Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH

4.1 Pengertian Masalah


Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah
merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang diharapkan dengan baik. Masalah pada
umumnya berawal dari suatu kesenjangan-kesenjangan yang terjadi di lapangan. Kesenjangan terjadi apabila
suatu pemberian pelayanan kesehatan yang terjadi di lapangan (what is) sangat berbeda dengan standar yang
sebelumnya telah ditetapkan (what should be) (Azwar, 1995).

Notoatmodjo (2011) mendefinisikan masalah sebagai suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya
dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal atau antara kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang
seharusnya ada atau terjadi antara harapan dan kenyataan.

Menurut Sugiyono (2009) masalah diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana
dengan pelaksana.

Pertimbangan dalam memilih masalah penelitian agar masalah yang dipilih layak dan relevan untuk
diteliti diungkapkan oleh Notoatmodjo (2011), meliputi:

1. Masalah masih baru

“Baru” dalam hal ini adalah masalah tersebut belum pernah diungkap atau diteliti oleh orang lain
dan topik masih hangat di masyarakat, sehingga agar tidak siasia usaha yang dilakukan, sebelum menentukan
masalah, peneliti harus banyak membaca dari jurnal-jurnal penelitian maupun media elektronik tentang
penelitian terkini. 2. Aktual

Aktual berarti masalah yang diteliti tersebut benar-benar terjadi di masyarakat. Maka sebelumnya
peneliti tersebut harus melakukan survey dan memang menemukan masalah tersebut.

3. Praktis
Masalah penelitian yang diteliti harus mempunyai nilai praktis, artinya hasil penelitian harus
bermanfaat terhadap kegiatan praktis, bukan suatu pemborosan atau penghamburan sumber daya tanpa
manfaat praktis yang bermakna.

4. Memadai
2

Masalah penelitian harus dibatasi ruang lingkupnya, tidak terlalu luas, tetapi juga tidak terlalu
sempit. Masalah yang terlalu luas akan memberikan hasil yang kurang jelas dan menghamburkan sumber
daya, sebaliknya masalah penelitian yang terlalu sempit akan memberikan hasil yang kurang berbobot.

5. Sesuai dengan kemampuan peneliti


Seseorang yang akan melakukan penelitian harus mempunyai kemampuan penelitian dan
kemampuan di bidang yang akan diteliti, jika tidak, hasil penelitiannya kurang dapat
dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah (akademis) maupun praktis.

6. Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah


Masalah-masalah yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah, undangundang ataupun
adat istiadat sebaiknya tidak diteliti, karena akan banyak menemukan hambatan dalam pelaksanaan
penelitiannya nanti.

7. Ada yang mendukung


Setiap penelitian membutuhkan biaya, sehingga sejak awal sudah dipertimbangkan darimana asal
biaya tersebut akan diperoleh. Tidak jarang masalahmasalah penelitian yang menarik akan mendapatkan
sponsor dari instansi-instansi pendukung, baik pemerintah maupun swasta.

Dengan beberapa pertimbangan tersebut, diharapkan akan dapat dirumuskan masalah penelitian yang
layak dan relevan, sehingga masalah penelitian memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun aplikatif.

4.2 Metode Penemuan Masalah


Menurut Bukley dkk, (1976) yang dikutip oleh Djunaedi (2002) menjelaskan caracara penemuan
permasalahan baik formal maupun informal diuraikan di bagian berikut ini. Setelah permasalahan ditemukan,
kemudian perlu dilakukan pengecekan atau evaluasi terhadap permasalahan tersebut sebelum dilakukan
perumusan masalah.

