Anda di halaman 1dari 11

Sujantoko

Vol. 10 No.&3 Juli


Natakusumah
2003

urnal
TEKNIK SIPIL

Model Simulasi Interaksi Gelombang dan Arus


di Perairan Dangkal
Sujantoko1)
Dantje Kardana Natakusumah2)

Abstrak

Persamaan mild-slope yang diturunkan Kirby (1986) dapat diterapkan untuk simulasi transformasi gelombang
dari perairan dalam menuju pantai. Pada paper ini dikembangkan model Kirby dengan memperhatikan faktor
arus. Pengaruh arus pada transformasi gelombang tersebut diselesaikan dengan metode selisih hingga.
Berdasarkan verifikasi model numerik dengan analitik menunjukkan bahwa perbedaan kecepatan rata-rata arus
longhsore kurang dari 5%, artinya model numerik ini dapat mensimulasikan arus akibat induksi gelombang
dengan baik. Verifikasi model gelombang dengan hasil penelitian Johnson (1952), Wiegel (1962) dan Wei
(1998) menunjukkan adanya kemiripan, sedangkan perbedaan yang ada karena pada model mempertimbangkan
faktor arus.

Kata-kata kunci : Mild-slope, longshore, arus, metode.

Abstract

Mild-slope equations have been derived by Kirby (1986) can be applied on simulation of wave transformation
from deep water to coastal. This paper’s developed Kirby’s model with considering current factor. The effect of
current on wave transformation have been modeled with finite difference methods. According to verification of
numerical models and analytical model, the difference of mean longshore current velocity less than 5%, it means
that this numerical model provide good simulation of current caused by wave induction. Verification of wave
model on Johnson (1952), Wiegel (1962) and Wei (1998) result similarity, but there’s still any difference this
model considering current factor.

Keywords ::Mild-slope, longshore, current, method.

1. Pendahuluan yang dibuat dapat berupa model fisik atau model mate-
matis. Model fisik relatif sulit diterapkan pada pantai
Gelombang di laut dalam sebagian besar dibangkitkan yang bersifat dinamis dan berskala besar serta sulit
oleh angin, kemudian gelombang berjalan melewati dimodifikasi untuk kasus yang berbeda. Model mate-
continental shelf menuju pantai. Pada perjalanannya matis relatif lebih mudah dan dan dapat diterapkan
tersebut, gelombang akan dipengaruhi oleh kombinasi untuk kondisi yang berbeda serta lebih cepat
shoaling, refraksi, difraksi, breaking dan arus. Akibat menyediakan informasi yang dibutuhkan.
interaksi gelombang dan arus tersebut akan menimbul-
kan perubahan yang cukup signifikan pada sifat-sifat Penyelesaian model matematis pada penelitian ini
gelombang, seperti peningkatan tinggi gelombang dan dilakukan dengan menggunakan metode selisih
kecuraman muka gelombang. hingga.

Penelitian tentang model interaksi gelombang dan arus 2. Persamaan Pengatur


tersebut telah dilakukan diantaranya oleh: Boij (1981)
dalam Chawla (1996) Kirby dan Dalrymple (1984) dan 2.1 Model interaksi gelombang dan arus
lain-lain. Arus pada model yang dikembangkan oleh
Kirby belum dimasukan dalam pemodelan numerik Boij (1981) menggunakan pendekatan lagrangian
tetapi arus tersebut dapat diperoleh dari pengamatan di untuk pengembangan persamaan mild-slope karena
lapangan atau membuat analisa pada model. Model pengaruh arus ambang kuat. Pada model ini arus

1) Jurusan Teknik Kelautan, FTK, ITS.


2) Departemen Teknik Sipil, FTSP, ITB.
Catatan : Usulan makalah dikirimkan pada 14 Juli 2003 dan dinilai oleh peer reviewer pada tanggal 22 Juli 2003 –
7 September 2003. Revisi penulisan dilakukan antara tanggal 7 September 2003 hingga 12 September 2003.

Vol. 10 No. 3 Juli 2003 99


Model Simulasi Interaksi Gelombang dan Arus di Perairan Dangkal

diasumsikan kecil dan pada berbagai kasus arus k


diabaikan. Kirby (1984) merepresentasikan bentuk ∆′ = a 1 − b1 (7)
k
koreksi model persamaan mild-slope. Dalrymple dan
Kirby (1983) mengaplikasikan koreksi non-linier dan dan w adalah faktor disipasi. Kirby menentukan nilai
menambahkan arus sehingga didapat hasil interaksi koefisien a0 =0.994733, a1 = -0.8900065 dan b1 =
gelombang dan arus sbb: 0.451641.

