Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit TB Paru merupakan masalah di Indonesia, hal ini dapat

dibuktikan bahwa penyakit tersebut menepati urutan ke 2 sebagai penyebab

kematian di Indonesia.(Hasil Survey Depkes 1992).

Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi bakteri menahun yang

disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, suatu basil tahan asam yang

ditularkan melalui udara (Asih, 2004). Penyakit ini ditandai dengan

pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi. Penyakit

TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi

seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis dan TB usus.

Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah. Sejauh ini, Asia

termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia.

Setiap 30 detik, ada satu pasien di Asia meninggal dunia akibat penyakit ini.

Sebelas dari 22 negara dengan angka kasus TB tertinggi berada di Asia, di

antaranya Banglades, China, India, Indonesia, dan Pakistan. Empat dari lima

penderita TB di Asia termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007). Di

Indonesia, angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun atau

8 persen dari korban meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat lebih

dari 500.000 kasus baru TB, dan 75 persen penderita termasuk kelompok usia

produktif. Jumlah penderita TB di Indonesia merupakan ketiga terbesar di

dunia setelah India dan China.

1
B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan tentang dengan

gangguan sistem pernapasan TB Paru.

b. Tujuan Khusus

Menggambarkan pengkajian data keluarga pada pasien dengan

menggambarkan faktor penunjang dan penghambat.

2
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Defenisi

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh micobacterium

tuberculosis, umumnya menyerag paru-paru tetapi dapat juga menyerang

organ tubuh lainnya.

(Randy Marion Caine, 1986, hal 654)

Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang bersifat menular dan secara

kronis dapat menyebabkan kematian penderita.

(Soeparman Penyakit Dalam II hal 111, 1990)

B. Anatomi Fisiologi Paru

Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung

O2 ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung

CO2 sebagai oksidasi keluar dari tubuh.

Paru-paru adalah organ pernapasan paru-paru terdiri dari 2 bagian yaitu

paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus dan paru-paru kanan terdiri dari 3

lobus, paru-paru kiri terdiri dari tiga lobus yaitu lobus superrior, media dan

lobus inferior, setiap lobus terdiri dari belahan yang kecil yaitu sekmen, pada

paru-paru kiri mempunyai 10 sekmen, 5 sekmen pada lobus superrior dan lima

sekmen lobus inferior.

Pernapasan di paru-paru adalah pertukaran gas oksigen yang dihirup

dengan karbondioksida yang dihasilkan oleh metabolisme dalam tubuh.

3
Pertukaran gas ini terjadi dari bronchus respiratory dan alveolis dengan darah

kapiler paru-paru oleh pertukaran oksigen dari udara masuk ke dalam darah,

dan karbondioksuda dalam darah keluar alveolis.

Paru-paru menerima darah dari arteri pulmonalis diisi dari varrikel kanan,

darah ini berasal dari seluruh tubuh yang kaya akan CO2, sedangkan

konsentrasi O2 rendah, disamping itu paru-paru memperoleh darah dari arteri,

inomi pada cabang aorta yang berfungsi membawa makanan ke jaringan paru-

paru.

(William F. Gonang 1999 hal 552)

C. Etiologi

Penyebab tuberculosis adalah kuman yang berbentuk batang dengan

ukuran panjang 1 sampai 4 / um, dan tebal 0,3 – 0,6 / um, kuman ini dapat

hidup atau bertahan hidup pada lembab maupun dalam keadaan dingin.

D. Phatofisiologi

Tiba di pintu masuk organisme microbacterium tuberculosis adalah saluran

pernapasan, saluran cerna dan luka-luka terbuka pada kulit, kebanyakan

infeksi tuberculosis disebabkan karena inhalasi basil tubercel. Tempat

implementasi tubercel adalah yang paling sering pada permukaan alviolar dari

parenkim paru, paru bagian bawah, lobus atas atau lobus bawah bagian yang

timbul adalah oleh basil tubercel merupakan proses peradangan.

(Silvia, Anderson Price 1986, hal 580)

Pada M. Tuberculosis primer penularan terjadi karena kuman dibatukkan

atau dibersihkan keluar menjadi droplet nuclear, bila kuman menetap di

jaringan di paru-paru dia akan berkembang biak dalam sitoplasma dalam

4
makrofag kuman yang bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang

tuberculosis pneumonia kecil disebut sarang primer, akan timbul peradangan

saluran getah bening menuju hilus pulmonalis serangan primer bersama

dengan kompangitis lokal dan kompangitis regional yang dikeal sebagai

komplek primer.

