Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM KE VI

DORMANSI PADA BIJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dormansi biji adalah status dimana benih tidak berkecambah walaupun pada
kondisi lingkungan yang ideal untuk perkecambahan. Mekanisme dormansi terjadi
pada benih baik fisik maupun fisiologi termasuk dormansi primer dan sekunder.
Dormansi primer merupakan bentuk dormansi yang paling umum yaitu dormansi
eksogen dan dormansi endogen. Dormansi eksogen adalah kondisi dimana
persyaratan penting untuk perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia
sehingga benih gagal berkecambah. Dormansi sekunder merupakan
perkecambahan oleh suhu atau termodormancy (Bradbeer, 1989). Faktor-faktor
penyebab dormansi eksogen antara lain air, gas dan hambatan mekanis. Benih
yang impermeabel terhadap air dikenal dengan benih keras (hard seed).
Metode pematahan dormansi eksogen yaitu dengan cara skarifikasi mekanis
untuk menipiskan testa, pemanasan, pendinginan (chilling), perendaman dalam air
mendidih, pergantian suhu drastis, dan skarifikasi kimia untuk mendegradasi testa
yaitu dengan asam sulfat. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik
kulit benih (seed cout) akan tetapi kondisi cahaya ideal dan stimulus lingkungan
lainnya untuk perkecambahan mungkin tidak tersedia (Ilyas dan Diarni, 2007).
Kulit biji dapat berperan penting sebagai penghambat untuk terjadinya
perkecambahan, sehingga biji tersebut dapat digolongkan sebagai biji yang dalam
keadaan dorman. Penyebab hambatan kulit biji tersebut adalah : Kulit biji
mengandung senyawa penghambat tumbuh. Kulit menghambat difusi oksigen dan
air masuk ke dalam biji. Kulit biji memiliki resistensi mekanis yang besar radikal
tidak mempu menembus tanaman tersebut.
Faktor-faktor penyebab dormansi adalah faktor eksternal (cahaya, suhu, air)
dan faktor internal (kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, rendahnya
perangsang tumbuh) (Lambers et al., 1998). Perkecambahan biji adalah kulminasi

65
dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik yang masing-masing harus
berlangsung tanpa gangguan. Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan embrio, dimana tahap awal perkembangan suatu tumbuhan
khususnya pada tumbuhan berbiji. Pada tahap ini embrio didalam biji yang semula
berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Hasil perkecambahan ini
menghasilkan munculnya tumbuhan kecil dalam biji (Noorhidayah dkk, 2008).
Cara lain untuk dapat dilakukan agar memperpendek dormansi adalah dengan
cara perendaman. Pada padi, perendaman benih yaitu gabah bertujuan untuk
memberikan keleluasaan gabah untuk menyerap air sesuai dengan yang
dibutuhkan. Masuknya air ke dalam biji akan diatur oleh kulit biji. Pada padi ini
akan berkait-kaitan satu sama lain dan dapat patah (Soemartono et al., 1981).

1.2 Tujuan :
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikun ini adalah :
1. Mematahan dormansi pada biji karena kulit biji yang keras dengan perlakuan
fisik dan kimia.
2. Melihat pengaruh zat penghambat yang terdapat dalam daging buah terhadap
perkecambahan biji.