A. Pendekatan Formal

a) Rekomendasi Suatu Riset

Biasanya, suatu laporan penelitian pada bab terakhir memuat kesimpulan dan saran. Saran
(rekomendasi) umumnya menunjukan kemungkinan penelitian lanjutan atau penelitian lain yang
berkaitan dengan kesimpulan yang dihasilkan. b) Metode Analog
Metode ini menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian pada bidang
tertentu untuk menentukan masalah penelitian pada bidang yang lain yang terkait.

c) Metode Renovasi
3

Masalah penelitian ditentukan dengan cara memperbaiki atau


meningkatkan suatu teori atau metode yang kurang relevan dengan komponen teori atau metode lain
yang lebih efektif.

d) Metode Dialektis
Dalam hal ini berarti tandingan atau sanggahan. Dengan cara dialektik, masalah penelitian
yang diusulkan untuk pengembangan terhadap teori atau metode yang sudah ada.

e) Metode Ekstrapolasi
Cara untuk menemukan permasalahan dengan membuat tren (trend suatu teori atau tren
permasalah yang dihadapi).

f) Metode Morfologi
Suatu cara untuk mengkaji kemungkinan-kemungkinan kombinasi yang terkandung dalam
suatu permasalahan yang rumit atau kompleks.

g) Metode Dekomposisi
Membagi masalah ke dalam elemen-elemen yang lebih spesifik.

h) Metode Agregasi
Merupakan kebalikan dari dekomposisi. Dengan cara agregasi, peneliti dapat mengambil hasil-
hasil penelitian atau teori dari beberapa bidang (beberapa penelitian) dan mengumpulkannya untuk
membentuk suatu permasalahan yang lebih rumit, kompleks.

B. Pendekatan Informal

Cara-cara informal (subyektif) dalam rangka menemukan permasalahan dapat dilakukan dengan
alternatif-alternatif berikut ini: a) Konjektur (naluriah)

Seringkali permasalahan dapat ditemukan secara konjektur (naluriah), tanpa dasar-dasar yang
jelas. Bila kemudian dasar-dasar atau latar belakang permasalahan dapat dijelaskan, maka penelitian
dapat diteruskan secara alamiah. Perlu dimengerti bahwa naluri merupakan fakta apresiasi individu
terhadap lingkungannya. Naluri merupakan alat yang berguna dalam penemuan masalah.

b) Metode Fenomenologi
Banyak permasalahan baru dapat ditemukan berkaitan dengan fenomena
(kejadian/perkembangan) yang dapat diamati.

c) Metode Konsensus
Merupakan sumber untuk mencetuskan permasalahan.

d) Metode Pengalaman
4

Didasarkan pengalaman perusahaan atau orang-orang dalam perusahaan.

Untuk menemukan masalah yang akan diteliti, penulis menggunakan pendekatan informal yaitu dengan
metode fenomenologi. Metode fenomenologi merupakan metode penemuan masalah berdasarkan observasi
terhadap fakta atau suatu kejadian. Dengan metode ini peneliti dapat mencari dan mengamati langsung
masalah yang akan diteliti selama melakukan penelitian (Djunaedi, 2002). Selain dengan menggunakan metode
fenomenologi, penulis juga menggunakan metode wawancara tidak terstruktur untuk menanyakan terkait
SIMRS kepada kepala sub bagian mobilisasi dana, staf mobilisasi dana serta staf IT.

4.3 Identifikasi Masalah


Hasil dari penemuan masalah dengan menggunakan metode fenomenologi serta melakukan
wawancara tidak terstruktur atau diskusi dengan kepala sub bag mobilisasi dana dan unit terkait, maka masalah
yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut :

Tabel 14. Identifikasi Masalah

No Daftar masalah Sumber informasi

1. Gangguan jaringan SIMRS Wawancara dan telaah data

2. Human error Wawancara dan observasi

3. SDM yang kurang Wawancara dan observasi

4. Sarana dan prasarana yang kurang Wawancara dan telaah data

4.4 Penetapan Prioritas Masalah


Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, prioritas adalah sesuatu yang didahulukan dan
diutamakan dari pada hal yang yang lain. Sedangkan Notoatmodjo (2010) mendefinisikan masalah sebagai
suatu kesenjangan (gap) antara yang seharusnya dengan apa yang terjadi tentang sesuatu hal atau antara
kenyataan yang ada atau terjadi dengan yang seharusnya ada atau terjadi antara harapan dan kenyataan.

