Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Nasionalisme

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme diartikan sebagai paham
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut,
ada dua kalimat yang dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang nasionalisme,
yaitu
1. nasionalisme adalah sebuah paham (ajaran).
2. nasionalisme mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri.

Nasionalisme di Indonesia

Setelah kita mengetahui bahwa nasionalisme merupakan sebuah paham, maka paham
tersebut harus dianalisis apakah cocok diterapkan di Indonesia atau tidak? Bila dilihat
dari isinya, maka nasionalisme adalah sebuah paham yang cocok untuk diterapkan di
Indonesia.

Alasannya, paham nasionalisme ini sangat mendukung sila ketiga Pancasila yaitu,
Persatuan Indonesia dan butir-butir pengamalannya yang terdiri dari :
1. mampu menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
golongan;
2. sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan;
3. mengembangkan rasa cinta kepada tanah air Indonesia;
4. mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia;
5. memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial;
6. mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika;
7. memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa;

Berdasarkan uraian tersebut, maka kita bisa membuat pengertian nasionalisme lebih
terperinci menjadi sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mampu
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan,
sanggup rela berkorban, memiliki rasa cinta tanah air dan kebanggaan menjadi suatu
bangsa tertentu dengan tetap memelihara ketertiban dunia demi mengembangkan dan
memajukan persatuan dan kesatuan bangsa.

Menanamkan Nasionalisme di Indonesia

Nasionalisme adalah sebuah paham yang cocok diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu,
perlu adanya upaya untuk menanamkan nasionalisme dalam hati dan pikiran semua
bangsa Indonesia yang dapat dilakukan melalui :

1. Memasukkan nasionalisme dalam pelajaran di sekolah maupun perkuliahan;


2. Menayangkan acara televisi yang dapat meningkatkan semangat nasionalisme;
3. Mendorong pelaku usaha melalui pelatihan dan pembinaan untuk meningkatkan
kualitas produk dalam negeri sehingga masyarakat Indonesia tertarik membeli,
menggunakan dan bangga menggunakan produk dalam negeri tersebut;
4. Memberikan teladan kepada masyarakat melalui kepemimpinan pejabat pemerintah
yang memiliki semangat nasionalisme;

Dengan menanamkan nasionalisme dalam hati dan pikiran semua bangsa Indonesia,
maka diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki persatuan dan
kesatuan bangsa yang kuat, memiliki pemikiran-pemikiran cerdas dan unggul untuk
memajukan Indonesia.

Nasionalisme Ekstrem

Nasionalisme adalah sebuah paham yang bersifat positif dan sesuai dengan Pancasila.
Namun, apabila dalam pelaksanaannya tidak memperhatikan keseimbangan antara hak
dan kewajiban maka akan lahir nasionalisme ekstrem, yaitu :

1. Chauvinisme
Chauvinisme adalah sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa
dan negaranya sendiri dengan cara mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan
bangsa lain. Berdasarkan pengertian tersebut, chauvinisme memiliki persamaan dengan
nasionalisme yaitu sama-sama mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan
negaranya sendiri.

Namun, terdapat perbedaan yang besar antara chauvinisme dan nasionalisme yaitu
dalam tindakan, ucapan atau sikap yang ditunjukkan dalam mencintai bangsa dan
negaranya tersebut. Orang yang menganut paham Chauvinisme akan berusaha mencintai
dan memajukan bangsa dan negaranya walaupun dengan cara menindas bangsa dan
negara lain, serta terlalu berlebihan dalam membanggakan bangsa dan negaranya,
sehingga menganggap bangsa dan negara lain lebih rendah martabatnya.

2. Fasisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasisme adalah paham golongan
nasionalis esktrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Berdasarkan pengertian
tersebut, artinya fasisme memiliki keterkaitan dengan nasionalisme. Keterkaitan antara
fasisme dan nasionalisme, yaitu sama-sama sebagai paham yang dilandasi rasa cinta
terhadap bangsa dan negaranya sendiri.

