Disusun Oleh:
Khoirul Taufiqi 3211419080/2019
Vista Ayudya Octaviany 5213418046/2018
Erika Nuraini 7101418208/2018
Winilistiya Hartati S 4401419036/2019
Siti Saeroh 4301418036/2018
Lu Lu Atun Nafisa 7101419337/2019
Mentor Perwakilan
Oleh karena itu diperlukan upaya pengurangan sampah kardus yang baru,
efektif dan lebih bernilai yang tidak memberikan dampak negatif pada
lingkungan. Dusergy yang merupakan energi dari sampah kardus merupakan salah
satu upaya mengatasi masalah lingkungan dan juga menambah ketersediaan Clean
Energy yang merupakan salah satu SDGs (Sustainable Development Goals)
Indonesia 2030.
Saat ini Indonesia masih sangat bergantung dengan bahan bakar fosil,
Padahal penggunaan bahan bakar fosil memiliki dampak negatif pada lingkungan,
yaitu pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan tersebut berupa emisi CO2
dan pemanasan global, gas rumah kaca seperti CO2, CH4, dan NO2 yang
mengakibatkan atmosfir bumi semakin panas karena terbentuknya lapisan di
atmosfir sehingga menahan panas yang akan keluar dari bumi (Sunarman &
Juhana, 2013).
Selain pencemaran lingkungan, penggunaan bahan bakar fosil dapat
menyebabkan krisis ekonomi dunia dikarenakan ketersediaan bahan bakar fosil
yang terbatas. krisis ini terjadi akibat adanya ketergantungan pemenuhan energi
bahan bakar yang digunakan berasal dari bahan bakar fosil. Masalah ini dapat
diatasi dengan upaya pemanfaatan sumber energi alternatif untuk dijadikan
sebagai bahan bakar (Haryono et al, 2010). Salah satu energi alternatif yaitu
bioethanol.
Bioethanol merupakan sumber energi pengganti bahan bakar cair yang
bahan bakunya dapat diperbaharui, ramah lingkungan, dan sangat menguntungkan
dari segi ekonomi (Juniansyah, 2014). Beberapa keunggulan bioethanol
dibandingkan dengan bahan bakar gasoline seperti angka oktane yang tinggi,
kecepatan nyala yang lebih tinggi, dan dapat meningkatkan panas penguapan
(Mohd Azhar et al, 2017). Bioethanol dapat diproduksi dari bahan baku yang
mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi glukosa dengan menggunakan
ragi Saccharomyces cerevisiae (Sriwulan, 2012).
Bahan baku produksi bioethanol dapat dikelompokkan menjadi gula, pati,
dan selulosa (Lin & Tanaka, 2006). Sampah kardus berpotensi menjadi bahan
baku pembuatan bioethanol karena memilki kandungan selulosa sebesar 75% dari
berat keringnya (Yáñez et al, 2004).
3
Proses pembuatan bioethanol dari sampah kardus melalui 3 tahap, yaitu pre-
treatment, hidrolisis, dan fermentasi.
Tahap pre-treatment diperlukan untuk menghilangkan lignin, yang kemudian
hasilnya di hidrolisis untuk mendapatkan gula yang selanjutnya akan difermentasi
oleh mikroorganisme dan bioethanol sebagai hasil akhirnya.
SAMPAH PRE-
KARDUS TREATMENT
Hidrolisis
Fermentasi
enzimatis
DAFTAR PUSTAKA
6
Lei, w., Mahdi, S., & Richard, T. (2012). Bioethanol production from various
waste papers : Economic feasibility and sensitivity analysis, applied
energy journal, 1178.
Lin, Y., & Tanaka, S. (2006). Ethanol Fermentation from Biomass Resources:
Current State And Prospects. Applied Microbiology and Biotechnology,
69(6), 627–642.
Mohd Azhar, S. H., Abdulla, R., Jambo, S. A., Marbawi, H., Gansau, J. A., Mohd
Faik, A. A., & Rodrigues, K. F. (2017). Yeasts in Sustainable
Bioethanol production: A review. Biochemistry and Biophysics Reports,
10(February), 52–61.
Nur, R. S., Rudy, S. D., & Arie, S. G. (2015). Partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan sampah di lingkungan margaluyu kelurahan cicurug,
Social Work Journal, 5(1), 1.
Seftian, D., Antonius, F., & Faizal, M. (2012). Pembuatan Etanol Dari Kulit
Pisang Menggunakan Metode Hidrolisis Enzimatik dan Fermentasi.
Jurnal Teknik Kimia, 18(1), 10–16.
Sunarman, B., & Juhana, R. (2013). Pemanfaatan limbah sawit untuk bahan
bakar energi baru dan terbarukan (ebt). Jurnal Tekno Intensif Kopwil,
2, 1-14.