Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), nasionalisme diartikan sebagai paham
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut,
ada dua kalimat yang dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang nasionalisme,
yaitu
1. nasionalisme adalah sebuah paham (ajaran).
2. nasionalisme mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri.
Nasionalisme di Indonesia
Setelah kita mengetahui bahwa nasionalisme merupakan sebuah paham, maka paham
tersebut harus dianalisis apakah cocok diterapkan di Indonesia atau tidak? Bila dilihat
dari isinya, maka nasionalisme adalah sebuah paham yang cocok untuk diterapkan di
Indonesia.
Alasannya, paham nasionalisme ini sangat mendukung sila ketiga Pancasila yaitu,
Persatuan Indonesia dan butir-butir pengamalannya yang terdiri dari :
1. mampu menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
golongan;
2. sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan;
3. mengembangkan rasa cinta kepada tanah air Indonesia;
4. mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia;
5. memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan
keadilan sosial;
6. mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhineka Tunggal Ika;
7. memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa;
Berdasarkan uraian tersebut, maka kita bisa membuat pengertian nasionalisme lebih
terperinci menjadi sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mampu
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan,
sanggup rela berkorban, memiliki rasa cinta tanah air dan kebanggaan menjadi suatu
bangsa tertentu dengan tetap memelihara ketertiban dunia demi mengembangkan dan
memajukan persatuan dan kesatuan bangsa.
Nasionalisme adalah sebuah paham yang cocok diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu,
perlu adanya upaya untuk menanamkan nasionalisme dalam hati dan pikiran semua
bangsa Indonesia yang dapat dilakukan melalui :
Dengan menanamkan nasionalisme dalam hati dan pikiran semua bangsa Indonesia,
maka diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki persatuan dan
kesatuan bangsa yang kuat, memiliki pemikiran-pemikiran cerdas dan unggul untuk
memajukan Indonesia.
Nasionalisme Ekstrem
Nasionalisme adalah sebuah paham yang bersifat positif dan sesuai dengan Pancasila.
Namun, apabila dalam pelaksanaannya tidak memperhatikan keseimbangan antara hak
dan kewajiban maka akan lahir nasionalisme ekstrem, yaitu :
1. Chauvinisme
Chauvinisme adalah sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa
dan negaranya sendiri dengan cara mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan
bangsa lain. Berdasarkan pengertian tersebut, chauvinisme memiliki persamaan dengan
nasionalisme yaitu sama-sama mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan
negaranya sendiri.
Namun, terdapat perbedaan yang besar antara chauvinisme dan nasionalisme yaitu
dalam tindakan, ucapan atau sikap yang ditunjukkan dalam mencintai bangsa dan
negaranya tersebut. Orang yang menganut paham Chauvinisme akan berusaha mencintai
dan memajukan bangsa dan negaranya walaupun dengan cara menindas bangsa dan
negara lain, serta terlalu berlebihan dalam membanggakan bangsa dan negaranya,
sehingga menganggap bangsa dan negara lain lebih rendah martabatnya.
2. Fasisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fasisme adalah paham golongan
nasionalis esktrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Berdasarkan pengertian
tersebut, artinya fasisme memiliki keterkaitan dengan nasionalisme. Keterkaitan antara
fasisme dan nasionalisme, yaitu sama-sama sebagai paham yang dilandasi rasa cinta
terhadap bangsa dan negaranya sendiri.
Namun, terdapat perbedaan besar antara fasisme dan nasionalisme, yaitu dalam
mengungkapkan rasa cintanya, orang yang menganut fasisme menggunakan paksaan
agar masyarakat mencintai bangsa dan negaranya sedangkan nasionalisme
menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mencintai bangsa dan negaranya.
Paksaan yang dilakukan oleh orang yang menganut fasisme diwujudkan melalui
kepemimpinan seseorang yang bersifat otoriter dan absolut. Kekuasaan harus dipegang
oleh satu orang (pemusatan kekuasaan) serta segala perintah yang dikeluarkan harus
dipatuhi oleh semua masyarakat tanpa terkecuali.
