PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada pertolongan pertama yang cepat dan tepat akan menyebabkan pasien
atau korban dapat tetap bertahan hidup untuk mendapatkan pertolongan yang
lebih lanjut.
termasuk dalam kasus gawat darurat, darurat tidak gawat, tidak gawat tidak
satunya perdarahan saluran cerna baik saluran cerna bagian atas ataupun
1
saluran cerna bagian bawah bila hal ini dibiarkan tentu akan berakibat fatal
bagi korban atau pasien bahkan bisa menimbulkan kematian. Oleh karena itu
secara cepat, cermat dan tepat sehingga hal-hal tersebut dapat kita hindari.
biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk.
secara optimal.
adanya jejas yang tidak jelas pada area lain yang terkait. Jejas pada abdomen
dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada trauma tumpul
oleh zat kimia atau mikroorganisme. Bila perforasi terjadi dibagian atas,
misalnya lambung, maka terjadi perangsangan oleh zat kimia segera sesudah
trauma dan timbul gejala peritonitis hebat. Bila perforasi terjadi di bagian
2
gejala-gejala akut abdomen karena perangsangan peritoneum. Mengingat
kolon tempat bakteri dan hasil akhirnya adalah feses, maka jika kolon terluka
dan feses. Hal ini dapat menimbulkan peritonitis yang berakibat lebih berat.
perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis. Keputusan untuk
akan ditemukan pada 25% penderita multi-trauma, gejala dan tanda yang
3
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Trauma Abdomen.
2. Tujuan Khusus
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
(Dorland, 2002)
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
(Smeltzer, 2001)
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi
dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan atau
rongga abdomen yang mengakibatkan cedera tekanan atau tindasan pada isi
rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pankreas, ginjal, limpa) atau
5
B. Etiologi
sebagai berikut :
Menurut Hudak & Gallo (2001), kecelakaan atau trauma yang terjadi
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi
6
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 (Dua) kekuatan yang
merusak, yaitu :
a. Jatuh
e. Benturan
f. Ledakan
g. Deselarasi
2. Trauma tembus
C. Klasifikasi
menyerupai tumor.
2. Laserasi
organ. Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera
bedah.
8
D. Patofisiologi
regangan antara struktur yang terfiksasi dan yang dapat bergerak. Deselerasi
kapsul organ padat, seperti ligamentum teres pada hati. Organ padat, seperti
limpa dan hati merupakan jenis organ yang tersering mengalami terluka
perforasi pada perut atau usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis.
adalah :
9
3. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan di hubungkan dengan
perdarahan masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua
7. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang paling
tembus langsung.
10
perlukaan di pankreas dan duodenum. Hal ini disebabkan karena
E. Manifestasi Klinis
dan high-velocity.
abdomen.
setelah 24 jam.
Yang paling sering mengalami kerusakan adalah hati dan limpa yang
12
4) Perut akan semakin membesar jika ditemukan pada
Menurut Hudak & Gallo (2001), tanda dan gejala trauma abdomen yaitu:
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri
dapat timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat
13
4. Mual dan muntah
a. Pola pernafasan
b. Pada sirkulasi
14
c. Perubahan perfusi jaringan
darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel-
trauma.
2. Dampak psikologis
Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini
atau operasi.
3. Dampak sosial
sedikit dan harga obat–obatan yang cukup tinggi, hal ini akan
15
mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan waktu yang amat
segera (sempit).
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
retroperitoneum.
c. Uretrografi
d. Sistografi
kandung kencing.
16
2. Trauma non-penetrasi
b. Pemeriksaan rontgen
H. Penatalaksanaan
1. Penanganan awal
2) Imobilisasi
17
b. Penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
4) Imobilisasi pasien
menekan.
aspirasi.
18
d. Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan
f. Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang
dilakukan pembedahan.
CT.
19
m. Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan
pembedahan.
dengan pembedahan.
3. Penatalaksanaan kedaruratan
sistem syaraf.
didapatkan.
pembedahan dilakukan.
luka dada.
20
j. Pasang kateter IV diameter besar untuk penggantian cairan cepat
tempat perdarahan.
karena aspirasi.
21
t. Siapkan sinografi untuk menentukan apakah terdapat penetrasi
22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
A : Airway
B : Breathing (pernafasan)
Ada dispneu, penggunaan otot bantu nafas dan nafas cuping hidung.
C : Circulation (sirkulasi)
D : Disability (ketidakmampuan)
multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.
1. Anamnesa
a. Biodata
23
b. Keluhan Utama
perdarahan.
peluru.
sakit sekali.
jiwa.
24
2) Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental
suicide).
2. Pemeriksaan fisik
a. Sistem pernafasan
pernafasan tertinggal.
jejas di kepala.
anggota gerak.
25
3) Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan
1) Pada inspeksi
2) Pada palpasi
3) Pada perkusi
4) Pada auskultasi
26
5) Pada rectal toucher
tangan.
adanya distensi.
pelvis.