σ⎧⎪⎛ Cg +U⎞⎟ ⎛ V⎞ ⎫⎪ Pada persamaan terdahulu, hubungan dispersi berkai-


(Cg +U)Ax +VAy +i(k−k)(Cg +U)A+ ⎨⎜ +⎜ ⎟ ⎬A
2 ⎪⎜⎝ σ ⎟⎠ ⎝ σ ⎠y⎪ tan dengan frekuensi anguler gelombang, kedalaman
⎩ x ⎭
dan angka gelombang yang berubah untuk memantul-

-
i

( y
) )
CCg − V2 A y + iσ
k2
2
2
DA A =0 (1)
kan doppler shift karena arus. Bentuk baru persamaan
dispersi adalah:

dimana σ = ω−kU adalah komponen khusus frekuensi (ω − kU )2 = gk tanh kh (8)


i n t r i n s i k , k = angka gelombang referensi, diambil
dimana frekuensi absolut ω berhubungan dengan
sebagai rata-rata angka gelombang sepanjang axis-y,
dan U, V = kecepatan arus rata-rata dalam arah koor- frekuensi intrinsik σ
dinat x dan y. Suku non-linier D adalah: ω = σ + kU (9)

D=
(cosh 4kh + 8 − 2 tanh2 kh) (2)
Validitas solusi Stokes dapat ditentukan dengan
bantuan angka Ursell (Ur) yang didefinisikan sebagai:
8 sinh 4 kh

Kirby (1986) menurunkan persamaan diatas dengan HL2


Ur = (10)
pendekatan parabolic sudut lebar, yang mengikuti. h3

studi gelombang dengan sudut gelombang datang ter- Jika parameter ini mencapai 40, maka solusi Stoke
besar terhadap axis-x. Dengan demikian diperoleh tidak vaild. Agar memberikan model yang valid dalam
persamaan pengatur untuk refraksi, difraksi dan perairan dangkal, hubungan dispersi heuristic dikem-
shoaling sbb: bangkan oleh Hedges (1976) dalam Dalrymple (1994)
yang diberikan dalam model.
(Cg + U)(A)x − 2∆1V(A)y + i(k − aok)(Cg + U)A
σ 2 = gk tanh (kh (1 + A / h ))
⎧⎪σ ⎛ Cg + U ⎞
+⎨ ⎜
⎜ ⎟ 1
⎫ ⎡
( ) ⎤
⎟ − ∆ σ⎛⎜ V ⎞⎟ ⎪⎬A + i∆′' ⎢ CCg − V2 ⎛⎜ A ⎞⎟ ⎥
(11)
⎪⎩2 ⎝ σ ⎠x ⎝ σ ⎠y⎪⎭ ⎢
⎣ ⎝ σ ⎠y⎥⎦
y Pada perairan dangkal persamaan ini sesuai dengan
gelombang Solitary, sedangkan di perairan dalam
⎧⎡ ⎫ 2
⎪ ⎛ A⎞ ⎤ ⎡ ⎛ A⎞ ⎤ ⎪ w i σk 2 secara asimtotik mendekati hasil gelombang linier
− i∆1⎨⎢UV⎜ ⎟ ⎥ − ⎢UV⎜ ⎟ ⎥ ⎬ + A + DA A

⎪⎩⎣ ⎝ σ ⎠ ⎥ ⎢
y ⎦x ⎣ ⎝ σ ⎠ ⎥
x ⎦y⎪⎭ 2 2 dengan mengabaikan efek riil amplitudo dispersi.
Berdasarkan alasan ini model dengan hubungan
⎧ ⎞ ⎫ dispersi diantara bentuk Hedges (untuk perairan
+
− b1 ⎪⎡
k ⎪⎢
⎨⎢(CCg − V ) ⎤
⎝ σ ⎠y⎥⎦

2 ⎛⎜ A ⎞⎟ ⎥ + 2i⎜σV⎛⎜ V ⎞⎟ ⎟ ⎪ + b β
⎜ ⎝ σ⎠ ⎟ ⎬ 1 dangkal) dan hubungan Stokes (untuk perairan dalam)
y ⎠x⎪
⎩⎣ yx ⎝ ⎭ dapat digunakan.
⎧ ⎤ ⎫


⎛ A⎞ ⎛A⎞
⎝ σ ⎠y
⎛ A⎞ ⎡
⎝ σ ⎠xy ⎢⎣
( )
2 ⎛ A⎞ ⎪
⎨2iωU⎜ ⎟ + 2iσV⎜ ⎟ − 2UV⎜ ⎟ + ⎢ CCg − V ⎜ ⎟ ⎥ ⎬
⎝ σ ⎠x ⎝ σ ⎠ y ⎥⎦ ⎪
2.2 Model arus akibat induksi gelombang

⎩ y⎭ Persamaan pengatur yang digunakan untuk menghi-


tung arus karena induksi gelombang diturunkan
i
{ }
⎛ A⎞ ⎪⎧ ⎛ A ⎞ 1
− b1 (ωV)y +3(ωU)x ⎜ ⎟ − ∆2⎨ωU⎜ ⎟ + ωUx ⎜ ⎟⎬
⎛ A ⎞⎫⎪
dengan metode depth averaged. Diasumsikan kedala-
k ⎝ σ ⎠x ⎪⎩ ⎝ σ ⎠x 2 ⎝ σ ⎠⎪⎭
man air cukup dangkal dibandingkan dengan lebar
+ ikωU (a 0 − 1)⎜ ⎟ = 0
⎛A⎞
(3) perairan pantai (shallow water) sehingga tidak terjadi
⎝σ⎠ perlapisan (non-strafication) atau perlapisan yang ter-
dimana : jadi kecil sekali (weakly stratified). Variasi kecepatan
dalam arah vertikal biasanya kecil dan jarang ditinjau,
+ ik ω U (a 0 − 1)⎜ ⎟ = 0
⎛A⎞ hanya distribusi dari kecepatan rata-rata terhadap
(4)
⎝σ⎠ kedalaman yang diperlukan. Dengan menggunakan
∆ 1 = a1 − b1 (5) metode diatas dapat diperoleh persamaan hidrodi-
∆ 2 = 1 + 2a1 − 2 b1 (6) namika arus dua dimensi seperti dirumuskan sbb:

