Anda di halaman 1dari 42

Pengantar Analisis Real

Oleh:
Rafael Denik Agustito

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
2020
KATA PEGANTAR

Bismil Abi wal Ibni wa Ruhul Qudusyi, Al-Illahuw wahid. Amin

Kami bersyukur kepada Bapa bersama dengan Firman-Nya dan Roh Suci-
Nya yaitu Allah Yang Maha Esa yang dimuliakan sepanjang segala masa. Dengan
rasa syukur ini, kami telah menyelesaikan penulisan bahan ajar Pengantar
Analisis Real diperuntukan bagi para pembaca yang sedang dan akan mempelajari
analisis real. Bahan ajar ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami
terbuka kepada para pembaca atas kritik, saran dan masukannya demi
kesempurnaan bahan ajar ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang
terlibat dalam memberikan masukan bahan ajar ini dan juga tidak lupa saya
berterimakasih kepada Ibu Istiqomah selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah memberikan dukungannya kepada kami demi
terselesaikannya bahan ajar ini.

Demikian kami haturkan terima kasih, melalui doa syafaat dari Bunda Maria, ya
Tuhan kami penguasa langit dan bumi kasihanilah kami dan selamatkanlah kami.
Amin.

Rafael Denik Agustito


PERTEMUAN 1 (Pengantar Analisis Real)

Sifat-Sifat Aljabar dari Bilangan Real

Rafael Denik Agustito

Bagian ini akan mengkaji sifat-sifat aljabar dari bilangan real. Sifat-sifat
aljabar dari bilangan real adalah kajian mengenai sifat-sifat dari himpunan
bilangan real bersama dengan operasinya seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian.

Definisi 1.1. Pada himpunan bilangan real terdapat dua buah operasi biner
padanya yang dinotasikan dengan + (katakan sebagai operasi penjumlahan) dan .
(katakan sebagai operasi perkalian) dan memenuhi aksioma-aksioma berikut ini:
(F1). .
(F2). .
(F3). .
(F4). .
(F5). .
(F6). .
(F7). .
(F8). .
(F9). dan .

Himpunan bilangan real bersama dengan dua buah operasi biner yaitu +
dan . dan dinotasikan dengan membentuk sebuah lapangan dan katakan
lapangan ini adalah lapangan bilangan real.

Teorema 1.2. Diberikan .


(i). Jika maka .
(ii). Jika dengan maka .
Bukti:
(i). Diketahui .
Jelas .
Jelas .
Jelas .
Jadi .
(ii). Diketahui dengan .
Karena , jelas .
Jelas .
Jelas .
Jelas .
Jadi .

Teorema 1.3. Diberikan .


(i). Jika maka .
(ii). Jika dengan maka .
Bukti:
(i). Diketahui .
Jelas .
Jelas .
Jelas .
Jadi .
(ii). Diketahui dengan .
Karena , jelas .
Jelas .
Jelas .
Jelas .
Jadi .

Teorema 1.4. Diberikan .


(i). .
(ii). .
(iii). .
(iv). .
Bukti:
(i). (membangun premis)
Jelas .
Jadi .
Berdasarkan Teorema 1.2 (i), jelas diperoleh .
Jadi .
(ii). (membangun premis)
Jelas .
Jadi .
Berdasarkan Teorema 1.3 (i), jelas diperoleh .
(iii). Berdasarkan Definisi 1.1 (F4), diperoleh .
Berdasarkan Teorema 1.3 (i),diperoleh .
Jadi .
(iv). Dengan mengganti pada Teorema 1.4(ii), diperoleh
.
Berdasarkan Teorema 1.4(iii), diperoleh .
Jadi .

Teorema 1.5. Diberikan .


(i). Jika maka atau .
(ii). Jika dengan maka .
(iii). Jika maka dan .
Bukti:
(i). Dibuktikan jika maka atau .
Andaikan tetapi .
Karena , jelas .
Jelas .
Jelas .
Jelas .
Jadi (kontradiksi dengan ).
Jadi haruslah atau .
(ii). Silakan dikerjakan (ini sangat mudah).
(iii). Diketahui .
Andaikan .
Jelas (suatu kontradiksi).
Jadi haruslah .
Karena , jelas dan .

Jadi diperoleh .

Berdasarkan Teorema 1.5 (ii), diperoleh .

Jadi .

Pada pelajaran berhitung tingkat sekolah dasar, sering kali menuliskan


simbol untuk perkalian bilangan real dan pembagian bilangan real berturut-turut
dengan notasi dan . Maksud dari kedua simbol itu tertuang dalam definisi
berikut:

Definisi 1.6. Diberikan .


(i). .
(ii). .
(iii). dengan .
Lemma 1.7. Diberikan dengan .
(i). .
(ii). .
Bukti:
(i). Diketahui .
Karena , jelas dan .
Karena , jelas . (Mengapa?).
Karena , jelas .
Jelas
.
Jelas .
Jelas .
Karena dan , berdasarkan Teorema 1.5 (ii),
diperoleh .
Jadi .
(ii). Berdasarkan Definisi 1.6 (iii), diperoleh .
Jelas
.
Jadi .

Teorema 1.8. Diberikan dengan .


(i). .
(ii).
Bukti:
Sebagai latihan.

=====BERKAH DALEM=====
PERTEMUAN 2 (Pengantar Analisis Real)

Sifat-Sifat Urutan dari Bilangan Real

Rafael Denik Agustito

Bagian ini akan mengkaji sifat urutan dari bilangan real. Sifat urutan dari
bilangan real itu berbicara mengenai kesamaan dan ketidaksamaan di antara dua
bilangan real, seperti bilangan real positif, non-negatif, negatif dan non-positif.
Untuk mengawali bagian ini, berikut akan diberikan gagasan mengenai himpunan
bilangan positif.

Definisi 2.1. Terdapat himpunan tak-kosong yang memenuhi sifat berikut:


(i). . (Tertutup terhadap operasi +)
(ii). . (Tertutup terhadap operasi .)
(iii). . (Hukum Trikotomi).

Remark 2.2. Himpunan dalam Definisi 2.1 dinamakan himpunan bilangan real
positif.

Notasi 2.3.
(i). Jika maka ditulis , dibaca “a positif “.
(ii). Jika maka ditulis , dibaca “a negatif “.
(iii). Jika maka ditulis atau , dibaca “a non-
negatif “.
(iv). Jika maka ditulis atau , dibaca “a non-
positif “.

