PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Bencana ?
2. Apa saja yang dilakukan dalam Keperawatan Bencana ?
3. Bagaimana Konsep dan Kompetensi Keperawatan Bencana ?
4. Apa saja yang dilakukan dalam Manajemen Kegawatdaruratan Krisis
?
5. Bagaimana Siklus dalam Penanganan Bencana ?
6. Apa yang dimaksud dengan Assesment/Pengkajian : Rapid Assesment
?
7. Bagaimana Perumusan Masalah dalam Siklus Penanganan Bencana ?
8. Apa saja Perancanan dalam Siklus Penanganan Bencana ?
9. Bagaimana Evaluasi dalam Siklus Penanganan Bencana ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Bencana
2. Untuk mengetahui Keperawatan bencana
3. Untuk mengetahui Konsep dan Kompetensi Keperawatan Bencana
4. Untuk mengetahui Manajemen Kegawatdaruratan Krisis
5. Untuk mengetahui Siklus dalam Penanganan Bencana.
6. Untuk mengetahui Assesment/Pengkajian : Rapid Assesment dalam
Siklus Penanganan Bencana.
7. Untuk mengetahui Perumusan Masalah dalam Siklus Penenganan
Bencana.
8. Untuk mengetahui Perencanaan dalam Siklus Penanganan Bencana.
9. Untuk mengetahui Evaluasi dalam Siklus Penanganan Bencana.
LANDASAN TEORI
A. Definisi Bencana
Bencana umumnya dikategorikan sesuai dengan penyebab ilmiah,
seperti penyebab alamiah, manusia, teknologi, ataupun konflik manusia.
Berbagai definisi bencana dapat ditemukan di berbagai referensi. World
Health Organization I WHO mendefinisikan bencana sebagai “suatu
gangguan yang berdampak serius bagi fungsi komunitas atau masyarakat
yang menimbulkan kehilangan dan kerugian besar dari segi manusia,
materi, ekonomi, maupun lingkungan, dimana gangguan tersebut melebihi
kemampuan komunitas atau masyarakat untuk mengatasinya dengan
menggunakan sumber daya sendiri.”
Definisi WHO (2010) di atas ruang lingkupnya meliputi bencana-
bencana yang menimbulkan banyak korban dan juga bencana yang tidak
menyebabkan bahaya ataupun penyakit bagi manusia. Dalam pelayanan
kesehatan bencana juga didefinisikan sebagai ”jumlah pasien yang ada
dalam waktu tertentu, melebihi kapasitas unit gawat darurat untuk
memberikan pelayanan dan mengakibatkan dibutuhkannya penambahan
sumber daya manusia dan alat/barang dari luar unit gawat darurat
tersebut.” Definisi ini tidak mencakup bencana-bencana dimana tidak ada
pasien/korban yang selamat yang dibawa keruang gawat darurat. Banyak
insiden, seperti kecelakaan pesawat, tidak memiliki atau hanya memiliki
korban yang selamat (penyintas). Bencana lainnya, seperti bencana
teknologi sering kali tidak menimbulkan kerugian atau penyakit bagi
manusia sama sekali. Namun dalam sistem pelayanan sistem kesehatan
bencana jenis ini dapat memberikan dampak pada pasien yang
kelangsungan hidupnya bergantung pada teknologi (seperti intervena).
Meskipun sebagian besar bencana terkait teknologi, seperti pemadaman
jaringan listrik masal atau gangguan sistem komputer, tidak secara
langsung mencederai arau menimbulkan penyakit, bencana jenis ini dapat
memiliki efek tidak langsung yang cukup serius terhadap nyawa manusia,
terutamma berdampak bagi pasien yang kelangsungan hidupnya
bergantung pada teknologi.
Indonesia sebagai negara yang terletak di area lempeng tektonik
dan rangkaian gunung api yang aktif, memiliki jumblah penduduk yang
banyak dan perkembangan industri yang memakai teknologi tinggi, sangat
rentan terhadap kemungkinanan terjadi bencana. Dalam pendekatan
menghadapi bencana, indonesia memiliki UU No 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana. Menurut UU No 24 tersebut bencana,
B. Keperawatan Bencana
Indonesia sebagai negara yang rentan terjadi bencana harus
memiliki tenaga kesehatan yang mampu melakukan pelayanan untuk
mengurangi resiko bencana. Perawat sebagai tim kesehatan memiliki
peran yang besar untuk mengurangi resiko bencana. Perawat memiliki
kemampuan dalam memberikan pelayanan penatalaksanaan bencana
disemua tahap bencana melalui kegiatan keperawatan, pelaksanaan
program pemerintah dan kordinasi dengan para pihak terkait penganagan
bencana. Dalam setiap tahap kegiatan penatalaksanaan bencana ini,
perawat melakukan kegiatan keperawatan bencana melalui perannya
sebagai memberi asuhan keperawatan, educator kesiapsiagaan bencana,
kordinator dan pengembangan program penanganan bencana serta sebagai
peneliti.
