Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

ANALISA SEMEN PEMBORAN

DISUSUN OLEH:

NAMA : RIADI PANDIN


NIM : 1701071
KELAS : TEKNIK PERMINYAKAN D 2017
ASPRAK : 1. SAYEN CHRISTOFEL GIRSANG
2. SARLI AYU NINGTYAS

S1 TEKNIK PERMINYAKAN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI
BALIKPAPAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
ANALISA SEMEN PEMBORAN

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Praktikum Analisa Semen Pemboran


Tahun Akademik 2019/2020
Program Studi S1 Teknik Perminyakan
Sekolah Tinggi Teknologi Minyak dan Gas Bumi
Balikpapan

Disusun Oleh:

Nama : Riadi Pandin


NIM : 1701071
Dengan Hasil Penilaian :

Balikpapan, 11 Oktober 2019

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Praktikum

Ir.Yudiaryono, MT.
NIDN.1105045502
Asisten Praktikum Asisten Praktikum

Sarli Ayu Ningtyas Sayen Christofel Girsang


NIM.1601087 NIM.1601164

ii
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM
ANALISA SEMEN PEMBORAN

Nama : Riadi Pandin


NIM : 1701071
Kelas : Teknik Perminyakan D 2017

No. Tanggal Keterangan Paraf

1.

2.

3.

iii
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatjan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang atas sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Praktikum
Analisa Semen Pemboran.
Dengan tersusunnya Laporan Praktikum Analisa Semen Pemboran
tersebut, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua yang selalu memberi dukungan dan doa kepada saya.
2. Ir.Yudiaryono, MT, selaku dosen Teknik Pemboran 2.
3. Kakak tingkat semester 7 (tujuh) yang telah memberikan ilmu dan referensi.
4. Rekan-rekan Teknik Perminyakan D 2017 yang juga membantu selama
praktikum Analisa Semen Pemboran.
5. Semua pihak yang tidak bisa saya sebut satu persatu sehingga laporan
praktikum Analisa Semen Pemboran ini dapat selesai tepat waktu.
Saya juga meminta maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan laporan praktikum ini, maka saya mengharapkan saran dan
solusi yang membangun dan inovatif dari para pembaca demi kesempurnaan di
dalam berbagai aspek dari laporan ini ataupun laporan berikutnya. Akhirnya
saya berharap semoga laporan ini dapat bermanfat bagi kita semua dalam
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Balikpapan, 11 Oktober 2019

Riadi Pandin

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


LEMBAR ASISTENSI .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
BAB II PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN DAN CETAKAN
SAMPEL ...................................................................................... 7
2.1. Tujuan Percobaan ................................................................ 7
2.2. Teori Dasar .......................................................................... 7
2.3. Kesimpulan ............................................................................ 10
BAB III PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN ....................... 11
3.1. Tujuan Percobaan ....................................................................11
3.2. Teori Dasar ..........................................................................
3.3. Kesimpulan ..........................................................................
BAB IV PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN .....................
4.1. Tujuan Percobaan ................................................................
4.2. Teori Dasar ..........................................................................
4.3. Kesimpulan ..........................................................................
BAB V PENGUJIAN THICKENING TIME ........................................
5.1. Tujuan Percobaan ................................................................
5.2. Teori Dasar ..........................................................................
5.3. Kesimpulan ..........................................................................
BAB VI PENGUJIAN FREE WATER....................................................
6.1. Tujuan Percobaan ................................................................
6.2. Teori Dasar ..........................................................................
6.3. Kesimpulan ..........................................................................

v
BAB VII PENGUJIAN FILTRATION LOSS ..........................................
7.1. Tujuan Percobaan ................................................................
7.2. Teori Dasar ..........................................................................
7.3. Kesimpulan ..........................................................................
BAB VIII PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH ..........................
8.1. Tujuan Percobaan ................................................................
8.2. Teori Dasar ..........................................................................
8.3. Kesimpulan ..........................................................................
BAB IX PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH .............................
9.1. Tujuan Percobaan ................................................................
9.2. Teori Dasar ..........................................................................
9.3. Kesimpulan ..........................................................................
BAB X PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN..........
10.1. Tujuan Percobaan ................................................................
10.2. Teori Dasar ..........................................................................
10.3. Kesimpulan ..........................................................................
BAB XI PEMBAHASAN UMUM ............................................................
BAB XII KESIMPULAN UMUM .............................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mixer ............................................................................................