Definisi 2.3. Diberikan .


(i). Jika maka .
(ii). Jika maka .

Remark 2.3.
(i). artinya dan .
(ii). artinya dan .
(iii). artinya dan .
(iv). artinya dan .
(v). .
(vi). .
Teorema 2.4.
(i). Jika maka atau atau .
(ii). Jika dan maka .
Bukti:
(i). Diketahui .
Jelas .
Berdasarkan Definisi 2.1 (iii), jelas atau atau –
.
Berdasarkan Definisi 2.3 (i), jelas atau atau .
Jadi atau atau .
(ii). Pandang kontraposisinya yaitu jika maka atau .
Diketahui .
Jelas dan .
Berdasarkan Definisi 2.1 (iii), jelas atau – .
Berdasarkan Definisi 2.3 (i), jelas atau .
Jadi atau .

Teorema 2.5. Diberikan .


(i). Jika dan maka . (Sifat transitif).
(ii). Jika maka . (Sifat translasi).
(iii). Jika dan maka . (Sifat dilatasi
positif).
(iv). Jika dan maka . (Sifat dilatasi
negatif).
Bukti:
(i). Diketahui dan .
Berdasarkan Definisi 2.3 (i), jelas dan .
Berdasarkan Definisi 2.1 (i), jelas .
Karena , berdasarkan Definisi 2.3 (i), jelas .
Jadi .
(ii). Diketahui .
Berdasarkan Definisi 2.3 (i), jelas .
Jelas .
Berdasarkan Definisi 2.3 (i), jelas .
Jadi .
(iii). Diketahui dan .
Berdasarkan Definisi 2.3 (i) dan Notasi 2.3 (i), jelas dan .
Berdasarkan Definisi 2.1 (ii), jelas .
Jadi .
(iv). Diketahui dan .
Berdasarkan Definisi 2.3 (i) dan Notasi 2.3 (0i), jelas dan .
Berdasarkan Definisi 2.1 (ii), jelas .
Jelas .
Jadi .
Teorema 2.6. Diberikan .
(i). Jika maka .
(ii). .
(iii). Jika maka .
Bukti:
(i). Diketahui .
Berdasarkan Definisi 2.1 (iii), jelas atau .
Kasus :
Berdasarkan Definisi 2.1 (ii), jelas .
Berdasarkan Notasi 2.3 (i), jelas .
Jadi .
Kasus :
Berdasarkan Definisi 2.1 (ii), jelas .
Berdasarkan Notasi 2.3 (i), jelas .
Jadi .
Jadi .
(ii). Karena , berdasarkan Teorema 2.6 (i), jelas .
Jadi .
(iii). (Bukti menggunakan Induksi Matematika).
Bentuk pernyataan .
(IM 1).Berdasarkan Teorema 2.6 (ii), jelas .
Jadi benar untuk .
(IM 2). Diketahui benar untuk .
Jelas .
Berdasarkan Notasi 2.3 (i), jelas .
Karena , berdasarkan Notasi 2.3 (i), jelas .
Karena dan , berdasarkan Definisi 2.1 (i), jelas .
Karena , berdasarkan Notasi 2.3 (i), jelas .
Jadi benar untuk .
Dari (IM 1) dan (IM 2), jelas bahwa jika maka .

Teorema 2.7. Diberikan .. Jika maka .


Bukti:
Diketahui .
Berdasarkan Teorema 2.5 (ii), jelas .
Jelas .
Karena , berdasarkan Teorema 2.5 (iii), jelas .
Jelas . (*)
Berdasarkan Teorema 2.5 (ii), jelas .
Jelas .
Karena , berdasarkan Teorema 2.5 (iii), jelas .
Jelas . (**)
Dari (*) dan (**), berdasarkan Remark 2.3 (i), jelas .
Jadi .

Akibat 2.8. Diberikan . Jika maka .


Bukti:
Denggan mengganti pada Teorema 2.7, diperoleh jika maka .
Jadi maka .

Teorema 2.9. Jika yang memenuhi sifat maka .


Bukti:
(Pembuktian dengan Aturan Bukti Tak-langsung)
Andaikan tetapi .
Karena dan , jelas .
Berdasarkan Akibat 2.8, jelas .
Pilih .
Jelas . (Kontradiksi dengan )
Jadi haruslah jika yang memenuhi sifat maka .

Teorema 2.10. Diberikan .


(i). Jika maka .
(ii). Jika maka .
Bukti:
(i). (Pembuktian dengan Aturan Bukti Tak-langsung).
Andaikan tetapi .
Karena , berdasarkan Notasi 2.3 (iv), diperoleh atau .
Jelas diperoleh tetapi .
Jelas diperoleh atau .
Jelas diperoleh atau .
Jelas diperoleh atau .
Jelas diperoleh . (Kontradiksi )
Jadi haruslah jika maka .
(ii). Analog.
Teorema 2.11. Diberikan .
(i). Jika maka atau .
(ii). Jika maka atau .
Bukti:
(i). Diketahui .
Jelas .
Jelas dan .
Karena , jelas atau .
Kasus :
Karena , berdasarkan Teorema 2.10 (i), jelas .
Karena dan , berdasarkan Teorema 2.5 (iii), diperoleh
.
Jadi .
Jadi .
Kasus :
Karena , berdasarkan Teorema 2.10 (ii), jelas .
Karena dan , berdasarkan Teorema 2.5 (iv), diperoleh
.
Jadi .
Jadi .
Jadi jika maka atau .
(ii). Analog.

Akibat 2.12. Diberikan .


(i). Jika maka atau .
(ii). Jika maka atau .
Bukti:
(i). Diketahui .
Jelas .
Berdasarkan Teorema 2.11 (i), jelas atau .
Jelas atau .
Jadi jika maka atau .
(ii). Analog.

=====BERKAH DALEM=====
PERTEMUAN 3 (Pengantar Analisis Real)

Sifat-Sifat Topologi dari Bilangan Real


(Bagian 1)

Rafael Denik Agustito

3.1. NILAI MUTLAK


Definisi 3.1. Diberikan . Nilai mutlak dari a dinotasikan dengan dan
didefinisikan sebagai berikut:

Contoh 3.2.
Karena maka .
Karena maka .

Teorema 3.3. Diberikan .