Komplek primer dapat menjadi:

1. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat

2. Sembuh sedikit tanpa meninggalkan cacat tapi sedikit bekas garis fibriotik,

klasifikasi hilus da komplek

3. Berkomplikasi dan menyebar.

5
M. Tuberculosis terhirup di udara

M. Bovis masuk ke paru – paru

Menempel pada bronchiole atau alveolus

Memperbanyak setiap 18 – 24 jam

Brolifelasi sel epitel disekeliling hasil dan membentuk

Dinding antara basil dan organ yang terinfeksi

(tuberkel) basil menyebar melalui kelenjar getah bening

Menuju kelenjar regional dan menimbulkan reaksi eksudasi

Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan meluas

Keseluruh paru – paru ( bronchi a pleura )

Erosi pembuluh darah

Basil menyebar ke daerah yang dekat dan jauh ( TB Miller )

Tulang Otak Ginjal

E. Tanda Dan Gejala

Keluhan yang sering terjadi:

1. Demam

Biasanya demam subfibris tetapi bisa mencapai 40 – 410C

2. Batuk

6
Pertamanya batuk sering kemudian batuk produktif, tidak sembuh selama

± 4 minggu dapat berupa batuk darah, pecahnya pembuluh darah

3. Sesak napas

Pertamanya tidak ditemukan sesak setelah peradangan lebih lanjut, dapat

sesak akibat infiltrasi sesudah setengah bagian paru.

4. Nyeri dada

Ini muncul bila infiltrasi radang sampai ke pleura.

5. Malaise sakit kepala, meriang

6. BTA (+)

7. Anorexia

8. Keringat malam

9. BB menurun

F. Komplikasi Yang Timbul

 TBC pneumona

 Pleuritis

 Empisema

 Fleura effosion

 TBC Broncho trakea

G. Data Penunjang

 Pemeriksaan darah (LED: Laju Endap Darah)

 Pemeriksaan sputuk: BTA

 Test Tuberculin: mantaux test

 Pemeriksaan radiologi: photo thorax

H. Penatalaksanaan

7
Pengobatan yang digunakan dalam megatasi penyakit / kuman tuberculosis

ini adalah jangka panjang dan jangka pendek.

Pengobatan dalam jangka pendek adalah waktunya 2 bulan.

1. Fase intensif (makan obat setiap hari dalam 1 bulan)

2. Fase intermiten (makan obat 3 kali seminggu selama 4 bulan)

Panduan obat yang digunakan Intensif Intermiten

- INH 400 mg 700 mg

- Vit B6 10 mg 10 mg

- Rifamfisin 400 mg 600 mg

- Etambutol 1000 mg -

- Pyrazinamid 300 mg 300 mg

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Data Subjektif

Penting untuk menentukan apakah pasien telah terpapar oleh penderita

tuberculosis aktif atau tidak seringkali penyebab infeksi tidak diketahui dan

mungkin tidak dapat ditentukan, pada waktu yang sama. Kontak erat dengan

pasien harus diidentifikasi pula sehingga mereka dapat mengalami

pemeriksaan untuk menentukan apakah mereka penderita penyakit aktif atau

memiliki test tuberculin positif.

Data Objektif

 Adanya batuk

 Peningkatan suhu tubuh

 Keringat malam

 Anorexia

 Penurunan BB

 Sputum bercampur darah

 Nyeri dada

9
2. DIAGNOSA KEPERAWTAN

1. Kebersihan jalan nafas tidak efektif b/d adanya sekresi di tracheos bronchial

d/d os meyatakan sesak sulit bernafas, RR: 76 x/I, batuk produktif sputum

berwarna kuning kehijauan dengan konsistensi kental nyeri pada dada sebelah

kiri dengan kala sedang (4 – 6).

2. Demam b/d infeksi kuman tuberculosis d/d os mengatakan demam, temperatur

os 38,50C mukosa mulut tampak kering, wajah os tampak kemerahan, turgor

kulit kering.

3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d anorexia produksi sputum d/d os

mengatakan tidak nafsu makan, os demam, penurunan BB dengan BB awal 70

kg dan BB akhir 66 kg dalam 1 minggu.