100 Jurnal Teknik Sipil


Sujantoko & Natakusumah

A. Persamaan kontinuitas sional dengan kuadrat tinggi gelombang, sehingga


gaya ini dapat membangkitkan arus paling besar di
∂η ∂ (h + η) U ∂ ( h + η )V
+ + =0 (12) daerah dengan tinggi gelombang yang cukup tajam.
∂t ∂x ∂y
1 ⎛ ∂S xx ∂S xy ⎞
B. Persamaan gerak air Rx = ⎜ + ⎟ (19)
ρ(h + η ) ⎜⎝ ∂x ∂y ⎟

∂U ∂U ∂U ∂η
+U +V + Fx − M x + R x + g =0 (13)
∂t ∂x ∂y ∂x 1 ⎛ ∂S xy ∂S yy ⎞
Rx = ⎜ + ⎟ (20)
ρ(h + η ) ⎜⎝ ∂x ∂y ⎟

∂V ∂V ∂V ∂η
+U +V + Fy − M y + R y + g =0 (14)
∂t ∂x ∂y ∂y
dimana Sxx, Syy dan Sxy adalah komponen tegangan
dimana: radiasi. Longguet-Higgins dan Stewart (1964) dalam
t = waktu Mei (1989) mendapatkan hubungan komponen
g = percepatan grafitasi tegangan radiasi dengan kuadrat tinggi gelombang
U = kecepatan arus dalam arah x sbb:
V = kecepatan arus dalam arah y E 2 (21)
S xx = (2 n − 1) + E n cos θ
h = kedalaman perairan diukur dari muka air te- 2
nang
η = elevasi muka air rata-rata karena wave setup S yy =
E
(2 n − 1) + E n sin 2 θ (22)
atau setdown 2

E
Gaya gesekan dasar akibat kekasaran dasar dan Sxy = n sin 2 θ (23)
2
kecepatan gelombang dan arus (Fx dan Fy) yang
diyatakan sbb: C. Dissipasi energi
τbx
Fx = = Cf U U 2 + V 2 (15) Kehilangan (dissipasi) energi (w) pada model terjadi
ρ
dalam sejumlah cara tergantung pada situasi yang
τ by dimodelkan. Kehilangan energi berpengaruh terhadap
Fy = = Cf V U2 + V2 (16) pengurangan tinggi gelombang pecah.
ρ
C.1 Lapisan batas permukaan laminer dan dasar
dimana Cf adalah koefisien gesekan dasar yang
bernilai 0.005-0.01 Pada permukaan air dan di dasar, lapisan batas terjadi

Lateral mixing (Mx dan My) adalah perubahan karena adanya viskositas. Philllips (1966) dalam
momentum yang disebabkan oleh pusaran arus Dalrymple (1994) merumuskan redaman lapisan batas
turbulen yang cenderung menyebar karena pengaruh sbb:
gaya gelombang melebihi daerah ketajaman penghan-
curan gelombang. 2σk (υ / 2σ )(1 − i) (24)
w=
∂ ⎛ ∂U ⎞ ∂ ⎛ ∂U ⎞ sinh 2kh
M = ⎜ε ⎟+ ⎜ε ⎟ (17)
x
∂ x ⎝ xx ∂x ⎠ ∂ y ⎜⎝ xy ∂ y ⎟⎠
C.2 Lapisan batas dasar turbulen
∂ ⎛ ∂V ⎞ ∂ ⎛ ∂V ⎞ Dissipasi energi akibat lapisan batas dasar turbulen
My = ⎜ ε xy ⎟+ ⎜⎜ ε yy ⎟⎟ (18)
∂x ⎝ ∂ x ⎠ ∂y ⎝ ∂y ⎠ dirumuskan sebagai :
dimana: 2σk f A
ε xx = ε yy = ε xy = ε w= (25)
3 π sinh 2k h sinh k h
ε = Nl g ( h + η) (Longuet - Higgins, 1970)
N = konstanta yang nilainya kurang dari 0.016 Dean dan Dalrymple (1984) mengasumsikan faktor
l = jarak offshore = (h+η) / tan β gesekan Darcy-Weisbach f = 0.01
tan β = kemiringan dasar rata-rata
C.3 Tanah porous
Tegangan radiasi (Rx dan Ry) didefinisikan sebagai
fluks momentum yang disebabkan oleh keberadaan Dasar laut yang porous akan menyebabkan aliran
pergerakan gelombang dan mempunyai dimensi sama masuk ke dasar. Hal ini dapat diamati pada kasus
dengan fluks momentum. Tegangan radiasi propor- redaman gelombang yang timbul karena aliran Darcy

Vol. 10 No. 3 Juli 2003 101


Model Simulasi Interaksi Gelombang dan Arus di Perairan Dangkal

di pasir. Karakteristik dasar diberikan oleh koefisien persamaan di atas menghasilkan persamaan:
permiabilitas Cp, redaman dapat ditunjukkan sebagai:
∂ (H 2C g )
∂x
[
= − κh H 2 C g − ( H 2 C g ) s ] (33)
gk C p
w= (26) Tinggi gelombang akan cenderung menuju nilai
cosh 2 k h
stabilnya sesuai dengan kedalaman perairan.
Koefisien permiabilitas mempunyai satuan m2 dan Hubungan ini dapat diekspresikan sebagai:
mempunyai nilai Cp=4.5x10-11m2. Liu dan Darymple Hs = γ h (34)
(1984) menunjukkan bahwa untuk pasir yang sangat
permeable, redaman berbalikan dengan Cp dan suku w dimana:
yang berbeda harus digunakan. Hs = tinggi gelombang stabil
γ = koefisien yang bersesuaian
C.4 Gelombang pecah