(i). .
(ii). .
(iii). Jika maka .
(iv). .
Bukti:
(i). Kasus dan :
Jelas .
Karena dan , jelas dan .
Jadi .
Kasus dan :
Jelas .
Karena , jelas dan .
Jadi .
Kasus :
Jelas .
Karena jelas dan .
Jadi .
Kasus :
Jelas .
Karena dan , jelas .
Jadi .
Jadi .
(ii). Jelas
(Teorema 3.3 (i)).
( )
Jadi .
(iii). Diketahui .
. Diketahui .
Jika maka .
Jelas . (*)
Jika maka – .
Jelas .
Jelas . (**)
Dari (*) dan (**), diperoleh .
Jadi .
. Diketahui .
Jelas dan .
Jelas dan .
Karena , jelas .
Jadi .
Jadi .
(iv). Jelas jika maka .
Dengan mengganti pada Teorema 3.3 (iii), jelas diperoleh
.
Jadi .

Teorema 3.4. (Ketaksamaan Segitiga). Jika maka .


Bukti:
Berdasarkan Teorema 3.3 (iv), jelas dan .
Jelas .
Berdasarkan Teorema 3.3 (iv), jelas .
Jadi .

Akibat 3.5. Diberikan .


(i). .
(ii). .
Bukti:
(i). Jelas dan .
Jelas dan .
Jelas dan .
Jelas dan .
Jelas dan – .
Jelas – .
Berdasarkan Teorema 3.3 (iii), diperoleh .
Jadi .
(ii). Dengan mengganti pada Teorema 3.4, diperoleh
.
Jadi .
Akibat 3.6. Jika diberikan bilangan-bilangan real maka berlaku
ketaksamaan berikut:

Bukti: Ini adalah versi perumuman dari ketaksamaan segitiga.

3.2. TOPOLOGI PADA


Definisi 3.7. Diberikan dan . Lingkungan dari adalah himpunan
yang didefinisikan berikut:

Remark 3.8. Lingkungan ini adalah sebuah interval terbuka terbatas yaitu
.

Contoh 3.9. Jika maka lingkungan dari adalah interval


.

Teorema 3.10. Diberikan . Jika maka .


Bukti:
Diketahui .
Jelas .
Jelas .
Berdasarkan Teorema 2.9, diperoleh .
Berdasarkan Definisi 3.1, diperoleh .
Jadi .

Definisi 3.11. Himpunan dikatakan himpunan buka (open set) dalam jika
.

Contoh 3.12. Jika diberikan dengan maka interval terbuka terbatas


adalah himpunan buka dalam .
Bukti:
Ambil sembarang .
Jelas .
Jelas .
Jelas .
Pilih .
Bentuk lingkungan dari yaitu .
Jelas .
Jelas .
Jadi adalah himpunan buka dalam .
Contoh 3.13. Silakan saudara periksa bahwa dan juga merupakan himpunan
buka dalam .

Teorema 3.14. (Topologi pada )


(T1). dan juga merupakan himpunan buka dalam .
(T2). Jika dan adalah himpunan buka dalam maka juga
merupakan himpunan buka dalam .
(T3). Jika adalah keluarga himpunan buka dalam maka juga
merupakan himpunan buka dalam .
Bukti:
(T1). Lihat Contoh 3.13.
(T2). Diketahui dan adalah himpunan buka dalam .
Ambil sembarang .
Jelas dan .
Karena dan adalah himpunan buka dalam , jelas yang
sifatnya dan .
Pilih .
Bentuk lingkungan dari yaitu .
Jelas .
Jelas .
Jadi adalah himpunan buka dalam .
(T3). Diketahui adalah keluarga himpunan buka dalam .
Ambil sembarang .
Jelas untuk suatu indeks .
Karena adalah himpunan buka dalam , jelas
.
Jelas .
Jadi adalah himpunan buka dalam .

Contoh 3.15. Jika diberikan maka interval-interval berikut :


juga merupakan himpunan buka dalam .

Definisi 3.17. Himpunan dikatakan himpunan tertutup (closed set) dalam


jika adalah himpunan buka dalam .

Contoh 3.18.
(i). Karena adalah himpunan buka dalam dirinya (Contoh 3.13), jelas
adalah himpunan tertutup dalam .
(ii). Karena adalah himpunan buka dalam (Contoh 3.13), jelas adalah
himpunan tertutup dalam .
(iii). Karena interval buka adalah himpunan buka dalam (Contoh 3.15),
maka adalah himpunan tertutup dalam .
(iv). Karena interval buka adalah himpunan buka dalam (Contoh 3.15),
maka adalah himpunan tertutup dalam .
(v). Karena interval buka adalah himpunan buka dalam (Contoh 3.12),
maka adalah himpunan tertutup dalam .

Teorema 3.19.
(C1). dan juga merupakan himpunan tertutup dalam .
(C2). Jika dan adalah himpunan tertutup dalam maka juga
merupakan himpunan tertutup dalam .
(C3). Jika adalah keluarga himpunan tertutup dalam maka juga
merupakan himpunan tertutup dalam .
Bukti:
(C1). Jelas dari Contoh 3.18 (i) dan (ii).
(C2). Diketahui dan adalah himpunan tertutup dalam .
Berdasarkan Definisi 3.17, adalah himpunan buka dalam .
Karena adalah himpunan buka dalam , berdasarkan Teorema
3.14 (ii), jelas adalah himpunan buka dalam .
Berdasarkan Hukum De’Morgan, jelas .
Karena dan adalah himpunan buka dalam ,
jelas adalah himpunan buka dalam .
Karena adalah himpunan buka dalam , berdasarkan Definisi
3.17, jelas adalah himpunan tertutup dalam .
(C3). Diketahui adalah keluarga himpunan tertutup dalam .
Jelas adalah himpunan buka dalam untuk setiap .
Berdasarkan Teorema 3.14 (iii), jelas adalah himpunan buka dalam .
Berdasarkan Hukum De’Morgan, jelas .
Karena dan adalah himpunan buka dalam , jelas
adalah himpunan buka dalam .
Karena adalah himpunan buka dalam , berdasarkan Definisi 3.17,
jelas adalah himpunan tertutup dalam .