Apabila ada masyarakat yang tidak mematuhi peraturan, maka ia akan dianggap sebagai
musuh, sehingga dalam fasisme identitas harus seragam (harus sama mengikuti
perintah) dan musuh negara itu tidak hanya berasal dari luar akan tetapi dari
dalam (masyarakat itu sendiri bisa dianggap sebagai musuh).
Pengertian Integritas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas diartikan sebagai keadaan yang
menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan
memancarkan kewibawaan. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua kalimat yang
dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang Integritas, yaitu:
Bila kata integritas dilekatkan dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,
maka unsur-unsur tersebut bisa berupa masyarakat dari dua suku atau lebih yang
berbeda yang membentuk suatu kesatuan utuh dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Integritas di Indonesia
Setelah kita mengetahui pengertian tentang Integritas, maka kita akan hubungkan
integritas tersebut dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Integritas dapat
menyatukan keanekaragaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia.
Suku-suku yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: suku Sunda, suku
Batak, suku Madura, suku Bugis, suku Betawi, suku Baduy, suku asmat, Suku dani, Suku
Ambon, suku Minangkabau, dan lain-lain.
Agama yang tersebar di Indonesia, yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik,
Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Ras yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya
yaitu: ras Melayu Mongoloid, ras Weddoid, ras Negroid, ras Papua Melanezoid
Budaya yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: tari daerah, lagu daerah
dan bahasa daerah. Bahasa yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya
yaitu: bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Betawi, bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa
Melayu, dan lain-lain.
Demikian rangkuman materi tentang Integritas, semoga dapat menambah wawasan dan
kesiapan dalam menghadapi tes CPNS terutama tes CPNS tahun ini yang banyak terdapat
tipe soal HOTS
Berdasarkan penjelasan pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara, disebutkan bahwa bela negara adalah sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara.
Untuk mempermudah pemahaman tentang pengertian bela negara, maka kita akan bagi
pengertian bela negara tersebut kedalam lima bagian, yaitu:
1. Pelaksanaan Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, bela negara dilaksanakan melalui (a) tekad, (b) sikap
(c) perilaku, dan (d) tindakan untuk melaksanakan bela negara.
2. Subjek Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, subjek atau pelaku bela negara adalah warga negara,
baik perseorangan maupun kolektif.
3. Tujuan Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, tujuan bela negara adalah
a. menjaga kedaulatan negara;
b. keutuhan wilayah;
c. keselamatan bangsa dan negara;
d. menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia dari berbagai ancaman.
4. Motif Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, motif warga negara mau melaksanakan bela negara
karena kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Landasan Pelaksanaan Bela Negara
Berdasarkan pengertian tersebut, landasan pelaksanaan bela negara adalah Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan
Salah satu bentuk nyata pelaksanaan bela negara yaitu keikutsertaan warga negara dalam
pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan tersebut dilakukan melalui
pembinaan kesadaran bela negara dalam tiga ruang lingkup:
a. pendidikan,
b masyarakat, dan
c. pekerjaan.
Pada ruang lingkup pendidikan, pembinaan kesadaran bela negara dilakukan pada setiap
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan dalam suatu kesatuan sistem pendidikan nasional.
Sasaran dari pembinaan ini adalah siswa/siswi, mahasiswa/mahasiswi atau pelajar di
sekolah atau kampus.
Pada ruang lingkup masyarakat, pembinaan kesadaran bela negara ditujukan kepada
warga negara yang meliputi
1. tokoh agama;
2. tokoh masyarakat;
3. tokoh adat;
4. kader organisasi masyarakat;
5. kader organisasi komunitas;
6. kader organisasi profesi;
7. kader partai politik; dan
8. kelompok masyarakat lainnya.