10
ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasionalisasi Implementasi Evaluasi


Kebersihan jalan Jalan nafas efektif  Beri pasien  Air hangat Memberi pasien S:
nafas tidak efektif dengan kriteria minum air membatu minum air Os menagatakan
b/d adanya sekresi hasil nafas bersih / hangat menurunkan hangat sebanyak sesak mulai
di tracheos jelas, RR , batuk kekentalan 500 cc / hari berkurang
bronchial d/d os tidak ada, tidak sekret,
mengatakan sesak adanya sputum mempermudah O:
dan sulit bernafas serta nyeri pada pengeluaran RR: 20 x/I, sputum
RR: 26 x/I batuk dada sebelah kiri menurunkan masih keluar
produktif sputum hilang spasme broncus
berwarna kuning A:
kehijauan dengan Masalah sebagian
konsistensi kental,  Kaji posisi yang  Mengatur posisi Memberi posisi teratasi
nyeri pada dada nyaman untuk yang nyaman semi fowler
sebelah kiri dengan pasien agar sesak dengan cara P:
skala sedang berkurang kepala lebih R/T dilanjutkan
tinggi dari kaki

 Anjurka pasien  Batuk produktif Mengajarkan

19
untuk batuk dapat pasien untuk
produktif mengurangi menarik nafas 2-
rasa sesak, dan 3 kali ditahan
nyeri dada kemudian pada
hitungan ke 3
dihentikan keluar

 Kolaborasi  Pemberian Pemberian obat


dengan dokter therapy etambutol,
dalam mempercepat rifampisin,
pemberian proses pyrazinamid
therapy penyembuhan
Demam b/d infeksi Suhu tubuh  Kompres pasien  Kompres dingin Mengompres S:
kuman tuberculosis kembali normal dengan air menyebabkan pasien dengan air Os mengatakan
d/d os mengatakan dengan kriteria dingin pembuluh darah dingin di bagian tidak demam lagi
demam temperatur hasil temperatur bervaso kening
os 38,50C mukosa 370C mukosa kontriksi
mulut tampak mulut lembab, O:
kering, wajah os wajah tidak tampak Temperatur os

20
tampak kemerahan, merah dan turgor  Anjurkan pasien  Minum banyak Menganjurkan 370C
turgor kulit kering kulit lembab untuk minum menambah pasien minum
banyak kebutuhan banyak air putih A:
cairan dalam Masalah teratasi
tubuh
P:
 Kolaborasi  Antibiotik Memberikan R/T dilanjutkan
dengan dokter berfungsi paracetamol 1
dalam menurunkan tablet sesuai
pemberian suhu tubuh, instruksi dokter
antipiretik dan antibiotik dan injeksi
antibiotik bila berfungsi gentamicin / 8
diperlukan membunuh jam bila
bakteri diperlukan
Pemenuhan Os kembali  Kaji kebiasaan  Pasien distress Mengkaji pasien S:
kebutuhan nutrisi memiliki nafsu diet, masukan pernafasan akut tentang makanan Nafsu makan os
kurang dari makan dengan makanan saat sering anorexia yang disukai dan mulai meningkat
kebutuhan b/d kriteria hasil, ini, catat karena dispnea, mengkaji pada
produksi sputum peningkatan BB, kesulitan makan produksi saat kapan px O:
d/d os mengatakan porsi bertambah sputum dan mengalami Porsi yang

21
tidak nafsu makan, obat kesulitan untuk disajikan habis
os demam makan speerti
penurunan BB pada saat batuk A:
dengan BB awal 70  Hindari  Suhu eksterm Memberi diet Masalah teratasi
kg, BB akhir 66 kg makanan yang dapat MBTKTP selagi
sangat panas mecetuskan / hangat P:
dan dingin meningkatkan R/t dilanjutkan
spasme batuk

 Beri makanan  Beri Menganjurkan


porsi sedikit tapi kesempatan pada keluarga os
sering untuk untuk
meningkatkan memberikan
pemasukan makanan sedikit
kalori total tapi sering pada
os

22
DAFTAR PUSTAKA

 Barbara, C.L., 1996, Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses


keperawatan) Bandung
 Doengoes, M.., Rencana Asuhan Keperawatan. edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
 Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
 Adrian Taufik. 2009. Tuberkulosis Paru.

 Laily Arifin. 2007. Kehamilan dan Tuberkolosis

 Admin. 2008. TB Kehamilan

 Admin. 2009. Tuberkulosis Paru.

 Admin. 2010. TBC pada Ibu Hamil.

 Admin. 2008. TB Paru.


 Suryadi, yuliani rita ., 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Jakarta
 Ikatan Dokter Anak Indonesia, Satgas Imunisasi, Penerbit FKUI, Edisi ke 3,
Tahun 2008
 Pearce, Evelyn C, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit
Gramedia : Jkt , 2002.
 Suriadi, Rita Yuliani, Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1, Gramedia:
Jakarta, 2005.

19

Anda mungkin juga menyukai