Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
A. latar belakang
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di dunia setelah penyakit jantung koroner dan kanker
baik di Negara maju maupun di Negara berkembang. 1 dari 10 kematian disebabkan oleh stroke
(Ennen,2004;Marsh&Keyrouz,2010;American heart association, 2004; stroke forum, 2015). Secara global,
15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya, satu pertiga meninggal dan sisanya mengalami kecacatan
permanen (stroke forum, 2015).stroke merupakan penyebab utama kecacatan yang dapat dicegah (American
heart association, 2014).
stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba tiba
terganggu, karena sebagian sel sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan
atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan otak, kurang nya aliran darah menyebabkan
serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusakan atau mematikan sel sel saraf otak.kematian jaringan otak
dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Aliran darah yang berhenti
membuat supai oksigen dan zat makanan ke otak berhenti, sehingga sebagian otak tidak bias berfungsi
sebagai mana mestinya (Nabyl,2012). Tanpa darah, otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi,
sehingga sel sel pada sebagian area otak akan mati.ketika sebagian otak mati, bagian tubuh yang
dikendalikan oleh area otak yang rusak tidak dapat berfungsi dengan baik. Stroke adalah keadaan darurat
medis karena sel otak dapat mati hanya dalam hitungan menit. Penanganan yang cepat dapat meminimalkan
kerusakan otak dan kemungkinan muncul komplikasi. Menurut riset kesehatan dasar yang diselenggarakan
oleh kementrian kesehatan RI pada tahun 2013, di Indonesia terdapat lebih dari 2 juta penduduk, atau 12 dari
1000 penduduk, menderita stroke dengan persentase terbesar berasal dari provinsi Sulawesi selatan. Selain
itu, stroke juga merupakan pembunuh no 1 di Indonesia, lebih dari 15% kematian di Indonesia disebabkan
oleh stroke. Stroke iskemik memiiki kejadian yang lenih sering dibandingkan dengan stroke hemoragik,
namun stroke hemoragik lebih sering membunuh dibandingkan dengan stroke iskemik.
Hipertensi yang diikuti dengan diabetes dan kolestrol tinggi merupakan kondisi yang paling sering
meningkatkan risiko terjadinya stroke di Indonesia.stroke merupakan satu dari beberapa penyakit penyebab
kematian di dunia utamanya Indonesia. Selain kematian stroke juga menimbulkan kecatatan neurologis dan
beberapa komplikasi.
Menurut WHO (2010) setiap tahun nya diseluruh dunia terdapat 15 juta orang yang menderita
stroke, sekitar 6 juta orang mengalami kematian dan 6 juta orang lagi mengalami kecatatan permanen.
Berdasarkan data yang berhasil di kumpulkan oleh yayasan stroke Indonesia (yastroki), masalah stroke
semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia adalah terbanyak dan
menduduki urutan pertama di asia. Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua
pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun (yastroki,2012).
Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) Nasional tahun 2013, prevalensi stroke di Indonesia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar tujuh per mil dan yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan
(nakes) atau gejala sebesar 12,1 per mil. Jadi, sebanyak 57,9 persen penyakit stroke telah terdiagnosis oleh
nakes. prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi utara (10,8%), diikuti di
Yogyakarta(10,3%), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing masing 9,7 per mil sedangkan Sumatra barat
7,4 per mil. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi selatan
(17,9%), di yogyakarta (16,9%), sulawesi tengah (16,6%), diikuti jawa timur sebesar 16 mil sedangkan
Sumatra barat sebesar 12,2 permil.
Berdasarkan diagnosis nakes maupun diagnosis/gejala, provinsi jawabarat memiliki estetima jumlah
penderita terbanyak yaitu sebanyak 238.001 orang (7,4%) dan 533.895 orang (16,6%) sedangkan provinsi
papua barat jumlah penderita paling sedikit yaitu sebanyak 2.007 orang (3,6%) dan 2.955 orang (5,3%).
Penduduk di cianjur yang mencapai dua juta lebih mengalami penyakit stroke, kematian akibat
stroke merupakan berawal dari hipertensi dan penyakit lainnya seperti diabetes mellitus, hal itu, ditegaskan
oleh kepala bidang pengendalian pencegahan penyakit (P2P) dinas kesehatan (dinkes) kabupaten cianjur ada
beberapa program program penyakit yang ditangani oleh P2P, diantaranya penyakit menular dan tidak
menular. Diantaranay penyakit menular seperti HIV/AIDS, Hepatitis, TBC, Demam Berdarah Dengue
(DBD), dan penyakit yang tidak menular seperti stroke, guladarah, diabetes mellitus dan orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ). Penyebab utama kematian di kabupaten cianjur khususnya dan juga disemua
kabupaten/kota yaitu dari penyebab penyakit tidak menular seperti stroke yang diakibatkan dari hipertensi
dan diabetes mellitus, dari total 25 persen jumlah penduduk yang melaporkan hipertensi ke dinas kesehatan
kabupaten cianjur rata rata diusianya yang masih produktif yakni kisaran usia 15 hingga 59 tahun. Dan
kematian akibat stroke itu sebanyak 10 persenya dari jumlah total 25 persen yang terken penyakit stroke.