Secara fisis gelombang dapat dikatakan pecah jika Persamaan (32) dapat ditulis ulang menjadi:
kecepatan partikel di puncak gelombang telah melebi-
hi cepat rambat gelombang.
∂ (H 2C g )
∂x
[ 2 2 2
= − κh H C g − (γ h C g ) s = w ] (35)

Kriteria gelombang pecah telah dinyatakan oleh Jika Cgs = Cg , w dapat ditulis sebagai:
peneliti seperti: LeMehaute dan Koh (1967), Goda
(1970) serta Weigel (1972) dalam SPM (1984). κ C g (1 − (γh / H ) 2 )
Kriteria tersebut adalah: w= (36)
h
−1/ 4
Hb = 0.76H o ⎛⎜ L o ⎞⎟
H
m1 /7 (27) Berdasarkan perbandingan dengan data eksperimen
⎝ o⎠ Horikawa dan Kuo, Dally et al. memilih nilai γ = 0.4
dan κ =0.15. Tinggi gelombang, ; dan A amplitudo
dimana: kompleks gelombang. Tinggi gelombang stabil dicapai
Lo = panjang gelombang di perairan dalam jika Hs = 0.4 h. Dengan menggunakan model dissipasi
m = slope dasar ini dan hubungan indeks gelombang pecah, H > 0.78 h
dapat ditentukan gelombang pecah.
⎧ 4/3 ⎫
H b = 0.17 L o ⎨1 − exp ⎡−1.5π Lb (1 +15( m)) ⎤⎬
h
(28)
⎩ ⎢
⎣ o ⎥⎦⎭
3. Model Numerik Persamaan Gelombang
2
Hb H
= b − a b2 (29) Model parabolik seperti dijelaskan dalam bab
hb gT sebelumnya dapat diselesaikan dengan metode selisih
hingga. Agar penyelesaian ini sempurna, studi daerah
a = 43.75[1 − exp( −19 m)] (30) batimetri sebagai input dengan grid dalam arah x dan
y, dibagi dalam ukuran segiempat ∆x dan ∆y.
b = 1.56 /[1 + exp(−19.5m) ] (31) Amplitudo kompleks A(x,y) selanjutnya dicari pada
setiap grid dan ditunjukkan dilokasinya, tidak oleh
Saat titik pecah baru terbentuk dibutuhkan mekanisme
untuk mentransformasikan gelombang yang pecah (x,y), tetapi oleh (i,j) dimana x = (i-1) ∆x dan y =
melalui zona gelombang pecah. Model ini telah diuji (j-1) ∆y. Nilai A(i,j) yang memenuhi persamaan
dengan data eksperimen pada berbagai slope dasar interaksi gelombang dan arus dicari untuk semua i
yang berbeda dan prediksi tinggi gelombang di daerah dari 1 sampai m dan untuk semua j dari 1 sampai n.
surf zone secara baik. Model ini terpostulasi menjadi Prosedur ini mencakup semua turunan dalam arah
persamaan berikut: (x,y) pada suku amplitudo kompleks diberbagai titik
grid.
∂ (EC g )
∂x
=− κ
h
[EC g − ( EC g )s ] (32)
Jika forward difference digunakan untuk arah-x dan
dimana: selisih pusat (central difference) di i digunakan untuk
turunan kedua dalam arah lateral untuk semua turunan
κ = koefisien laju dissipasi energi dalam persamaan (3), akan diperoleh persamaan
(ECg)s = level stabil fluks energi dimana proses trans- selisih hingga (finite difference) untuk Ai+1,j.
formasi telah tercapai. Persamaan ini dapat diselesaikan secara langsung pada
semua Ai+1,j, j = 1, 2, 3 ...n, untuk nilai i yang
Dengan mensubstitusikan E = 0.125 ρgH2 kedalam diberikan, asalkan kondisi batas lateral diberikan

102 Jurnal Teknik Sipil


Sujantoko & Natakusumah

secara tepat. Skema eksplisit ini tidak seakurat skema persamaan selisih hingga, suku non-linier didekati
implisit, oleh karena itu prosedur implisit Crank- pada langkah pertama dengan menggunakan nilai Ai,j.
Nicolson digunakan untuk perhitu-ngan amplitudo. Selanjutnya suku Ai+1,j dihitung, persamaan ini
Selanjutnya persamaan dasar interaksi gelombang dan diselesaikan lagi untuk Ai+1,j, dengan menggunakan
arus ditulis dalam bentuk selisih hingga berdasarkan perhitungan sebelumnya dalam suku non-linier.