Catatan:
Yang dimaksud dengan kelompok masyarakat lainnya diantaranya kader organisasi
pemuda dan kader organisasi mahasiswa.
Pada ruang lingkup pekerjaan pembinaan kesadaran bela negara ditujukan kepada warga
negara yang bekerja pada
1. lembaga negara;
2. kementerian/ lembaga pemerintah non kementerian/ pemerintah daerah;
3. Tentara Nasional Indonesia;
4. Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. badan usaha milik negara/ badan usaha milik daerah;
6. badan usaha swasta;
7. badan lain sesuai ketentuan perundang-undangan;
Catatan:
Yang dimaksud dengan badan lain diantara yaitu yayasan dan koperasi.
Berdasarkan pasal 7 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019,
disebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan dilakukan melalui pembinaan
kesadaran bela negara yang bertujuan untuk menanamkan nilai dasar bela negara.
Adapun nilai dasar bela negara yaitu
1. cinta tanah air;
2. sadar berbangsa dan bernegara;
3. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
4. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. kemampuan awal bela negara.
Bentuk nyata lainnya dalam pelaksanaan bela negara adalah mengikuti pelatihan dasar
kemiliteran secara wajib. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib hanya diberlakukan
bagi warga negara yang telah memenuhi persyaratan sebagai calon komponen cadangan.
Adapun syarat menjadi calon komponen cadangan yaitu
1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. setia pada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. berusia minimal 18 tahun dan maksimal 35 tahun;
4. sehat jasmani dan rohani;
5. tidak memiliki catatan kriminalitas yang dikeluarkan secara tertulis oleh
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
6. lulus seleksi administratif; dan
7. lulus seleksi kompetensi.
Bentuk pelaksanaan bela negara sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib dapat
dilakukan oleh warga negara dengan mendaftar sebagai prajurit TNI dan lolos
serangkaian seleksi.
Bentuk nyata lainnya yang dapat dilakukan oleh warga negara dalam pelaksanaan bela
negara yaitu pengabdian sesuai dengan profesi. Apa yang dimaksud dengan pengabdian
sesuai dengan profesi?
Pengabdian sesuai dengan profesi adalah pengabdian warga negara yang mempunyai
profesi tertentu untuk kepentingan pertahanan negara, termasuk dalam menanggulangi
dan/atau memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam, atau bencana
lainnya.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara, telah
diputuskan bahwa hari bela negara diperingati setiap tanggal 19 Desember. Adapun
alasan penentuan tanggal tersebut, yaitu untuk memperingati dibentuknya
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dalam rangka mengisi kekosongan
kepemimpinan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Hubungan antara bela negara dengan pertahanan negara yaitu bela negara merupakan
salah satu upaya dalam rangka pertahanan negara.
Pengertian Pancasila
Pancasila secara bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu dari kata panca
yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sehingga secara bahasa Pancasila berarti
lima dasar. Adapun secara istilah (terminologi), Pancasila berarti lima dasar (lima sila)
yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di
Indonesia. Adapun lima sila tersebut terdiri dari
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam uraian sebelumnya, telah dibahas bahwa Pancasila merupakan pedoman dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Adapun dalam
pelaksanaannya, lima sila yang terkandung dalam Pancasila diperinci menjadi 45 butir
pengamalan Pancasila, yaitu sebagai berikut
b. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) dalam melaksanakan segala perintah dan larangan-Nya, bangsa Indonesia memiliki
landasan masing-masing sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut;
2) Meskipun agama dan kepercayaan yang dianut berbeda-beda, dalam pelaksanaannya
bangsa Indonesia tetap menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama
dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) meskipun agama dan kepercayaan yang dianut berbeda-beda, tiap-tiap penganutnya
saling menghormati antar satu sama lain;
2) meskipun agama dan kepercayaan yang dianut berbeda-beda, tiap-tiap penganutnya
bekerjasama dalam menciptakan kondisi yang aman dan tentram.
e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) Tidak boleh ada seorang pun yang memaksakan kehendak kepada orang lain untuk
menganut suatu agama atau kepercayaan tertentu;
2) agama dan kepercayaan merupakan hak pribadi setiap orang yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
g. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
kepada orang lain. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1). pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi kebebasan tiap-tiap orang untuk
menganut suatu agama dan kepercayaannya tanpa ada paksaan dari pihak manapun;
2) setiap orang memiliki kewajiban untuk menghormati hak pribadi dalam menganut
suatu agama dan kepercayaan masing-masing.