=====BERKAH DALEM=====
PERTEMUAN 4 (Pengantar Analisis Real)

Sifat-Sifat Kelengkapan dari Bilangan Real


(Bagian 1)

Rafael Denik Agustito

4.1. HIMPUNAN TERBATAS


Definisi 4.1. Diberikan himpunan tak-kosong .
(i). Elemen dikatakan batas atas dari A jika .
(ii). Elemen dikatakan batas bawah dari A jika .

Remark 4.2.
(i). Elemen dikatakan bukan batas atas dari A jika .
(ii). Elemen dikatakan bukan batas bawah dari A jika .

Contoh 4.3. Diberikan interval .


(i). Jelas adalah batas atas , karena .
(ii). Jelas adalah batas bawah , karena .
(iii). Jelas bukan batas atas ,karena .
(iv). Jelas 0 bukan batas bawah , karena .

Remark 4.4.
(i). Jika elemen adalah batas atas himpunan tak-kosong ,maka A
dikatakan himpunan yang memiliki batas atas.
(ii). Jika elemen adalah batas bawah himpunan tak-kosong , maka A
dikatakan himpunan yang memiliki batas bawah.
(iii). Jika himpunan yang memiliki batas atas, maka himpunan tersebut
dinamakan himpunan yang terbatas ke atas.
(iv). Jika himpunan yang memiliki batas bawah,maka himpunan tersebut
dinamakan himpunan yang terbatas ke bawah.
(iii). Himpunan dikatakan terbatas jika himpunan tersebut terbatas ke atas dan
terbatas ke bawah.

Contoh 4.5.
(i). Interval adalah himpunan yang terbatas (terbatas ke atas dan
terbatas ke bawah).
(ii). Interval adalah himpunan yang terbatas ke atas tetapi tidak
terbatas ke bawah.
(iii). Interval adalah himpunan yang terbatas ke bawah tetapi tidak
terbatas ke atas.
(iv). Interval adalah himpunan yang tidak terbatas (tidak
terbatas ke atas dan juga tidak terbatas ke bawah).
4.2. SUPREMUM DAN INFIMUM
Definisi 4.6. Diberikan himpunan tak-kosong yang terbatas ke atas. Elemen
dikatakan supremum (batas atas terkecil) dari A jika memenuhi sifat berikut:
(S1). .
(S2). Jika diberikan sembarang batas atas A yaitu maka .

Definisi 4.7. Diberikan himpunan tak-kosong yang terbatas ke bawah.


Elemen dikatakan infimum (batas bawah terbesar) dari A jika memenuhi
sifat berikut:
(I1). .
(I2). Jika diberikan sembarang batas bawah A yaitu maka .

Teorema 4.8. Diberikan himpunan tak-kosong yang terbatas ke atas. Batas


atas dari A dikatakan supremum A jika dan hanya jika
.
Bukti:
Diketahui batas atas dari A dikatakan supremum A.
Jelas adalah batas atas dari A yang terkecil.
Ambil sembarang .
Jelas .
Karena adalah batas atas dari A yang terkecil, jelas bukan batas
atas A.
Karena bukan batas atas A, berdasarkan Remark 4.2 (i), jelas
.
Jadi .
Diketahui .
Andaikan batas atas dari A bukan yang terkecil.
Jelas terdapat batas atas dari A yag sifatnya .
Karena , jelas .
Pilih .
Jelas untuk suatu .
Jelas untuk suatu .
Jelas untuk suatu .
Berdasarkan Remark 4.2 (i), jelas bukan batas atas A.
Ini kontradiksi dengan suatu batas atas dari A.
Jadi haruslah batas atas dari A adalah yang terkecil (dengan kata lain
adalah supremum dari A).

Teorema 4.9. Diberikan himpunan tak-kosong yang terbatas ke bawah.


Batas bawah dari A dikatakan infimum A jika dan hanya jika
.
Bukti: Silakan dibuktikan seperti pada Teorema 4.8.
Prinsip Supremum dan Infimum : Himpunan yang terbatas ke atas selalu
memiliki supremum dan himpunan yang terbatas ke bawah memiliki infimum.

Contoh 4.10.
(i). Pada interval , jelas dan .
(ii). Pada interval , jelas dan .
(iii). Pada interval , jelas dan .
(iv). Pada interval , jelas .

Contoh 4.11. Jika maka .

Teorema 4.12. (Archimedes). .


Bukti:
(Pembuktian menggunakan aturan tak-langsung)
Andaikan .
Berdasarkan Definisi 4.1 (i),jelas adalah batas atas .
Karena adalah batas atas , berdasarkan Remark 4.4 (i), jelas terbatas ke
atas.
Karena terbatas ke atas, berdasarkan prinsip supremum, jelas memiliki
supremum.
Tulis .
Jelas .
Karena dan , jelas bukan batas atas .
Karena bukan batas atas , berdasarkan Remark 4.2 (i), jelas
.
Jelas .
Karena , jelas .
Tulis n .
Jadi .
Karena , berdasarkan Remark 4.2 (i),jelas bukan batas atas .
Karena bukan batas atas , jelas tidak akan pernah menjadi supremum dari .
Ini kontradiksi dengan .
Jadi haruslah .

Akibat 4.13. Jika maka .


Bukti:
(Pembuktian menggunakan Teorema 5.9 : )
Ambil sembarang .
Jelas (Terlebih-lebih ).
Karena (Terlebih-lebih ), berdasarkan Teorema 4.12, jelas .
Karena , jelas .
Jadi .
Jadi .

Akibat 4.14. .
Bukti:
Ambil sembarang .
Jelas (Terlebih-lebih ).
Berdasarkan Teorema 4.12, jelas .
Jelas .
Jadi .

Well Ordering Principle : Setiap himpunan bagian tak-kosong memiliki


elemen terkecil. Elemen dikatakan elemen terkecil dari jika .

Akibat 4.15. .
Bukti:
Ambil sembarang .
Bentuk himpunan .
Karena , berdasarkan Teorema 4.12, jelas .
Karena , jelas .
Karena , jelas .
Karena dan , berdasarkan Well Ordering Principle, jelas memiliki
elemen terkecil.
Tulis adalah elemen terkecil dari S.
Karena , jelas . (*)
Karena adalah elemen terkecil dari S, jelas .
Karena , jelas . (**)
Dari (*) dan (**), jelas .
Jadi .