Gambar 3.1 Presurized Mud Balance...............................................................

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1...........................................................................................................

viii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 .......................................................................................................

ix
DAFTAR LAMPIRAN

ACARA II PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN DAN CETAKAN


SAMPEL
ACARA III PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN
ACARA IV PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
ACARA V PENGUJIAN THICKENING TIME
ACARA VI PENGUJIAN FREE WATER
ACARA VII PENGUJIAN FILTRATION LOSS
ACARA VIII PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH
ACARA IX PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH
ACARA X PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN

x
BAB I
PENDAHULUAN

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kondisi sumur adalah


sejauh mana kualitas semen yang digunakan. Untuk itulah perlu dilakukan studi
laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik semen. Diharapkan
dengan kualitas semen yang baik konstruksi sumur dapat dipertahankan lebih
dari 20 tahun.
Standar minimum yang harus dimiliki dari perencanaan sifat-sifat semen
didasarkan pada Brookhaven national laboratory dan API Sprc 10” specification
for material and testing for well cementing”.
Secara garis besar percobaan laboratorium analisa semen pemboran dapat
dibagi dalam beberapa kelompok kecil, yaitu :
 Pembuatan suspensi semen dan cetakan sampel
 Uji rheologi suspensi semen
 Uji sifat-sifat suspensi semen
 Uji sifat-sifat fisik batuan
Uji sifat-sifat fisik batuan semen pemboran sedikit berbeda denga uji
yang lainnya, karena sifat semen yang terjadi merupakan fungsi waktu. Dengan
demikian sifat-sifat tersebut akan berbeda tergantung dari waktu
pengkondisisannya baik terhadap temperatur ataupun waktunya.
Penyemenan atau cementing adalah suatu proses pendorongan bubur
semen ke dalam lubang sumur melalui casing menuju annulus casing-formasi
dan dibiarkan untuk beberapa saat hingga mengering dan mengeras sehingga
dapat melekatkan casing dengan formasi.
Semen merupakan zat yang mampu mengeras didalam air. Bubur semen
yang mengeras akan melindungi casing dar fluida formasi yang bersifat korosi
dan untuk memisahkan zona yang satu dengan zona yang lain dibelakang casing.
Menurut alasan dan tujuan melakukan proses penyemenan dapat dibagi menjadi
dua yaitu
 Primary Cementing ( Penyemanan Utama )
Adalah penyemanan pertama kali yang dilakukan setelah casing diturunkan
kedalam sumur.
1
 Secondary atau Remedial ( Penyemenan Kedua atau Penyemanan Perbaikan )
Adalah penyemanan ulang untuk menyempurnakan primary cementing atau
memperbaiki penyemanan yang rusak.
Fungsi penyemanan ditinajau dari primary cementing dan secondary
cementing antara lain :
1. Fungsi primary cementing adalah sebagai berikut :
 Melekatkan casing dengan formasi.
 Melindungi casing dari korosi.
 Mencegah hubungan formasi – formasi dibelakang casing.
 Melindungi casing dari tekanan formasi.
 Menutup zona – zona atau formasi – formasi yang membahayakan operasi
pemboran selanjutnya
Pada primary cementing, penyemanan casing pada dinding lubang sumur
dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen. Penyemanan conductor casing
bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi fluida pemboran ( Lumpur
pemboran ) dengan formasi. Penyemanan surface casing bertujuan untuk
melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat
kedudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat BOP ( blow out
preventer ). Untuk menahan beban casing yang terdapat dibawahnya dan untuk
mencegah aliran fluida formasi yang akan melalui surface casing.
Penyemanan intermediate casing bertujuan untuk menutup tekanan
formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation. Penyemenan
production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya aliran antar formasi
ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang akan memasuk
sumur.selain itu juga dapat untuk mengisolasi zona produktif yang akan
diproduksi fluida formasi dan juga dapat mencegah terjadinya korosi pada
casing yang disebabkan material – material korosif.
2. Fungsi secondary cementing adalah sabagai berikut :
 Memperbaiki primary cementing yang tidak baik atau tidak sempurna.
 Memperbaiki casing yang bocor.
 Menutup lubang perforasi yang salah.
 Menutup lubang terbuka yang tidak dinginkan.
 Sebagai landasan bagi peralatan pembelokan lubang.