Penetapan prioritas masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah dikarenakan
dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang tersedia, dan karena itu tidak mungkin
menyelesaikan semua masalah. Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lainnya,
dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan (Azwar, 1996).

Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk menetapkan prioritas masalah baik
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif sebagai berikut.
5

A. Metode Kuantitatif

1. Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique)


2. Metode Delbeq
3. Metode Hanlon (Kuantitatif)
4. Metode Hanlon (Kualitatif)
5. Metode Carl
6. Metode Reinke
7. Metode Bryant
B. Metode Kualitatif

1. Metode Delphi
2. Metode Diskusi atau Brainstorming Technique
3. Metode Brainwriting

Dalam mengidentifikasi masalah, ada beberapa hasil yang perlu diperhatikan seperti kemampuan
sumberdaya manusia, tenaga, teknologi, dan lain-lain. Untuk itu, dilakukan penilaian prioritas masalah dari
yang paling mendesak hingga tidak terlalu mendesak. Dalam menentukan prioritas masalah penulis
menggunakan metode kuantitatif yaitu dengan Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique). Nilai skor
antara 1 (tidak penting) sampai 5 (sangat penting) untuk setiap kriteria yang sesuai. Prioritas masalah adalah
yang jumlah nilainya paling besar.
Kriteria yang dipergunakan dalam Teknik Kriteria Matriks (Criteria Matrix Technique) ini banyak
macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:

a. Pentingnya Masalah (Importancy)

Makin penting masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya.

Beberapa ukuran pentingnya masalah sebagai berikut:

 Besarnya masalah (Prevalence)


 Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity)
 Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase)
b. Kelayakan Teknologi (Technical Feasibility)
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah makin
diprioritaskan masalah tersebut.
6

c. Sumber Daya yang Tersedia (Resource Ability)


Makin tersedia sumberdaya yang dapat dipakai seperti tenaga, dana dan sarana untuk mengatasi
masalah makin diprioritaskan masalah tersebut (Chriswardani, 2012).

Adapun skala penilaian atau skoring terhadap kriteria yang digunakan untuk setiap masalah tersebut
adalah 1-5 seperti berikut ini:

1) Importancy (I)
Prevalency (P)

Nilai Keterangan
1 Masalah tidak pernah ditemukan
2 Masalah pernah ditemukan
3 Masalah cukup sering ditemukan
4 Masalah sering ditemukan
5 Masalah sangat sering ditemukan

Severity (S)

Nilai Keterangan
1 Akibat dari masalah tidak serius
2 Akibat dari masalah terkadang serius
3 Akibat dari masalah cukup serius
4 Akibat dari masalah serius
5 Akibat dari masalah sangat serius
Rate of increase (RI)

Nilai Keterangan
1 Peningkatan masalah sangat lambat
2 Peningkatan masalah lambat
3 Peningkatan masalah cukup cepat
4 Peningkatan masalah cepat
5 Peningkatan masalah sangat cepat
7

2) Technical Feasibility (TF)


Nilai Keterangan
1 Teknologi tidak tersedia/mendukung
2 Teknologi kurang tersedia/mendukung
3 Teknologi cukup tersedia/mendukung
4 Teknologi tersedia/mendukung
5 Teknologi sangat tersedia/mendukung

3) Resource Availability (RA)


Nilai Keterangan
1 Dana, Sarana dan tenaga tidak
tersedia/mendukung

2 Dana, Sarana dan tenaga kurang


tersedia/mendukung

3 Dana, Sarana dan tenaga cukup


tersedia/mendukung

4 Dana, Sarana dan tenaga

tersedia/mendukung
5 Dana, Sarana dan tenaga sangat
tersedia/mendukung

Setelah diberi, skor masing-masing kriteria masalah dihitung nilai skor akhirnya dengan mengkalikan
skor masing-masing kriteria masalah dengan rumus berikut :

I = P x S x RI ∑ = I x TF x RA

Perkalian ini dilakukan agar perbedaan nilai skor akhir antara masalah menjadi sangat kontras, sehingga
terhindar keraguan manakala perbedaan skor tersebut terlalu tipis.