=====BERKAH DALEM=====
PERTEMUAN 5 (Pengantar Analisis Real)

Sifat-Sifat Kelengkapan dari Bilangan Real


(Bagian 2)

Rafael Denik Agustito

5.1. APLIKASI DARI SUPREMUM DAN INFIMUM


Contoh 5.1. Diberikan sebuah himpunan tak-kosong yang terbatas ke atas
dan . Kemudian bentuk himpunan berikut :

maka .
Bukti:
Diketahui himpunan tak-kosong adalah terbatas ke atas.
Berdasarkan prinsip supremum, jelas A memiliki supremum.
Tulis .
Karena , jelas u adalah batas atas A.
Karena u adalah batas atas A, jelas .
Karena , jelas .
Jelas adalah batas atas .
Jelas terbatas ke atas.
Berdasarkan prinsip supremum, jelas memiliki supremum.
Karena adalah batas atas , jelas .
Jadi . (*).

Ambil sembarang batas atas dari himpunan .


Jelas .
Jelas .
Jelas batas atas .
Karena batas atas , jelas .
Jelas .
Karena sembarang batas atas dan , jelas
.
Jadi (**).

Dari (*) dan (**), diperoleh .

Contoh 5.2. Diberikan sebuah himpunan tak-kosong yang terbatas ke


bawah dan . Kemudian bentuk himpunan berikut :
maka .
Bukti: Analog dengan Contoh 5.1.

Contoh 5.3. Diberikan sebuah himpunan tak-kosong yang terbatas ke atas


dan dengan . Kemudian bentuk himpunan berikut :

maka .
Bukti:
Diketahui himpunan tak-kosong adalah terbatas ke atas.
Berdasarkan prinsip supremum, jelas A memiliki supremum.
Tulis .
Karena , jelas u adalah batas atas A.
Karena u adalah batas atas A, jelas .
Karena , jelas .
Jelas adalah batas atas .
Jelas terbatas ke atas.
Berdasarkan prinsip supremum, jelas memiliki supremum.
Karena adalah batas atas , jelas .
Jadi . (*).

Ambil sembarang batas atas dari himpunan .


Jelas .
Jelas .
Jelas batas atas .
Karena batas atas , jelas .
Jelas .
Karena sembarang batas atas dan , jelas .
Jadi (**).

Dari (*) dan (**), diperoleh .

Contoh 5.4. Diberikan sebuah himpunan tak-kosong yang terbatas ke


bawah dan dengan . Kemudian bentuk himpunan berikut :

maka .
Bukti: Analog dengan Contoh 5.3.
Contoh 5.5. Diberikan sebuah himpunan tak-kosong yang terbatas dan
. Buktikan bahwa :
(i). .
(ii). .
Bukti: Analog dengan Contoh 5.3 dan Contoh 5.4.

Contoh 5.7. Diberikan dua buah himpunan tak-kosong terbatas ke atas.


Kemudian bentuk himpunan berikut:

maka .
Bukti:
Diketahui dua buah himpunan tak-kosong terbatas ke atas.
Berdasarkan prinsip supremum, jelas dan memiliki supremum.
Tulis dan .
Berdasarkan Teorema 4.8, Jelas
.
Jelas .
Jelas .
Jadi .
Berdasarkan Teorema 4.8, Jelas .
Jadi .

Contoh 5.8. Diberikan dua buah himpunan tak-kosong terbatas ke bawah.


Kemudian bentuk himpunan berikut:

maka .
Bukti: Analog dengan Contoh 5.7.

Contoh 5.9. Jika maka tentukan .


Jawab:
Diketahui himpunan .
Jelas himpunan dapat dinyatakan sebagai jumlahan dari himpunan
dan yaitu .
Jelas himpunan A dan B adalah terbatas (ke atas dan ke bawah).
Berdasarkan Contoh 4.11, jelas bahwa .
Berdasarkan Contoh 5.7, jelas .
Jadi .
Berdasarkan Akibat 4.13, jelas bahwa .
Berdasarkan Contoh 5.8, jelas .
Jadi .

5.2. SIFAT KERAPATAN BILANGAN REAL


Sifat kerapatan dari bilangan real ini mengatakan bahwa terdapat sebuah
bilangan rasional dan bilangan irrasional di antara dua bilangan real yang
berbeda.

Definisi 5.10. Bilangan real dikatakan bilangan rasional jika dengan


dengan .

Contoh 5.11. adalah bilangan irrasional.


Bukti:
(Pembuktian dengan aturan bukti tak-langsung)
Andaikan adalah bilangan rasional.
Jelas .
Karena , jelas .
Jelas .
Karena , jelas bilangan bulat genap.
Karena bilangan bulat genap, jelas juga bilangan bulat genap. (*)
Karena adalah bilangan bulat genap, jelas untuk suatu .
Karena , jelas .
Jelas .
Jelas .
Karena , jelas bilangan bulat genap.
Karena bilangan bulat genap, jelas juga bilangan bulat genap. (**)
Dari (*) dan (**), jelas .
Kontradiksi dengan .
Jadi haruslah adalah bilangan irrasional.

Teorema 5.12. Jika maka terdapat bilangan rasional yang


sifatnya .
Bukti:
(Tanpa mengurangi perumuman) ambil sembarang .
Karena , jelas .
Berdasarkan Akibat 4.14, jelas .
Jelas .
Jelas .
Karena dan , jelas .
Karena , berdasarkan Akibat 4.15, jelas .
Karena , jelas .
Karena dan , jelas .
Karena dan , jelas .
Karena dan , jelas .
Jelas .
Jelas .
Karena , jelas .
Jelas .
Jadi terdapat bilangan rasional yang sifatnya .

Akibat 6.13. Jika maka terdapat bilangan irrasional yang


sifatnya .
Bukti:
Ambil sembarang dengan .
Jelas .
Berdasarkan Teorema 5.12, jelas .
Jelas .
Jelas adalah bilangan irrasional (mengapa?).
Pilih .
Jadi terdapat bilangan irrasional yang sifatnya .

=====BERKAH DALEM====
PERTEMUAN 6 (Pengantar Analisis Real)

Barisan Bilangan Real


(Bagian 1)

Rafael Denik Agustito

6.1. KEKONVERGENAN BARISAN BILANGAN REAL


Bagian ini memuat pengertian dari barisan bilangan real serta sifat-sifatnya
seperti kekonvergenannya.

Definisi 6.1. Barisan bilangan real adalah sebuah pemetaan .