Selain kematian, pasien yang terken serangan stroke akan mengalami masalah kecacatan, seperti
hemiparese, hemiplegia, paraparese, paraplegia, disfagia dan afasia. Ini tergantung bagian mana yang
mengalami masalah lemahnya bagian tubuh pasien menyebabkan pasien immobilitas sehingga dapat terjadi
beberapa komplikasi seperti dekubitus, atrofi otot dan salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah
konstipasi. Pada pasien yang mengalami immobilitas konstipasi dapat terjadi pada saat pasien mengalami
penurunan aktifitas akan menyebabkan penurunan fungsi otot abdominal penurunan aktivitas akan
menyebabkan penurunan frekuensi defekasi atau bab, feses keras dan sulit dikeluarkan dan pasien mengeluh
nyeri saat BAB, (Smeltzer& Bare, 2013;Sinclair, 2010; Hadi, 2013;Douglas, Nicol&Robertson; 2014).
Angka kejadian konstipasi cukup tinggi pada penderita stroke hal ini dibuktikan dalam penelitian
(Su et al, 2009). Penelitian ini dibuat konstipasi, factor risiko dan dampaknya setelah serangan stroke itu
bervariasisekitar 30% - 60%. Kesimpulan dari penelitian ini menyebutkan bahwa konstipasi adalah
komplikasi umum dari stroke akut dan kejadiannya berhubungan dengan immobilitas dan penggunaan pispot
untuk buang air besar.
Penelitian lain yang mendukung penelitian diatas adalah penelitian (lim et al, 2015) yang membahas
tentang kejadian konstipasi pada pasien stroke dibandingkan dengan pasien ortopedi dirumah sakit.
Kesimpulan dari hasil penelitian ditemukan bahwa kejadian konstipasi lebih tinggi pada pasien stroke
disbanding pasien gangguan ortopedi.
Penanganan konstipasi saat ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu terapi farmakologis maupun
nonfarmakologis. Terapi farmakologis yang dapat dilakukan adalah pemberian laksatif sedangkan terapi
nonfarmakologis berupa exercise, mobilisasi, pemberian cairan, diet tinggi serat dan toileting regiman
(Folden, 2002; Klye, 2011). Namun seperti terapi farmakologis lainnya penggunaan terapi laksatif pada
pasien konstipasi juga memiliki efek samping. Menurut (Sinclair, 2010) penggunaan laksatif dalam jangka
waktu yang lama justru akan menyebabkan efek samping yang berbahaya termasuk peningkatan konstipasi
dan fecal impaction, serta dapat menjadi factor resiko untuk timbulnya kanker colorectal. Dalam ( Williams
& Hopper, 2007) juga disebutkan bahwa penggunaan pencahar serta terus menerus dapat menyebabkan
atrofi mukosa kolon, penebalan otot dan fibrosi serta dapat mengakibatkan perforasi usus besar.
Dalam (Kim&Bae, 2013; Lamas, 2011;Sinclair , 2010; Emly, 2007) dijelaskan bahwa selain
menggunakan terapi medic, konstipasi pada pasien juga dapat diatasi dengan berbagai terapi komplementer
seperti, latihan otot perut, breathing exercise, dan salah satu terapi komplementer yang dapat dilakukan
perawat untuk mencegah dan mengatasi masalah konstipasi pada psien stroke adalah dengan massage
abdomen.
Massage abdomen merupakan intervensi yang sangat efektif dalam mengatasi konstipasi, selain itu
terapi ini juga tidak menimbulkan efek samping berbahaya karena merupakan tindakan non invasive, dapat
dilakukan oleh pasien sendiri dan relative murah. Pada massage abdomen, dilakukan tekanan langsung pada
dinding abdomen yang dilakukan secara berurutan dan kemudian diselingi dengan waktu relaksasi sehingga
dengan cepat dapat meningkatkan reflex gastrokolik dan meningkatkan kontraksi dari usus dan rectum
(Kyle, 2011;Lamas, 2011; Sinclair, 2010; Emly, 2007).
Penelitian terkait tentang pengaruh message abdomen terhadap kejadian konstipasi diantaranya
penelitian kim& Bae (2013) di seoul, korea selatan. Pada penelitian ini peneliti melakukan massage
abdomen menggunakan aroma oils pada 20 pasien lansia yang mengalami stroke dengan keluhan konstipasi.
Intervensi massage abdomen ini dilakukan 6 kali seminngu, dalam kurun waktu 2 minggu. Dalam penelitian
ini penilaian dilakukan setiap minggunya pada hari ke 7 menggunakan Constipasien Assesmen Scale ( skala
penelitian konstipasi ) dan dari hasil yang diperoleh dapat dilihat dari skor CAS mengalami penurunan
setelah 6X pemberian massage abdomen jadi dapat disimpulkan bahwa message abdomen dengan
menggunakan minyak pijat aroma oils sangat efektif dalam mengatasi konstipasi pada pasien stroke usia
lanjut. Dalam penelitian ini juga jelas bahwa efek dari massage abdomen Nampak pada hari ketujuh.