Berdasarkan penentapan prioritas masalah dengan menggunakan Teknik Kriteria Matriks (Criteria
Matrix Technique) dari beberapa masalah yang ada di sub bangian mobilisasi dana Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo adalah sebagai berikut:
8

Tabel 15. Penetapan Prioritas Masalah dengan Criteria Matrix Technique

No Daftar Masalah I TF RA Rank



P S RI
1 Gangguan jaringan 2 3 3 2 2 64 3

2 Human error 3 3 3 3 3 243 1

3 SDM yang kurang 2 2 3 3 3 126 2

4 Sarana dan prasarana yang kurang 1 2 3 3 3 54 4

Berdasarkan tabel penetapan prioritas masalah di atas, diketahui masalah yang paling diprioritaskan
adalah masalah nomer 2 yaitu “Human error ” dengan memperoleh skor penilaian tertinggi yaitu 243 poin.
Pada kriteria importancy berdasarkan ukuran prevalency (P) diberi skor 3 karena masalah human error dalam
penggunaan SIMRS rumah sakit ini pernah terjadi pada beberap atahun kebelakangan. Pada ukuran severity (S)
diberi skor 3 karena akibat dari masalah ini cukup serius yaitu double billing dan waktu lamanya pasien di ruang
tunggu yang berpengaruh dalam besaran penerimaan atau pemasukan pendapatan rumah sakit . Pada ukuran
rate of increase (RI) diberi skor 3 karena peningkatan masalah dinilai cukup cepat, dengan diketahuinya
kejadian human error di kasir rawat jalan mapun inap pada satu tahun kebelakangan ini dibandingkan dengan
tahun tahun sebelumnya. Sedangkan pada kriteria technical feasilibity (TF) diberi skor 3 karena teknologi yang
dimiliki RSPG sudah cukup. Dan pada kriteria resource availability (RA) diberi skor 3 karena sarana dan tenaga di
Rumah Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo sudah tersedia dengan cukup .

Berdasarkan tabel penetapan prioritas masalah di atas, diketahui masalah kedua adalah masalah
nomer 3 yaitu “SDM yang kurang” dengan memperoleh skor penilaian 126 poin. Pada kriteria importancy
berdasarkan ukuran prevalency (P) diberi skor 2 karena masalah tersebut pernah ditemukan di kasir rawat
inap, farmasi ataupun igd. Pada ukuran severity (S) diberi skor 2 karena akibat dari masalah ini terkadang serius
yaitu saat banyak pasien sedangkan kasir rawat jalan hanya satu orang sehingga waktu tunggu pasien semakin
lama . Pada ukuran rate of increase (RI) diberi skor 3 karena peningkatan masalah dinilai cukup cepat, dengan
diketahuinya kejadian sdm yang kurang di kasir rawat jalan maupun inap pada satu tahun kebelakangan ini.
Sedangkan pada kriteria technical feasilibity (TF) diberi skor 3 karena teknologi yang dimiliki RSPG sudah cukup.
Dan pada kriteria resource availability (RA) diberi skor 3 karena sarana dan tenaga di Rumah Sakit Paru dr. M.
Goenawan Partowidigdo sudah tersedia dengan cukup .
9

Sedangkan pada gangguan jaringan SIMRS juga sering terjadi yang menimbulkan penumpukan pasien di
ruang tunggu tetapi masalah tersebut segera ditangani oleh pihak IT di rumah sakit Paru dr. M. Goenawan
Partowidigdo.

Sarana prasarana yang kurang juga menjadi masalah dalam penggunaan simrs , tetapi di Rumah sakit
Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo sarana dan prasana sudah cukup yaitu disetiap penunjang telah memiliki
SIMRS dan modul masing-masing.