Namun, terdapat perbedaan besar antara fasisme dan nasionalisme, yaitu dalam
mengungkapkan rasa cintanya, orang yang menganut fasisme menggunakan paksaan
agar masyarakat mencintai bangsa dan negaranya sedangkan nasionalisme
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mencintai bangsa dan negaranya.

Paksaan yang dilakukan oleh orang yang menganut fasisme diwujudkan melalui
kepemimpinan seseorang yang bersifat otoriter dan absolut. Kekuasaan harus dipegang
oleh satu orang (pemusatan kekuasaan) serta segala perintah yang dikeluarkan harus
dipatuhi oleh semua masyarakat tanpa terkecuali.

Apabila ada masyarakat yang tidak mematuhi peraturan, maka ia akan dianggap sebagai
musuh, sehingga dalam fasisme identitas harus seragam (harus sama mengikuti
perintah) dan musuh negara itu tidak hanya berasal dari luar akan tetapi dari
dalam (masyarakat itu sendiri bisa dianggap sebagai musuh).

Pengertian Integritas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas diartikan sebagai keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan
memancarkan kewibawaan. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua kalimat yang
dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang Integritas, yaitu:

1. Integritas adalah keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh.


Bila kita cermati kalimat ini, maka kita akan mengetahui bahwa integritas tercipta dari
dua unsur atau lebih yang membentuk suatu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur tersebut
bisa berupa apa saja tergantung dari kata integritas dilekatkan.

Bila kata integritas dilekatkan dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
maka unsur-unsur tersebut bisa berupa masyarakat dari dua suku atau lebih yang
berbeda yang membentuk suatu kesatuan utuh dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

2. Integritas bertujuan agar unsur-unsur yang membentuk suatu kesatuan


utuh tersebut dapat memiliki potensi dan kemampuan memancarkan
kewibawaan.
Bila kita cermati kalimat ini, maka kita akan mengetahui bahwa inti tujuan dari integritas
yaitu membawa kebaikan atau nilai-nilai positif bagi unsur-unsur yang membentuk suatu
kesatuan yang utuh tersebut.

Integritas di Indonesia

Setelah kita mengetahui pengertian tentang Integritas, maka kita akan hubungkan
integritas tersebut dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Integritas dapat
menyatukan keanekaragaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia.

Suku-suku yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: suku Sunda, suku
Batak, suku Madura, suku Bugis, suku Betawi, suku Baduy, suku asmat, Suku dani, Suku
Ambon, suku Minangkabau, dan lain-lain.

Agama yang tersebar di Indonesia, yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Ras yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya
yaitu: ras Melayu Mongoloid, ras Weddoid, ras Negroid, ras Papua Melanezoid

Budaya yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: tari daerah, lagu daerah
dan bahasa daerah. Bahasa yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya
yaitu: bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Betawi, bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa
Melayu, dan lain-lain.

Keanekaragaman unsur-unsur yang terdapat di wilayah Indonesia harus disatukan dalam


suatu bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semboyan Bhineka Tunggal Ika
(berbeda-beda tapi satu tujuan) sehingga tercipta Integritas (kesatuan yang utuh) yang
dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan Pancasila.

Demikian rangkuman materi tentang Integritas, semoga dapat menambah wawasan dan
kesiapan dalam menghadapi tes CPNS terutama tes CPNS tahun ini yang banyak terdapat
tipe soal HOTS

Pengertian Bela Negara

Berdasarkan penjelasan pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, disebutkan bahwa bela negara adalah sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara.

Adapun berdasarkan Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang


Pengelolaan Sumber Daya Nasional Untuk Pertahanan Negara, disebutkan bahwa bela
negara adalah tekad, sikap, dan perilaku, serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsung hidup bangsa Indonesia
dan Negara dari berbagai ancaman.

Bila kita perhatikan, pengertian bela negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2019 adalah penyempurnaan dari pengertian bela negara berdasarkan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2002. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini kita akan
menggunakan pengertian bela negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2019.