1. Mitigasi
Dalam lingkup rumah sakit dan fasilitas-fasilitas kesehatan,
mitigasi merujuk kepada langkah-langkah yang diambil untuk mencegah
semua kemungkinaan bahaya atau resiko yang bisa menyebabkan kejadian
bencana. Tahap mitigasi dalam manajemen kegawatdaruratan sangat unik
karna terfokus pada tugas-tugas jangka panjang dalam mengurangi atau
menghilangkan resiko-resiko dari kejadian bencana secara efektif. Tentu
saja tidak semua resiko bisa dihilangkan, contohnya resiko-resiko akibat
bencana alam seperti badai topan, puting beliung, dan lainnya. Namun,
ketika strategi-strategi mitigasi diimplementasikan, dampak merugikan
dari bencana-bencana tersebut terhadap fasilitas kesehatan dan kegiatan-
kegiatan didalamnya dapat diminimalkan. Contohnya, pada wilayah-
wilayah yang rawan bencana badai topan, rumah sakit bisa membangun
tempat perlindungan untuk meminimalkan dampak badai terhadap
bangunan rumah sakit. Pada wilayah-wilayah rawan banjir, bisa dibangun
bendungan untuk mencegah atau mengurangi ketinggian banjir. Strategi
mitigasi lainnya yang dapat diaplikasikan dirumah sakit yang terletak
diwilayah rawan banjir adalah meninggikan infrastruktur- infrastruktur
yang penting seperti pusat energi listrik, oksigen sentral atau generator.
Langkah awal dalam mitigasi adalah mengidentifikasi resiko.
EM.01.01.01 dan EM.02.01.01 dari joint commision membahas perlunya
rumah sakit mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan kegawatdarutan
yang dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan untuk pelayanan RS
atau mempengaruhi kemampuan RS untuk menyediakan kebutuhan
pelayanan-pelayanan tersebut serta mengganggu efektifitas kegiatan-
kegiatan RS dalam perencanaan penanganan kegawatdaruratan. Kegiatan
ini termasuk tinjauan tahunan tentang resiko-resiko dalam RS, bencana
dan kemungkinan kegawatdaruratan dalam bentuk analisa kerentanan
bencana ( hazard vulnerability analysis).
3. Kesiapsiagaan (preparedness)
Upaya-upaya mitigasi saja tidak akan bisa menghilangkan atau
mencegah semua situasi kegawatdaruratan. Kegiatan kesiapsiagaan rumah
sakit harus memastikan bahwa pegawainya, pengunjung, dan pasien siap
untuk bereaksi dengan cepat dan efektif ketika terjadi kegawatdaruratan
atau bencana. Bencana biasanya dilihat sebagai kejadian yang
probabilitasnya rendah tetapi berdampak tinggi meskipun berbagai definisi
sudah digunakan, bencana rumah sakit sering dipandang sebagai situasi
dimana jumlah pasien yang datang ke fasilitas dalam jangka waktu tertentu
melebihi kemampuan rumah sakit untuk menyediakan perawatan tanpa
bantuan eksternal atau berdampak pada infrastruktur dan kegiatan rumah
G. Perumusan Masalah
Berikut ini merupakan akibat-akibat bencana yang dapat muncul baik
langsung maupun tidak langsung terhadap bidang kesehatan.
1. Korban jiwa, luka, dan sakit (berkaitan dengan angka kematian dan
kesakitan)
2. Adanya pengungsi yang pada umumnya akan menjadi rentan dan
beresiko mengalami kurang gizi, tertular penyakit, dan penderita stress.
3. Kerusakan lingkungan, sehingga kondisi menjadi darurat dan
menyebabkan keterbatasan air dan sanitasi serta menjadadi tempat
perindukan vector penyakit
4. Seringkali sistem pelayanan kesehatan terhenti, selain karna rusak,
besar kemungkinan tenaga kesehatan setempat juga menjadi korban
bencana
H. Perencanaan Masalah
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Sebagaimana didefinisikan
dalam UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Rangkaian kegiatan tersebut apabila digambarkan dalam siklus
penanggulangan bencana adalah sebagai berikut :
Pada dasarnya penyelenggaraan adalah tiga
tahapan yakni :
1. Pra bencana yang meliputi:
a. situasi tidak terjadi bencana.
b. situasi terdapat potensi bencana.
2. Saat Tanggap Darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi bencana.
3. Pasca bencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi bencana.
I. Evaluasi
Evaluasi (evaluation) adalah proses penilaian. Evaluasi
pelaksanaan rencana sendiri merupakan bagian dari sistem perencanaan
pembangunan yang meliputi 4 hal yaitu:
1. Penyusunan rencana
2. Penetapan rencana pengendalian (monitoring)
3. Pelaksanaan rencana, dan
4. Evaluasi pelaksanaan rencana.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi
bencana yang sangat tinggi dan juga sangat bervariasi dari aspek jenis
bencana. Kondisi alam tersebut serta adanya keanekaragaman penduduk
dan budaya di Indonesia menyebabkan timbulnya risiko terjadinya
bencana alam, bencana ulah manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun
disisi lain juga kaya akan sumber daya alam.
Kompleksitas dari permasalahan bencana memerlukan suatu
penataan atau perencanaan yang matang dalam penanggulangannya,
sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Penanggulangan
yang dilakukan selama ini belum didasarkan pada langkah-langkah yang
sistematis dan terencana, sehingga seringkali terjadi tumpang tindih dan
bahkan terdapat langkah upaya yang penting tidak tertangani.
B. SARAN
Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih banyak
kekurangan,baik dari segi bahasa maupun penulisan. Oleh karena itu, kami
harapkan kritik dan saran dari para dosen, mahasiswa dan pihak lain yang
menaruh perhatian terhadap perbaikan makalah ini.Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.