Hasil dari pembobotan skor dengan menggunakan Teknik Kriteria Matriks

(Criteria Matrix Technique) masalah “human error” ditetapkan sebagai prioritas masalah yang nantinya akan
dilakukan pencarian penyebab dan alternatif pemecahan masalah tersebut.

4.5 Penjabaran Masalah


Setelah diketahui prioritas masalah pada Sub Bagian Mobilisasi Dana di Rumah
Sakit Paru dr. M. Goenawan Partowidigdo Cisarua yaitu “human error”, maka penjabaran dari masalah tersebut
dengan mencakup 5W+1H: ( What, Who, Where, When, Why dan How). Dengan menjabarkan keenam komponen
tersebut, maka akan memudahkan untuk memahami masalah yang terjadi dan mendapatkan informasi secara
mendalam serta menetapkan langkah terbaik dalam penyelesaian masalah yang menjadi prioritas utama. Uraian
masalah tersebut antara lain:

Tabel 16. Penjabaran Masalah

No. Komponen Keterangan


1. (What) Human error di pada user SIMRS modul kasir

Apa yang menjadi


masalah

2. (Who) Kasir rawat jalan Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan

Siapa yang terlibat Partowidigdo


dalam masalah
tersebut

3. (Where) Masalah ini ditemukan di kasir rawat jalan Rumah Sakit Paru Dr.
Dimana masalah M. Goenawan

tersebut terjadi Partowidigdo


10

4. (When) Kapan Masalah ini ditemukan pada tahun 2019


masalah tersebut
ditemukan

5. (Why) Masalah tersebut terjadi karena adanya kesalahan input tindakan


medis ataupun penunjang medis dari pengguna user SIMRS
Mengapa masalah
modul kasir pada pasien rawat jalan.
tersebut terjadi
6. (How) Bagaimana Karena kurangnya pelatihan pada pengguna SIMRS serta
masalah ini bisa kurangnya pengetahuan kasir pada nama-nama tindakan medis
terjadi ataupun penunjang medis yang tertera pada SIMRS
11

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

5.1 Kerangka Teori


Gambar 5.Kerangka Teori

METHODE MACHINE MATERIAL

MAIN

PROBLEM

ENVIRONTMENT MEASUREMENT MANPOWER

Fishbone analisis merupakan alat sistematis yang menganalisis persoalan dan faktor-
faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Fishbone analysis atau fishbone diagram ini
menampilkan keadaan dengan melihat efek dan sebab-sebab yang berkontribusi pada efek
tersebut. Melihat dari definisi tersebut Fishbone Diagram kemudian disebut sebagai cause-and-
effect diagram.

Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal, di manadapat mengidentifikasi penyebab
suatu proses out of control . Artinya, diagram sebab akibat ini dipergunakan untuk menunjukkan faktor–faktor
penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor–faktor penyebab itu. Diagram
sebab akibat ini sering juga disebut sebagai Diagram Tulang Ikan (Fishbone diagram) karena bentuknya seperti
kerangka ikan atau diagram Ishikawa yang pertamakali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas
Tokyo pada Tahun 1953
12

Kepala ikan yang biasanya terletak di sebelah kanan merupakan masalah utama yang
akan dicari tau faktor-faktor penyebabnya. Sedangkan yang dicantumkan pada bagian tulang-
tulang ikan merupakan kategori-kategori yang mempengaruhi terjadinya masalah tersebut.
Kategori yang paling umum digunakan diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Manpower : Segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenaga kerja dilihat dari aspek
lemahnya pengetahuan, kurang ketrampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, lambatnya
kecepatan kerja, banyak tekanan kerja, stress dll.

b. Material : Berkaitan dengan ketersediaan bahan baku utama atau bahan baku penolong yang
terkait dengan akar masalah, dengan melihat aspek kualitas bahan baku tidak sesuai standar,
bahan baku tidak lengkap, kuantitas bahan baku tidak seragam,ukuran dan spesifikasi tidak
standar dll.