Untuk mempermudah pemahaman tentang pengertian bela negara, maka kita akan bagi
pengertian bela negara tersebut kedalam lima bagian, yaitu:
1. Pelaksanaan Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, bela negara dilaksanakan melalui (a) tekad, (b) sikap
(c) perilaku, dan (d) tindakan untuk melaksanakan bela negara.
2. Subjek Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, subjek atau pelaku bela negara adalah warga negara,
baik perseorangan maupun kolektif.
3. Tujuan Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, tujuan bela negara adalah
a. menjaga kedaulatan negara;
b. keutuhan wilayah;
c. keselamatan bangsa dan negara;
d. menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia dari berbagai ancaman.
4. Motif Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, motif warga negara mau melaksanakan bela negara
karena kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Landasan Pelaksanaan Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, landasan pelaksanaan bela negara adalah Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Keikutsertaan Warga Negara dalam Bela Negara

Sebagaimana diketahui sebelumnya, bahwa bela negara dilaksanakan melalui tekad,


sikap, perilaku dan tindakan untuk melaksanakan bela negara. Adapun tekad, sikap,
perilaku dan tindakan tersebut, secara nyata diwujudkan melalui keikutsertaan warga
negara dalam upaya bela negara yang meliputi
a. pendidikan kewarganegaraan;
b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c. pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau wajib;
dan
d. pengabdian sesuai dengan profesi.

Pendidikan Kewarganegaraan
Salah satu bentuk nyata pelaksanaan bela negara yaitu keikutsertaan warga negara dalam
pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan tersebut dilakukan melalui
pembinaan kesadaran bela negara dalam tiga ruang lingkup:
a. pendidikan,
b masyarakat, dan
c. pekerjaan.

Pada ruang lingkup pendidikan, pembinaan kesadaran bela negara dilakukan pada setiap
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan dalam suatu kesatuan sistem pendidikan nasional.
Sasaran dari pembinaan ini adalah siswa/siswi, mahasiswa/mahasiswi atau pelajar di
sekolah atau kampus.

Pada ruang lingkup masyarakat, pembinaan kesadaran bela negara ditujukan kepada
warga negara yang meliputi
1. tokoh agama;
2. tokoh masyarakat;
3. tokoh adat;
4. kader organisasi masyarakat;
5. kader organisasi komunitas;
6. kader organisasi profesi;
7. kader partai politik; dan
8. kelompok masyarakat lainnya.
Catatan:
Yang dimaksud dengan kelompok masyarakat lainnya diantaranya kader organisasi
pemuda dan kader organisasi mahasiswa.

Pada ruang lingkup pekerjaan pembinaan kesadaran bela negara ditujukan kepada warga
negara yang bekerja pada
1. lembaga negara;
2. kementerian/ lembaga pemerintah non kementerian/ pemerintah daerah;
3. Tentara Nasional Indonesia;
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. badan usaha milik negara/ badan usaha milik daerah;
6. badan usaha swasta;
7. badan lain sesuai ketentuan perundang-undangan;
Catatan:
Yang dimaksud dengan badan lain diantara yaitu yayasan dan koperasi.

Nilai Dasar Bela Negara

Berdasarkan pasal 7 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019,
disebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan dilakukan melalui pembinaan
kesadaran bela negara yang bertujuan untuk menanamkan nilai dasar bela negara.
Adapun nilai dasar bela negara yaitu
1. cinta tanah air;
2. sadar berbangsa dan bernegara;
3. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
4. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. kemampuan awal bela negara.

Pelatihan Dasar Kemiliteran secara Wajib

Bentuk nyata lainnya dalam pelaksanaan bela negara adalah mengikuti pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib hanya diberlakukan
bagi warga negara yang telah memenuhi persyaratan sebagai calon komponen cadangan.
Adapun syarat menjadi calon komponen cadangan yaitu
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. berusia minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun;
4. sehat jasmani dan rohani;
5. tidak memiliki catatan kriminalitas yang dikeluarkan secara tertulis oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
6. lulus seleksi administratif; dan
7. lulus seleksi kompetensi.