1
(
Cgi +1, j + Cgi, j + Ui +1, j + Ui, j )(
Ai+1, j − Ai, j 1
2∆x
)
+ (Vi +1, j + Vi , j ) Proses penyelesaian dengan memindahkan satu baris
2 2 grid dalam arah-x dan menggunakan dua jalan teknik
(Ai, j+1 − Ai, j i )
− [(Ki +1, j − Ko)(Cgi +1, j + Ui +1, j )Ai +1, j +
implisit-implisit, dapat ditentukan
2∆y 2 H i , j = 2 A i , j amplitudo kompleks Ai+1,j untuk (41)
1 semua nilai j pada baris ini untuk
(Ki, j − Ko)(Cgi, j + Ui, j )Ai, j ] + (σi +1, j + σi , j)(Ai +1, j + Ai, j ) perhitungan arah gelombang prosedur ini diulangi
2
sampai semua Ai,j diketahui
1 ⎡ Cg (i+1, j + U i +1, j Cg) ( +U ⎤ 1 )
− i, j i, j ⎥ + (σi +1, j + σi , j)(Ai +1, j + Ai, j )
⎛ aky i , j ⎞ untuk semua i dan j.
⎢ θ i , j = arctan⎜ ⎟ (42)
2∆x ⎢⎣ σi +1, j σi , j ⎥⎦ 2 ⎜ akx i , j + kb i ⎟ Dengan demikian dapat
⎝ ⎠
ditentukan:
1 ⎡ Vi, j+1 Vi, j ⎤ i ⎡((CCg− V )Ay)y i +1, j ((CCg− V )Ay)y i, j ⎤
2 2
⎢ − ⎥− ⎢ + ⎥ Tinggi gelombang :
2∆y ⎢ σi , j+1 σi, j ⎥ 4 ⎢ σi +1, j σi +1, j ⎥⎦
⎣ ⎦ ⎣

)( )
2 2
i
(
+ σi +1, j + σi, j
2
K i +1, j + K i, j
2
⎛ 2 2⎞
(Di +1, j + Di, j )⎜ Ai +1, j + Ai , j ⎟
⎝ ⎠ Sudut gelombang:
( A i +1, j + A i , j ) = 0 (37)
metode Crank-Nicolson sbb:

4. Model Numerik Persamaan Arus


(CCg− V )A ) 2
y y i, j =
1
2(∆y)2
2
{[(CCgi,j+1 +CCgi,j ) - (V i, j+1 +
2
V i, j )]
Persamaan kontinuitas dan persamaan gerak air dua
dimensi merupakan persamaan diferensial parsial non-
linier dalam ruang dan waktu.Istilah parsial berarti
(Ai ,j+1 − Ai, j) −[(CCgi,j +CCgi,j-1 )- (V2 i,j +V2i,j-1 )](Ai, j −Ai ,j−1)} (38) fungsi terikat oleh lebih dari satu vaiabel bebas. Pada
dasarnya tidak ada skema khusus untuk menyelesaikan
dimana suku turunan kedua diselesaikan sebagai persamaan diferensial parsial non-linier tetapi dengan
berikut: menggunakan pendekatan penyelesaian persamaan
linier, maka persamaan tersebut dapat dipecahkan.
a A i +1,k +1 + b A i +1, j + c A i+1, j−1 = B i, j (39) Terdapat banyak sekali penyelesaian persamaan
diferensial, seringkali pemilihan teknik penyelesaian
B i, j = d Ai , j+1 + e A i, j + f Ai, j−1 (40) didasarkan pada kepraktisan dan tingkat ketelitian
Pada baris ke-i,
skema Crank-Nicolson dapat ditulis sebagai:

dimana koefisien a, b, c, d, e, f mencakup variable,


suku kompleks dan suku non-linier. Amplitudo pada
sisi kiri persamaan ini tidak diketahui, sedangkan pada
sisi kanan diketahui dari perhitungan sebelumnya atau
dari kondisi batas awal di j = 1 dan n. Persamaan ini
diselesaikan semua untuk Ai+1,j, j = 2n - 1 dan i
tetap.

Prosedur selanjutnya adalah menyelesaikannya dengan Gambar 1. Diskritisasi variabel


matrik tridiagonal. Karena ketidaklinieran pada
perhitungan yang ingin dicapai.

Vol. 10 No. 3 Juli 2003 103


Sujantoko & Natakusumah

Vol. 10 No. 3 Juli 2003 103


Model Simulasi Interaksi Gelombang dan Arus di Perairan Dangkal

Berdasarkan diskritisasi variabel di atas dapat ditulis Untuk menentukan harga ∆t maka dipakai acuan dari
persamaan kontinuitas dan gerak dalam bentuk selisih kriteria batas stabilitas numerik. Batas ini diberikan
hingga sbb: oleh kriteria CFL.
• Persamaan kontinuitas
C ∆t
< 1 dengan C= gH (48)
+
ηi, j −ηi,j (Dx U −Dxi,jUi, j) + (Dyi,j+1Vi,j+1−Dyi, jVi,j) = 0
+ i+1, j i+1,j (43)
2 ∆x
∆t ∆x ∆y Aspek fisik pertidaksamaan ini mempunyai arti bahwa
Super-
script ‘ + ‘ mengindikasikan nilai pada langkah waktu ∆t yang digunakan dalam model numerik harus kurang
berikutnya pada komputasi. dari waktu yang diperlukan oleh suatu gangguan pada
muka air yang tercakup pada mesh. Batas hasil ini
• Persamaan gerak
harus lebih besar waktu komputasi daripada yang
diperlukan skema implisit.
U +i , j − θ U i , j (1 − θ)
∆t
+
4
(Ui+1, j + Ui −1, j + Ui, j+1 + Ui, j−1)
5. Verifikasi Model