B. Diagnosa Keperawatan
aktif
27
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
(trauma)
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan NOC NIC
28
adanya kerusakan. 2. Mendiskripkan nyeri
29
(misal : (1-5 : ekstrem, berat, tidur, nafsu
fokus mempunyai
7. Prilaku kronik
berjaga-jaga, h. Evaluasi
melindungi keefektifan
30
menyempit pasien dan tim
(misal : kesehatan
hambatan ketika
penurunan dukungan
dan nyeri
lingkunganya) (farmakologi,
tubuh ketika
31
nyeri farmakologi
farmakologi
n. Periksa level
ketidaknyamanan
perubahannya
dimedikal record
o. Dorong pasien
untuk
menceritakan
perasaan
2. Adminitrasi analgesik
(Penggunaan agen
farmakologi untuk
menghilangkan atau
mengurangi nyeri)
a. Lokasi, sifat,
nyeri sebelum
pengobatan
b. Periksa anjuran
32
obat, dosis dan
frekuensi
pemberian
c. Nilai kemampuan
dalam pemilihan
obat analgesik,
d. Pilih analgesik
kombinasi
analgesik saat
analgesik yang
dianjurkan
e. Tentukan pilihan
analgesik
berdasarkan tipe
suntikan analgesik
yang teratur
33
g. Pantau tanda vital
sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik narkotik
h. Bentuk
pengharapan
positif
berhubungan
dengan keefektifan
analgetik untuk
mengoptimalkan
respon pasien
i. Evaluasi
keefektifan obat
analgesik
j. Catat respon
terhadap analgetik
yang tidak
diinginkan
pasien yang
34
mendapat
golongan opioid
35
inspirasi 10. Dispnea saat e. Melakukan
36
nafas nafas, mencatat
istirahat l. Melakukan
simetris sesuai
n. Pasien bagaimana
menggunakan
inhaler yang
ditentukan
o. Mengelola
perawatan aerosol
yang sesuai
p. Mengelola
perawatan
nebulizer
ultrasonik yang
37
sesuai
q. Mengelola udara
lembab atau
oksigen yang
sesuai
r. Menghilangkan
benda asing
dengan forsep
McGill yang
sesuai
s. Mengatur asupan
cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan
cairan
t. Posisi untuk
mengurangi
dispnea
u. Memonitor
pernafasan dan
status oksigenasi
yang sesuai
38
3 Kekurangan 1. Fluid balance 1. Pengurangan
39
2. Kelemahan e. Palpasi nadi kehilangan darah
40
13. Hematokrit p. Hidrasi kulit neurologis
mukosa perdarahan
f. Perfusi samar)
41
sayu, bola n. Mengevaluasi
o. Peningkatan memberitahu
terjadi perdarahan
lanjutan
p. Anjurkan pasien
tentang
pembatasan
aktivitas
q. Instruksikan
pasien dan
keluarga pada
42
beratnya
kehilangan darah
tepat untuk
dilakukan
43
gangguan pada mukosa dengan obat bubuk
mengelupas ke daerah-daerah
l. Pucat edematous
dibawah lengan
dan dukungan
skrotum)
penggunaan sabun
kerut
g. Gerakkan pasien
setidaknya setiap 2
jadwal tertentu
h. Gunakan
perangkat di
tempat tidur
(misalnya : kulit
44
domba) yang
melindungi pasien
i. Gunakan
antibiotik topikal
didaerah terkena
j. Terapkan agen
antijamur di
daerah yang
terkena, sesuaikan
k. Periksa kulit
sehari-hari bagi
mereka yang
beresiko
kerusakan
l. Dokumentasikan
kerusakan kulit
2. Pengawasan kulit
a. Inspeksi kulit
b. Monitor
kelembapan kulit
c. Monitor warna
kulit dan
45
temperatur
d. Monitor infeksi
yang mungkin
menyerang pada
pasien
e. Dokumentasi
perubahan warna
mukosa
46
Definisi : Rentan d. Lakukan cuci
kesehatan. dengan
1. Pertahanan antiseptik
jaringan) f. Lakukan
pengambilan
urine untuk
urinalisis
g. Kolaborasi
pemberian
antibiotik dengan
medis
47
2. Infection protection
Aktivitas keperawatan :
a. Monitor adanya
infeksi sistemik
dan lokal
b. Batasi pengunjung
c. Jaga tekhnik
pada perawat
pasien yang
beresiko
d. Lakukan kultur
urine sesuai
kebutuhan
e. Instruksikan
pasien untuk
minum antibiotik
dengan tepat
anjuran
48
D. Implementasi
yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi atau
pelaksanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
perawatan.
E. Evaluasi
Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada pasien dengan trauma
4. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka atau lesi
perawatan alami.
49
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
(Smeltzer, 2001)
rongga abdomen yang mengakibatkan cedera tekanan atau tindasan pada isi
rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pankreas, ginjal, limpa) atau
B. Saran
kritik dan saran yang membangun agar kedepannya menjadi lebih baik.
hati dalam melakukan aktivitas, agar terhindar dari bahaya trauma maupun
cedera.
51
DAFTAR PUSTAKA
52
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
53