Pengabdian sebagai Prajurit TNI secara Sukarela atau Wajib

Selain pendidikan kewarganegaraan dan pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,


bentuk nyata lainnya dalam pelaksanaan bela negara adalah melakukan pengabdian
sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib.

Bentuk pelaksanaan bela negara sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dapat
dilakukan oleh warga negara dengan mendaftar sebagai prajurit TNI dan lolos
serangkaian seleksi.

Pengabdian sesuai dengan Profesi

Bentuk nyata lainnya yang dapat dilakukan oleh warga negara dalam pelaksanaan bela
negara yaitu pengabdian sesuai dengan profesi. Apa yang dimaksud dengan pengabdian
sesuai dengan profesi?

Pengabdian sesuai dengan profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai
profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negara, termasuk dalam menanggulangi
dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana
lainnya.

Peringatan Hari Bela Negara

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara, telah
diputuskan bahwa hari bela negara diperingati setiap tanggal 19 Desember. Adapun
alasan penentuan tanggal tersebut, yaitu untuk memperingati dibentuknya
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dalam rangka mengisi kekosongan
kepemimpinan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hubungan Bela Negara dengan Pertahanan Negara

Hubungan antara bela negara dengan pertahanan negara yaitu bela negara merupakan
salah satu upaya dalam rangka pertahanan negara.
Pengertian Pancasila

Pancasila secara bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata panca
yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sehingga secara bahasa Pancasila berarti
lima dasar. Adapun secara istilah (terminologi), Pancasila berarti lima dasar (lima sila)
yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Adapun lima sila tersebut terdiri dari
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

45 Butir Pengamalan Pancasila

Dalam uraian sebelumnya, telah dibahas bahwa Pancasila merupakan pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Adapun dalam
pelaksanaannya, lima sila yang terkandung dalam Pancasila diperinci menjadi 45 butir
pengamalan Pancasila, yaitu sebagai berikut

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila diperinci menjadi tujuh butir pengamalan Pancasila:


a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia mempercayai bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu ada;
2) bangsa Indonesia menolak pemikiran yang menyatakan bahwa Tuhan Yang Maha Esa
itu tidak ada (ateis);
3) bangsa Indonesia menunjukkan ketaqwaannya dengan melaksanakan segala perintah-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

b. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) dalam melaksanakan segala perintah dan larangan-Nya, bangsa Indonesia memiliki
landasan masing-masing sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut;
2) Meskipun agama dan kepercayaan yang dianut berbeda-beda, dalam pelaksanaannya
bangsa Indonesia tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) meskipun agama dan kepercayaan yang dianut berbeda-beda, tiap-tiap penganutnya
saling menghormati antar satu sama lain;
2) meskipun agama dan kepercayaan yang dianut berbeda-beda, tiap-tiap penganutnya
bekerjasama dalam menciptakan kondisi yang aman dan tentram.

d. Membina kerukunan hidup diantara sesama umat beragama dan kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) sesama umat beragama harus saling menghargai dalam rangka menciptakan
kerukunan hidup;
2) sesama umat beragama tidak boleh saling mengganggu sehingga menciptakan konflik.

e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) Tidak boleh ada seorang pun yang memaksakan kehendak kepada orang lain untuk
menganut suatu agama atau kepercayaan tertentu;
2) agama dan kepercayaan merupakan hak pribadi setiap orang yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai


dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Butir pengamalan Pancasila ini
memiliki arti bahwa
1) tiap-tiap pemeluk agama memiliki hak untuk mendapatkan kebebasan menjalanakan
ibadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing.
2) tiap-tiap pemeluk agama memiliki kewajiban untuk menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing.