+ Ui , j
(Ui +1, j − Ui−1, j ) + V (Ui, j+1 − Ui, j−1 ) 5.1 Kecepatan rata-rata arus longshore
i, j
2∆x 2∆y
Verifikasi kecepatan rata-rata arus longshore pada
η i , j − η i −1, j model akan dilakukan dengan menggunakan
+ Fx i , j − M xi , j + Rx i , j + g =0 (44) persamaan yang diperkenalkan oleh Putnam, Munk
∆x
dan Traylor (1949) dalam Horikawa (1978) sbb:
Vi+, j − θ V i, j (1 − θ) (V ) ( )
2
+ + Vi , j−1 + Vi +1, j + V i −1, j ⎡ 1

∆t 4 i , j +1 V= ⎢ 1 +y 2 − 21x ⎥ (49)
⎣ 4x2 ⎦

+ Ui, j
(Vi+1, j − Vi−1, j ) + V (Vi, j+1 − Vi, j−1 ) dimana:
i, j
2∆x 2∆ y x = ( 646 H b ( h b / x b ) cos α b ) / T
y = c sin α b
η i , j − η i , j−1
+ Fy i , j − M yi , j + Ry i , j + g =0 (45) c = 2 . 28 g H b
∆y
dimana:
xb = lebar surf zone

Dx i , j =
1
2
(
h i , j + ηi , j + h i −1, j + ηi −1, j ) (46)
Hb = tinggi gelombang pecah
Hb = kedalaman air saat gelombang pecah

Dy i, j =
1
2
(
h i, j + η i , j + h i, j−1 + η i, j−1 ) (47) Rasio tinggi gelombang Hb/Ho dan sudut gelombang α
b pada breaker line untuk kontur kedalaman sejajar
θ = parameter dapat ditentukan dengan diagram Groen dan Weenink
pada metode selisih hingga jenis lax diffusive. (1950) dalam Horikawa (1978) berdasarkan harga αb
Nilai θ harus ditentukan dengan hati-hati sehing- dan Ho/Lo.
ga diffusi menjadi realistik.
Perhitungan model numerik dilakukan dengan
Skema numerik ini dapat digunakan jika harga awal mengambil rata-rata kecepatan arus longshore mulai
dan kondisi batas sudah diketahui. Harga awal adalah dari gelombang pecah sampai kearah garis pantai.
harga yang pertama kali diberikan sebelum proses Untuk verifikasi model numerik dengan hasil analitik
iterasi dimulai. Kondisi batas adalah harga spesifik di diambil suatu contoh kasus dengan data sbb:
bagian batas solusi yang menentukan solusi akhir yang
diperoleh, sedangkan ∆t untuk skema numerik eksplisit • Periode gelombang T = 3 detik
tidak dapat ditentukan sembarangan karena bila penen- • Tinggi gelombang datang dari laut dalam Ho=0.5m
tuan ∆t dipilih terlalu besar maka skema numerik yang
digunakan menjadi tidak stabil, maka iterasi yang • Kemiringan dasar laut i = 0.02
dibutuhkan akan terlalu banyak sehingga skema ini
menjadi tidak efektif. Hasil perhitungan analitik dan numerik disajikan sbb:

104 Jurnal Teknik Sipil


Sujantoko & Natakusumah

αo
kec. arus
Hb αb longshore (m/s) penyimpangan A = 1− 5 P
2
−1
( )
Ho/Lo Hb/Lo
(deg) (m) (deg) (%) p
analitik numerik B1 = 2 −1 A
p1 − p 2
20 0.036 1.07 0.535 11 0.386 0.398 3.245
p
30 0.036 0.96 0.480 15 0.496 0.483 -2.525 B 2 = p 1−−p1 A
40 0.036 0.95 0.475 18 0.607 0.589 -2.939 1 2
50 0.036 0.88 0.440 20 0.628 0.599 -4.608 5 πγ ⎛ sin α b ⎞
vo = gh s⎜ ⎟ (52)
60 0.036 0.78 0.390 22 0.606 0.597 -1.544 8f w b ⎜ c b ⎟
⎝ ⎠
70 0.036 0.70 0.350 23 0.556 0.539 -3.038
Faktor lax-diffusive θ untuk validasi ini ditentukan 0.5-
80 0.55 0.275 22 0.373 0.365 -2.127
0.036 1.0, sehingga solusi model numerik menjadi realistik.
Karena faktor ini sangat sensitif terhadap perubahan
Berdasarkan perhitungan diatas dapat dilihat bahwa arus yang dihasilkan dalam pemodelan numerik.
penyimpangan model numerik tidak terlalu jauh dari
hasil analitik (dibawah 5%) Pada kasus seperti di atas, kecepatan arus longshore
maksimum terjadi setelah gelombang pecah, kemudian
5.2 Distribusi kecepatan arus longshore menuju pantai kecepatannya semakin kecil. Berdasar-
kan perbandingan dengan hasil analitik, distribusi
Distribusi kecepatan arus longshore diperlukan untuk kecepatan arus longshore terdapat kesesuaian yang
mengetahui hubungan antara arus longshore dengan cukup baik dengan model numerik (gambar 2).
fenomena transport sediment pantai, khususnya laju
transport sediment longshore perlu mengetahui distri- Jika sudut gelombang datang makin besar, distribusi
busi kecepatan arus longshore vertikal dan horisontal kecepatan arus longshore bergeser ke arah pantai
didaerah dekat pantai. Analisis tentang masalah ini karena garis gelombang pecahnya juga bergeser ke
telah dikemukakan oleh peneliti Bowen dan Longuet- arah pantai (gambar 3)
Higgins (1970) dalam Muir Wood (1969). 0. 6