66
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Biji terdiri dari embrio, endosperma, dan selaput biji yang berasal dari
integumen. Ovarium berkembang menjadi buah saat ovulnya menjadi biji. Setelah
disebarkan, biji dapat bergerminasi jika kondisi-kondisi lingkungan
menguntungkan. Selaput akan pecah dan embrio muncul sebagai semaian,
menggunakan cadangan makanan di dalam endosperma dan kotiledon (Campbell,
2008).
Biji berasal dari bakal biji adalah suatu hal yang mudah dikenal. Pada biji
yang telah masak saja masih dapat kita kenal mikropil-nya, yang bagi biji
merupakan jalan keluar akar lembaga dan batang hipokotil. Sambungan dengan
tali pusar yang pada biji telah terputus tampak sebagai pusat atau hilum, dan jika
bakal biji dulu bengkok (anatrop), pada biji kelihatan suatu garis yang keluar dari
hilum, yaitu garis biji atau rafe, bekas jalan berkas pengangkutan dari tali pusar ke
biji (Tjitrosoepomo, 2010).
Biji merupakan salah satu alat perkembang-biakan tanaman hijauan, yang
memiliki arti penting bagi kelanjutan pertumbuhan tanaman. Biji atau benih yang
akan digunakan seringkali mengalami kerusakan oleh berbagai macam organisme
perusak berupa hama dan patogen, atau juga karena kulit biji yang tebal, sehingga
menyebabkan kualitas benih menjadi turun atau sangat rendah. Biji yang telah
masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat
tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses
perkecambahannya (Lima, 2012).
Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya radikula dan plumula
dari benih/biji. Secara visual dan morfologis suatu benih yang berkecambah
ditandai dengan terlihatnya radikula dan plumula dari biji. Perkecambahan benih
Sengon termasuk tipe perkecambahan epigeal dimana perkecambahan yang
menghasilkan kecambah dengan cotyledon muncul dipermukaan tanah (jika
ditanam pada media tanah) (Kaya, E. Marthen, dan H. Rehatta, 2013).
Proses perkecambah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti air,
O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam melunakkan kulit biji, memfasilitasi

67
masuknya O2, pengenceran protoplasma untuk aktifitas fungsi dan alat
transportasi makanan. Suhu berperan dalam pematahan dormansi, aplikasi
fluktuasi suhu yang tinggi diharapkan akan berhasil mematahkan dormansi pada
kulit biji yang keras. Suhu yang tinggi dapat melunakkan permukaan kulit biji
sedangkan oksigen dibutuhkan untuk proses oksidasi pemben-tukan energi
perkecambahan (Kuswanto, 1996). Dengan demikian dengan perlakuan air panas
pada suhu 60oC dapat mempercepat daya kecambah dari suatu spesies tanaman
hijauan leguminosa sebagai pakan ternak. Perlakuan air panas diharapkan dapat
merubah suhu pada permukaan kulit biji sehingga permukaan kulit biji menjadi
lunak, memungkinkan proses perkecambah akan berlangsung (Lima, 2012).
Perbanyakan cara generatif yaitu melalui biji tanaman banyak menghadapi
kendala, salah satu kendalanya adalah sifat permeabilitas kulit biji tanaman
sehingga menyebabkan adanya sifat dormansi pada biji. Dormansi adalah keadaan
dimana sebuah biji dikatakan hidup tetapi tidak dapat berkecambah. Hal ini
disebabkan oleh faktor - faktor dalam biji itu sendiri, kemungkinan kulit biji yang
kedap air dan udara atau karena adanya zat penghambat perkecambahan (Kamil,
1980) (Nurshanti, 2013).
Dormansi bisa disebabkan karena sifat fisik kulit benih, keadaan fisiologis
dari embrio, atau interaksi dari keduanya (Sadjad, 1980). Penyebab dormansi yang
sangat meluas adalah karena pada beberapa jenis tanaman benih memiliki organ
tambahan berupa struktur penutup benih yag keras. Kulit benih yang keras ini
biasanya menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, adalah kulit yang
keras mungkin menyebabkan impermeabel terhadap air, gas atau mungkin secara
mekanik menekan perkembangan embrio. Kulit benih ini tahan terhadap gesekan
dan kadang terlindungi oleh lapisan seperti lilin. Kulit benih yang keras ini
sebenarnya secara alamiah berfungsi untuk mencegah kerusakan benih dari
serangan jamur atau serangga predator (Leadem, 1997) (Yuniarti, 2013).

68
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada tanggal 29 November - 7 Desember 2019 di
Laboratorium Dasar Universitas Samudra Langsa.