2
Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti cement bond logging (
CBL ) dan variable density logging ( VDL ), kemudian didapati kurang
sempurnanya atau adanya kerusakan pada primary cementing maka akan
dilakukan secondary cementing, hal ini juga dapat dilakukan bila pengeboran
gagal mendapatkan minyak dan menutup lagi zona produktif yang diperforasi.
Secondary Cementing dibagi menjadi tiga bagian :
a. Squeeze Cementing
b. Re-Cementing dan
c. Plug Back Cementing

Tujuan Squeeze Cementing


1. Mengurangi water-oil ratio
2. Menutup formasi yang sudah tidak produktif
3. Menutup zona lost circulation
4. Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing
5. Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan

Tujuan Re-Cementing :
Dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing yang gagal dan untuk
memperluas perlindungan casing di atas top semen.

Tujuan Plug Back Cementing :


1. Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well).
2. Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock dikarekan adanya
perbedaan compressive strength antara semen dan formasi maka lubang akan
berubah arahnya.
3. Menutup zona air di bawah zona minyak agar water-oil ratio berkurang pada
open hole completion.

Perkins system
Perkins system sering juga disebut dengan penyemenan system plug atau
penyemenan sistem sumbat, karena didalam penyemenan ini menggunakan plug.
Terdapat dua plug, yaitu bottom plug dan top plug. Bottom plug memisahkan
Lumpur yang ada dalam casing dengan bubur semen sedangkan top plug

3
memisahkan bubur semen dengan Lumpur pendorong.
 Susunan peralatan penyemenan perkins system
Peralatan yang digunakan pada penyemenan system perkins adalah
sebagai berikut :
1. Peralatan yang terletak di bawah permukaan adalah antara lain :
 casing shoe
 shoe track
 casing collar
 scratcher
 centralizer
2. Peralatan yang terletak di atas permukaan adalah antara lain :
 Cementing head
 Cementing line
 Cementing pump
 Slurry pan
 Hopper dan mixer
 Tangki air

Casing shoe
Casing shoe terletak di ujung rangkaian casing. Fungsi dari casing shoe
adalah untuk menuntut casing diwaktu penurunannya agar tidak tersangkut.
Casing shoe yang berfungsi hanya sebagai penuntut casing diwaktu
penurunannya disebut guide shoe. Casing yang diperlengkapi dengan elap
penahan tekanan balik disebut dengan float shoe.

Shoe track
Shoe track adalah satu atau dua batang casing yang ditempatkan diatas
casing shoe. Shoe track berfungsi untuk menampung bubur semen yang
terkontaminasi oleh Lumpur pendorong. Kalau bubur semen yang
terkontaminasi oleh Lumpur pendorong masuk ke anulus maka ikatan semen di
annulus tidak baik.

4
Centralizer
Centralizer berfungsi membuat casing berada ditengah – tengah lobang,
kalau casing tidak berada ditengah – tengah lobang bor, maka semen tidak rata
tebalnya di sekeliling casing malahan ada annulus casing yang tidak tersemen,
kalau hal ini terjadi maka casing tidak akan ada yang menahan dari serangan
cairan korosif. Sehingga casing akan cepat bocor atau terbentuk channeling
dalam semen.