c. Machine : Segala masalah yang terkait dengan aspek peralatan, mesin maupun physical
tools lainnya. Misalnya perawatan mesin-mesin, ,ketidaklengkapan
mesin/peralatan, pengkalibrasian mesin yang tidak standar,daya tahan mesin yang lemah,
kesulitan dalam penggunaan mesin, mesin tidak user-operability, dll.

d. Method : Segala hal masalah terkait dengan metode dan prosedur kerja. Misalnya prosedur kerja
tidak ada, metode sulit dipahami, metode tidak standar, metode tidak cocok, metode yang
bertentangan dengan metode lainnya dll.

e. Measurement : Cara pengambilan data dari proses yang dipakai untuk menentukan kualitas
proses.

f. Environment : Melihat aspek tempat kerja, waktu, lingkungan yang tidak mendukung.

Dari masing-masing kategori tersebut, terus dikembangkan ke tahap yang lebih detail.
Tidak semua penyebab yang ada di bagian tulang ikan memiliki kontribusi yang sama terhadap
permasalahan. Beberapa penyebab memiliki kontribusi yang sangat besar, namun ada juga
penyebab yang kontribusinya terlalu kecil, bahkan mungkin hampir tidak ada kontribusi sama
sekali.
5.2 Analisis Penyebab Masalah
Setelah diketahuinya masalah yang menjadi prioritas pada bab IV yaitu “penurunan
penerimaan pendapatan rumah sakit”, maka langkah berikutnya adalah menganalisis penyebab
masalah tersebut agar kemudian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah untuk
menanggulangi masalah tersebut. Penulis menguraikan penyebab masalah dengan menggunakan
metode fishbone diagram (diagram tulang ikan) sebagai berikut:
13

Gambar 5.1 Kerangka Teori


Method

Pelatihan SIMRS Machine Material


kurang intensif

Human
error

Man
ENVIRONTMENT MEASUREMENT - Ketertiban entry dan mutasi data SIMRS
- Jumlah
- Tenaga ahli yang kurang pengetahuan
pasien yang
tentang pentingnya penggunaan SIMRS /
banyak
SDM

5.3 Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah menganalis beberapa penyebab dari masalah penurunan penerimaan
pendapatan rumah sakit, langkah selanjutnya yaitu menentukan alternatif pemecahan masalah.
Berikut ini adalah daftar alternatif pemecahan masalah berdasarkan dari tiap penyebab masalah :
14

No Analisis penyebab masalah Alternative pemecahan masalah


1. Pelatihan SIMRS kurang intensif Pelatihan SIMRS secara intensif
2. Jumlah pasien yang banyak Perluasan ruangan
3. Ketertiban entry dan mutasi data Pertemuan rutin mengingat pentingnya
SIMRS SIMRS
4. Tenaga ahli yang kurang Penambahan tenaga ahli

- Pelatihan SIMRS secara intensif

Dalam proses belajar dan bukan dengan latar belakang TI, karyawan rumah sakit terutama user memerlukan
pelatihan secara intensif guna mengetahui apa yang menghambat para karyawan dalam implementasi SIMRS.
Selain user pelatihan juga diberikan kepada seluruh karyawan baik paramedis dan non paramedis, sehingga
diharapkan meskipun user tidak berada ditempat, karyawan lain dapat mengentry data.

- Tenaga ahli Penambahan

tenaga ahli di bidang teknologi informasi (TI) terutama dengan latar belakang pendidikan informatika sangat
diperlukan dalam menjalankan SIMRS. Dengan adanya tenaga ahli, dapat bertugas membantu tim IT RS sehingga
permasalahan yang timbul dalam implementasi SIMRS dapat segera diselesaikan dengan cepat.

- Pertemuan rutin mengingat pentingnya penggunaan SIMRS

Pertemuan rutin dapat menjadi media pengingat bahwa SIMRS sangat penting kegunaannya baik bagi
user maupun kecepatan pelayanan. Selain itu, dengan adanya pertemuan rutin, masalah-masalah yang timbul
sehubungan dengan interaksi antar unit dapat terpecahkan.
15
16

Anda mungkin juga menyukai