3.2 Alat dan Bahan


A. Alat : - Cawan petri
- Amplas/ alat penggosok
B. Bahan : - Biji saga/ Abrus precatorius
- Asam sulfat pekat
- Akuades

3.3 Cara Kerja :


A. Biji Saga
1. Mengambil 50 biji saga dan membaginya pada 5 kelompok masing-masing
10 biji
2. Kelompok 1 : biji saga diperlakukan secara fisik dengan menghilangkan
sebagian kulit biji pada bagian yang tidak ada lembaganya. Caranya dengan
mengamplasnya. Selanjutnya dikecambahkan dalam akuades.
3. Kelompok 2, 3, 4 biji saga diperlakukan secara kimiawi dengan direndam
dalam asam sulfat pekat selama 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Setelah
direndam biji dicuci menggunakan akuades dan dikecambahan dalam
akuades.
4. Kelompok 5: biji saga langsung dikecambahkan dalam akuades sebagai
kontrol.
5. Akuades untuk perkecambahan diganti setiap 2 hari.
6. Mengamati kapan mulai berkecambah dan menghitung banyaknya biji yang
berkecambah pada tiap kelompok
7. Pengamatan dilakukan selama 2 minggu.

69
B. Biji Padi
A. Bahan : - Biji padi/gabah
- Larutan Buah tomat
- Larutan Buah jeruk
- Larutan Buah papaya
- Akuades
B. Alat : - Cawan petri
C. Cara Kerja :
1. Mengambil 250 biji padi dan membaginya pada 5 kelompok setiap kelompok
masing-masing 50 biji.
2. Mencuci Biji padi dengan menggunakan akuades dan masukkan dalam cawan
petri.
3. 4 kelompok biji padi dikecambahkan dalam larutan buah yang sudah
dipersiapkan, dan 1 kelompok kecambahkan dalam akuades sebagai kontrol.
4. Setiap 2 hari sekali cairan buah diganti dengan yang baru.
5. Sebelum dimasukkan dalam cairan buah yang baru, biji dicuci dahulu dengan
akuades sampai bersih.
6. Mengamati kapan mulai berkecambah, berapa jumlah biji yang berkecambah
dan menentukan presentasi biji berkecambah.
7. Setelah perkecambahan biji pada kontrol mencapai 70%, mencuci biji yang
dikecambahkan dalam cairan buah dan mengecambahkan dalam akuades.
8. Melanjutkan pengamatan sampai persentase biji yang berkecambah mencapai
100%.

BAB IV

70
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
a. Dormansi biji saga
Tanggal Kulit biji yg Perakuan Perlakuan Perlakuan Control/
perakuan dihiangkan asam sulfat 5 asam sulfat 10 asam sulfat 15 tanpa
menit menit menit perlakuan
3 des 2019 0 0 0 0 0
5 des 2019 0 0 0 0 0
7 des 2019 1 0 0 1 0

b. Dormansi biji padi


Hari ke Perlakuan
Pada Pada jus jeruk Pada jus Pada jus
aquades pepaya tomat
1 - - - -
2 - - - -
Akar 3 - - - -
4 - - - -
5 1 - - -
Batang 1 - - - -
2 - - - -
3 - - - -
4 - - - -
5 1 - - -

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini melakukan percobaan tentang pematahan dormansi biji
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji
berkulit keras dengan perlakuan fisik dan perlakuan kimia. Bahan yang digunakan
adalah biji saga dan padi yang memiliki kulit biji yang sangat keras, perlakuan
pertama yang dilakukan adalah perlakuan fisik dengan cara dengan
menghilangkan sebagian kulit biji pada bagian yang tidak ada lembaganya.