Scratcher
Scratcher bertugas untuk mengikis mud cake. Bila mud cake tidak
terkikis maka ikatan semen dengan dinding lobang tidak baik, ini akan
membentuk channeling pada semen. Scratcher ada dua macam yaitu :
 Rotating scratcher yang berfungsi untuk mengikis mud cake dengan jalan
memutar casing.
 Reciprocating scratcher yang berfunfsi untuk mengikis mud cake dengan jalan
menaik – turunkan rangkaian casing.

Cementing head
Cementing head adalah peralatan penyemenan yang dipasang diujung
casing teratas. Cementing head yang modern sekarang adalah plug container
dimana didalam plug container bisa dipasang langsung bottom plug dan top
plug, masing – masing plug akan ditahan oleh pin penahan.
Selain dari itu cementing head jenis ini dilengkapi dengan 3 buah saluran yaitu :
 Saluran Lumpur, saluran ini untuk sirculasi Lumpur untuk membersikkan lubang
bor
 Saluran bubur semen, saluran ini dipakai diwaktu memompakan bubur semen
kedalam casing.
 Saluran Lumpur pendorong, saluran ini digunakan mendorong sampai top plug
berimpit dengan bottom plug di casing collar.

Pompa semen
Pompa semen bertugas mengisap bubur semen yang telah dibuat dan
memompakan bubur semen ke cementing head melalui cementing line.

Pompa Lumpur
5
Pompa Lumpur adalah bertugas untuk mensirkulasikan Lumpur, untuk
memberskan lubang bor dari cutting atau kotoran lainnya. Selain itu Lumpur
pendorong juga didorong oleh pompa ini.

Mixer dan hopper


Hopper adalah corong untuk memasukan bubuk semen dan additive, air
disalurankan dengan tekanan tinggi dari bagian belakang mixer. Air dengan
bubuk semen dan additive diaduk hingga rata oleh mixer.

Pembuatan bubur semen dan peralatanya.


Bubuk semen dimasukan kedalam hopper, air dialirkan dengan tekanan
tinggi ke mixer. Mixer akan mencampur bubuk semen dengan air atau additive
membentuk bubur semen ( slurry ), slurry terdorong ke slurry pan. Pompa
semen akan mengisap bubur semen dan memompakannya ke cementing head
melalui cementing line.
Plug yang terdapat pada plug container mempunyai 3 saluran yaitu :
1. saluran untuk sirkulasi Lumpur.
2. saluran bubur semen.
3. saluran lumpu pendorong.
Untuk mendapatkan ikatan penyemenan yang baik, yang mana
disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan disemen, maka di tambahkan
bahan-bahan tertentu kedalam bubur semen. Bahan-bahan ini disebut additive.
Setelah penyemenan selesai perlu untuk mengevaluasi hasil dari penyemenan
dengan menurunkan alat logging. Dari sini akan terlihat bagian-bagian yang
gagal.

6
BAB II
PEMBUATAN SUSPENSI SEMEN DAN CETAKAN SAMPEL

2.1 Tujuan Percobaan


1. Memahami cara pembuatan suspensi semen.
2. Membuat cetakan dari suspense semen dan mengeringkan
dalam water bath.
3. Membuat cetakan sampel semen guna keperluan pengukuran Compresive
Strength, Shear Bond Strength, dan lain-lain.
2.2 Teori Dasar
Pada umumnya penyemenan bertujuan untuk melekatkan casing
pada dinding lubang sumur, melindungi casing dari masalah–masalah
mekanis sewaktu operasi pemboran (seperti getaran), melindungi casing
dari fluida formasi yang bersifat korosif, dan untuk memisahkan zona-zona
yang satu dengan zona yang lain di belakang casing. Menurut alasan dan
tujuannya, penyemenan dibagi menjadi dua yaitu:

1. Primary Cementing

Primary cementing adalah suatu penyemenan dimana langsung


dilakukan setelah pemasangan casing. Pada primary cementing,
penyemenan casing pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis
casing yang akan disemen.