g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1). pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi kebebasan tiap-tiap orang untuk
menganut suatu agama dan kepercayaannya tanpa ada paksaan dari pihak manapun;
2) setiap orang memiliki kewajiban untuk menghormati hak pribadi dalam menganut
suatu agama dan kepercayaan masing-masing.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila kedua Pancasila ini diperinci menjadi sepuluh butir pengamalan Pancasila:
a. mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti
bahwa
1) bangsa Indonesia mengakui bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang
wajib dijunjung tinggi oleh siapapun tanpa terkecuali;
2) bangsa Indonesia memiliki kewajiban untuk menghormati dan menghargai harkat dan
martabat setiap orang karena merupakan anugerah yang melekat sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa;

b. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membedakan suku, keturunan agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia mengakui bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban asasi
yang sama;
2) bangsa Indonesia menolak adanya diskriminasi berdasarkan unsur tertentu seperti
suku, ras, agama, dan sebagainya.

c. mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. Butir pengamalan Pancasila


ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia harus saling mencintai tanpa membedakan suku, agama, ras, dan
sebagainya;
2) bangsa Indonesia tidak boleh saling membenci karena adanya perbedaan suku, agama,
ras, dan sebagainya.

d. mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. Butir pengamalan
Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia harus saling memahami perasaan serta tidak boleh menyakiti satu
sama lain.
2) bangsa Indonesia harus saling toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;

e. mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain. Butir pengamalan


Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia tidak boleh bertindak sesuka hati sehingga melanggar hak orang lain
2) bangsa Indonesia harus mematuhi aturan yang berlaku dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara.

f. menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki


arti bahwa
1) bangsa Indonesia merupakan bangsa yang beradab dengan menunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan;
2) bangsa Indonesia menolak adanya penjajahan, perbudakan, maupun perdagangan
manusia.

g. gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti
bahwa
1) bangsa Indonesia memiliki rasa empati/kepedulian untuk membantu sesama manusia;
2) bangsa Indonesia senang untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
kemanusiaan.

h. berani membela kebenaran dan keadilan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti
bahwa
1) bangsa Indonesia menjunjung tinggi penegakan hukum;
2) bangsa Indonesia menolak adanya ketidakadilan dalam penegakan hukum.

i. bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia membuka diri untuk menjadi anggota/bagian dari perkumpulan,
asosiasi maupun organisasi antar bangsa.
2) bangsa Indonesia memiliki kepedulian untuk membantu bangsa lain yang sedang
membutuhkan;

j. mengembangkan sikap hormat menghormat dan bekerjasama dengan bangsa


lain. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1). bangsa Indonesia menghormati kedaulatan bangsa lain;
2). bangsa Indonesia membuka diri untuk melakukan kerjasama dengan bangsa lain, baik
bilateral maupun multilateral dalam bidang ekonomi, sosial, dan sebagainya.

3. Persatuan Indonesia

Sila ketiga Pancasila diperinci menjadi tujuh butir pengamalan Pancasila:


a. mampu menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
golongan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia menolak sikap egois yang hanya mementingkan kepentingan pribadi
dan golongan saja;
2) bangsa Indonesia menjunjung tinggi persatuan, kesatuan, kepentingan serta
keselamatan bangsa;

b. sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia sanggup untuk mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan
bangsa dan negara apabila diperlukan;
2) bangsa Indonesia sanggup untuk mencurahkan waktu, tenaga, harta dan pikirannya
untuk kemajuan Indonesia.

c. mengembangkan rasa cinta kepada tanah air Indonesia. Butir pengamalan Pancasila
ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia memiliki jiwa nasionalisme kepada bangsa dan negaranya;
2) bangsa Indonesia menjaga kelestarian alam dan tidak melakukan pencemaran
lingkungan hidup yang dapat mengotori tanah air Indonesia.

d. mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia. Butir


pancasila ini memliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia bangga dengan keanekaragaman bahasa dan budaya yang
dimilikinya;
2) bangsa Indonesia berusaha untuk mempromosikan bahasa dan budaya yang
dimilikinya agar di kenal di dunia internasional;
3) bangsa Indonesia bangga menggunakan produk-produk dalam negeri Indonesia.
e. memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia berpartisipasi dalam memelihara ketertiban dunia;
2) bangsa Indonesia mengecam negara yang melakukan penjajahan kepada negara lain;

f. mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar bhinneka tunggal ika. Butir


pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) meskipun Indonesia terdiri dari berbagai suku dan budaya, tetapi bangsa Indonesia
tetap membina persatuan dalam kerangka bhinneka tunggal ika.
2) bangsa Indonesia menolak perpecahan bangsa karena perbedaan suku dan budaya.

g. memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. Butir pengamalan


Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia memiliki kepedulian untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
dalam pergaulan kehidupan sehari-hari;
2) bangsa Indonesia menolak interaksi dan komunikasi saling menghujat/mencela yang
dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/ perwakilan

Sila keempat Pancasila diperinci menjadi sepuluh butir pengamalan Pancasila:


a. sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti
bahwa
1). setiap bangsa Indonesia memiliki kedudukan yang sama untuk mendapatkan hak-
haknya sebagai warga negara dan warga masyarakat.
2) setiap bangsa Indonesia memiliki kewajiban yang sama dalam posisinya sebagai warga
negara dan warga masyarakat untuk menghormati hak-hak yang dimiliki oleh orang lain.
3) pemerintah wajib menjamin pemenuhan hak-hak warga negara dan warga masyarakat
secara adil.

b. tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. Butir pengamalan Pancasila ini
memiliki arti bahwa
1) setiap bangsa Indonesia mempunyai kebebasan berkehendak dan berpendapat selama
tidak bertentangan dengan aturan;
2) setiap bangsa Indonesia tidak boleh memaksakan kehendak dan pendapat kepada
orang lain.

c. mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan


bersama. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia mengutamakan pelaksanaan musyawarah terlebih dahulu dalam
mengambil keputusan untuk kepentingan bersama;
2). bangsa Indonesia tidak bersikap egois dengan mengambil keputusan sendiri-sendiri
tanpa melalui musyawarah, apabila berkaitan dengan kepentingan bersama.
d. musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia melaksanakan musyawarah dilaksanakan dengan damai, tertib dan
diliputi semangat kekeluargaan;
2) bangsa Indonesia menghargai pendapat-pendapat yang muncul dalam musyawarah

e. menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia menghormati keputusan yang dicapai dari hasil musyawarah;
2) bangsa Indonesia menghormati proses-proses yang dilalui untuk mencapai mufakat
dalam musyawarah.

f. dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia menerima dan melaksanakan hasil keputusan yang dicapai dalam
musyawarah dengan penuh tanggung jawab;
2) pelaksanaan hasil musyawarah tersebut dilaksanakan dengan penuh iktikad baik
untuk kepentingan bersama.

g. didalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi


dan golongan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) pendapat yang diusulkan dalam musyawarah bertujuan untuk memajukan
kepentingan bersama;
2) pendapat yang diusulkan dalam musyawarah bukan bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan golongan tertentu saja.

h. musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) pendapat yang diusulkan dalam musyawarah logis dan dapat diterima oleh akal sehat;
2) pendapat yang diusulkan dalam musyawarah sesuai dengan hati nurani yang luhur.

i. keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada


Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai
kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) keputusan yang dicapai dari hasil musyawarah harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan yang Maha Esa dan sesuai dengan ketentuan agama;
2) keputusan yang dicapai dari hasil musyawarah harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada masyarakat/penerima keputusan.

j. memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan


permusyawaratan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia memiliki wakil-wakil yang telah dipilih melalui pemilihan untuk
melaksanakan permusyawaratan.
2) bangsa Indonesia memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil tersebut untuk
melakukan permusyawaratan dalam rangka kepentingan bangsa dan negara.
3) wakil-wakil tersebut harus bekerja dan melakukan permusyawaratan dengan menjaga
kepercayaan yang diberikan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima Pancasila diperinci menjadi sebelas butir pengamalan Pancasila:


a. mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong royong. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia mengutamakan rasa kekeluargaan dalam melaksanakan tugas
bersama;
2) bangsa Indonesia mengutamakan gotong royong dalam melaksanakan tugas bersama.

b. mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki
arti bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi keadilan dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat.

c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Butir pengamalan Pancasila ini
memiliki arti bahwa bangsa Indonesia tidak menuntut haknya saja tetapi melaksanakan
kewajiban yang dimilikinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

d. menghormati orang lain. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa
Indonesia menghormati hak-hak yang dimiliki orang lain.

e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia saling membantu antar satu sama lain kepada orang lain yang
membutuhkan;
2) bantuan yang diberikan tidak menjadi bangsa Indonesia menjadi orang pemalas,
melainkan sebagai stimulasi agar keluar dari ketidakberdayaan sehingga menjadi
kemandirian.

f. tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha pemerasan terhadap orang lain. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa Indonesia tidak menggunakan alat,
sarana, pemikiran maupun sumber lainnya untuk melakukan intimidasi dan pemerasan
terhadap orang lain;

g. tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia tidak menggunakan hartanya untuk dipakai untuk pemborosan atau
gaya hidup mewah
2) bangsa Indonesia memiliki rasa empati, bahwa masih ada orang lain yang berada
dibawah garis kemiskinan.

h. tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan


kepentingan umum. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia tidak menggunakan alat atau sarana yang dimilikinya untuk merusak
fasilitas dan sarana atau kepentingan umum.
2) pemerintah tidak menggunakan kekuasannya untuk melakukan tindakan korupsi yang
merugikan kepentingan umum.

i. suka bekerja keras. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa
Indonesia bukanlah bangsa pemalas, melainkan bangsa yang suka bekerja keras dalam
mencapai tujuan.

j. suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa
Indonensia menghargai hak cipta dan menolak plagiat atau pembajakan hasil karya orang
lain

k. suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa Indonesia
menyuarakan aspirasinya dalam rangka pemerataan sosial.

Latihan Soal TWK CPNS (UUD 1945)


1. Lembaga tinggi negara terdiri dari Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Komisi Yudisial, dan Badan Pemeriksa Keuangan. Adapun lembaga negara
yang memiliki kewajiban untuk bersidang sedikitnya satu kali dalam lima tahun di Ibu
Kota Negara adalah….
a. Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Majelis Permusyawaratan Rakyat.
c. Dewan Perwakilan Daerah.
d. Mahkamah Konstitusi.
e. Presiden.

Pembahasan Jawaban
Lembaga negara yang memiliki kewajiban untuk bersidang sedikitnya satu kali dalam
lima tahun di Ibu Kota Negara adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. Alasannya,
karena hal ini sesuai dengan isi dari Pasal 2 ayat (2) UUD 1945, yaitu “Majelis
Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibu Kota
Negara.”
Jawaban b

Latihan Soal TWK CPNS (UUD 1945)


2. Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih dalam suatu pemilihan umum dilantik
oleh….
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat.
b. Mahkamah Konstitusi.
c. Mahkamah Agung.
d. Komisi Yudisial.
e. Dewan Perwakilan Daerah.

Pembahasan Jawaban
Kewenangan untuk melantik Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih dalam suatu
pemilihan umum adalah kewenangan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Alasannya,
karena hal ini sesuai dengan isi dari Pasal 3 ayat (2) UUD 1945, yaitu “Majelis
Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
Jawaban a

Latihan Soal TWK CPNS (UUD 1945)


3. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, Presiden adalah lembaga negara yang
diberikan kewenangan sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan. Adapun dalam
sejarah ketatanegaraan Indonesia, yang menjabat sebagai Presiden ke-4 Indonesia
adalah….
a. Susilo Bambang Yudhoyono.
b. Ir. Joko Widodo.
c. K.H. Abdurrahman Wahid
d. B.J. Habibie
e. Megawati Sukarno Putri.