Penelitian lain tentang massage abdomen adalah penelitian dalam (Silca & Motta, 2007)yang
meneliti tentang penggunaan abdominal muscle training, breathing exercise, massage abdomen untuk
mengatasi konstipasi kronik pada anak. Penelitian dilakukan pada 72 anak usia 4 -18 tahun yang mengalami
konstipasi kronik selama 6 minggu. Penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, 32 anak pada kelomppok
intervensi (fisioterspi+obat pencahar magnesium hidrosida) dan 32 anak kelompok control (obat pencahar
magnesium hidrosida). Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peningkatan frekuensi defekasi lebih tinggi
pada kelompok intervensi dibandingkan pada kelompok control.
Sudah ada beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa konstipasi merupakan salahsatu masalah
atau komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien yang mengalamin stroke dengan immobilitas namun
kenyataannya perhatian tenangan medis utamanya perawat terhadap kejadian tersebut masih sangat kurang,
khususnya dalam hal pemberian intervensi mandiri terkait masalah konstipasi, sehingga pada masalah
konstipasi terapi farmakologi yaitu pemberian laksatif yang selalu manjadi hal utama.
Dan kelompok control yang tidak diberikan terapi massage abdomen intervensi dilakukan dengan
melakukan massage pada abdomen sesuai prosedur sekali dalam sehari, selama 10-20 menit sekali dalam
jangka waktu 3 hari pada setiap pasien. Sebelum intervensi, dilakukan penelitian dengan awal konstipasi
pasien dengan menggunakan kuesioner pasien dengan Assesment Scale (CAS). Selama penelitian ada
banyyak 8 responden yang drop out. 5 orang responden dari kelompok intervensi dengan alasan kurang
kooperatif, tidak memungkinkan dilakukan pemberian massage abdomen pada hari kedua sedangkan dan 3
responden dari kelompok control karena pemberian laksatif sebelum ttiga hari pengukuran sehingga akhir
penelitian tersisa 30 orang responden.
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“pengaruh pemberian massage abdomen terhadap penurunan konstipasi pada pasien stroke iskemik Di
RSUD Sayang Kabupaten Cianjur”.

B. Rumusan masalah
Bagaimana Aplikasi tindakan pengaruh massage abdomen terhadap penurunan konstipasi pada
pasien stroke iskemik di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur?

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Mampu mengaplikasikan tindakan pengaruh massage abdomen terhadap penurunan
konstipasi pada pasien stroke iskemik di RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
2.Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien stroke iskemik terhadap
pengaruh tindakan message abdomen terhadap penurunan konstipasi di RSUD
Sayang Kabupaten Cianjur.
b. Mamapu menetapkan diagnosis keperawatan pada pasien stroke iskemik
terhadap pengaruh tindakan message abdomen terhadap penurunan konstipasi Di
RSUD Sayang Kabupeten Cianjur.
c. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien stroke iskemik terhadap
pengaruh tindakan message abdomen terhadap penurunan konstipasi Di RSUD
Sayang Kabupaten Cianjur.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien stroke iskemik
terhadap pengaruh tindakan message abdomen terhadap penurunan konstipasi Di
RSUD Sayang Kabupaten Cianjur.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien stroke iskemik terhadap
pengaruh tindakan message abdomen terhadap penurunan konstipasi Di RSUD
Sayang Kabupaten Cianjur.
f. Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan pengaruh message abdomen
terhadap penurunan konstipasi pada pasien stroke iskemik Di RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoristis
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi di bidang keperawatan
medical bedah tentang asuhan keperawatan pada pasien stroke iskemik dangan penerapan
pengaruh message abdomen terhadap penurunan konstipasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perawat
Sebagai tambahan informasi bagi perawat dalam pemberian asuhan
keperawatan dalam upaya penurunan konstipasi dengan menerapkan
pengaruh tindakan message abdomen pada pasien stroke iskemik
b. Bagi rumah sakit
Sebagai tambahan informasi bagi rmah sakit sebagai pemberi layanan
kesehatan masyarakat dan menentukan kebijakan terkait dengan upaya
penurunan konstipasi pada pasien stroke iskemik. Pengaruh message
abdomen diharapan benar benar diaplikasikan
c. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tambahan informasi untuk pertimbangan institusi pendidikn
untuk menambah pustaka dan wawasan kepada mahasiswa tentang
penerapan pengaruh message abdomen terhadap penurunan konstipasi
pada pasien stroke iskemik
d. Bagi klien
Menerima asuhan keperawatan secara optimal sehingga pasien dengan
stroke iskemik mendapatkan keperawatan yang optimal.
e. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman dalam memberikan
pengaruh tindakan yang akan diterapkan sebagai upaya penurunan
konstipasi pada pasien stroke iskemik.

Anda mungkin juga menyukai