Longuet-Higgins mengemukakan suatu variable tak 0. 5

berdimensi:
0. 4

X= x
xb
dan V= v
vo
0. 3

P d
dx
(X 5 / 2 dV
dX
)− X
1/2
⎧⎪− X
V=⎨
⎪⎩0
3/2
0 < X < l ⎫⎪
l < X < ∞ ⎪⎭
⎬ 0. 2
AR U S H A S IL N U ME R IK (M /S )
A R U S H A SI L AN A LIT IK (M /S )

T IN GG I GE LOM BA N G (M)
T E GA N GA N R A D IA SI (M 3/S 2)

dimana : P = 2π s N
0. 1

γ fw
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
suatu parameter tak berdimensi yang mewakili lateral JA R A K D A R I GA R IS P A N TA I (M)

mixing dan lateral friction. N koefisien Longuet-


Higgins untuk perhitungan eddy viskositas. Longuet- Gambar 2. Distribusi arus longshore, tinggi gel dan
Higgins memberikan solusi persamaan diatas sbb: tegangan radiasi untuk sudut datang gelombang
20o
• Untuk P ≠ 2/5 : 0.8

⎧ p ⎫ SUDUT DATANG 30
⎪ B X 1 + AX 0 < X < l⎪ 0.7 SUDUT DATANG 40
V =⎨ 1 p ⎬ (50) SUDUT DATANG 50
⎪⎩ B 2X 2 l < X < ∞ ⎪⎭ 0.6
SUDUT DATANG 60
KECEPATAN ARUS LONGSHORE (M/S)

SUDUT DATANG 70

• Untuk P=2/5 :
0.5
SUDUT DATANG 80

0.4

⎧ 10 X − 5 X ln X 0 < X < l ⎫⎪

V = ⎨ 49 -5/27
0.3

10 X ⎬ (51)
l < X < ∞⎪
⎩⎪ 49 ⎭ 0.2

0.1
dimana:
0
1/ 2 0 50 100 150 200 250 30 0 350 400 450 500

p1 = − 3 + ⎛⎜ 9 + pl ⎞⎟ -0.1
4 ⎝ 16 ⎠ JARAK DARI GARIS PANTAI (M)

1/ 2
p 2 = − 3 − ⎛⎜ 9 + pl ⎞⎟ Gambar 3. Distribusi arus longshore pada berbagai
4 ⎝ 16 ⎠ sudut gelombang datang

Vol. 10 No. 3 Juli 2003 105


Model Simulasi Interaksi Gelombang dan Arus di Perairan Dangkal

5.3 Verifikasi model gelombang

Untuk menguji kemampuan dan kehandalan model


dalam mensimulasikan transformasi gelombang pada
kasus yang mencakup pengaruh shoaling, refraksi,
difraksi, dissipasi energi karena gesekan dasar dan
gelombang pecah serta arus, maka dilakukan verifikasi
dengan cara membandingkan hasil penelitian Wiegel
(1962), Johnson (1952) dalam SPM (1984) dan Wei
(1998) dengan model numerik yang telah dikembang-
kan. Verifikasi ini dilakukan pada kasus aliran melalui
breakwater ganda, kasus aliran melalui breakwater
tunggal dan kasus aliran pada uji Berkhoff (1982)
dalam Wei (1998).

a. Verifikasi model aliran pada breakwater ganda Gambar 4. Diagram difraksi model Johnson (1952)

Verifikasi pada kasus ini mengacu pada penelitian


Johnson (1952). Model diuji pada kedalaman perairan
konstan h=15m, gelombang datang berarah 0o terhadap
sumbu-x (tegak lurus garis pantai) dengan tinggi ge-
lombang H=1.0m dan periode T=9.3 detik. Lebar
celah diantara breakwater ditentukan dua kali panjang
gelombang B=2L.

Hasil verifikasi antara model dengan hasil penelitian


Johnson (1952) disajikan pada gambar 4-5. Pada
model hasil simulasi menunjukkan sedikit perbedaan
dibandingkan dengan model Jonhson, karena pada
model hasil simulasi diperhitungkan efek shoaling,
refraksi, difraksi, arus dan dissipasi energi sedangkan
model Johnson hanya mempertimbangkan efek
refraksi dan difraksi gelombang.
Gambar 5. Diagram difraksi hasil simulasi model
b. Verifikasi model aliran pada breakwater tunggal

Untuk verifikasi model pada kasus ini, model diuji


pada perairan dengan kedalaman konstan h=15m dan
gelombang datang membentuk sudut 30o terhadap
sumbu-x dengan tinggi gelombang H=1.0m dan pe-
riode gelombang T=9.3 detik.

Selanjutnya model hasil simulasi (gambar 7) diban-


dingkan dengan penelitian Wiegel (1962) (gambar 6)
yang disajikan dalam bentuk diagram difraksi. Dari
hasil perbandingan kedua model tersebut, secara
umum menunjukkan kemiripan. Sedangkan perbe-
daan yang ada disebabkan karena pada model dima-
sukkan pengaruh arus dan dissipasi energi.