Sila kedua Pancasila ini diperinci menjadi sepuluh butir pengamalan Pancasila:
a. mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti
bahwa
1) bangsa Indonesia mengakui bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang
wajib dijunjung tinggi oleh siapapun tanpa terkecuali;
2) bangsa Indonesia memiliki kewajiban untuk menghormati dan menghargai harkat dan
martabat setiap orang karena merupakan anugerah yang melekat sebagai makhluk
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa;
b. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia,
tanpa membedakan suku, keturunan agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia mengakui bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban asasi
yang sama;
2) bangsa Indonesia menolak adanya diskriminasi berdasarkan unsur tertentu seperti
suku, ras, agama, dan sebagainya.
d. mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. Butir pengamalan
Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia harus saling memahami perasaan serta tidak boleh menyakiti satu
sama lain.
2) bangsa Indonesia harus saling toleransi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;
g. gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti
bahwa
1) bangsa Indonesia memiliki rasa empati/kepedulian untuk membantu sesama manusia;
2) bangsa Indonesia senang untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
kemanusiaan.
h. berani membela kebenaran dan keadilan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti
bahwa
1) bangsa Indonesia menjunjung tinggi penegakan hukum;
2) bangsa Indonesia menolak adanya ketidakadilan dalam penegakan hukum.
i. bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia membuka diri untuk menjadi anggota/bagian dari perkumpulan,
asosiasi maupun organisasi antar bangsa.
2) bangsa Indonesia memiliki kepedulian untuk membantu bangsa lain yang sedang
membutuhkan;
3. Persatuan Indonesia
b. sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia sanggup untuk mengorbankan jiwa dan raganya untuk kepentingan
bangsa dan negara apabila diperlukan;
2) bangsa Indonesia sanggup untuk mencurahkan waktu, tenaga, harta dan pikirannya
untuk kemajuan Indonesia.
c. mengembangkan rasa cinta kepada tanah air Indonesia. Butir pengamalan Pancasila
ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia memiliki jiwa nasionalisme kepada bangsa dan negaranya;
2) bangsa Indonesia menjaga kelestarian alam dan tidak melakukan pencemaran
lingkungan hidup yang dapat mengotori tanah air Indonesia.
b. tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. Butir pengamalan Pancasila ini
memiliki arti bahwa
1) setiap bangsa Indonesia mempunyai kebebasan berkehendak dan berpendapat selama
tidak bertentangan dengan aturan;
2) setiap bangsa Indonesia tidak boleh memaksakan kehendak dan pendapat kepada
orang lain.
e. menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia menghormati keputusan yang dicapai dari hasil musyawarah;
2) bangsa Indonesia menghormati proses-proses yang dilalui untuk mencapai mufakat
dalam musyawarah.
f. dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia menerima dan melaksanakan hasil keputusan yang dicapai dalam
musyawarah dengan penuh tanggung jawab;
2) pelaksanaan hasil musyawarah tersebut dilaksanakan dengan penuh iktikad baik
untuk kepentingan bersama.
h. musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) pendapat yang diusulkan dalam musyawarah logis dan dapat diterima oleh akal sehat;
2) pendapat yang diusulkan dalam musyawarah sesuai dengan hati nurani yang luhur.