Penyemenan conductor casing bertujuan untuk mencegah terjadinya


kontaminasi fluida pemboran dengan formasi. Pada surface casing
bertujuan melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran,
memperkuat kedudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat
BOP, untuk menahan beban casing yang berada di bawahnya, dan untuk
mencegah terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan
melalui surface casing.

Penyemenan intermediate casing bertujuan untuk menutupi tekanan


formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation.

Penyemenan production casing bertujuan untuk mencegah


terjadinya aliran antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak
diinginkan, yang akan memasuki sumur, untuk mengisolasi zona produktif

7
yang akan diproduksikan fluida formasi, dan juga untuk mencegah
terjadinya korosi pada casing yang disebabkan oleh material-material
korosif.

2. Secondary Cementing

Secondary cementing adalah suatu cara dimana cement slurry


ditekan masuk ke suatu formasi atau tidak di sumur. Secondary cementing
dilakukan juga apabila pemboran gagal mendapatkan minyak dan menutup
kembali zona produksi yang diperforasi. Densitas suspensi semen yang
rendah sering digunakan dalam operasi primary cementing, guna untuk
menghindari terjadinya fracture pada formasi yang lemah. Secondary
cementing dibagi menjadi 3 bagian, yaitu sebagai berikut :

a. Squeeze Cementing, dimana squeeze cementing ini bertujuan untuk :

 Memperbaiki primary cementing yang kurang memuaskan.

 Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing.

 Mengurangi water oil ratio, water gas ratio, atau gas oil ratio.

 Menutup formasi yang sudah tidak lagi produktif.

b. Re-Cementing, dilakukan untuk menyempurnakan primary cementing


yang gagal dan untuk memperluas perlindungan casing di atas top semen.

c. Plug Back Cementing, dimana plug back cementing ini bertujuan


untuk :

 Menutup atau meninggalkan sumur (abandonment well).

 Melakukan directional drilling sebagai landasan whipstock.

2.3 Peralatan dan Bahan


2.3.1 Peralatan
a. Mixer
b. Stop watch
c. Mud Balance
d. Timbangan
2.3.2 Bahan
a. Semen
8
b. Additive (Bentonite dan Barite)
c. Air

Gambar 2.1 Mixer

2.4 Prosedur Percobaan


2.4.1 Prosedur Pembuatan Sampel
1. Timbang bubuk semen sebanyak X gram menggunakan timbangan

2. Ukur air dengan WCR (Water Cement Ratio) yang diinginkan, harga WCR
tersebut tidak boleh melebihi batas air maksimum atau kurang dari batas air
minimum. Kadar air maksimum adalah air yang dicampurkan ke dalam semen
tanpa menyebabkan terjadinya pemisahan lebih dari 3,5 ml, dalam 250 ml
suspensi semen jika didiamkan selama 2 jam pada temperatur kamar. Sedang
kadar air minimum adalahjumlah air yang dapat dicampurkan ke dalam semen
untuk memperoleh konsistensi maksimum sebesar 30 cc.

3. Jika menggunakan additif, lakukan prosedur sebagai berikut :

 Jika additive berupa padatan, penimbangan dilkukan berdasarkan % berat


yang dibutuhkan.

 Jika additive berupa cairan, % penambahan dilakukan dengan mengukur


volume additif berbanding dengan volume air yang dibutuhkan.

4. Campur bubuk semen dengan additive padatan pada kondisi kering, kemudian
air dan additive larutan dimasukkan ke dalam mixing container dan
menjalankan mixer pada kecepatan rendah 4000 rpm. Selanjutnya memasukkan
campuran semen dan additive padatan ke dalamnya tidak lebih dari 15 detik.