Daerah hasil (range) dari fungsi dapat ditulis dengan


. Barisan bilangan real bisa diidentifikasi dari daeerah
hasilnya yaitu dimana anggota-anggotanya diurutkan oleh bilangan asli n yaitu
menjadi seperti berikut:

dimana dan dinamakan suku ke-n dari barisan .

Remark 6.2. Daerah hasil yang diurutkan oleh bilangan asli n,


akan diidentifikasi sebagai barisan bilangan real , tetapi jika daerah
hasil yang tidak diurutkan oleh bilangan asli n tidak dipandang
sebagai barisan, melainkan hanya sebuah himpunan saja dan dinotasikan dengan
.

Contoh 6.3. Pemetaan yang didefnisikan dengan


mendefinisikan sebuah barisan bilangan real dan ditulis .

Pada barisan dalam Contoh 6.3, adalah suku pertama dari barisan,
adalah suku kedua dari barisan, adalah suku ketiga dari barisan, dan seterusnya.

Contoh 6.4. Barisan mendefinisikan sebuah pemetaan konstant


yang didefinisikan dengan . Barisan tersebut dinamakan barisan
konstant bernilai 2.

Definisi 6.5. Barisan bilangan real dikatakan konvergen ke jika


.
Remark 6.6.
(i). Jika barisan dikatakan konvergen ke , maka dengan kalkulus,
nilai , bisa diketahui dengan melimitkan barisan tersebut yaitu sebagai
berikut:

(ii). Jika barisan tersebut tidak konvergen, maka barisan tersebut dinamakan
barisan divergen.
(iii). Barisan dikatakan konvergen ke , maka akan ditulis
.

Contoh 6.7. Diberikan barisan bilangan real .


a. Tentukan yang sifatnya .
b. Buktikan secara formal bahwa konvergen ke .
Jawab:
a. Jelas .
Pilih .
b. Dibuktikan bahwa konvergen ke 0.
Ambil sembarang .
Karena , jelas .
Pilih .
Jelas .

Jadi .
Jadi .
Jadi barisan konvergen ke 0.

Teorema 6.8. Limit dari barisan bilangan real bersifat tunggal.


Bukti:
Jika barisan konvergen ke ., maka nilai adalah tunggal.
Andaikan dan adalah limit dari barisan .
Jelas dan .
Pilih .
Jelas berlaku
.
Jadi .
Berdasarkan Teorema 2.9, diperoleh .
Jadi .
Jadi .
Jadi limit dari barisan adalah tunggal.

Latihan 6.1.
1. Buktikan bahwa barisan konvergen ke 0 jika dan hanya jika barisan
juga konvergen ke 0.

2. Buktikan bahwa jika diberikan barisan dengan


konvergen ke 0 maka barisan juga konvergen ke 0.
3. Buktikan bahwa jika barisan konvergen ke maka
.

4. Tentukan limit barisan dari barisan .

5. Tentukan limit barisan dari barisan .

6.2. TEOREMA LIMIT BARISAN


Definisi 6.9. Barisan bilangan real dikatakan terbatas jika
.

Contoh 6.10. Buktikan barisan adalah terbatas.


Bukti:
Jelas .
Karena , jelas .
Jelas .
Pilih .
Jadi .
Jadi barisan adalah terbatas.

Teorema 6.11. Jika barisan bilangan real konvergen maka barisan


adalah terbatas.
Bukti:
Diketahui barisan konvergen.
Tulis konvergen ke x.
Karena konvergen ke x, jelas .
Akibatnya jika maka .
Pilih .
Jelas .
Jadi barisan adalah terbatas.
Teorema 6.12. Jika barisan konvergen ke x dan konvergen
ke y maka
(i). Barisan konvergen ke .
(ii). Barisan konvergen ke .
(iii). Barisan konvergen ke .
(iv). Jika maka barisan konvergen ke .
(v). Barisan konvergen ke dengan adalah barisan bilangan
real tak-nol dan adalah bilangan real tak-nol.
Bukti: Lihat Bartle edisi ke-empat.

Teorema 6.13. Jika barisan bilangan real konvergen ke x dengan


maka .
Bukti:
(Pembuktian dengan aturan tak-langsung)
Andaikan .
Jelas – .
Setting .
Karena konvergen ke x, jelas .
Karena , jelas .
Jelas .
Jadi .
Ini kontradiksi dengan .
Jadi haruslah .

Teorema 6.14. Diberikan barisan konvergen ke x dan


konvergen ke y. Jika maka .
Bukti:
Diketahui barisan konvergen ke x dan konvergen ke y dan
.
Tulis .
Jelas membangun sebuah barisan baru yaitu .
Berdasarkan Teorema 6.12, jelas barisan konvergen ke .
Berdasarkan Teorema 6.13, jelas .
Karena , jelas .
Jadi .

Latihan 6.2.
1. Jika diberikan barisan bilangan real dan
dimana barisan tersebut berturut-turut konvergen ke dan dan
maka .

2. Jika diberikan barisan bilangan real konvergen ke x dengan


maka .
3. Jika barisan bilangan real konvergen ke x maka barisan
konvergen ke

4. Jika barisan bilangan real non-negatif konvergen ke x maka barisan


konvergen ke .

5. Jika barisan bilangan real positif yang sifatnya

maka barisan konvergen ke 0.

=====BERKAH DALEM=====
PERTEMUAN 7 (Pengantar Analisis Real)

Barisan Bilangan Real


(Bagian 2)

Rafael Denik Agustito

7.1. BARISAN MONOTON


Definisi 7.1. Diberikan barisan bilangan real .
(i). Barisan dikatakan naik monoton jika memenuhi sifat berikut:

(ii). Barisan dikatakan turun monoton jika memenuhi sifat berikut:

(iii). Barisan dikatakan monoton jika barisan tersebut naik monoton


atau turun monoton.

Remark 7.2.
(i). Barisan dikatakan naik monoton jika untuk semua .
(ii). Barisan dikatakan turun monoton jika untuk semua
.

Contoh 7.3. Barisan adalah turun monoton.


Bukti:
Diberikan barisan .
Karena , jelas berlaku .
Karena , jelas berlaku .
Jadi untuk semua .
Berdasarkan Remark 7.2, jadi barisan adalah turun monoton.

Contoh 7.4. Barisan adalah naik monoton.