b. mengembangkan sikap adil terhadap sesama. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki
arti bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi keadilan dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Butir pengamalan Pancasila ini
memiliki arti bahwa bangsa Indonesia tidak menuntut haknya saja tetapi melaksanakan
kewajiban yang dimilikinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. menghormati orang lain. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa
Indonesia menghormati hak-hak yang dimiliki orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia saling membantu antar satu sama lain kepada orang lain yang
membutuhkan;
2) bantuan yang diberikan tidak menjadi bangsa Indonesia menjadi orang pemalas,
melainkan sebagai stimulasi agar keluar dari ketidakberdayaan sehingga menjadi
kemandirian.
f. tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha pemerasan terhadap orang lain. Butir
pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa Indonesia tidak menggunakan alat,
sarana, pemikiran maupun sumber lainnya untuk melakukan intimidasi dan pemerasan
terhadap orang lain;
g. tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup
mewah. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa
1) bangsa Indonesia tidak menggunakan hartanya untuk dipakai untuk pemborosan atau
gaya hidup mewah
2) bangsa Indonesia memiliki rasa empati, bahwa masih ada orang lain yang berada
dibawah garis kemiskinan.
i. suka bekerja keras. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa
Indonesia bukanlah bangsa pemalas, melainkan bangsa yang suka bekerja keras dalam
mencapai tujuan.
j. suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa
Indonensia menghargai hak cipta dan menolak plagiat atau pembajakan hasil karya orang
lain
k. suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial. Butir pengamalan Pancasila ini memiliki arti bahwa bangsa Indonesia
menyuarakan aspirasinya dalam rangka pemerataan sosial.
Pembahasan Jawaban
Lembaga negara yang memiliki kewajiban untuk bersidang sedikitnya satu kali dalam
lima tahun di Ibu Kota Negara adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. Alasannya,
karena hal ini sesuai dengan isi dari Pasal 2 ayat (2) UUD 1945, yaitu “Majelis
Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di Ibu Kota
Negara.”
Jawaban b
Pembahasan Jawaban
Kewenangan untuk melantik Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih dalam suatu
pemilihan umum adalah kewenangan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Alasannya,
karena hal ini sesuai dengan isi dari Pasal 3 ayat (2) UUD 1945, yaitu “Majelis
Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden.”
Jawaban a
Pembahasan Jawaban
Berdasarkan sejarah ketatanegaraan Indonesia, yang menjabat sebagai Presiden
Republik Indonesia, yaitu
Presiden ke-1 : Ir. Soekarno.
Presiden ke-2 : H. Soeharto.
Presiden ke-3 : B.J. Habibie.
Presiden ke-4 : K.H. Abdurrahman Wahid.
Presiden ke-5 : Megawati Soekarno Putri.
Presiden ke-6 : Susilo Bambang Yudhoyono.
Presiden ke-7 : Ir. Joko Widodo
Pembahasan Jawaban
Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) UUD 1945, yaitu “Presiden menetapkan Peraturan
Pemerintah untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.”
Jawaban d
Pembahasan Jawaban
Bila kita analisis uraian yang terdapat dalam soal, meskipun Ahmad adalah seseorang
yang berbakat, memiliki kecerdasan yang hebat, serta memiliki ilmu pengetahuan luas,
tetapi Ahmad tidak dapat mencalonkan diri sebagai Presiden Republik Indonesia.
Alasannya, karena syarat untuk menjadi calon Presiden Republik Indonesia sebagaimana
tercantum dalam Pasal 6 ayat (1), yaitu “Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus
seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati
negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.”
Jawaban b
Demikian latihan soal TWK CPNS tentang UUD 1945 yang dapat kami sampaikan,
semoga dapat menambah wawasan dan kesiapan dalam menghadapi tes CPNS. Bila
terdapat kekeliruan dalam artikel yang kami buat, pertanyaan, saran dan kritik, mohon
untuk disampaikan pada kolom komentar, terima kasih
https://www.studipedia.net/2019/03/Daftar-Isi-Soal-dan-Pembahasan-Jawaban-Tes-CPNS.html