana operasional internasional
4. ISMKI sebagai wadah komunitas mahasiswa kedokteran seluruh Indonesia harus
turut mengambil peran serta tanggung jawab dalam berbagai upaya meningkatkan
pengembangan pengetahuan di bidang kedokteran melalui pengiriman delegasi-delegasi ke
seluruh belahan dunia.

langkah-langkah strategis untuk menghadapi 7 kendala di atas yaitu membangun


komitmen dan merumuskan kebijakan; penguatan sarana-prasarana sesuai standar
internasional; mengembangkan model kerja sama dan jejaring yang berkelanjutan;
memperkuat sistem informasi yang terintegrasi; meningkatkan efisiensi dan efektifitas
birokrasi; meningkatkan kualitas, kuantitas dan sinergisitas SDM; serta mengeksplorasi dan
mengoptimalkan sumber dana.

Anda mungkin juga menyukai