71
Caranya dengan mengamplasnya, sehingga kulit biji terkikis habis sampai terlihat
bagian endosperma-nya kemudian di letakkan di atas petridish atau cawan petri
yang telah dilapisi dengan kertas hisap/ kapas yang telah diberi air dan ditutup lagi
dengan kapas yang telah dibasahi, hal tersebut bertujuan untuk memberikan
kondisi lembab terhadap biji asam tersebut. Perlakuan kedua adalah perlakuan
kimia yang dengan direndam dalam asam sulfat pekat selama 5 menit, 10 menit,
dan 15 menit. Setelah direndam biji dicuci menggunakan akuades dan
dikecambahan dalam akuades., kemudian biji juga diletakkan diatas petridish
yang telah dilapisi kapas yang basah dan ditutupi dengan kapas yang basah juga.
Dan menggunakan 10 biji saga yang tanpa perlakuan yang dijadikan sebagai
kontrol.
Tabel 1. menjelaskan daya kecambah tertinggi terdapat pada perlakuan
perendaman H2SO4 (asam sulfat ) selama 15 menit yaitu dengan tinggi kecambah
1 cm bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol atau tanpa perlakuan yang
tidak tumbuh sama sekali . Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan H2SO4
mampu melunakkan kulit biji saga dengan kadar tertentu sehingga benih dapat
melakukan proses imbibisi. Menurut Sadjad et al., (1975) pemberian H2SO4
memiliki prinsip membuang lapisan lignin pada kulit biji yang keras dan tebal
membuat biji kehilangan lapisan permiabel terhadap gas dan air,sehingga lapisan
sehingga metabolisme dapat berjalan baik. Berdasarkan hasil pengamatan dan
sidik ragam potensi tumbuh maksimum diketahui bahwa perlakuan pematahan
dormansi secara kimia berpengaruh nyata terhadap potensi tumbuh maksimum.
Rataan pengaruh pematahan dormansi secara kimiawi terhadap potensi tumbuh
maksimum. Pada tabel 1. Juga menjelaskan Selain perlakuan secara kimia,
perlakuan secara fisik juga sangat mempengaruhi pertumbuhan dari biji saga yaitu
dengan cara memecahkan kulit biji sehingga tinggi kecambah sama dengan
perlakuan perendaman asal sulfat 15 menit yaitu dengan panjang kecambah 1 cm.
hal ini disebab kan karna pengaruh kulit yang sudah dihilangkan sehingga agar air
mudah masuk sehingga lapisan metabolisme dapat berjalan baik. Disamping itu
biji saga yang direndam asam sulfat selama 5 menit dan 10 menit tidak tumbuh
dikarenakan perendaman larutan asam sulfat (H2SO4) selama 1 sampai 10 menit
tidak berpengaruh terhadap pematahan dormansi benih saga. sedangkan

72
perendaman selama 60 menit atau lebih dapat menyebabkan kerusakan pada benih
secara umum. Jadi perendaman biji saga dalam larutan asam sulfat terhadap
pemecahan dormansi benih dan mendapatkan lama waktu perendaman sangat
mempengaruhi dalam pemecahan dormansi biji saga.
Pada tabel ke 2 yaitu terdapat empat perlakuan yaitu yang pertama
perendaman biji padi dengan larutan jus papaya, yang kedua perendaman biji padi
dengan jus jeruk,yang ketiga perendaman biji padi dengan jus tomat dan yang
terakhir tanpa perlakuan atau control perendaman biji padi dengan air biasa. Dari
hasil tabel terlihat bahwa pertumbuhan kecambah hanya terjadi pada control yang
menggunakan aquades yaitu akar dan batang yang mencapai panjang 1cm . Hasil
pengamatan menjelaskan bahwa perlakuan kontrol memiliki persentase jumlah
benih berkecambah yang paling besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman benih di dalam air biasa dapat
meningkatkan pertumbuhan nilai persentase berkecambah benih padi . Hal yang
menyebab kan tumbuhan padi pada perlakuan pemeberian larutan jus tomat, jus
jeruk dan jus papaya adalah bisa desebab kan karna beberapa factor yaitu faaktor
internal dan eksternal yang mempengaruhi perkecambahan pada biji. Faktor
eksternal yang mempengaruhi perkecambahan biji meliputi air, temperatur,
oksigen, dan cahaya. Sifat kulit biji dan jumlah air yang tersedia pada lingkungan
sekitarnya mempengaruhi penyerapan air oleh biji. Pada saat perkecambahan,
respirasi meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan karbondioksida, air dan energi. Faktor internal yang mempengaruhi
perkecambahan biji meliputi tingkat keasaman (pH) biji, ukuran biji, dormansi
dan penghambat perkecambahan. Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain impermeabilitas kulit biji terhadap air dan gas atau resistensi
kulit biji terhadap pengaruh mekanis, dormansi sekunder dan bahan penghamba
perkecambahan.
Proses secara umum perkecambahan, pada awal perkecambahan di mulai
dengan berakhirnya masa dormansi pada biji. Berakhirnya masa tersebut ditandai
dengan proses imbibisi, yaitu masuknya air ke dalam biji yang mengakibatkan biji
mengembang dan kulit pada biji pecah. Secara fisiologi, proses perkecambahan
berlangsung dalam beberapa tahapan penting, yang pertama adalah absorbsi air