Bukti:
Diberikan barisan .
Karena , jelas berlaku .
Karena , jelas berlaku .
Jadi untuk semua .
Berdasarkan Remark 7.2, jadi barisan adalah naik monoton.
Contoh 7.5. Barisan bukan barisan monoton (bukan naik monoton
ataupun juga bukan turun monoton).

Teorema 7.6. Diberikan barisan bilangan real .


(i). Jika barisan adalah naik monoton dan terbatas maka barisan
konvergen ke

(ii). Jika barisan adalah turun monoton dan terbatas maka barisan
konvergen ke

Bukti:
(i). Diketahui barisan adalah naik monoton dan terbatas.
Karena terbatas, jelas .
Jelas .
Jelas .
Jelas M adalah batas atas himpunan .
Jelas himpunan terbatas ke atas.
Jadi himpunan memiliki supremum.
Tulis .
Ambil sembarang .
Jelas bukan batas atas himpunan .
Jelas .
Karena barisan adalah naik monoton, jelas jika berlaku
.
Jelas .
Jelas jika maka .
Jelas .
Jadi barisan konvergen .

(ii). Silakan dikerjakan

Remark 7.7. Teorema 7.6 mengatakan bahwa jika suatu barisan itu monoton dan
terbatas maka barisan tersebut adalah konvergen. Fakta sebelumnya mengatakan
bahwa setiap barisan konvergen adalah terbatas, maka konversnya akan berlaku
jika diberi tambahan kondisi keterbatasan dari barisan tersebut.
7.2. BARISAN CAUCHY
Definisi 7.8. Barisan bilangan real dikatakan barisan cauchy jika
.

Contoh 7.9. Barisan adalah barisan cauchy.


Bukti:
Ambil sembarang .
Pilih .
Jelas jika maka .
Jadi .
Jadi adalah barisan cauchy.

Teorema 7.10. Jika barisan bilangan real adalah konvergen maka


barisan tersebut adalah barisan cauchy.
Bukti:
Diketahui barisan bilangan real adalah konvergen.
Tulis bahwa barisan konvergen ke x.
Jelas bahwa dan
.
Jelas .
Jadi barisan adalah barisan cauchy.

Teorema 7.11. Jika barisan bilangan real adalah barisan cauchy maka
barisan tersebut adalah terbatas.
Bukti:
Diberikan barisan bilangan real adalah barisan cauchy.
Jelas jika maka .
Jelas jika maka .
Pilih .
Jelas .
Jadi barisan terbatas.

=====BERKAH DALEM=====
PERTEMUAN 8 (Pengantar Analisis Real)

Barisan Bilangan Real


(Bagian 3)

Rafael Denik Agustito

Bagian ini mengkaji tentang sub-barisan serta keterhubungannya dengan


teorema Bolzano-Weierstrass.

8.1. TEOREMA BOLZANO-WEIERSTRAS


Definisi 8.1.Diberikan barisan bilangan real dan barisan bilangan asli
yang naik tegas. Barisan

dinamakan sub-barisan dari X.

Contoh 8.2. Diberikan barisan bilangan real dan dengan memilih


maka barisan

adalah sub-barisan dari .

Teorema 8.3. Jika s ebuah barisan bilangan real konvergen ke x maka


sembarang sub-barisan dari barisan X juga konvergen ke x.
Bukti:
Diketahui barisan bilangan real konvergen ke x.
Ambil sembarang .
Karena konvergen ke x, jelas .
(Karena naik tegas, jelas ).
Jelas jika , maka .
Akibatnya .
Jadi dari barisan X juga konvergen ke x.

Teorema 8.4. (Keberadaan dari Sub-barisan Monoton)


Jika diberikan suatu barisan bilangan real . Maka aterdapat sebuah
sub-barisan dari X yang monoton.
Bukti.
Diperkenalkan sebuah istilah puncak pada suatu suku ke-m yaitu pada suatu
barisan X.
Suku ke-m yaitu dikatakan puncak jika untuk semua n yang sifatnya
.

Kasus 1: Jika X memiliki tak-berhingga banyaknya puncak.


Tulis adalah puncak yang banyaknya tak-berhingga.
Jelas
Jadi diperoleh sebuah sub-barisan dari barisan X yang turun
monoton.

Kasus 2: Jika X memiliki berhingga banyaknya puncak.


Tulis adalah puncak yang banyaknya berhingga.
Tulis .
Jelas bukanlah puncak.
Karena bukanlah puncak, maka terdapat yang sifatnya .
Karena bukanlah puncak, maka terdapat yang sifatnya .
Ini dilakukan terus menerus sehingga diperoleh sub-barisan berikut:

dengan .
Jadi sub-barisan adalah naik monoton.

Dari kasus 1 dan kasus 2, jelas sembarang barisan memiliki sebuah sebuah sub-
barisan yang monoton.

Teorema 8.5. (Teorema Bolzano-Weierstrass) Sebuah barisan bilangan real


yang terbatas memiliki sub-barisan yang konvergen.
Bukti:
Tulis adalah barisan yang terbatas.
Jelas setiap sub-barisan dari X juga terbatas.
Berdasarkan Teorema 8.4, jelas memiliki sub-barisan X’ yang monoton.
Jelas X’ adalah sub-barisan yang monoton dan juga terbatas.
Berdasarkan Remark 7.7, jelas X’ adalah konvergen.
Jadi setiap barisan bilangan real yang terbatas memiliki sub-barisan yang
konvergen.

Teorema 8.6. Setiap barisan cauchy adalah konvergen.


Bukti:
Tulis adalah barisan cauchy.
Jelas .
Berdasarkan Teorema 8.5, jelas terdapat sub-barisan dari X yang
konvergen ke .
Jelas yang sifatnya .
Karena dan dengan memilih , diperoleh jika maka .
Jadi jika maka
.
Jadi barisan konvergen ke .