Gambar 6. Diagram difraksi gelombang untuk


sudut datang gelombang 30o model Wiegel (1962)

106 Jurnal Teknik Sipil


Sujantoko & Natakusumah

c. Verifikasi model aliran pada uji berkhoff

Hasil percobaan Berkhoff (1982) telah banyak


digunakan sebagai pengujian standar untuk verifikasi
model persamaan mild-slope. Akurasi yang dihasilkan
oleh model numerik tergantung dari beberapa faktor,
antara lain pengaruh shoaling, refraksi, difraksi dan
interaksi pengaruh nonlinierity. Model mild-slope
telah mampu menyelesaikan masalah kombinasi
refraksi-difraksi, tetapi suku interaksi nonlinier belum
dimasukan kedalam persamaan. Kirby dan Dalrymple
(1984) telah memasukkan suku non-linier ini kedalam
persamaan parabolik dan memberikan hasil yang baik.

Verifikasi pada kasus uji Berkhoff (1982) ini


Gambar 7. Diagram difraksi gelombang untuk dilakukan dengan mensimulasikan model dengan
sudut datang gelombang 30o hasil simulasi model batimetri seperti yang digunakan pada percobaan
Berkhoff. Kemudian model hasil simulasi diban-
dingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh Wei (1998) (gambar 10-13).

Berdasarkan perbandingan tersebut dapat dilihat


bahwa pada kontur tinggi gelombang dan elevasi muka
air hasil simulasi model menunjukkan adanya kemiri-
pan dengan hasil penelitian Wei (1998), tetapi perbe-
daan yang ada karena pada model mempertim-
bangkan pengaruh arus.

Gambar 8. Kontur tinggi gelombang model Wei


(1998)

Gambar 10. Kontur tinggi gelombang hasil simulasi


model : dengan pengaruh arus

Gambar 9. Kontur tinggi gelombang hasil simulasi Gambar 11. Tampak atas elevasi muka air model
model : tanpa pengaruh arus Wei (1998)

Vol. 10 No. 3 Juli 2003 107


Model Simulasi Interaksi Gelombang dan Arus di Perairan Dangkal

Daftar Pustaka
Booij, N., 1983, “A Note on The Accuracy of The Mild
Slope Equation”, Coastal Engineering, Vol. 7,
pp. 191-203

Chawla, A & Kirby, J.T., 1996, “Wave Transforma-


tion Over a Submerged Shoal”, CACR-96-03,
Dept. Civil Eng., Univ. of Delaware

Dalrymple, R.A., dan Kirby, J.T., 1994, “Combined


Refraction-Difraction Model”, CACR-94-22,
Depart. Civil Eng., Univ. of Delaware

Dean, R.G. dan R.A. Dalrymple, 1984, “Water Wave


Mechanics for Engineers and Scientists”,
Gambar 12. Tampak atas elevasi muka air hasil Englewood Cliffs, Prentice Hall
simulasi model : tanpa pengaruh arus
Horikawa, K., 1978, “Coastal Engineering: An Intro-
duction to Ocean Engineering”, Univ.of Tokyo
Press.

Kirby, J.T. dan Dalrymple, R.A., 1983, “A Parabolic


Equation For Combined Refraction-Difraction
of Stokes by Mild Varying Topography”, Jour-
nal Fluid Mechanics, Vol. 136, pp. 543-566

Kirby, J.T. dan Dalrymple, R.A., 1984, “Verification


of A Parabolic Equation for Propagation of
Weakly Non-Linear Waves”, Coastal Engineer-
ing, 8, 219-232

Kirby, J.T. dan Dalrymple, R.A., 1986, “An Approxi-


mate Model For Nonlinear Dispersion In
Monocromatic Wave Propagation Models”,
Gambar 13. Tampak atas elevasi muka air hasil Coastal Engineering., Vol. 9, pp. 545-561
simulasi model : dengan pengaruh arus
Muir, A.M. & Flemming, C.A., 1969, “Coastal Hy-
6. Kesimpulan draulics”, The Macmillan Press ltd.

a. Model numerik yang telah dikembangkan ini dapat Mei, C. C., 1989, “The Applied Dynamics of Ocean
mensimulasikan arus akibat induksi gelombang Surface Waves”, World Scientific
dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil verifikasi
U. S. Army Coastal Engineering Research Centre,
model dengan hasil analitik didapat kecepatan rata-
1984, “Shore Protection Manual”, Volume I
rata arus longshore kurang dari 5%.
Wei, G. & Kirby, J.T., 1998, “Simulation of Water
b. Berdasarkan verifikasi model gelombang dengan
Waves by Boussinesq Models”, CACR-98-02,
penelitian Wei (1998) menunjukkan adanya kemiri-
Dept. Civil Eng., Univ. of Delaware.
pan, sedangkan jika dibandingkan dengan peneli-
tian Johnson (1952) dan Wiegel (1962) sedikit ter-
jadi perbedaan karena pada model mempertim-
bangkan efek arus.

c. Model dapat menunjukkan efek shoaling, refraksi,


difraksi dan dissipasi energi, selain itu model dapat
mensimulasikan gelombang dari berbagai arah
gelombang datang pada satu domain komputasi

108 Jurnal Teknik Sipil

Anda mungkin juga menyukai