9
Kemudian menutup mixing container dan melanjutkan pengadukan pada
kecepatan tinggi 12000 rpm selama 35 detik.

2.4.2 Cetakan Sampel

Untuk kebutuhan pengujian dapat menggunakan 3 buah bentuk cetakan sample


sebagai berikut:

 Cetakan Pertama. Berupa kubik berukuran 2 x 2 in, yang diperlukan untuk


pengukuran Compresive Strength standar API.

 Cetakan Kedua. Berupa silinder casing berukiran tinggi 2 in, dan diameter
dalamnya 1 in. cetakan sample ini diperlukan untuk pengukuran shear
bondstrength antara casing dan semen, serta pengukuran permeabilitas
dengan casing.

 Cetakan Ketiga. Berupa core silinder berukuran 1-1½ dan diameter luarnya
1 in. cetakan sample ini digunakan untuk pengukuran permeabilitas semen
dengan casing dan pengukuran compressive strength.

2.4.3 Pengkondisian Suspensi Semen

Pengkondisian suspensi semen dimaksudkan untuk mensimulatorkan


kondisi tekanan dan temperatur yang diinginkan. Pengkondisian dapat dilakukan
dengan tekanan atmosphere dan temperatur sampai 900 𝑐 dengan menggunakan
water bath. Pengkondisian pada tekanan dan temperatur operasi dapat dilakukan
dengan alat presure curing chamber.

2.5 Pembahasan

2.6 Kesimpulan

10
BAB III
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN

3.1 Tujuan Percobaan


1. Menentukan densitas suspensi semen dengan menggunakan mud balance
2. Mengetahui pengaruh penambahan additif terhadap densitas suspensi semen
3. Mengetahui pengaruh densitas semen terhadap tekanan hidrostatis suspensi
semen

3.2 Teori Dasar

Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah


berat bubuk semen, air dan additive terhadap jumlah volume bubuk semen, air,
dan additive. Densitas suspensi semen dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝑾𝒔 + 𝑾𝒂𝒅𝒅 + 𝑾𝒂𝒊𝒓
𝝆 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏 =
𝑽𝒔 + 𝑽𝒂𝒅𝒅 + 𝑽𝒂𝒊𝒓

Dimana :
𝝆 𝒔𝒆𝒎𝒆𝒏 = Densitas suspensi semen
𝑾𝒔 = Berat bubuk semen
𝑾𝒂𝒅𝒅 = Berat additif
𝑾𝒂𝒊𝒓 = Berat air
𝑽𝒔 = Volume bubuk semen
𝑽𝒂𝒅𝒅 = Volume additif
𝑽𝒂𝒊𝒓 = Volume air
Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan hidrostatis
suspensi semen di dalam lubang sumur. Bila formasi tidak sanggup menahan
tekanan suspensi semen, maka akan menyebabkan formasi pecah, sehingga terjadi
lost circulation.

Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam operasi


primary cementing dan remedial cementing, guna menghindari terjadinya fracture
pada formasi yang lemah. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan
hal- hal sebagai berikut :
11
 Menambahkan clay atau zat-zat kimia silikat jenis extender.
 Menambahkan bahan-bahan yang dapat memperbesar volume suspensi
semen, seperti Pozzolan.
Sedangkan densitas suspensi semen yang tinggi digunakan bila tekanan
formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan material-
material pemberat ke dalam suspensi semen seperti Barite.
Klasifikasi semen yang dilakukan API terdiri dari :
1. Kelas A
Semen kelas A ini digunakan dari kedalaman 0 ( permukaan ) sampai 6000 ft.
Semen ini terdapat dalam tipe biasa atau ordinary type saja.
2. Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan tersedia dalam
jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah dan tinggi (moderate and
high sulfate resistant).
3. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan mempunyai sifat
high–early strength (proses pengerasannya cepat). Semen ini tersedia dalam jenis
moderate and high sulfate resistant.
4. Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 12000 ft dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen ini
tersedia dalam jenis moderate and high sulfate resistant.
5. Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai 14000 ft dan
untuk kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen ini
tersedia juga dalam jenis moderate and high sulfate resistant.
6. Kelas F
Semen kelas F digunakan dari kedalaman 10000 ft sampai 16000 ft dan untuk
kondisi sumur yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Semen ini tersedia
dalam jenis high sulfate resistant.
7. Kelas G
Semen kelas G digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft dan merupakan semen
dasar. Bila ditambahkan retarder, semen ini dapat dipakai untuk sumur yang
dalam dan range temperatur yang cukup besar. Semen ini tersedia dalam jenis
12
moderate and high sulfate resistant.
8. Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft dan merupakan pula
semen dasar. Dengan penambahan accelerator dan retarder, semen ini dapat
digunakan pada range kedalaman dan temperatur yang besar. Semen ini hanya
tersedia dalam jenis moderate sulfate resistant.
Untuk lebih bisa mengkondisikan pada saat penyemenan pada lubang bor,
semen juga dapat diberi beberapa zat tambahan atau additive yang fungsinya
bermacam-macam agar pekerjaan penyemenan mencapai hasil yang memuaskan
sesuai dengan kondisi sumur yang akan disemen. Sampai saat ini lebih dari 100
additive telah dikenal, namun umumnya additive-additive tersebut dikelompokan
dalam 8 kategori, yaitu:
1. Accelerator
Accelerator merupakan additive yang dapat mempercepat proses pengerasan
suspensi semen.
2. Retarder
Retarder merupakan additive yang dapat memperlambat proses pengerasan
suspensi semen.
3. Extender
Extender merupakan additive yang digunakan untuk mengurangi densitas dari
suspensi semen.
4. Weighting Agent
Weightinf Agent merupakan additive yang dapat menambah densitas dari
suspensi semen.
5. Dispersant
Dispersant merupakan additive yang dapat mengurangi viscositas suspensi
semen.
6. Fluid Loss Control Agent
Fluid Loss Control Agent merupakan additive yang digunakan untuk mencegah
hilangnya fasa liquid suspensi semen ke dalam formasi sehingga terjaganya
kandungan cairan pada suspensi semen.
7. Loss Circulation Control Agent
Loss Circulation Control Agent merupakan additive yang mengontrol
hilangnya suspensi semen kedalam formasi yang lemah atau bergua.
13
8. Special Additive.
Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat dan
volume tiap komponen yang ada dalam suspensi semen, sedangkan di lapangan
dengan menggunakan alat “Pressurized Mud Balance”.
3.3 Peralatan dan Bahan
3.3.1 Peralatan
1. Timbangan
2. Mixer
3. Mud balance
3.3.2 Bahan
1. Semen
2. Additif (Barit/Bentonite)
3. Air

Gambar 3.1 Presurized Mud Balance


3.4 Prosedur Percobaan
Prosedur percobaan yang dilakukan adalah :
1. Mengkalibrasikan peralatan pressurized mud balanced dengan cara sbb:
 Membersihkan peralatan mud balanced.
 Mengisi cup dengan air hingga penuh lalu ditutup dan dibersihkan bagian
luarnya.
 Meletakkan kembali mud balanced pada kedudukan semula.
 Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.
 Meneliti nuvo glass, bila tidak seimbang atur screw sampai seimbang
2. Mempersiapkan suspensi semen yang akan diukur densitasnya.
3. Memasukkan suspensi semen kedalam cup mud balanced, kemudian ditutup

14
dan semen yang melekat pada dinding bagian luar dibersihkan sampai bersih.
4. Meletakkan balanced arm pada kedudukan semula, kemudian atur rider hingga
seimbang, membaca harga skala sebagai densitas suspensi semen dalam ppg.
3.5 Data dan Perhitungan
3.6 Pembahasan
3.7 Kesimpulan

15
16

Anda mungkin juga menyukai