Pembahasan Jawaban
Berdasarkan sejarah ketatanegaraan Indonesia, yang menjabat sebagai Presiden
Republik Indonesia, yaitu
Presiden ke-1 : Ir. Soekarno.
Presiden ke-2 : H. Soeharto.
Presiden ke-3 : B.J. Habibie.
Presiden ke-4 : K.H. Abdurrahman Wahid.
Presiden ke-5 : Megawati Soekarno Putri.
Presiden ke-6 : Susilo Bambang Yudhoyono.
Presiden ke-7 : Ir. Joko Widodo

Berdasarkan daftar Presiden Republik Indonesia tersebut, maka Presiden Republik


Indonesia ke-4 adalah K.H. Abdurrahman Wahid.
Jawaban c

Latihan Soal TWK CPNS (UUD 1945)


4. Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) UUD 1945, untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya, Presiden memiliki kewenangan untuk….
a. Menetapkan Keputusan Presiden.
b. Menetapkan Instruksi Presiden.
c. Menetapkan Peraturan Presiden.
d. Menetapkan Peraturan Pemerintah.
e. Menetapkan Maklumat Presiden.

Pembahasan Jawaban
Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) UUD 1945, yaitu “Presiden menetapkan Peraturan
Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.”
Jawaban d

Latihan Soal TWK CPNS (UUD 1945)


5. Ahmad adalah seorang pelajar berprestasi dari Indonesia yang mendapatkan beasiswa
untuk kuliah di luar negeri. Bakat dan kecerdasan Ahmad yang hebat, membuat
pemerintah luar negeri ingin menjadikan Ahmad sebagai warga negaranya, agar dapat
berkontribusi lebih banyak, dan Ahmad pun menerimanya. Setelah dua puluh tahun,
Ahmad tiba-tiba berkeinginan pulang ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu
pengetahuan yang didapatkannya untuk kemajuan Indonesia, dengan berencana untuk
menjadi Presiden Republik Indonesia. Bagaimana pendapat Anda tentang Ahmad?
a. Ahmad memenuhi syarat sebagai calon presiden, dan berpeluang untuk menjadi
Presiden Republik Indonesia karena memiliki bekal ilmu pengetahuan luas.
b. Ahmad tidak memenuhi syarat sebagai calon presiden, sehingga tidak dapat menjadi
Presiden Republik Indonesia.
c. Ahmad dapat mencalonkan diri menjadi presiden lewat partai politik setelah
mendapatkan kembali status kewarganegaraannya.
d. Ahmad tidak memenuhi syarat sebagai calon presiden, sehingga tidak dapat menjadi
Presiden Republik Indonesia karena pernah kuliah di luar negeri.
e. Ahmad dapat mencalonkan diri menjadi presiden lewat partai politik setelah lima
tahun menetap di Indonesia.

Pembahasan Jawaban
Bila kita analisis uraian yang terdapat dalam soal, meskipun Ahmad adalah seseorang
yang berbakat, memiliki kecerdasan yang hebat, serta memiliki ilmu pengetahuan luas,
tetapi Ahmad tidak dapat mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia.

Alasannya, karena syarat untuk menjadi calon Presiden Republik Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Pasal 6 ayat (1), yaitu “Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus
seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati
negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.”
Jawaban b

Demikian latihan soal TWK CPNS tentang UUD 1945 yang dapat kami sampaikan,
semoga dapat menambah wawasan dan kesiapan dalam menghadapi tes CPNS. Bila
terdapat kekeliruan dalam artikel yang kami buat, pertanyaan, saran dan kritik, mohon
untuk disampaikan pada kolom komentar, terima kasih
https://www.studipedia.net/2019/03/Daftar-Isi-Soal-dan-Pembahasan-Jawaban-Tes-CPNS.html

Anda mungkin juga menyukai