=====BERKAH DALEM=====
PERTEMUAN 9 (Pengantar Analisis Real)

Deret Tak-Hingga dari Bilangan Real


(Bagian 1)

Rafael Denik Agustito

9.1. DERET TAK-HINGGA DARI BILANGAN REAL


Definisi 9.1. Diberikan sebuah barisan bilangan real yaitu . Jumlah
parsial k-suku pertama dari dari barisan tersebut adalah

Contoh 9.2. Diberikan barisan bilangan real , maka jumlah parsial k-


suku pertama adalah sebagai berikut:

Definisi 9.3. Diberikan sebuah barisan bilangan real yaitu . Deret tak-
hingga yang dibangun oleh barisan adalah jumlahan tak-hingga
berikut:

Contoh 9.4. Jika diberikan barisan bilangan real , maka deret tak-
hingga yang dibangun oleh barisan adalah jumlahan tak-hingga berikut:

Contoh 9.5. Contoh yang lain dari deret tak-hingga adalah sebagai berikut:
Remark 9.6.
(i). Jika maka deret tak-hingga dikatakan deret tak-hingga
dengan suku-suku non-negatif.
(ii). Deret tak-hingga disebut sebagai deret tak-hingga berganti tanda
(atau deret tak-hingga alternating (berayun)).

Contoh 9.7. Deret tak-hingga pada Contoh 9.4 adalah deret tak-hingga suku-suku
non-negatif dan deret tak-hingga Contoh 9.5 adalah deret tak-hingga berganti
tanda.

Definisi 9.8. Deret tak-hingga bilangan real dikatakan konvergen jika


barisan dari jumlah parsialnya yaitu adalah konvergen.

Contoh 9.9. Periksa apakah deret tak-hingga adalah


konvergen?
Jawab:
Diketahui deret tak-hingga .
Jelas .
Jelas

Jadi diperoleh barisan dari jumlah parsialnya yaitu sebagai berikut:

Jelas .
Jelas bahwa konvergen ke 1.
Karena barisan dari jumlah parsialnya yaitu konvergen,
berdasarkan Definisi 9.8 jelas deret tak-hingga
konvergen.
Jadi deret tak-hingga konvergen.

Remark 9.10. Tidak selamanya untuk menyelediki kekonvergenan deret tak-


hingga menggunakan Definisi 9.10 adalah mudah untuk dilakukan. Oleh karena
itu teknik untuk menyelidiki kekonvergenan perlu dikembangkan.
Teorema 9.11. (Uji suku ke-n) Jika deret tak-hingga bilangan real
konvergen maka .
Bukti:
Diketahui deret tak-hingga bilangan real konvergen.
Jelas barisan dari jumlah parsialnya yaitu adalah konvergen.
Tulis .
Jelas
Jelas .
Akibatnya
Jadi .

Remark 9.12. Konvers dari Teorema 9.11 adalah jika maka deret
tak-hingga tidak konvergen (divergen).

Contoh 9.13. Periksa apakah deret tak-hingga bilangan real konvergen


atau divergen?
Jawab:
Diketahui deret tak-hingga .
Tulis .
Jelas .
Berdasarkan Remark 9.12, jelas bahwa deret tak-hingga bilangan real
adalah divergen.

Teorema 9.14. (Kriteria Cauchy dari Deret). Deret tak-hingga adalah


konvergen jika dan hanya jika
.
Bukti:
Diketahui deret tak-hingga adalah konvergen.
Berdasarkan Definisi 9.8, jelas barisan dari jumlah parsialnya yaitu
adalah konvergen.
Berdasarkan Definisi 7.8, jelas
.

9.2. KEKONVERGENAN DERET TAK-HINGGA SUKU-SUKU NON-NEGATIF


Teorema 9.15. Diberikan barisan bilangan real dengan suku-suku non-
negatif. Deret tak hingga bilangan real konvergen jika dan hanya jika
barisan dari jumlah parsialnya yaitu adalah terbatas. Dalam kasus ini
berlaku:
Bukti:
Diketahui barisan bilangan real adalah barisan dengan suku-suku non-
negatif.
Karena adalah suku non-negatif, jelas .
Jelas barisan dari jumlah parsialnya yaitu adalah naik monoton.
. Karena deret tak-hingga adalah konvergen, jelas barisan dari
jumlah parsialnya yaitu juga konvergen.
Berdasarkan Teorema 6.11, jelas terbatas.
Jadi barisan dari jumlah parsialnya yaitu adalah terbatas.

. Diketahui barisan dari jumlah parsialnya yaitu adalah terbatas


dan naik-monoton.
Berdasarkan Teorema 7.6 (i), jelas adalah konvergen ke
.
Karena adalah konvergen, berdasarkan Definisi 9.8, jelas deret
tak-hingga adalah konvergen.

Contoh 9.16. Deret tak-hingga adalah divergen.


Jawab:
Andaikan adalah konvergen.
Jelas .
Tulis .
Jelas

.
Jadi diperoleh (suatu kontradiksi).
Jadi haruslah deret tak-hingga adalah divergen.

Teorema 9.17. (Uji Integral). Diberikan sebuah fungsi positif dan turun monoton
pada interval . Deret tak-hingga adalah konvergen jika dan hanya
jika integral tak-wajar berikut:

ada, untuk .
Bukti: Silakan merujuk pada Introduction to Real Analysis dari Bartle.
Contoh 9.18. Deret tak-hingga adalah konvergen.
Jawab:
Pilih fungsi yang didefinisikan dengan .
Jelas bahwa fungsi tersebut positif dan dan turun monoton pada interval .
Jelas .
Jelas ada.
Berdasarkan Teorema 9.17, jelas bahwa deret tak-hingga adalah konvergen.

Contoh 9.19. Deret tak-hingga adalah konvergen.


Jawab:
Pilih fungsi yang didefinisikan dengan .
Jelas bahwa fungsi tersebut positif dan dan turun monoton pada interval .
Jelas .
Jelas ada.
Berdasarkan Teorema 9.17, jelas bahwa deret tak-hingga adalah
konvergen.

Teorema 9.20. (Uji Banding).


Diberikan barisan bilangan real non-negatif yaitu dan dan
andaikan terdapat dan memenuhi sifat berikut:

untuk .

(i). Jika deret tak-hingga konvergen maka deret tak-hingga juga


konvergen.
(ii). Jika deret tak-hingga divergen maka deret tak-hingga juga
divergen.
Bukti:
(i). Diketahui konvergen dengan dengan .
Berdasarkan Teorema 9.14 diperoleh
.
Jelas jika maka .
Jelas .
Jadi .
Berdasarkan Teorema 9.14 diperoleh konvergen.
Jadi deret tak-hingga konvergen.
(ii). Kontraposisi dari pernyataan (i) juga benar.
BERSAMBUNG….

Anda mungkin juga menyukai