73
atau penyerapan air oleh biji (imbibisi) yang menyebabkan biji mengembang dan
kulit pada biji pecah, yang kedua terjadi proses metabolisme pemecahan materi
cadangan makanan yang berfungsi dalam pross pertumbuhan atau germinasi
(perkecambahan) yang berlangsung, yang ketiga terjadi transpor materi hasil
pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif tumbuh untuk proses
pertumbuhan selanjutnya menjadi individu baru yang mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi sendiri, yang keempat Terjadi proses pembentukan kembali
materi-materi baru dan yang terakhir adalah terjadi proses respirasi pada
tumbuhan tersebut karena telah menjadi individu baru yang siap melangsungkan
hidupnya dilingkungan.

74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras
dengan fisik dan kimiawi. Perlakuan secara fisik dengan menggosok biji asam
sampai kulitnya mengelupas dan perlakuan kimia dengan merendam 10 biji asam
dalam asam pekat selama 15 menit. Dapat disimpulakan yang dapat mematahkan
dormansi biji adalah perlakuan fisik. Perkecambahan biji dipengaruhi oleh faktor-
faktor eksternal (luar) meliputi air, temperatur, oksigen, dan cahaya dan faktor-
faktor internal (dalam) meliputi tingkat keasaman (pH) biji, ukuran biji, dormansi
dan penghambat perkecambahan. dormansi adalah keadaan dimana sebuah biji
dikatakan hidup tetapi tidak dapat berkecambah. Hal ini disebabkan oleh factor-
faktor dalam biji itu sendiri, kemungkinan kulit biji yang kedap air dan udara atau
karena adanya zat penghambat perkecambahan.

5.2 Saran
Sebaiknya saat proses pemilihan biji asam dilakukan lebih teliti agar biji yang
digunakan itu dalam kedaan baik sehingga percobaan pematahan dormansi
berjalan dengan baik

75
DAFTAR PUSTAKA

Bradbeer, J.W. Seed Dormancy and Germination. Champan and Hall, New York.
146p.
Ilyas, S. dan W.T. Diarni Persistensi dan pematahan dormansi benih pada
beberapa varietas padi gogo. Jurnal Agrista II (2) : Lambers, H., Stuart
Chapin, Thijs, L. Pons Plant Physiologycal-Ecology. Springer, New York.
Noorhidayah,
Agus Akhmadi, dan Priyono Proses perkecambahan benih akar kuning
(Coscinium fenestratum). Wana Benih (9) : 2.
Soemartono, S. Somad, dan R. Harjono Bercocok Tanam Padi. Yosa Guna,
Jakarta. 228p. 5
Sadjad S., S.Hari, S.H.Sri, S.Jusup, H. Sugihdan Sudarsono. 1975. Dasar- Dasar
Teknologi Benih. Biro Penataran. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

76
Lampiran
Perlakuan Gambar

Asam sulfat selama 5 menit

Asam sulfat 10 menit

Asam sulfat 15 menit

kulit biji saga di pecah

77
kontrol

Perlakuan Gambar

Biji padi + jus tomat

Biji padi + jus pepaya

78
Biji padi + jus jeruk

Kontrol

79

Anda mungkin juga menyukai